Pengaruh Konservatisma Akuntansi terhada (1)

Pengaruh Konservatisma Akuntansi terhadap Kualitas Laba dimoderasi Good Corporate Governace

Marselinus Asri Atma Jaya Makassar University

marselinus.asri@yahoo.co.id

1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investor dan kreditor mempunyai kepentingan yang berbeda dalam perusahaan. Investor berusaha mengambil keuntungan dengan mengambil dividen yang berlebihan dari dana kreditor. Kondisi ini semakin dimungkinkan dengan perusahaan dengan struktur kepemilikan manajerial yang sangat besar. Keputusan untuk membayar deviden yang berlebihan semakin besar. Sementara itu kreditor menginginkan keamanan dananya untuk keuntungan masa depan. Untuk menghindari transfer keuntungan yang dilakukan oleh investor melalui penarikan dividen yang berlebihan maka kreditor menginginkan pelaporan keuangan yang konservatif.

Praktek konservatisma masing-masing perusahaan biasanya berbeda, karena adanya berbagai pilihan metoda akuntansi. Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang cenderung menghasilkan nilai laba dan aktiva. Konservatisma memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Hasil penelitian menunjukkan pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisma. Pengkritik konservatisma menyatakan bahwa prinsip ini Praktek konservatisma masing-masing perusahaan biasanya berbeda, karena adanya berbagai pilihan metoda akuntansi. Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang cenderung menghasilkan nilai laba dan aktiva. Konservatisma memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Hasil penelitian menunjukkan pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisma. Pengkritik konservatisma menyatakan bahwa prinsip ini

Konservatisma merupakan prinsip yang paling mempengaruhi penilaian akuntansi (Sterling ,1970, Watts, 2003a). Konservatisma didefinisikan sebagai konsep yang menunda pengakuan arus kas masuk mendatang dan sebagai akuntansi konservatif yang menyatakan akuntan melaporkan informasi akuntansi terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi untuk nilai kewajiban dan beban (Hendriksen dan Van Breda ,1995).

Konservatisma sebagai preferensi terhadap metoda akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan di satu sisi, dan menghasilkan nilai paling tinggi untuk utang dan biaya, disisi lain. Atau dengan kata lain, konservatisma menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah (Belkaoui ,1985; Hendriksen dan Van Breda ,1995 ; )

Pendukung konservatisma menyatakan bahwa konservatisma menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate ( Feltham dan Ohlson ,1995; Watts 1993). Mereka membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai perusahaan.

Terdapat dua perbedaan dalam informasi yang dimiliki oleh manajer dan informasi tentang laba perususahaan . Pertama adalah bahwa manajer memiliki informasi tentang laba masa depan yang tidak dimiliki oleh para investor. Kedua investor informasi yang tercermin dalam harga saham (Mc Nichols dan Maureen,

1989). Konservatisma merupakan bagian dari mekanisma kontrak yang efisien antara perusahaan dengan berbagai pihak (Watts 2003). Atas dasar penjelasan kontrak, konservatisma akuntansi dapat digunakan untuk menghindari moral hazard yang disebabkan oleh pihak-pihak yang mempunyai informasi asimetris, harison waktu yang terbatas, dan tanggung jawab yang terbatas. Misalnya, konservatisma dapat menahan perilaku oportunistik manajer dalam melaporkan ukuran-ukuran akuntansi yang digunakan dalam kontrak. Laba akuntansi yang dijadikan media kontrak akan lebih bermanfaat untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul dari moral hazard, jika disajikan secara konservatif (Kwon , 2005).

Hubungan kontraktual yang diproksi dengan struktur kepemilikan, struktur utang, dan ukuran perusahaan mempengaruhi konservatisma akuntansi. Selain itu penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti terjadinya praktik konservatisma akuntansi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (Mayangsari dan Wilopo ,2002 ; Wibowo ,2003). konservatisma akuntansi bermafaat untuk mengatasi konflik kepentingan di seputar kebijakan dividen (Sari ,2004) .

peneliti menduga ada variabel lain yang turut berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisma dan kualitas laba.good corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors / minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada

mekanisme legal . pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal

(outside investors), baik pemengang saham maupun kreditor, melalui sistem legal yang dapat di artikan dengan hukum dan pelaksanaannya.

