Aktualisasi Pendidikan Islam Dalam Kelua
Aktualisasi Pendidikan Islam Dalam Keluarga
Oleh :
Lukis Alam,SS.,MT.,MSI
Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
2015
A. Pendahuluan
Pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting pada zaman
sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi aktualisasi
pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Dalam kehidupan manusia,
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting membentuk generasi
yang akan datang. Dengan pendidikan,
manusia diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab dan mampu
mengatasi
perubahan-perubahan dimasa
yang
akan
datang. Pada
hakikatnya pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang
agar dapat memperoleh kemajuan dan dapat menjalani kesempurnaan.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang pada pelaksanaanya berdasarkan pada ajaran Islam.
Karena ajaran Islam berdasar pada al-Qur’an dan al-Sunnah, pendapat
ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun berdasarkan
pada al-Qur’an, al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah tersebut.1
Tujuan pendidikan Islam, tidaklah sekedar proses alih budaya atau ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge ) tetapi juga proses alih nilai-nilai ajaran
Islam (transfer of islamic values). Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya
menjadikan manusia yang bertaqwa, manusia yang dapat mencapai al-falāḥ,
serta kesuksesan hidup yang abadi di dunia dan akhirat (mufliḥūn).2
Salah satu aspek terpenting dalam pendidikan Islam adalah pentingnya
pendidikan dalam keluarga, terutama menanamkan pendidikan agama kepada
anak. Anak adalah anugerah bagi setiap orang tua. Mereka adalah karunia
Allah SWT yang tidak ternilai harganya. Selain itu mereka juga merupakan
amanah bagi setiap orang tua. Ketika anak lahir ke dunia dengan
fitrahnya, orang tua yang akan mengisi lembaran putih yang masih fitrah
tersebut. Keluarga menjadi peran utama dan sangat penting dalam menjaga
1 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), hlm. 15.
2 A. Syafi’i Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1991), hlm. 41.
2
keberadaan anak dan sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan
secara mutlak.3
Dalam al-Qur’an juga disebutkan perintah menjaga keluarga dari
kesesatan yang mengakibatkan terjerumus dalam api neraka sebagaimana
firman Allah dalam QS. At-Tahrim [66] : 6 :
ك ك ك
ܛرا ٓوقݠلهܛ ٓٱ ك
م
ك
ٓٓحجܛرة
ٓ
ل
ٱ
و
ٓ
ٓ
لݜ
ܛس
ٓ
ٓ
ن
ٓ
ݗ
ٓ
يك
ݖ
ه
ٓ
أ
و
ٓ
ݗ
ٓ
ك
ܵ
نف
أ
ٓ
ٓ
ا
ٓ
ݠ
ق
ٓ
ݠا
ٓ
ݜ
ام
ء
ٓ
يݚ
ٓ
ܰ
ل
يأ ٓيݟܛ ٓٱ
ٓ
ق
ق
ق
ك
ك ك
ك
ٓ٦ٓٓلٓمܛٓٓأ ܱهݗٓٓويفٓعݖݠنٓٓمܛٓي ٓܖ ܱون
ٓ لئقݓܟٓٓغقݖܛظٓٓ قشܯالٓٓلܛٓيعܻٓݠنٓٓٱ
ٓ عݖيٓݟܛٓم
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. ”
Melihat ayat di atas dapat diketahui bahwa betapa pentingnya
menjaga, melindungi keluarga dari semua bahaya yang belakangan ini terjadi,
kejadian tersebut menimpa pada anak-anak, utamanya mereka yang
memasuki usia remaja. Sebagian dari mereka ada yang menjadi korban
kekerasan rumah tangga, ada yang terpengaruh oleh era global yang dapat
mengakibatkan pengaruh negatif bagi mereka. Seperti pencurian, narkoba
sampai pergaulan bebas yang membahayakan masa depan mereka. Keadaan
ini banyak disebabkan karena lingkungan keluarga yang menjadi faktor
utama yang mempengaruhi tidak terarahnya pendidikan dalam keluarga.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda :
كل م ل د ي لد على الفطرة فأ ب اه ي دانه ا ينصرانه ا يمجسانه
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tua nya
lah yang akan menjadikan ia sebagai yahudi, nasrani atau majusi
(HR.Bukhari).”
Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama yang
besar pengaruhnya dengan perkembangan anak. walaupun tak jarang
pengaruh tersebut terjadi karena lingkungan yang kurang kondusif.
