Formulasi Krim Anti-Aging dari Konsentrat Sari Buah Stroberi (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Secara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat proteksi tubuh dari benda luar, untuk melakukan absorbsi, antara lain absorbsi air, mineral, dan cahaya; alat ekskresi, untuk membantu pengaturan suhu tubuh; tempat terjadinya pembentukan pigmen; tempat terjadinya proses pembentukan vitamin D; dan tempat terjadinya keratinisasi atau pengelupasan kulit mati dan pembentukan sel kulit baru (Ellis, 2010).

2.1.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan) (Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Lapisan epidermis

Adalah kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: - Stratum corneum

Terdiri atas beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis


(2)

protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

- Stratum lucidum

Terletak tepat di bawah stratum corneum, merupakan lapisan tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. - Stratum granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (malphigi layer)

Memilki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

- Stratum germinativum (membran basalis)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel-sel yang membentuk pigmen melanosit.

2. Lapisan dermis

Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas: - Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi


(3)

- Pars retikular, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997).

3. Lapisan subkutan/hipodermis

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak di dalamnya (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Lapisan ini berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh (Putro,1998). 2.1.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah (Muliyawan dan Suriana, 2013):

1. Proteksi (pelindung)

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan luar. Misalnya sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu, dan lain-lain.

2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur. 3. Organ sekresi

Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zat-zat lainya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain


(4)

4. Persepsi sensori (menerima rangsangan)

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa sakit, dan tekanan.

5. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit. 6. Hal yang lainnya

Seperti menggambarkan status emosi seseorang yaitu memerah ketika marah, memucat ketika takut, dan merona ketika bahagia.

2.1.3 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Kuit yang menpunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.


(5)

2.2Penuaan Dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis) adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan pada wajah mulai bermunculan. Seperti munculnya kerutan atau garis-garis halus yang muncul di area sudut mata, kening, dan di sekitar bibir (smilling lines). Bila garis-garis halus di sana mulai muncul, maka menjadi petunjuk bahwa wajah membutuhkan perawatan yang lebih (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu (Muliyawan dan Suriana, 2013):

1. Penuaan kronologi (chonological aging)

Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini terjadi karena adanya perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit khususnya lapisan dermis dan epidermis seiring dengan pertambahan usia. Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan.


(6)

2. Paparan cahaya (photoaging)

Adapun photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit dermis (lapisan bawah dermis). Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berperan untuk bertanggungjawab pada sifat elastisitas dan halusnya kulit. Kedua sifat ini merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan awet muda. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit (dan pasti menurun seiring pertambahnya usia dan faktor lingkungan), maka kulit akan terlihat kering dan tidak elastis lagi.

Beberapa kasus penuaan itu terjadi lebih cepat. Tanda-tanda penuaan mulai tampak pada usia yang relatif muda sekitar umur 20 tahun. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya inilah yang dikenal dengan penuaan dini. Penuaan dini ini disebabkan oleh dua faktor yaitu: (Muliyawan dan Suriana, 2013)

1. Faktor internal, diantaranya yaitu genetik, asupan nutrisi yang kurang, dan sakit berkepanjangan.

2. Faktor eksternal, diantaranya yaitu polusi, asap rokok, sinar matahari, dan efek dari gaya hidup tidak sehat.

2.2.1Tanda-tanda penuaan dini

Ciri-ciri fisik penuaan dini menurut Noormindhawati (2013)adalah: 1. Keriput dan mengendur

Seiring bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin berkurang, akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.


(7)

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar. 2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulit dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terpapar kuat sinar matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan karakteristik ini. Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging. Kulit pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut dan punggung bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar matahari pada orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan banyak fungsi dan perubahan atropi terjadi pada kulit seperti penurunan aktivitas selular dan


(8)

penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar UV adalah menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan kulit yang menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi menjadi kusut. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam kedua kasus. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, et al., 2009).