Dari semua informasi tentang perusahaan yang tersedia sepanjang tahun ,sebagian atau bahkan lebih diperoleh dari angka laba (income number) dalam tahun yang bersangkutan (Ball dan Brown , 1968). Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Kepemilikan saham manajerial merupakan salah satu unsur Good Corporate Governance. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005). Atas dasar ini penelti memasukkan Good Corporate Governance seabagai variabel yang turut mempengaruhi hubungan konservatisma akuntansi dan Kualitas laba.

Penelitian ini mencoba meneliti apakah pilihan perusahaan untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatif berpengaruh terhadap kualitas laba dimoderasi oleh Good Corporate Governance

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah bahwa masih adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh penerapan konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba. Peneliti memasukkan good corporate governance sebagi variabel moderating , peneliti ingin mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh konservatisma akuntansi terhadap kinerja yang dimoderasi good corporate governance. Dalam penelitian ini masalah yang akan dijawab adalah :

1. Apakah Konservatisma Akuntansi berpengaruh terhadap kualitas Laba

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

3. Apakah kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

4. Apakah Jumlah Komisaris berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

5. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai pengaruh pemilihan kebijakan konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba. Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji Apakah Konservatisma Akuntansi berpengaruh terhadap kualitas Laba

2. Untuk menguji apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

3. Untuk menguji apakah kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

4. Untuk menguji apakah Jumlah Komisaris berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

5. Untuk menguji apakah keberadaan komite Audit berpengaruh terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan kualitas Laba

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat investor dan manajemen perusahaan mengenai penerapan akuntansi konservatif sebagai sinyal untuk meningkatkan kualitas laba perusahaan.

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama namun dengan latar belakang yang berbeda.

2. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Teori Sinyal

Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisma yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi yang akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang. Perubahan dan perbedaan yang dibuat Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisma yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi yang akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang. Perubahan dan perbedaan yang dibuat

Manajer melakukan accrual income decresing , sepanjang import relief investigation. Hal ini sejalan dengan hipotesis manajemen laba (Jones, 2004). Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang kompleks mempunyai tingkat perbedaan dalam asimetri informasi yang dibatasi oleh fleksibilitas memperoleh teknologi pelaporan (Bartov dan Bodnar, 1996). Aktiva bersih yang disajikan understatement secara sistematik atau relatif permanen merupakan hallmark konservatisma akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisma akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate Watts (2003a). Analis laporan keuangan mengidentifikasi aspek-aspek laporan keuangan yang relevan untuk keputusan inestasi (OU Jane dan Penman, 1989). Secara rata rata , laporan analis memiliki daya informasi yaitu reaksi pasar pada tanggal analis mengumumkan laporan adalah lebih besar dari hasi sebelumnya. Aktivitas analis adalah sensitif untuk factor-faktor yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran riset informasi (Frankel dkk, 2006).

Konservatisma akuntansi mencerminkan kebijakan kuntansi yang permanen (Penman dan Zhang , 2002). Secara empiris penelitian mereka menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode akuntansi atau perubahan estimasi. Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari Konservatisma akuntansi mencerminkan kebijakan kuntansi yang permanen (Penman dan Zhang , 2002). Secara empiris penelitian mereka menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode akuntansi atau perubahan estimasi. Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari

2.2. Ukuran Alternatif Konservatisma Akuntansi

Konservatisma dan penundaan pengakuan (delayed recognition) adalah kunci dalam sistem pelaporan keuangan (Beaver , 1996). Pengungkapan dan pengakuan adalah dua metoda utama yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan hasil laporan keuangan kepada komunitas investasi (Shaw , 2001). Akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metoda akuntansi, tetapi juga estimasi yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi akrual (Penman dan Zhang , 2002 ). Konservatisma merupakan praktik akuntansi yang mengurangi laba (dan menurunkan aktiva bersih) ketika menghadapi bad news, akan tetapi tidak meningkatkan laba (dan meningkatkan nilai aktiva bersih) ketika menanggapi good news (Basu ,1997).