Mengingat begitu pentingnya peran keluarga di sini maka perlu adanya
3 Fauzi Rahman, Anakku, Kuantar Kau ke Surga “Panduan Mendidik Anak di Usia Baligh,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm.28.
3
konsep pendidikan yang dapat membantu peran keluarga dalam mendidik
dan membimbing anak dalam keluarga. Konsep pendidikan yang
dimaksud adalah konsep pendidikan Islam.
Konsep pendidikan Islam di sini diartikan sebagai upaya sadar
yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap
pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang
dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana
hakekat kejadiannya.4 Adapun tanggung jawab dalam pengertian ini adalah
orang tua. Sedangkan para guru atau pendidik lainnya adalah merupakan
perpanjangan tangan para orang tua.5
al-Qur’an
mengandung
nilai
transhistory,
artinya
al-Qur’an
diturunkan dalam realita sejarah. Sebab al-Qur’an turun sebagai respon
kongkrit terhadap sejarah, kurun waktu, peristiwa tertentu, dan tempat
tertentu. Kekonkritan ajaran al-Qur’an dapat dijadikan metode yang dapat
digunakan dan diterapkan dari generasi ke generasi berikutnya walaupun
pada tataran praktis banyak perubahan dalam dunia pendidikan. al-Qur’an
juga berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia
dan akhirat nanti.6
al-Qur’an juga memuat banyak sekali kisah-kisah yang berisi
pelajaran dan hikmah. Di antaranya adalah kisah seorang tokoh bijak
bernama Luqman yang sedang memberikan nasehat kepada anaknya.
Secara umum kisah tersebut merupakan peringatan dan pembelajaran bahwa
pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua. Kisah Luqman
dimunculkan sebagai acuan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan
terhadap anaknya.7
Alangkah bijak orang tua dalam mendidik anak, tidak hanya
menjadikan anak memiliki kecerdasan intelektual namun tentunya memiliki
4
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm.19.
Ibid.
6 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan “Tafsir al –Ayat Al-Tarbawi”, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.1.
7 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan “Hati yang Selamat Hingga Kisah
Luqman”, (Bandung: Marja, 2007), hlm. 153.
5
4
kecerdasan spiritual, hal ini tentunya tidak semudah membalik telapak
tangan. Orangtua harus mengerahkan segala daya upaya untuk mewujudkan
hal tersebut agar nilai-nilai ajaran Islam senantiasa dapat mewarnai
kehidupan mereka sehingga mereka menjadi generasi yang baik. di sini
Berdasar argumen diatas penulis mencoba mengontekstualisasikan
perspektif pendidikan Islam terkait dengan al-Qur’an. Penulis mencoba
menggambarkan model pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan
yang memiliki sistem pendidikan. Uraian ini merupakan pembahasan
integral pendidikan keluarga dari objek yang dikaji meliputi keluarga Imran
dan Luqman. Akhir dari analisis akan menegaskan model pendidikan
keluarga Qur’ani dalam surah Ali Imran dan Luqman, di mana subjeknya
adalah keluarga Imran dan Luqman sebagai model pendidikan keluarga.
B. Landasan Teori
a. Terminilogi Pendidikan Islam
Terminologi pendidikan8 memiliki arti menumbuhkan, memelihara dan
merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini digunakan oleh Tuhan
terhadap seluruh ciptaan-Nya. Disamping itu pengertian pendidikan telah
disampaikan oleh banyak tokoh pendidikan Indonesia, di antaranya Ki Hajar
Dewantoro, Soegarda Poerbakawaca dan Ahmad D. Marimba. Pendidikan,
menurut Ki Hajar Dewantoro, adalah usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.9
Sedangkan menurut Muhaimin pendidikan Islam, atau pendidikan yang
berdasarkan Islam yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta
disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam
sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan hadist.10
Jika berbicara tentang pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilainilai ideal yang bercorak Islam. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan
pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas Islam.
Sedangkan idealitas Islam sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai
8 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012, hlm. 19.
9_______, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 10.
10 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah,
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada2005), hlm.7.
5
perilaku manusia yang dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai
sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Maka Pendidikan Islam yang
dilaksanakan dalam suatu sistem memberikan kemungkinan berprosesnya
bagian-bagian menuju ke arah tujuan yang ditetapkan sesuai ajaran Islam.