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Lapisan epidermis - Tebal - Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

- Sel-sel tidak seragam - Sel-sel terdistribusi tidak

merata

- Pembesaran berkala

- Sel-sel seragam

- Sel-sel terdistribusi secara merata

- Pembesaran mendadak Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel

- Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi

- Lapisan sel normal

- Ukuran dan bentuk korneosit seragam

Melanosit - Peningkatan jumlah sel - Sel-sel bervariasi

- Peningkatan produksi melanosom

- Pengurangan jumlah sel - Sel-sel seragam

- Penurunan produksi melanosom

Sel-sel Langerhans

- Pengurangan sel dalam jumlah yang besar

- Sel-sel bervariasi

- Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil

- Sel-sel seragam


(9)

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Jaringan elastis - Meningkat secara drastis

- Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk

- Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal Kolagen - Serat kolagen dan jaringan

ikat menurun jumlahnya

- Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal

Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal

(Mitsui, 1997). 2.3 Anti Penuaan (Anti-aging)

Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala photoaging pada kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel, et al., 2009).

2.3.1 Fungsi dan manfaat anti-aging

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging menurut Muliyawan dan Suriana (2013):

1. Fungsi anti-aging

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit. b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit. d. Merangsang produksi kolagen.

2. Manfaat anti-aging

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.


(10)

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini. 2.3.2Pencegahan penuaan dini

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang berlangsung lebih cepat daripada semestinya sebagai berikut (Prianto, 2014):  Untuk yang memilki tipe kulit kering gunakan pelembab. Pelembab akan

melindungi tekstur dan elastisitas kulit

 Menghindari paparan langsung matahari dan menggunakan losion atau krim tabir surya yang memiliki SPF.

 Menghindari kebiasaan merokok atau berada di lingkungan sekitar yang penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan kusam.

 Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan E yang saat ini sangat populer sebagai anti-aging dan konsumsi cukup air minum.

 Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam. Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru.  menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk garis

yang permanen menjelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis ekspresi pada daerah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata ke arah atas. 2.3.3Vitamin C sebagai antioksidan

Mekanisme pertahanan antioksidan vitamin C dengan menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan satu elektronnya. Molekul antioksidan yang telah kehilangan satu elektronnya akan menjadi radikal bebas yang baru, namun


(11)

dianggap relatif stabil atau akan dinetralisir oleh antioksidan lain. Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan dianggap mampu mengurangi keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C juga merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling dominan di kulit. Vitamin C mampu mendaur ulang radikal bebas vitamin E. Dosis harian vitamin C bervariasi dari 40 – 60 mg/hari sampai 100 mg/hari (Ardhie, 2011).

2.4 Buah Stroberi

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah stroberi segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Vitamin E (mg) Air (g)

Bagian dapat dimakan (bdd, %)

37,00*) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 - - 60,00 40,00 89,90 96,00 37,00**) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 0,07 0,03 60,00 40,00 - - (Rukmana, 1998). Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stoberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne (Budiman dan Saraswati, 2008).


(12)

Buah stroberi berkhasiat bagus untuk kesehatan tubuh seperti untuk mencegah kanker payudara dan leher rahim. Dengan kandungan ellegic acid pada buah stroberi, perkembangan kanker dapat dihambat. Stroberi memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung quersetin, ellagic acid, antosianin, dan kaemferol. Antioksidan berperan sebagai pelindung tubuh dari radikal bebas, termasuk diantaranya sel kanker. Zat tersebut mencegah terbentuknya senyawa karsinogen, menghambat proses karsinogenesis, dan menekan pertubuhan tumor. Fungsi antioksidan stroberi diperoleh dari kandungan vitamin C 60 mg per 100 g (Budiman dan Saraswati, 2008).

2.5 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan wrinkle’s depth (kedalaman keriput) juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture (kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51– 100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100


(1)

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar. 2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulit dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terpapar kuat sinar matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan karakteristik ini. Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging. Kulit pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut dan punggung bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar matahari pada orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan banyak fungsi dan perubahan atropi terjadi pada kulit seperti penurunan aktivitas selular dan


(2)

penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar UV adalah menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan kulit yang menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi menjadi kusut. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam kedua kasus.

Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena

photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, et al., 2009).

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Lapisan epidermis - Tebal - Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

- Sel-sel tidak seragam - Sel-sel terdistribusi tidak

merata

- Pembesaran berkala

- Sel-sel seragam

- Sel-sel terdistribusi secara merata

- Pembesaran mendadak Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel

- Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi

- Lapisan sel normal

- Ukuran dan bentuk korneosit seragam

Melanosit - Peningkatan jumlah sel - Sel-sel bervariasi

- Peningkatan produksi melanosom

- Pengurangan jumlah sel - Sel-sel seragam

- Penurunan produksi melanosom

Sel-sel Langerhans

- Pengurangan sel dalam jumlah yang besar

- Sel-sel bervariasi

- Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil

- Sel-sel seragam


(3)

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Jaringan elastis - Meningkat secara drastis

- Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk

- Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal Kolagen - Serat kolagen dan jaringan

ikat menurun jumlahnya

- Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal

Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal

(Mitsui, 1997). 2.3 Anti Penuaan (Anti-aging)

Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala photoaging pada kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala

photoaging (Barel, et al., 2009).

2.3.1 Fungsi dan manfaat anti-aging

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging

menurut Muliyawan dan Suriana (2013): 1. Fungsi anti-aging

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit. b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit. d. Merangsang produksi kolagen.

2. Manfaat anti-aging

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.


(4)

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini.

2.3.2Pencegahan penuaan dini

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang berlangsung lebih cepat daripada semestinya sebagai berikut (Prianto, 2014):  Untuk yang memilki tipe kulit kering gunakan pelembab. Pelembab akan

melindungi tekstur dan elastisitas kulit

 Menghindari paparan langsung matahari dan menggunakan losion atau krim tabir surya yang memiliki SPF.

 Menghindari kebiasaan merokok atau berada di lingkungan sekitar yang penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan kusam.

 Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan E yang saat ini sangat populer sebagai anti-aging dan konsumsi cukup air minum.

 Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam. Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru.  menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk garis

yang permanen menjelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis ekspresi pada daerah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata ke arah atas.

2.3.3Vitamin C sebagai antioksidan

Mekanisme pertahanan antioksidan vitamin C dengan menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan satu elektronnya. Molekul antioksidan yang telah kehilangan satu elektronnya akan menjadi radikal bebas yang baru, namun


(5)

dianggap relatif stabil atau akan dinetralisir oleh antioksidan lain. Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan dianggap mampu mengurangi keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C juga merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling dominan di kulit. Vitamin C mampu mendaur ulang radikal bebas vitamin E. Dosis harian vitamin C bervariasi dari 40 – 60 mg/hari sampai 100 mg/hari (Ardhie, 2011).

2.4 Buah Stroberi

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah stroberi segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Vitamin E (mg) Air (g)

Bagian dapat dimakan (bdd, %)

37,00*) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 - - 60,00 40,00 89,90 96,00 37,00**) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 0,07 0,03 60,00 40,00 - - (Rukmana, 1998). Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stoberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne (Budiman dan Saraswati, 2008).


(6)

Buah stroberi berkhasiat bagus untuk kesehatan tubuh seperti untuk mencegah kanker payudara dan leher rahim. Dengan kandungan ellegic acid

pada buah stroberi, perkembangan kanker dapat dihambat. Stroberi memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung quersetin, ellagic acid,

antosianin, dan kaemferol. Antioksidan berperan sebagai pelindung tubuh dari radikal bebas, termasuk diantaranya sel kanker. Zat tersebut mencegah terbentuknya senyawa karsinogen, menghambat proses karsinogenesis, dan menekan pertubuhan tumor. Fungsi antioksidan stroberi diperoleh dari kandungan vitamin C 60 mg per 100 g (Budiman dan Saraswati, 2008).

2.5 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan

skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), dan wrinkle’s depth (kedalaman keriput) juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture

(kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51– 100

Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100