189830566 MODUL Keterampilan Berbahasa Indonesia SD

MODUL 1
HAKIKAT KETERAMPILAN BERBAHASA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Manfaat Keterampilan Berbahasa
Dalam komunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah kita miliki,
seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Berikut ini adalah pengertian
keterampilan berbahasa serta manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
A. Keterampilan Berbahasa
Secara sederhana, komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengirim

Pesan → encoding → lambang

transmisi

(bunyi/tulisan)

Si

pengirim


pesan

aktif

Penerima

Lambang → decoding → pesan
(bunyi/tulisan)

memilih

pesan

yang

akan

disampaikan,

memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses

demikian disebut encoding. Lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut
disampaikan

kepada

penerima.

Selanjutnya,

si

penerima

pesan

aktif

menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna
sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut proses
decoding.

B. Manfaat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan berbicara,
menyimak, menulis dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim pesan mengirimkan
pesan dengan menggunakan bahasa lisan.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi
dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang
keberhasilannya antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang

dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru
dan wartawan.
Kegiatan Belajar 2
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis.
Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
Bahasa Ragam/Sifat

Lisan

Tulisan


Reseptif

Mendengarkan

Membaca

Produktif

Berbicara

Menulis

A. Mendengarkan
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat
reseptif. Bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa, melainkan sekaligus
memahaminya.
B. Berbicara
Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu
interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif. Interaktif, misalnya percakapan secara

tatap muka dan berbicara lewat telepon. Semiinteraktif, misalnya dalam berpidato
di hadapan umum secara langsung. Bersifat noninteraktif, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi.
C. Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Dapat dikembangkan secara
tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara.
D. Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Karena menulis bukanlah sekedar menyalin katakata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Kegiatan Belajar 3
Keterkaitan antar Aspek Keterampilan Berbahasa
Secara sederhana kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini,
mungkinkah kita melakukan aktivitas mendengarkan tanpa ada yang berbicara?
Mungkinkah kita melakukan aktivitas membaca tanpa ada yang menulis? Apakah
pengalaman kita dalam menyimak dapat membantu kita dalam menulis? Dalam upaya
menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, perlu kita perhatikan hubungan
antara jenis-jenis keterampilan berbahasa berikut ini.

A. Hubungan Berbicara dengan Mendengarkan
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan
merupakan kegiatan komunikasi 2 arah yang langsung. Pernyataan Brooks
mengenai peristiwa komunikasi dalam situasi interaktif, seperti digambarkan dalam
diagram berikut ini.
A
B
Diagram komunikasi interaktif
Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli dan penjual atau
dalam suatu diskusi kelompok. Situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang
berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan.
B. Hubungan Mendengarkan dengan Membaca
Mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa
yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam
lisan,

sedangkan

membaca


merupakan

aktivitas

berbahasa

dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui diagram berikut ini.

ragam

tulis,

Mendengarkan
Membaca

Reseptif
(menerima informasi)

Lisan (hasil berbicara)
Tulisan (hasil menulis)


Diagram Hubungan Mendengarkan dan Berbicara
Diagram di atas bukan hanya menggambarkan hubungan antara mendengarkan
dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyimak dan
berbicara serta membaca dan menulis.
C. Hubungan Membaca dengan Menulis
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif.
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan
dan revisi. Kemampuan membaca penting sekali sebagai proses menulis.
Dalam kegiatan membaca pemahaman seringkali kita harus menulis catatancatatan, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang
pemahaman kita terhadap isi bacaan.
D. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Subyakto-Nababan (1993;153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik
berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah
kegiatan berbahasa ragam tulis. Kegiatan menulis pada umumnya merupakan
kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya bersifat
langsung.
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan

yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan
bersifat reseptif. Dua jenis keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menulis dan
membaca. Keduanya merupakan jenis keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca
bersifat reseptif.

Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan berbahasa jenis
reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam
suatu peristiwa komunikasi seringkali beberapa jenis keterampilan berbahasa
digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.