Jalannya proses itu baru bersifat konsisten dan konstan (tetap) bilamana
dilandasi dengan pola dasar pendidikan yang mampu menjamin terwujudnya
tujuan pendidikan Islam.11
Menurut Hamka, kandungan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan
Islam secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi kelompok
yaitu: pertama, al-Qur’an mengandung hukum-hukum yang berkaitan
atau bersangkutan dengan halal-haram, farāiḍ dan wājibāt (seruan dan
perintah yang pasti) baik yang dianjurkan maupun yang dilarang serta
hukuman bagi siapa yang melanggarnya. Kedua, al-Qur’an mengandung
hal-hal yang bersangkutan dengan ‘aqīdah atau kepercayaan yang dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan doktrin. Ketiga, al-Qur’an mengandung
hal-hal yang bersangkutan dengan kisah-kisah dan cerita-cerita zaman
lampau, sebagai pelajaran dan i‘tibār.12
Sebenarnya masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut
para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat
digenaralisir, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan
jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk
mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju
terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan
berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan
didunia dan di akherat.
Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang
melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah
masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
11
Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an , terj. H. M.
Arifin, (Bandung: Rineka Cipta, 1994), hlm. 54.
12 Hamka, Tafsir al-Azhar,: Juz XXI, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1991), hlm. 25-29.
6
b. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Tujuan sementara adalah
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah
tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
yang sempurna (insan kamil)
setelah ia menghabisi sisa umurnya.
Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.13
Menetapkan al-Qur’an dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.
Sesungguhnya jika pendidikan Islam diimplementasikan secara benar
maka akan terlihat jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang
mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa insan
kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan
manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta
senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah Swt dan dengan manusia sesamanya, dapat
mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk
kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini
kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja
keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja
13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Cet. 1, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002),hlm. 18.
7
yang
konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang
mustahil.14
Lebih lanjut pendidikan Islam berusaha mencapai ketiga tujuan, yaitu
tujuan individual, sosial, dan professional. Ketiga tujuan antara ini secara
terpadu dan terarah diusahakan agar dapat mencapai tujuan akhir
pendidikan Islam, yaitu penyerahan secara mutlak kepada Allah. 15
Meskipun demikian tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan
hidup seseorang muslim. Pendidikan Islam itu sendiri hanyalah suatu sarana
untuk mencapai tujuan hidup Muslim, bukan tujuan akhir
Pendidikan Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran
Islam secara keseluruhan. Karena itu tujuan akhirnya harus selaras dengan
tujuan hidup dalam Islam. Tujuan hidup Muslim sebagaimana dijelaskan
dalam ayat-ayat al-Qur’an di atas, juga menjadi tujuan akhir pendidikan
Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Tuhan yang selalu
bertaqwa dan mengabdi kepada-Nya. Sebagai hamba Allah yang bertaqwa,
maka segala sesuatu yang diperoleh dalam proses pendidikan Islam itu tidak
lain termasuk dalam bagian perwujudan pengabdian kepada Allah SWT.16
Esensi pendidikan Islam yang harus dilaksanakan oleh umat Islam
adalah pendidikan yang memimpin manusia ke arah akhlak yang mulia
dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari
dunia luas dan perkembangan dalam diri manusia yang merupakan
kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Hal
ini sesuai dengan firman Allah Swt, dalam QS. al-Nahl [16] : 78:
ك
ٓٓ݅ٓمآوجعݔٓٓلكݗٓٓٱ كܵݙنٓأ كمهٓتقكݗٓٓلܛٓ عٓݖݙݠنٓٓشيٓل
ٓلٓأخܱٓجكݗٓ كمقݚٓٓبطݠ ق
ٓ وٓٱ
ك
٨٧ٓٓقلةٓٓلعݖكݗٓٓتشٓݓܱونوٓٱلٓأبٓصܱٓٓٓوٓٱلٓܕفٓل
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
14
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 25.
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006),hlm. 116.
16 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana
Ilmu,1999), hlm. 7 -8.