Menurut Watts (2003b) penjelasan mengenai manajemen laba kelihatan cocok dengan literatur mengenai konservatisma berdasarkan alasan berikut: (1) menetapkan cadangan aktiva bersih yang understate, (2) menghapus return saham negatif, secara potensial memberikan

hubungan earnings/ stock return yang asimetrik, (3) kerugian awal akan sementara, diikuti oleh laba yang lebih tinggi

secara tetap yang dihasilkan oleh penggunaan cadangan.

Dari penjelasan-penjelasan di atas diketahui bahwa akrual diskresioner dapat juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan sehingga pemakai laporan keuangan perlu memahami kemungkinan bahwa perubahan laba akuntansi selain dipengaruhi kebijakan konservatisma akuntansi juga oleh manajemen laba.

konservatisma akuntansi bukan yang diakibatkan oleh manajemen laba. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan pengukuran alternatif konservatisma akuntansi yang dibuat oleh Lo (2005), yaitu model yang didasarkan pada pemikiran bahwa konservatisma akuntansi merupakan salah satu penyebab adanya akrual diskresioner, selain manajemen laba. Menggunakan akrual diskresioner yang diakibatkan kebijakan konservatisma akuntansi saja dan tidak menggunakan akrual diskresioner total karena dalam akrual diskresioner total juga terdapat komponen yang diakibatkan oleh manajemen laba.

2.3. Penilaian kualitas Laba

Isu utama yang dihadapi oleh ilmu ekonomi, keuangan dan akuntansi adalah menyangkut hubungan antara laba yang dilaporkan oleh perusahaan dengan harga sahamnya (Kormendi dan Lipe, 2001). Terdapat hubungan antara laba akuntansi dan return saham . Terdapat tiga hubungan teoritis yang dikembangkan oleh Beaver (1998) sebagai kerangka awal untuk memahami hubungan laba dengan return saham. Hubungan pertama adalah laba periode sekarang merupakan informasi yang berguna untuk memprediksi laba masa depan. Hubungan kedua adalah prediksi laba masa depan merupakan input yang berguna dalam mengembangkan ekspektasi dividen. Hubungan ketiga alah nilai sekarang dari ekspektasi dividen menentukan harga saham. Struktur teori ini menyajikan kerangka yang berguna Isu utama yang dihadapi oleh ilmu ekonomi, keuangan dan akuntansi adalah menyangkut hubungan antara laba yang dilaporkan oleh perusahaan dengan harga sahamnya (Kormendi dan Lipe, 2001). Terdapat hubungan antara laba akuntansi dan return saham . Terdapat tiga hubungan teoritis yang dikembangkan oleh Beaver (1998) sebagai kerangka awal untuk memahami hubungan laba dengan return saham. Hubungan pertama adalah laba periode sekarang merupakan informasi yang berguna untuk memprediksi laba masa depan. Hubungan kedua adalah prediksi laba masa depan merupakan input yang berguna dalam mengembangkan ekspektasi dividen. Hubungan ketiga alah nilai sekarang dari ekspektasi dividen menentukan harga saham. Struktur teori ini menyajikan kerangka yang berguna

Penelitian menggunakan proksi market to book ratio untuk penilaian ekuitas sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan. Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003b) menggunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan perusahaan (Walsh, 2003). Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya penerapan konservatisma akuntansi yang diberikan melalui laporan keuangan. Kualitas laba dapat diukur melalui discretionary accruals(DACC) yang dihitung dengan cara menselisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik diantara model lain untuk mengukur manajemen laba (Dechow et al, 1995). Dalam penelitian ini kualitas laba diukur dengan Modified Jones Model.

2.4 Corporate Governance dan Perspektif keagenan

Isu-isu utama yang belum terselesaikan adalah tema markets (efisiensi, dan penilaian), Perilaku Individual (Investor, analis dan manajer) dan struktur akuntansi. Riset akuntansi menjadi berguna sejauh mengkonfrontasi dua tema pertama dengan tema ketiga (Beaver, 2002). Pilihan kebijakan akuntansi berhubungan Isu-isu utama yang belum terselesaikan adalah tema markets (efisiensi, dan penilaian), Perilaku Individual (Investor, analis dan manajer) dan struktur akuntansi. Riset akuntansi menjadi berguna sejauh mengkonfrontasi dua tema pertama dengan tema ketiga (Beaver, 2002). Pilihan kebijakan akuntansi berhubungan

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang di gunakan untuk memahami corporate governance. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jansen dan Meckling). Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agen ( Jensen and Meckling, 1976). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (di pihak principal / investor) dan pengendalian (di pihak agen / manajer). Agency theory yang dikembangkan oleh Mikhael Jhonson, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para pemegang saham akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemengang saham. Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.

Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan returns dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang akan dilakukan manajer dalam mengelolah dana para investor, spesifikasi tentang pembangian return antara manajer dan investor. Secara ideal investor dan manajer sebaiknya menandatangani kontrak yang lengkap , yang menspesifikasi secara tepat apa saja yang akan dilakukan oleh manajer di segalah kemungkinan yang terjadi dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan.

Sebagian besar faktor kontijensi sulit untuk dilihat atau di ramalkan sebelumnya sehingga kontrak yang lengkap sulit untuk di wujudkan. Dengan demikian investor diharuskan untuk memberikan hak pengembalian residual kepada manajer yaitu hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak.

Hak pengendalian residual yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk di selewengkan dan akan menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka tanamkan tidak di kelolah dengan semestinya oleh menajer. Manajer memiliki hak untuk mengelolah perusahaan dengan demikian, manajer memiliki hak diskresioner dalam mengelolah dana investor.

Berdasarkan struktur kepemilikan perusahaan yang ditemukan, La Porta et al. (1998,1999) dan Claessens et al. (1999a) dalam Christian Herdinata (2008) menemukan masalah keagenan yang harus diperhatikan dalam perusahaan moderen adalah masalah keagenan antara pemegang saham pengendali dan minoritas terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Disisi lain La Porta et al. (1998,2000) dalam Cristian Herdinata (2008) mengemukakan pentingnya peranan praktek corporate governance untuk memproteksi pemegang saham minoritas. Indra dan Ivan ( 2006 ) dalam Cristian Herdinata (2008) menyatakan bahwa perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tersebar kepada outside investors perlu menerapkan corporate governance untuk meningkatkan kewenangan yang dimiliki para pemengang saham publik dalam rangka penyeimbangan pihak manajemen.

Ekspropriasi yang dilakukan oleh manajer dapat dilakukan dengan berbagai cara atau bentuk mulai dari penggelapan dana investor, menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang dimiliki oleh manejer dengan harga yang lebih rendah dengan harga pasar, hingga menjual aset perusahaan lainnya ke perusahaan yang dimiliki oleh manajer. Bahkan yang paling parah, ekspropriasi yang dilakukan oleh manajer bisa berupa mempertahankan jabatan atau posisi pekerjaannnya meskipun mereka sudah tidak berkopeten atau berkualitas lagi dalam manjalankan usahanya (Shleifer dan Vishny, 2008) dalam Deni Darmawati (2005). La Porta et al. (2000) dalam Cristian Herdinata (2008) beragumen bahwa proteksi investor menjadi krusial dalam corporate governance, karena terjadi banyak ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas dan pemegang saham obligasi oleh saham pengendali. Menurut mereka pendekatan hukum merupakan pendekatan yang terpenting untuk memproteksi investor luar dalam corporate governance

Jensen dan Mecling (1976) menunjukan adanya tiga unsur tambahan yang dapat membatasi perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan unsur pekerjaan pasar bagi keinginan menguasai dan mamiliki atau mendominasi kepemilikn perusahaan. Agen bisa tidak bermasa depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar tenaga kerja manajerial akan menghapus kesempatan pengelola yang tidak mempunyai kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham perusahaan yang dikelolanya. Bekerjanya pasar modal secara efesien bisa menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri, pengelola sendiri dalam hal Jensen dan Mecling (1976) menunjukan adanya tiga unsur tambahan yang dapat membatasi perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan unsur pekerjaan pasar bagi keinginan menguasai dan mamiliki atau mendominasi kepemilikn perusahaan. Agen bisa tidak bermasa depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar tenaga kerja manajerial akan menghapus kesempatan pengelola yang tidak mempunyai kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham perusahaan yang dikelolanya. Bekerjanya pasar modal secara efesien bisa menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri, pengelola sendiri dalam hal

Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi di pihak - pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja berbeda. Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari principal dan agen berlawanan (b) dan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi principal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa principal tidak dapat menverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu dengan tepat. Kedua adalah masalah pembagian risiko yang timbul pada saat principal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko.

Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri dan tidak menyukai risiko. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Konflik kepentingan yang dikarenakan oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal yang memicu terjadinya biaya Konflik kepentingan yang dikarenakan oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal yang memicu terjadinya biaya

Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan dan menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer.

Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manjemen perusahaan dan dewan direksinya. Corporate governance juga memberikan struktur yang menfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sasaran untuk mencapai sasaran tersebut dan sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.

Cadbury (1992) dalam Luciana Spica Almilia (2006) menyatakan bahwa prinsip utama dalam corporate covernance hanya terdiri dari tiga prinsip yaitu 1) keterbukaan, 2) integritas, dan 3) akuntanbilitas. Sedangkan Organization for Ekonomic Cooperation and Development (OACD) dalam Luciana Spica Almilia (2003) menyatakan terdapat lima prinsip corporate governance yaitu 1) perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham, 2) perlakuan adil terhadap Cadbury (1992) dalam Luciana Spica Almilia (2006) menyatakan bahwa prinsip utama dalam corporate covernance hanya terdiri dari tiga prinsip yaitu 1) keterbukaan, 2) integritas, dan 3) akuntanbilitas. Sedangkan Organization for Ekonomic Cooperation and Development (OACD) dalam Luciana Spica Almilia (2003) menyatakan terdapat lima prinsip corporate governance yaitu 1) perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham, 2) perlakuan adil terhadap

2.5.Corporate Governance.

Berdasarkan konsep yang melatarbelakangi perkembangan corporate governance, terdapat beragam defenisi mengenai corporate governance. David Melvil dalam Luciana Sica Almilia (2003) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan.

Shleifer dan Vishny (9997) dalam Luciana Spica Almilia (2006) mendefenisikan corporate governance sebagai

deals with the wais in which suppliers on finance to corporations assure themselves of getting a return on their investment yaitu proses yang berkaitan dengan cara-cara dimana stockholder memastikan bahwa mereka mendapat hasil atas investasi mereka. Jhonson, dkk. (2002) dalam Deni Darmawati (2005) mendefenisikan corporate governance sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan pada penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham minoritas.

Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksinya, para pemegang sahamnya dan stekeholder lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang menfasilitasi penentuan ssaran-saran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk mencapai sasaran tersebut dan sarana untuk menentukan teknik monitoring kerja.

Penerapan prinsip good corporate governance secara kongkrit memiliki tujuan terhadap perusahaan antara lain : memudahkan akses terhadap investasi Penerapan prinsip good corporate governance secara kongkrit memiliki tujuan terhadap perusahaan antara lain : memudahkan akses terhadap investasi

Apabila pemenuhan kepentingan menjadi seimbang maka benturan kepentingan yang terjadi dapat diarahkan dan dikontrol sehingga tidak menyebabkan timbulnya kerugian bagi masing-masing pihak. Oleh karena itu prinsip-prinsip good corporate governance memengang peranan penting, antara lain : (1) pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu prusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya. (2) perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalagunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan (3) perwujutan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi dan menjalankan setiap aturan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangandinegara asalnya atau tempat berdominisili secara konsisten, termasuk peraturan di lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenaga kerjaan, perpajakan dan sebagainya. Hal ini akan menjadi alasan kuat bagi parah pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas untuk mendapatkan keadilan melalui implementasi GCG.

Pasar modal juga perlu menerapkan prinsip-prinsip GCG untuk perusahaan publik. Hal ini di tunjukan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib melaksakan GCG, dimaksutkan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan Pasar modal juga perlu menerapkan prinsip-prinsip GCG untuk perusahaan publik. Hal ini di tunjukan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib melaksakan GCG, dimaksutkan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan

Agar penyelenggaraan corporate governance berjalan dengan baik , Pemerintah telah mengeluarkan beberapa pengaturan antara lain bapepam dengan Surat Edaran No.SE-3/ PM/2002 mensyaratkan bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk komite Audit dengan anggota minimal 3 orang yang diketahui oleh satu orang komisaris independent perusahaan dengan dua orang eksternal yang independent terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Sementara bagi perusahaan BUMN/BUMD, sesuai dengan keputusan Mentri Badan usaha Milik Negara Nomor 117/M- MBU/2002 menyatakan bahwa Komisaris/Dewan Pengawas harus membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas system pengendalian internal, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor eksternal.

