Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar sediaan krim


(2)

(3)

Lampiran 3. Gambar hasil freeze dryer sari buah strawberry


(4)

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer


(5)

(6)

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas sediaan


(7)

Lampiran 7. Gambar hasil penentuan tipe emulsi


(8)

Lampiran 8. Gambar hasil uji stabilitas

a

b

Keterangan :

a : hasil uji stabilitas setelah penyimpanan 0 minggu


(9)

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada saat pengujian penguapan air dari kulit

a b

c d

Keterangan :

a : rangkaian alat pada saat pengujian b : tutup pot plastik berlubang


(10)

(11)

(12)

Lampiran 12. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan

1. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan a. Pertambahan berat

Pertambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,029 g

Berat akhir = 10,226 g Pertambahan berat = 197 mg b. Persentase pengurangan penguapan

= �����������������������������������������−���������������������������������������������� x 100% Pertambahan berat tanpa sediaan = 197 mg

Pertambahan berat dengan sediaan = 177 mg Persentase pengurangan penguapan = 10,15%


(13)

Lampiran 13. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan

a. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan I

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,037 10,200 163 0

2 A 10,011 10,155 144 11,65

3 B 10,056 10,192 136 16,56

4 C 10,023 10,144 121 25,76

5 D 10,106 10,214 108 33,74

6 E 10,098 10,200 102 37,42

7 F 10,057 10,150 93 42,94

b. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan II

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,072 10,203 131 0

2 A 10,946 11,060 114 12,97

3 B 10,428 10,538 110 16,03

4 C 10,366 10,456 90 31,29

5 D 10,522 10,607 85 35,11

6 E 10,607 10,687 80 38,93

7 F 10,502 10,580 78 40,45

c. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan III

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,088 10,203 171 0

2 A 10,014 10,164 150 12,28

3 B 10,078 10,215 137 19,88

4 C 10,102 10,225 123 28,07


(14)

Lampiran 13. (lanjutan)

d. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan IV

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,029 10,203 254 0

2 A 10,016 10,242 226 11,02

3 B 10,033 10,234 201 20,86

4 C 10,008 10,192 184 27,56

5 D 10,515 10,679 164 35,43

6 E 10,299 10,446 147 42,12

7 F 10,248 10,39 142 44,09

e. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan V

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,015 10,203 188 0

2 A 10,054 10,219 165 12,23

3 B 10,009 10,161 152 19,14

4 C 10,123 10,26 137 27,12

5 D 10,038 10,160 122 35,10

6 E 10,082 10,192 110 41,48

7 F 10,150 10,250 100 46,80

f. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VI

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,012 10,170 158 0

2 A 10,009 10,147 138 12,66

3 B 10,048 10,173 125 20,88

4 C 10,02 10,134 114 27,84

5 D 10,187 10,291 104 34,17

6 E 10,096 10,186 90 43,03


(15)

Lampiran 13. (lanjutan)

g. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VII

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,010 10,200 190 0

2 A 10,087 10,157 170 10,52

3 B 10,052 10,210 158 16,84

4 C 10,061 10,205 144 24,21

5 D 10,028 10,150 122 35,78

6 E 10,085 10,200 115 39,47

7 F 10,100 10,210 110 42,10

h. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VIII

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,052 10,232 180 0

2 A 10,016 10,176 160 11,11

3 B 10,299 10,448 149 17,22

4 C 10,176 10,311 135 25,00

5 D 10,066 10,194 128 28,88

6 E 10,505 10,615 110 38,88

7 F 10,014 10,114 100 44,44

i. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan IX

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,030 10,230 200 0

2 A 10,510 10,690 180 10,00

3 B 10,210 10,379 169 15,55

4 C 10,080 10,230 150 25,00


(16)

Lampiran 13. (lanjutan)

j. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan X

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,104 10,282 178 0

2 A 10,157 10,317 160 10,11

3 B 10,102 10,250 148 16,85

4 C 10,200 10,337 137 23,03

5 D 10,048 10,168 120 32,58

6 E 10,200 10,312 112 37,07

7 F 10,081 10,186 105 41,01

k. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan XI

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,097 10,280 183 0

2 A 10,082 10,242 160 12,56

3 B 10,049 10,197 148 19,12

4 C 10,208 10,346 138 24,59

5 D 10,310 10,436 126 31,14

6 E 10,108 10,221 113 38,25

7 F 10,123 10,231 108 40,98

l. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan XII

No Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa sediaan 10,312 10,487 175 0

2 A 10,120 10,277 157 10,28

3 B 10,228 10,373 145 17,14

4 C 10,243 10,379 112 22,28

5 D 10,190 10,312 12105 30,38

6 E 10,187 10,299 123 36,00


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Cantik Menarik dengan Vitamin C dan E.