MODUL 2
KETERAMPILAN MENYIMAK
Kegiatan Belajar 1
Kemampuan Menyimak Tingkat Dasar
Menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan, dalam
kehidupan sehari-hari merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sangat penting karena
melalui menyimak kita dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan.
Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas

empat tataran pokok sebagai berikut (Soedjiatno, 1983:18):
1. Tataran identifikasi
2. Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi
3. Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek
4. Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang
Tataran identifikasi tidak lain adalah tahap pengenalan. Mengenal berbagai jenis
bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam hubungan timbal balik antar
struktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika.
Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi adalah tataran menyimak di mana
penyimak diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit
kontinum bunyi/ujaran, tetapi belum dituntut adanya kemampuan retensi (kemampuan
mencamkan, menyimpan dan memproduksikan) hasil pemahaman tersebut.
Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek adalah
tataran menyimak yang menuntut penyimak mengenal bunyi-bunyi dan kemampuan
memahami, tetapi masih dalam taraf terpimpin.
A. Menyimak Bahasa
Menyimak merupakan proses berbahasa yang paling misterius (Lundsteen
dalam Tompkins dan Hosskinson, 1991). Proses menyimak merupakan proses
interaktif yang mengubah bahasa lisan yang menjadi makna dalam pikiran, dengan


demikian penyimak tidak sekedar mendengarkan kegiatan berpikir atau
menangkap, maka dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak.
Faris (1993:154) menguraikan proses menyimak atas 3 tahapan. Pertama,
menerima masukan auditori (auditory input). Penyimak menerima pesan lisan.
Kedua, memperhatikan masukan auditori. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi
dengan masukan auditori.
B. Strategis Menyimak Bahasa
Untuk menyimak bahasa, kita dapat menggunakan dua strategi, yaitu:
1. Memusatkan perhatian
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal
untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak.
2. Membuat catatan
Membuat catatan dapat membantu aktivitas menyimak, karena mendorong
berkonsentrasi, menyediakan bahan-bahan untuk me-review dan dapat
membantu mengingat-ingat. Berikut ini adalah beberapa saran dalam membuat
catatan, yaitu :
a. Catatan harus bersifat sederhana
b. Catatan dapat menggunakan singkatan-singkatan dan simbol-simbol
c. Catatan harus jelas

Kegiatan Belajar 2
Kemampuan Menyimak Tingkat Lanjut
Kemampuan menyimak lanjut ini kita golongkan ke dalam 3 jenis menyimak sebagai
berikut:
1. Menyimak kritis
2. Menyimak kreatif
3. Menyimak eksploratif
A. Menyimak Kritis

Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguhsungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian,
kebenaran dan kelebihan serta kekurangan-kekurangan bahan simakan.
B. Menyimak Kreatif
Menyimak

kreatif

ialah

kegiatan

menyimak

yang

bertujuan

untuk

mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak
dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa
daerah, mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara.
C. Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh
perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Menemukan gagasan baru, informasi
baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan topik-topik baru
yang dapat dikembangkan dari bidang tertentu, menemukan unsur-unsur bahasa
yang bersifat baru.

MODUL 3
KETERAMPILAN BERBICARA
Kegiatan Belajar 1
Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Berbicara
Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mengkaji beberapa pokok permasalahan, yaitu
berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi dan bercerita.
A. Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai
suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialoh adalah
bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bertelepon, bercakap-cakap,
tanya-jawab, wawancara, diskusi, musyawarah, debat dan simposium.
B. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu
diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya,
yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat dan gaya penampilan yang
menarik.
C. Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus
memperhatikan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan
mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan
atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapatpendapatnya (Laksono, 2003:20).
D. Bercerita

Manfaat bercerita di antaranya, yaitu (1) memberikan hiburan (2) mengajarkan
kebenaran dan (3) memberikan keteladanan.
Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu
diperhatikan, di antaranya (1) penguasaan dan penghayatan cerita, (2) penyelarasan
dengan situasi dan kondisi, (3) pemilihan dan penyusunan kalimat, (4)
pengekspresian yang alami, dan (5) keberanian.
Kegiatan Belajar 2
Kemampuan Lanjutan dalam Kegiatan Berbicara
A. Musyawarah
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu
supaya mencapai kata sepakat. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah
kepentingan orang banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi
demi kepentingan umum.
Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan
itu harus dipadukan. Bila tidak, maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah
hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam
musyawarah selalu ada kesimpulan.
B. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:68) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan
dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, tukarmenukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam
Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur
dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk diskusi
ialah proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah.
C. Pidato
Komunikasi lisan khususnya pidato dilakukan dengan cara impromptu (serta
merta), menghafal, metode naskah, dan ekstemporan.

Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis
terhadap:
1. Jumlah pendengar
2. Tujuan mereka berkumpul
3. Adat kebiasaan mereka
4. Acara lain
5. Tempat berpidato
6. Usia pendengar
7. Tingkat pendidikan pendengar
8. Keterkaitan hubungan batin dengan pendengar
9. Bahasa yang biasa digunakan