Corporate governance perception index (CGPI) yaitu pemeringkatan corporate governance yang dilakukan oleh mejalah SWA dan IICG berdasarkan 7 (tujuh) kriteria yaitu (1) komitmen perseroan terhadap corporate governance, hal ini menjelaskan sejauh mana perseroan menaruh perhatian terhadap semangat GCG (2) pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan perlakuan terhadap minority shareholders, mencakup ketepatan waktu pelaksanaan RUPS dan adanya jaminan perlindungan hak pemegang saham termasuk saham minoritas (3) dewan komisaris, dimilikinya dewan komisaris yang kompeten di bidangnya serta seberapa optimal peranan dan tanggung jawab mereka dalam penyelanggaraan tata kelola

perusahaan yang baik, (4) struktur direksi, dimilikinya direksi kompeten dibidangnya serta bangaimana peranan dan tanggung jawab direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik (5) hubungan dengan stakeholder, bangaimana dengan hubungan dan tanggung jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan (6) transparansi dan akuntabilitas, mewajibkan adanya informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas, dapat diperbandingkan terutama menyangkut masalah keuangan, pengelolaan dan kepemilikan perusahaan (7) tanggapan terhadap riset IICG. Sejauh mana keseriusan responden untuk mengikuti riset ini. Adanya pemeringkatan corporate governance yang berupa CGPI ini , kita bisa menduga bahwa perusahaan yang menduduki peringkat diatas lebih baik dibandingkan peringkat dibawah. Sehingga memungkinkan adanya perbedaan reaksi pasar diantara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan Non sepuluh besar.

Menurut Harmanto dalam majalah SWA (2004) beberapa manfaat menerapkan good corporate governance, misalnya: dipercaya investor, mitra bisnis maupun kreditor, menjadi lebih linear karena pembagian tugas serta kewenang yang jelas; pertimbangan kekuatan diantara struktur internal perusahaan yakni direksi, komisaris, komite audit, dan sebagainya; pengambilan keputusan yang menjadi lebih akuntabel an lebih berhati-hati demi sustainable perusahaan.

2.6. Pengembangan Hipotesis

Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisma standar akuntansi secara global. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manager cenderung melindungi dirinya dengan selalu Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisma standar akuntansi secara global. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manager cenderung melindungi dirinya dengan selalu

Di Indonesia, penelitian tentang konservatisma akuntansi membuktikan bahwa pada umumnya perusahaan-perusahaan memilih konservatisma akuntansi (Wydia, 2004). Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menggunakan C-Score sebagai proksi konservatisma membuktikan bahwa konservatisma memiliki value relevance, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisma dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Penelitian mereka menunjukkan bahwa total akrual (discretionary dan non discretionary accrual) berpengaruh positif signifikan pada nilai perusahaan

Penerapan kebijakan akuntansi konservatif yang di tunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H1: Konservatisma akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas

laba perusahaan.

Adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh penerapan konservatisma akuntansi terhadap penilaian kualitas laba perusahaan mendorong peneliti untuk memasukkan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Peneliti menduga bahwa ada variabel lain yang menginteraksi pengaruh konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma. Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005) Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005).

Siallagan dan Machfoedz (2006) yang juga meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual dan nilai Siallagan dan Machfoedz (2006) yang juga meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual dan nilai

H2a : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba.

Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al., (1992) dalam Fidyati (2004) menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management.

Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada

H2b : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan

konservatisma dan kualitas laba.

Persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang independen berpengaruh negatif secara signifikan terhadap discretionary accrual (Xie et all 2003). Penelitian Besley (1996) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar lebih dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan daripada kehadiran komite audit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran dewan dan karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.