Anief, M. (1993). Farmasetika. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 179.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 162-163, 357-389.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics: Science and Technology. Volume II. Edisi Kedua. New York: John Willey and Sons, Inc. Hal. 179-219.

Barel, A.O., Marc P., dan Howard, I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi kedua. New York: Informa Healthcare. Hal. 471-473.

Budiman, S., dan Saraswati, P. (2005). Berkebun Stroberi Secara Komersial. Depok: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 16.

DeNavarre, M.G. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi Kedua. Florida: Continental Press. Hal. 119.

Depkes. (1994). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.00.06.4.02894 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba Pada Kosmetika. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 7.

Depkes. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik. 25 Mei 2013.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 1197.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.


(18)

Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1117-1118.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Hal. 13,19-21.

Rawlins, E.A. (1977). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan. Eastbourne: Bailliere Tindall. Hal. 20-22, 262-264.

Rukmana, R. (1998). Stroberi, Budi Daya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 13.

Saifudin, A. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Hal. 77.

Santosa, D., dan Didik, G. (2001). Ramuan Tradisional untuk Penyakit Kulit. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 3, 9-11.

Surtiningsih. (2005). Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Penerbit Elex Media Kumputindo. Hal. 162.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 133.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4.

Tim Karya Tani Mandiri. (2010). Pedoman Bertanam Stroberi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Hal 108 – 114.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Penerjemah: Soendani Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 36.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 57-63, 111-112.

Wirakusumah, E.SS. (2007). Cantik dan Awet Muda dengan Buah, Sayur, dan Herbal. Jakarta: PT. Niaga Swadaya. Hal. 57.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited. Hal.40.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji iritasi, penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit, uji angka lempeng total (ALT))

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter (Hanna Instrument), juicer (Cosmos), neraca listrik (Boeco Germany), pengering beku (Virtis, “benchtop K”), ampermeter, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain kasa, penangas air, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, nipagin, natrium metabisulfit, aquadest, sari buah strawberry, parfum (wangi buah strawberry), silika gel (untuk desikator), metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).


(20)

3.3Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah strawberry. Strawberry diambil di Desa Tongkoh, Tanah Karo.

3.4.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi (Research Center for Biology), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Institue of Sciences), Bogor.

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry

Buah strawberry ditimbang 1500 g dan dicuci bersih, lalu dimasukkan ke juicer tanpa penambahan air. Cairan yang diperoleh dikumpulkan, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -55oC dan tekanan 2 atm, sampai diperoleh sari strawberry yang kering.


(21)

3.4.4 Formulasi Sediaan Krim

3.4.4.1. Formula dasar krim (Young, 1972)

R/ Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3g Trietanolamin 1g

Air suling ad 100ml

Nipagin secukupnya

3.4.4.2. Formula yang telah di modifikasi

R/ Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sari buah strawberry x Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 %

Na.Metabisulfit 0,2 %

Air suling ad 100 ml

Parfum 3 tetes

Sebagai pembanding digunakan gliserin 2%

Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 %, 5 %, 7,5 % dan 10 %


(22)

3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim

Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Formula Sediaan Krim

Komposisi Formula

Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E Formula F Asam stearat (g)

12 12 12 12 12 12

Setil alkohol (g)

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Trietanolamin (g)

1 1 1 1 1 1

Gliserin (g) - - - 2

Sari buah strawberry (g)

- 2,5 5 7,5 10 -

Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Natrium Metabisulfit

(g)

0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Air suling (g) ad

86,065 83,565 81,065 78,565 76,065 84,065 Parfum

(g)

0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding)

Cara Pembuatan:

Lumpang porselin diisi dengan air panas ± 90°C dan didiamkan sampai dinding luar lumpang terasa panas, kemudian air panas dibuang dan lumpang


(23)

dikeringkan. Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim. Asam stearat dan setil alkohol dilebur di atas penangas air pada suhu ± 70°C (massa I). Kemudian nipagin, natrium metabisulfit dan trietanolamin dilarutkan dalam akuades yang telah dipanaskan hingga suhu ± 70°C (massa II). Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselin panas, ditambahkan massa II dan di aduk secara konstan hingga diperoleh massa krim cair.