Brown dan Caylor (2004) meneliti mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja operasional (return on equity, profit margin, and sales growth), penilaian (Tobin s Q) dan shareholder payout (dividend yield dan share Brown dan Caylor (2004) meneliti mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja operasional (return on equity, profit margin, and sales growth), penilaian (Tobin s Q) dan shareholder payout (dividend yield dan share

H2c: Jumlah Komisaris berpengaruh secara positif terhadap hubungan antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba.

Komite Audit, konservatisma dan Kualitas Laba Penelitian Xie, Davidson dan Dadalt (2003) menguji efektifitas komite audit dalam mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba dan juga nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin s Q. Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.

Dari uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2d: Keberadaan komite Audit mempengaruhi hubungan konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba.

Tahapan Model Analisisnya sbb:

Model (1):

KL= 0 + 1 VIKV+ 2 Ko + 3 KI + 4 KM + 5 KA +

Model (2a): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KM+ Model (2b): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KM + 6 VIK*KM+ Model (3a): KL= 0 + 1 VIKV + 2 Ko + Model (3b): KL= 0 + 1 VIKV + 2 Ko + 3 VIKV*Ko + Model (4a): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KA + Model (4b): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KA + 3 VIKV*KA+ Model (5a): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KI + Model (5b): KL= 0 + 1 VIKV + 2 KI + 3 VIKV*KI +

Analisis Regresi Linier Berganda:

KL= 0 + 1 VIKV + 2 KM + 3 Ko + 4 KA + 5 KI+ 6 VIK*KM + 7 VIKV*Ko +

8 VIKV*KA + 9 VIKV*KI +

KL = Kualitas laba

TACC it = EBXT it OCF it TACC it /TA i,t-1 = 1 (1/TA i,t-1 )+ 2 (( REV it )/TA i,t-1 )+ 3 (PPE it /TA i,t-1 )+ it NDACC it = 1 (1/TA i,t-1 )+ 2 (( REV it - REC it )/TA i,t-1 )+ 3 (PPE it /TA i,t1 ).

DACC it = (TACC it /TA i,t-1 ) NDACC it TACC it= Total Accrual diukur sebagai perbedaan antara laba bersih sebelum extraordinary item (EBXT it ) dengan arus kas operasi (OCF it )

VIKV=Variabel Instrumen Konservatisma

Merupakan nilai prediksi regresi dengan variabel dependen LBKNBLPJ dimana variabel independen INVRPDA, UDA, ULUDA, dan DEPA.

1. Piutang dagang abnormal yaitu residual Regresi Cross-sectional Piutang Dagang (PD) pada perubahan penjualan bersih ( Pjln jt ) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva tetap total sebagai deflator(A) dengan rumus sbb:

PD jt /A it-1 =1 it ( 1/ A jt-1 )+2 it ( Pjln jt /A jt-1 )+

Penelitian ini memakai kebalikan piutang dagang abnormal (inv PDA) dibagi aktva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konservatisma akuntansi. Inv PDA dihitung dengan mengalikan PDA dengan PDA dengan-1. INVPDA bertanda positif menunjukkan penyelenggaraan akuntansi knsrvatif dan sebaliknya.

2. Sediaan abnormal yaitu residual Regresi Cross-sectional Sediaan (SDN) pada perubahankos barang dijual ( KBD jt ) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva tetap total sebagai deflator(A) dengan rumus sbb:

SDN jt /A it-1 =1 it ( 1/ A jt-1 )+2 it ( KBD jt /A jt-1 )+

Penelitian ini memakai kebalikan sediaan abnormal (inv SDA) dibagi aktva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konservatisma akuntansi. Inv SDA dihitung dengan mengalikan SDA dengan-1. INVSDA bertanda positif menunjukkan penyelenggaraan akuntansi knsrvatif dan sebaliknya.

3. Utang dagang abnormal yaitu residual Regresi Cross-sectional Utang Dagang (UD) pada Kos Barang dijual ( KBD jt ) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva tetap total sebagai deflator(A) dengan rumus sbb:

UD jt /A it-1 =1 it ( 1/ A jt-1 )+2 it ( Pjln jt /A jt-1 )+

Penelitian ini memakai kebalikan Utang dagang abnormal (inv UDA) dibagi aktva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konservatisma akuntansi. Inv UDA dihitung dengan mengalikan UDA dengan-1. INVUDA bertanda positif menunjukkan penyelenggaraan akuntansi knsrvatif dan sebaliknya.