Sari buah strawberry digerus halus dan ditimbang. Lalu ditambahkan dasar krim yang telah ditimbang dan digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum sebanyak 3 tetes, diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam wadah pot plastik.

3.5.Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2Penentuan stabilitas sediaan

Sebanyak 50 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu (Ansel, 2005).


(24)

3.5.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 1977).

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan metode konduktometri menggunakan Amperemeter, pengenceran dengan air, dan pengecatan atau pewarnaan. Metode konduktometri menggunakan Amperemeter dilakukan dengan meletakkan 1 g sediaan kedalam beker 50 ml, kemudian masukkan kedua ujung kabel dari alat yang telah diaktifkan ke dalam sediaan, amati gerakan jarum pada skala (Anief, 1993).

Pengenceran dengan air dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a (Depkes RI, 1985).

Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Tutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar


(25)

merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema.

Menurut Barel dkk (2001) indeks iritasi primer dengan skor Federal Hazardous Subtance Act:

- Eritema - Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4


(26)

Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985): 1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai.

Sediaan ditimbang 0,5 g. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan selotip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk


(27)

mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan selotip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan, pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin, dan kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan (deNavarre, 1975).

3.5.7 Uji angka lempeng total (ALT)

Sebanyak 1 gram sediaan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml akuades steril. Hasil pengenceran tersebut dipipet 1 ml dengan menggunakan pipet serologi ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril (pengenceran 10-2), lalu dilakukan pengenceran kembali hingga 10-5. Dari pengenceran 10-5 dipipet 1 ml, lalu dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah dituangkan 5 ml media Plate Count Agar yang telah dicairkan bersuhu kurang lebih 400C. Cawan petri digoyangkan hingga sampel tercampur rata dengan perbenihan. Kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan kedalam inkubator suhu 370C selama 24 jam. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter (Saifuddin, 2011).


(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Strawberry

Sari strawberry yang diperoleh dari 1,5 kg bagian buah strawberry adalah sebanyak 500 ml, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari buah strawberry berupa ekstrak kering yang berbentuk karamel berwarna kemerahan, sebanyak 44,204 g. Hasil freeze dryer sari buah strawberry dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 48.

4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran pada formula blanko dan pembanding dengan gliserin. Hasil yang sama juga diperoleh pada sediaan krim dengan sari buah strawberry, yaitu tidak ada butiran-butiran pada objek gelas. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51.

4.2.2 Stabilitas sediaan

Hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Ansel (2005), suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik, apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke atas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat


(29)

jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Hasil pengamatan stabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu.

No. Formula

Pengamatan setelah Selesai dibuat 1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu x y z x y z x y z x y z x y z 1 Formula A - - - - 2 Formula B - - - - 3 Formula C - - - - 4 Formula D - - - √ - √ √ √ √ 5 Formula E - - - √ √ √ √ √ √ 6 Formula F - - - -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding) x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi perubahan √ : Terjadi perubahan


(30)

Menurut Rawlins (1977), sumber tidak stabilnya suatu emulsi adalah mikroorganisme. Emulsi m/a memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.

Dari data diperoleh hasil pada sediaan krim blanko, pembanding, dan krim sari strawberry konsentrasi 2,5 dan 5% stabil selama 12 minggu, dimana tidak terjadi perubahan warna, bau, sedangkan pada sediaan krim sari buah strawberry konsentrasi 7,5 dan 10% mengalami perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi coklat tua pada penyimpanan 12 minggu, krim sari buah strawberry konsentrasi 7,5% mengalami perubahan bau menjadi bau busuk pada penyimpanan 12 minggu, dan krim sari buah strawberry konsentrasi 10% mengalami perubahan bau pada penyimpanan 8 minggu. Hal ini dikarenakan tinggi konsentrasi kandungan vitamin C dan E dalam sediaan krim 7,5% dan 10% sehingga kandungan senyawa yang mudah teroksidasi juga tinggi sedangkan pengawet yang ditambahkan pada masing-masing sediaan adalah sama. Oleh karena itu, sediaan krim dengan konsentrasi sari buah strawberry yang tinggi tidak stabil.

Jadi, sari buah strawberry dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 2,5% dan 5%. Sedangkan sediaan dengan konsentrasi 7,5% dan 10% tidak memenuhi syarat kestabilan.


(31)

4.2.3 pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai

No Formula pH

I II III Rata – Rata

1 A 6,20 6,20 6,20 6,20

2 B 6,40 6,50 6,30 6,40

3 C 6,20 6,40 6,10 6,23

4 D 6,20 6,00 6,30 6,10

5 E 6,40 6,30 6,30 6,30

6 F 6,30 6,40 6,40 6,36

Tabel 5. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Formula pH

I II III Rata – Rata

1 A 6,10 6,10 6,20 6,13

2 B 6,30 6,20 6,30 6,26

3 C 6,20 6,10 6,10 6,13

4 D 6,20 6,00 6,00 6,06

5 E 6,00 6,00 6,30 6,10

6 F 6,00 6,00 6,10 6,03

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding) Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,20 ; formula B: 6,40 ; formula C: 6,23


(32)

sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,13 ; formula B: 6,26 ; formula C: 6,13 ; formula D: 6,06 ; formula E: 6,10; formula F: 6,03.

Hasil pengujian terhadap pH sediaan krim yang diperoleh menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan sesuai dengan pH kulit dan dapat digunakan dengan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit karena menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH sediaan krim yang sesuai untuk pH kulit adalah antara 5 dan 8.

4.2.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan mengamati kelarutan dalam air, dalam metilen biru, dan daya hantar arus listrik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data penentuan tipe emulsi sediaan No Formula Kelarutan Biru Metil

pada Sediaan

Pengenceran dengan Air

Daya Hantar Arus Listrik

1 A √ √ √

2 B √ √ √

3 C √ √ √

4 D √ √ √

5 E √ √ √

6 F √ √ √

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding) √ : Memenuhi syarat


(33)

Menurut Anief (1993), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan metode konduktometri menggunakan amperemeter, jika jarum pada amperemeter bergerak pada sediaan krim yang telah dialiri arus listrik, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Menurut Depkes RI (1985), metode lain untuk menentukan tipe emulsi yaitu dengan cara krim diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1%, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a memberikan warna biru jika ditambah metilen biru, karena metilen biru larut dalam air.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 6 diatas, formula krim dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10%, blanko, dan pembanding dengan gliserin menunjukkan bahwa sediaan krim tersebut dapat menghantarkan arus listrik, melarutkan biru metil, dan dapat diencerkan dengan air. Dengan demikian, larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa tipe emulsi sediaan krim yang dibuat adalah m/a.

4.2.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping yang ditimbulkan oleh sediaan pada kulit, dengan cara memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Hasil uji daya iritasi yang dilakukan terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 7.


(34)

Tabel 7. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Reaksi Panelis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

- Eritema -Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

Dari Tabel 7, dapat dilihat tidak adanya efek samping berupa eritema dan edema pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan wanita yang berusia 20-30 tahun, diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 8.

Dari data dapat dilihat bahwa krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5% dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 15,50 sampai 20,88%, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 5% dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 22,28 sampai 31,29%, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 7,5% dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 28,88 sampai 35,78%, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 10% dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 36,00 sampai 43,03%. Hasil pengujian dibandingkan dengan blanko (dasar krim) dan sediaan yang mengandung gliserin 2%, dimana blanko (dasar krim) dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 10,00 sampai 12,97% dan sediaan


(35)

yang mengandung gliserin 2% (pembanding) dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00 sampai 46,83%.

Tabel 8. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

No Sukarelawan

Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit Pada Masing-masing Formula (%)

A B C D E F

1 I 11,65 16,56 27,56 33,74 37,42 42,94 2 II 12,97 16,03 31,29 35,11 38,93 40,45 3 III 12,28 19,88 28,07 33,91 40,93 42,69 4 IV 11,02 20,86 27,55 35,43 42,12 44,09 5 V 12,23 19,14 27,12 35,10 41,48 46,80 6 VI 12,66 20,88 27,84 34,17 43,03 46,83 7 VII 10,52 16,84 24,21 35,78 39,47 42,10 8 VIII 11,11 17,22 25,00 28,88 38,88 44,44 9 IX 10,00 15,50 25,00 33,00 38,50 42,50 10 X 10,11 16,85 23,03 32,58 37,07 41,01 11 XI 12,56 19,12 24,59 31,14 38,25 40,98 12 XII 10,28 17,14 22,28 30,28 36,00 40,00 Rata-rata 11,44 18,00 26,12 33,26 39,34 42,90 Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding) Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah strawberry yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit. Besarnya pengurangan penguapan air dari kulit masing-masing sukarelawan berbeda-beda. Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini disebabkan oleh


(36)

perbedaan cuaca dan kondisi lingkungan pada saat pengujian dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyak.