4. Utang Lancar selain Utang dagang abnormal yaitu residual Regresi Cross- sectional Utanglancar selain utang Dagang abnormal (UL-UD) pada perubahan penjualan bersih ( PJLN jt

) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva tetap total sebagai deflator(A) dengan rumus sbb:

(UL- UD jt ) /A it-1 =1 it ( 1/ A jt-1 )+2 it ( Pjln jt /A jt-1 )+

Penelitian ini memakai utang lancar selain Utang dagang abnormal (UL- UDA) dibagi aktva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konservatisma akuntansi. UL UDA bertanda positif menunjukkan penyelenggaraan akuntansi knsrvatif dan sebaliknya. Komponen utang lancar selain utang dagang adalah utang PPN, utang hadiah, utang komisi, utang kontinjensi yag lain, dan biaya lain yang belum dibayar.

5. Biaya Depresiasi dan amortisasi abnormal yaitu residual Regresi Cross-sectional Biaya depresiasi dan amortisasi (Dep) pada aktiva tetap bruto (ATB ) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva tetap total sebagai deflator(A) dengan rumus sbb:

(DEP jt ) /A it-1 =1 it ( 1/ A jt-1 )+2 it ( ATB jt /A jt-1 )+

Penelitian ini menggunakan biaya depresiasi dan amortisasi abnormal (DEPA) dibagi aktva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konservatisma akuntansi.DEPA bertanda positif menunjukkan penyelenggaraan akuntansi knsrvatif dan sebaliknya.

Elemen Variabel moderasi Good Corporate Governance

KM = Proporsi Kepemilikan Manajerial Ko = Proporsi anggota dewan komisaris KA = Komite Audit KI = Proporsi kepemilikan Institusional VIK*KM = Interaksi Variabel instrumen Konservatisma dengan Kepemilikan Manajerial VIK*Ko = Interaksi Variabel instrumen Konservatisma dengan Komposisi Komisaris VIK*KI = Interaksi Variabel instrumen Konservatisma dengan Komite audit VIK*KM = Interaksi Variabel instrumen Konservatisma dengan Kepemilikan Institusional

= error

3.METODA PENELITIAN

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2007. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :termasuk dalam jenis perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2007, menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode pengamatan 2003-2007.

3.2. Variabel dan pengukuran Variabel independen :Variabel Instrumental Konservatisma (VIK).

Variabel independennya adalah konservatisma akuntansi yang diukur dengan variabel instrumental konservatisma akuntansi (VIKV) yang dibuat dengan menggunakan 8 (delapan) proksi yang diduga dapat menangkap konstruk konservatisma berdasarkan definisi konservatisma akuntansi sebagai kecenderungan untuk merendahkan nilai aktiva, meninggikan utang, mengakui pendapatan secara lebih lambat, dan mengakui biaya secara lebih cepat.

Pengukuran alternatif konservatisme akuntansi yang digunakan adalah variabel instrumental konservatisma akuntansi (VIKV) yang dikembangkan oleh Lo (2005).

VIKV yang dibentuk dari nilai prediksi regresi dengan variabel dependen LBKNBLPJ dan variabel independent INVRPDA, UDA, ULUDA, dan DEPA . LBKNBLPJ = kelebihan laba kena pajak di atas laba sebelum pajak penghasilan dibagi aktiva total tahun t-1. INVRPDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional piutang dagang (PDjt) pada perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A). Penelitian ini memakai kebalikan piutang dagang abnormal (INVRPDA) dibagi aktiva total tahun t-1 sebagai proksi tingkat konseravtisme akuntansi. INVRPDA dihitung dengan mengkalikan PDA dengan 1.

UDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang dagang (UDjt) pada perubahan kos barang dijual (KBDjt) untuk perusahaan j tahun t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).

ULUDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang lancar selain utang dagang [(UL-UD)jt] pada perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A). DEPA = residuals dari suatu regresi cross-sectional biaya depresiasi dan amortisasi (DEPjt) pada aktiva tetap bruto (ATBjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).

Variabel dependen : Kualitas Laba