4.2.7 Uji angka lempeng total (ALT)

Dari data hasil pengujian angka lempeng total (ALT) menyatakan bahwa krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5% memiliki nilai ALT sebesar 184 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 5% memiliki nilai ALT sebesar 140 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 7,5% memiliki nilai ALT sebesar 43 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 10% memiliki nilai ALT sebesar 24 x 105 koloni/g.

Adanya mikroba pada sediaan kosmetik ini disebabkan oleh ruangan yang tidak higienis. Menurut Depkes (1994), nilai ALT untuk sedian perawatan kulit khusus untuk sediaan perawat kulit badan dan tangan adalah 105 koloni/g. Maka sediaan yang mengandung sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 dan 10% tidak memenuhi syarat pengujian Angka Lempeng Total (ALT) yang ditetapkan oleh Depkes.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan memiliki tipe emulsi m/a. Sediaan krim memiliki pH 6,03 - 6,26 yang stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim strawberry yang baik adalah sediaan krim dengan konsentrasi 2,5% dan 5%

2. Penambahan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne), dalam sediaan krim tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit sampai 26,12% yang terlihat dari sediiaan krim dengan konsentrasi 5%. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah strawberry yang ditambahkan pada sediaan, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.

3. Krim pelembab sari buah strawberry tidak menyebabkan iritasi pada kulit pada saat pemakaian.


(38)

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar terlebih dahulu melakukan sterilisasi alat dan bahan, serta kepada peneliti selanjutnya agar menguji aktivitas anti aging dari krim sari buah strawberry.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Buah Strawberry

Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Budiman, 2008).

Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga. Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama penyinaran matahari yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu udara optimum antara 17OC-20oC dan suhu udara minimum 4oC-5oC, dengan


(40)

ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry

Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping satu) Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.

Nama lokal,daerah dan asing : Indonesia : Stroberi, strawberry Inggris : Garden strawberry Melayu : Strawberry

Vietnam : Dau tay Thailand : Satroboery Pilipina : Freasa


(41)

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry

Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol. Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit, memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry. Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan melumpuhkan sel kanker (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).


(42)

dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry

segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg)

Vitamin B2 (mg)

Niasin (mg) Vitamin C (mg) Vitamin E (mg)

Air (g)

Bagian dapat dimakan (Bdd, %)

37,00 *) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 - - 60,00 40,00 89,90 96,00 37,00 **) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 0,07 0,03 60,00 40,00 - - Keterangan :

*) Direktorat Gizi Depkes RI, (1981)

**) Encyclopedia of Fruits, Vegetables, Nuts, and Seed dalam Fendy RP


(43)

2.2 Kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: - Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan


(44)

sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. - Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

- Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

- Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono, 2007).

2. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

- Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.


(45)

- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh / Proteksi

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin (Wirakusumah, 2004).

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.


(46)

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan .

b. Pengatur Suhu Tubuh ( Termoregulasi )

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan) (Wirakusumah, 2004).

c. Sistem Pancaindera

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut (Wirakusumah, 2004).

d. Menjaga Kelembaban Tubuh

Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang (Wirakusumah, 2004).


(47)

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:

1. Kulit Normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan

kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan


(48)

penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit

Menurut Wirakusumah (2004), masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar adalah sebagai berikut:

a. Ras (bawaan)

Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat


(49)

pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka.

d. Iklim

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung..

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 1993).


(50)

Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1993).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt (1994) , adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut


(51)

2.4. Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997).

2.4.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor


(52)

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).


(53)

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono


(54)

2.5 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream. b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).


(55)

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).


(56)

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman,dkk., 1994).


(57)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap orang mempunyai kecenderungan ingin memiliki kulit yang sehat dan terawat, sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya (Wasitaatmadja, 1997).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik, menyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes, 2010).

Kulit sehat berarti kulit yang tidak sakit, baik yang mengenai kulit secara langsung maupun tidak langsung, atau penyakit dalam tubuh yang secara langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit yang sehat dapat dilihat dari warna, kelembaban, kelenturan, dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit, yaitu umur, ras, iklim, sinar matahari, kehamilan, dan lokasi kulit. Dari pengaruh faktor tersebut kulit menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan dari kulit Oleh


(58)

karena itu dalam kondisi tertentu dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pelembab kulit adalah salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk menghaluskan dan melembabkan kulit. Pelembab kulit adalah produk yang sangat umum digunakan, karena kulit dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Santosa dan Didik, 2001).

Buah strawberry selain baik untuk kesehatan,juga dapat digunakan untuk perawatan kulit. Buah strawberry mengandung fosfor, kalsium, zat besi, asam salisilat, serta vitamin B, C, dan E. Kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah strawberry bermanfaat untuk membantu produksi kolagen,yang menyebabkan kulit tetap kencang dan elastis. Selain itu, vitamin C yang terkandung dalam buah strawberry berkhasiat untuk memberi gizi pada kulit dan untuk mengencangkan jaringan tubuh (Surtiningsih, 2005).

Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Kolagen yang berfungsi sebagai penyimpan air (water holder) mampu menjaga kelembapan kulit (Anonim, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk memformulasikan sari buah strawberry sebagai bahan pelembab dalam sediaan krim.


(59)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Apakah krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi pada saat digunakan.


(60)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasikan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dalam sediaan krim tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Untuk mengetahui krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne).


(61)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

b

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Penggunaan

Sari Buah Strawberry

1.Homogenitas 2.Stabilitas sediaan 3.pH sediaan 4.Tipe emulsi 5.Uji iritasi kulit 6.Uji penguapan air dari kulit

7.Uji angka lempeng total

1.Homogen 2.Pecah/tidak emulsi,warna,bau 3.pH 5,00 – 8,00 4.m/a ; a/m 5.gatal, merah 6.menahan penguapan air 7. 105 koloni/gr


(62)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY (Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Krim pelembab digunakan untuk melembabkan kulit yang kering. Bahan pelembab yang biasa digunakan antara lain gliserin. Buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne)adalah bahan alam yang mengandung vitamin C dan E. Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Berdasarkan kandungannya, maka dalam penelitian ini digunakan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) sebagai pelembab pada sediaan krim.

Buah strawberry sebanyak 1500 gram dihaluskan dengan menggunakan juicer. Sari buah strawberry yang diperoleh dikeringkan dengan alat freeze drayer pada suhu -55oC dan tekanan 2 atm. Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan adalah 2,5; 5; 7,5; dan 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko (dasar krim). Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, penentuan pH, uji stabilitas sediaan, penentuan tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit, uji kelembaban dan uji angka lempeng total (ALT). Uji kelembaban sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan lalu melekatkan dua buah pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai. Setelah 3 jam diukur nilai kelembaban sediaan.

Hasil penelitian menunjukkan sedian yang dihasilkan homogen, pH sediaan 6,3 dan sediaan stabil pada penyimpanan 12 minggu untuk konsentrasi 2,5 dan 5%. Tipeemulsi sediaan adalah m/a, sediaan tidak mengiritasi kulit, dan pada konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan uap air hingga 26,12%. Sedian tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total (ALT). Dapat disimpulkan bahwa sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan krim, tetapi tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total.

Kata kunci : strawberry (Fragaria x ananassaDuchesne), krim, pelembab, kulit


(63)

THE USE OF STRAWBERRY EXTRACT (Fragaria x ananassa Duchesne) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION

ABSTRACT

Moisturizing cream used to moisturize dry skin. Moisturizing agents which commonly used such as glycerin. Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) is a natural ingredient contains vitamins C and E. Vitamin C can induce the activity of skin cells, and helps build collagen tissue (the tissue that makes skin elastic). Based on its content, so in this research strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) use as a moisturizing agents in the cream.

1500 grams strawberries smoothed by using a juicer. Strawberry extract was dried by freeze drayer at a temperature of -55oC and 2 atm. Strawberry extract concentration was used at level 2.5; 5; 7.5; and 10 % and then compared with the preparation containing 2 % glycerin and blank (cream base). Evaluations which used on preparations include: homogenity test, determination of pH, stability preparation test, determining type of emulsion, skin irritation test, moisturizing preparations test and total plate count test (PCT). Moisturizing preparations test done by applied the preparations on the hands skin and then two pieces of plastics pot which assembled and the diameter was 4.5 cm attached to the skin. The moistences of preparations was measured after 3 hours.

The results showed that the preparations was homogeneus, the pH was 6.3 and stable in 12 weeks during the storage for concentrations of 2.5 and 5 %. The emulsion type of preparations was o/ w, the preparations did not irritate the skin, and at concentration of 5 % reduced the evaporation of water up to 26.12%. The preparations was unqualified of plate count test (PCT). It can be concluded that the strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) can be used as a moisturizer in cream, but do not qualify plate count test .

Keywords : strawberry(Fragaria x ananassa Duchesne), cream, moisturizer, skin


(64)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR SINURAYA

NIM 081501080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(65)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada FakultasFarmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR SINURAYA

NIM 081501080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI


(66)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR. SINURAYA

NIM 081501080

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 07 Desember 2013 Disetujui Oleh,

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Drs. David Sinurat, M.Si., Apt.. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002 NIP 1958070101986012001

Pembimbing II Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195011171980022001

Dra.Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Dra.Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

KATA PENGANTAR Medan, Januari 2014

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat, kasih dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini, serta kepada Bapak Dr. Ginda Haro, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku penasehat akademis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen pengujiyang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Serta Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Drg. Resada Sinuraya, Alm.


(68)

hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada abang, kakak dan adik Supra Adisyahputra Sinuraya, S.T., Novianta Br.Sinuraya dan Elisanta Desriana Br.Sinuraya yang selalu setia memberi doa, dukungan dan motivasi selama melakukan penelitian. Sari Novalia Barus, Happy Maranatha Munthe, teman-teman Farmasi Klinis dan Komunitas 2008, OSC IPA - 1, Pelayan KAKR, KAKR dan PERMATA GBKP Rg.Kemenangan Tani sebagai sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan penulis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2013 Penulis

Julianti Rehmalemna Br Sinuraya NIM 081501080


(69)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY (Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Krim pelembab digunakan untuk melembabkan kulit yang kering. Bahan pelembab yang biasa digunakan antara lain gliserin. Buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne)adalah bahan alam yang mengandung vitamin C dan E. Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Berdasarkan kandungannya, maka dalam penelitian ini digunakan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) sebagai pelembab pada sediaan krim.

Buah strawberry sebanyak 1500 gram dihaluskan dengan menggunakan juicer. Sari buah strawberry yang diperoleh dikeringkan dengan alat freeze drayer pada suhu -55oC dan tekanan 2 atm. Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan adalah 2,5; 5; 7,5; dan 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko (dasar krim). Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, penentuan pH, uji stabilitas sediaan, penentuan tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit, uji kelembaban dan uji angka lempeng total (ALT). Uji kelembaban sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan lalu melekatkan dua buah pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai. Setelah 3 jam diukur nilai kelembaban sediaan.

Hasil penelitian menunjukkan sedian yang dihasilkan homogen, pH sediaan 6,3 dan sediaan stabil pada penyimpanan 12 minggu untuk konsentrasi 2,5 dan 5%. Tipeemulsi sediaan adalah m/a, sediaan tidak mengiritasi kulit, dan pada konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan uap air hingga 26,12%. Sedian tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total (ALT). Dapat disimpulkan bahwa sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan krim, tetapi tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total.

Kata kunci : strawberry (Fragaria x ananassaDuchesne), krim, pelembab, kulit


(70)

THE USE OF STRAWBERRY EXTRACT (Fragaria x ananassa Duchesne) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION

ABSTRACT

Moisturizing cream used to moisturize dry skin. Moisturizing agents which commonly used such as glycerin. Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) is a natural ingredient contains vitamins C and E. Vitamin C can induce the activity of skin cells, and helps build collagen tissue (the tissue that makes skin elastic). Based on its content, so in this research strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) use as a moisturizing agents in the cream.

1500 grams strawberries smoothed by using a juicer. Strawberry extract was dried by freeze drayer at a temperature of -55oC and 2 atm. Strawberry extract concentration was used at level 2.5; 5; 7.5; and 10 % and then compared with the preparation containing 2 % glycerin and blank (cream base). Evaluations which used on preparations include: homogenity test, determination of pH, stability preparation test, determining type of emulsion, skin irritation test, moisturizing preparations test and total plate count test (PCT). Moisturizing preparations test done by applied the preparations on the hands skin and then two pieces of plastics pot which assembled and the diameter was 4.5 cm attached to the skin. The moistences of preparations was measured after 3 hours.

The results showed that the preparations was homogeneus, the pH was 6.3 and stable in 12 weeks during the storage for concentrations of 2.5 and 5 %. The emulsion type of preparations was o/ w, the preparations did not irritate the skin, and at concentration of 5 % reduced the evaporation of water up to 26.12%. The preparations was unqualified of plate count test (PCT). It can be concluded that the strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) can be used as a moisturizer in cream, but do not qualify plate count test .

Keywords : strawberry(Fragaria x ananassa Duchesne), cream, moisturizer, skin


(71)

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Buah Strawberry ... 6

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry ... 7

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry ... 8


(72)

2.2.2 Fungsi kulit ... 12

2.2.3 Jenis kulit ... .. 14

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit ... 14

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit .... 15

2.3 Emulsi ... 16

2.4 Kosmetik Untuk Kulit ... 18

2.4.1 Kosmetik pelembab ... 18

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab ... 19

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab ... 20

2.5 Krim ... 21

2.6 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Alat ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Sukarelawan ... 25

3.4 Prosedur Kerja ... 25

3.4.1 Pengumpulan sampel ... 25

3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 25

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry ... 25

3.4.4 Formula sediaan krim ... 26

3.4.4.1 Formula dasar krim ... 26

3.4.4.2 Formula yang telah dimodifikasi ... 26


(73)

3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 28

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 28

3.5.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 28

3.5.3 Pengukuran pH sediaan ... 29

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 29

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 30

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 31

3.5.7 Uji angka lempeng total (ALT) ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Strawberry ... 33

4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 33

4.2.1 Homogenitas sediaan ... 33

4.2.2 Stabilitas sediaan ... 33

4.2.3 pH sediaan ... 36

4.2.4 Tipe emulsi sediaan ... 37

4.2.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 38

4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 39

4.2.7 Uji angka lempeng total ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... ... 44


(74)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah

strawberry segar ... 9 Tabel 2 Formula sediaan krim ... 27 Tabel 3 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12

minggu ... 34 Tabel 4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 36 Tabel 5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12

minggu ... 36 Tabel 6 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 37 Tabel 7 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan . ... 39 Tabel 8 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

dari kulit ... 40


(75)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka pikir penelitian ... 5


(76)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan krim ... 46

Lampiran 2. Gambar strawberry ... 47

Lampiran 3. Gambar sari strawberry ... 48

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer ... 49

Lampiran 5. Gambar alat pH meter ... 50

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas sediaan ... 51

Lampiran 7. Gambar tipe emulsi sediaan ... 52

Lampiran 8. Gambar hasil uji stabilitas ... 53

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air dri kulit ... 54

Lampiran 10. Gambar hasil uji angka lempeng total (ALT) ... 55

Lampiran 11. Gambar hasil determinasi ... 56

Lampiran 12. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... . 57

Lampiran 13. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 58


(1)

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Buah Strawberry ... 6

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry ... 7

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry ... 8

2.2 Kulit... 10


(2)

2.2.2 Fungsi kulit ... 12

2.2.3 Jenis kulit ... .. 14

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit ... 14

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit .... 15

2.3 Emulsi ... 16

2.4 Kosmetik Untuk Kulit ... 18

2.4.1 Kosmetik pelembab ... 18

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab ... 19

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab ... 20

2.5 Krim ... 21

2.6 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Alat ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Sukarelawan ... 25

3.4 Prosedur Kerja ... 25

3.4.1 Pengumpulan sampel ... 25

3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 25

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry ... 25

3.4.4 Formula sediaan krim ... 26

3.4.4.1 Formula dasar krim ... 26


(3)

3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 28

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 28

3.5.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 28

3.5.3 Pengukuran pH sediaan ... 29

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 29

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 30

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 31

3.5.7 Uji angka lempeng total (ALT) ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Strawberry ... 33

4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 33

4.2.1 Homogenitas sediaan ... 33

4.2.2 Stabilitas sediaan ... 33

4.2.3 pH sediaan ... 36

4.2.4 Tipe emulsi sediaan ... 37

4.2.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 38

4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 39

4.2.7 Uji angka lempeng total ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... ... 44


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah

strawberry segar ... 9 Tabel 2 Formula sediaan krim ... 27 Tabel 3 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12

minggu ... 34 Tabel 4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 36 Tabel 5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12

minggu ... 36 Tabel 6 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 37 Tabel 7 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan . ... 39 Tabel 8 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

dari kulit ... 40


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka pikir penelitian ... 5


(6)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan krim ... 46

Lampiran 2. Gambar strawberry ... 47

Lampiran 3. Gambar sari strawberry ... 48

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer ... 49

Lampiran 5. Gambar alat pH meter ... 50

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas sediaan ... 51

Lampiran 7. Gambar tipe emulsi sediaan ... 52

Lampiran 8. Gambar hasil uji stabilitas ... 53

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air dri kulit ... 54

Lampiran 10. Gambar hasil uji angka lempeng total (ALT) ... 55

Lampiran 11. Gambar hasil determinasi ... 56

Lampiran 12. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... . 57

Lampiran 13. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 58