15
8
Sesuai dengan ayat tersebut di atas sudah jelas bahwasannya usaha
mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui
proses
pendidikan
sebagai
upaya
membimbing
dan mengarahkan
kemampuan-kemampuan dasar dan belajar manusia baik sebagai makhluk
maupun dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dari banyak definisi tentang pendidikan Islam di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah suatu
proses yang komprehensif dalam pengembangan kepribadian manusia
secara menyeluruh, yang meliputi intelektual, spiritual, emosional dan
fisik, sehingga seseorang muslim disiapkan dengan baik untuk dapat
melaksanakan tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba dan khalifah Allah
di bumi.
c. Kewajiban Orang tua Memberikan Pendidikan Kepada Anak
Anak merupakan titipan dari Allah SWT, sehingga wajiblah orang tua
membimbing dan membina anak mereka tidak hanya dengan dengan
pendidikan formal saja tetapi tetap mengedepankan pendidikan akhlak dan
moral sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan karakter dalam Islam
diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang
hakiki, bukan kebahagiaan semu. Karakter Islam adalah karakter yang benarbenar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai
dengan fitrahnya.17
Pendidikan Islam, menuntut orang tua untuk melaksanakan kebiasaan
yang positif berdasarkan syariat Islam sebagai pola kehidupannya dalam
mendidik anak-anaknya. Sehingga mempengaruhi dan memberi dampak
positif terhadap pembentukan kepribadiannya, akhlak dan agama bagi anak
karena kebiasaan keagamaan orang tua akan memasukan unsur perbuatan
positif dalam pembentukan kepribadian yang sedang tumbuh dan
berkembang itu. Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran
besar dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral,
17 Abdul majid, Dian andayani. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam, (Bandung: Insan
Cita Utama, 2010),hlm. 61.
9
tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya.
Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral
memang harus berbuat demikian.18
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah sebagai lingkungan pertama dan
utama.19 Sebab, dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan
pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Keluarga bukan
hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak
hidup dan dididik pertama kali.
Keluarga merupakan wadah yang sangat penting diantara individu dan
group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak yang
menjadi anggotanya. Selain itu, keluarga sebagai tempat proses sosialisasi
paling dini bagi tiap anggotanya untuk menuju pergaulan masyarakat yang
lebih kompleks dan lebih luas.20 Pada umumnya pendidikan dalam keluarga
itu bukan berpangkal dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan,
situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua harus memahami perkembangan dan cara belajar anak
semakin optimal dan luas orang tua mengembangkan otak anak, akan
semakin tertantang untuk belajar dan mencari pengalaman baru. Dengan
demikian sikap dan perilaku orang tua sangat menentukan perubahan pada
perilaku dan sikap anak.21
Apa yang anak peroleh dalam keluarga, akan menjadi dasar
dikembangkan pada kehidupan selanjutnya. 22 Dalam hal ini orang tua yang
18
Abuddin Nat, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 219.
19 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Rosda Karya, 2001),
hlm. 155.
20 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 108.
21 Ahmad Tafsir, Ilmu…,hlm. 4.
22 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. 1, (Bandung:
Rosda Karya, 2003) , hlm. 6.
10
berperan sebagai pendidik dalam keluarga, walaupun tidak ada kurikulum
khusus yang tertulis yang mereka buat atau ikuti dengan berpegang pada
citacita dan keyakinan yang dianutnya sebagai rencana pendidikan dan kasih
sayang sebagai dasar perbuatan mendidik, para orang tua melakukan upaya
dan tindakan pendidikan.23
C. Pembahasan
a. Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada Anak Dalam Surah
Lukman
Surat Luqman termasuk surat Makiyah yang termasuk turun pada
periode Makah belakangan. Surat ini terdiri dari 34 ayat dan diturunkan
setelah surat As-Shoffat. Penamaan surat ini sudah sepantasnya, karena nama
dan nasehat Luqman yang begitu mulia diuraikan dalam surat ini, khususnya
karena pada ayat ke-12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah Hikmah
berupa ilmu pengetahuan, dan nasehat-nasehatnya yang terdapat dalam ayat
ke-13-19 sarat dengan pelajaran bagi orang tua agar dapat mendidik anaknya
seperti prinsip-prinsip pendidikan yang dilakukannya.24
Menurut Ali Ash-Shabuni, kandungan Surat Luqman banyak mencakup
masalah-masalah akidah dan dasar-dasar keimanan seperti keesaan, kenabian,
hari kebangkitan dan tempat kembali, serta perintah untuk berdakwah dengan
kata-kata yang bijak. Surat ini juga memuat hikmah dan nasehat-nasehat
dalam kisah Luqman bersama anaknya, karena itu surat ini disebut Surat
Luqman. Surat ini diawali dengan penjelasan tentang fadilah (keutamaan) Al
Qur’an, mukziat Muhammad yang abadi, sepanjang zaman, dengan
memberikan hujjah-hujjah dan bukti-bukti atas keesaan rabul’Alamain,
menjelaskan beberapa kekuasaannya dan ciptaan-nya yang menakjubkan di
alam semesta yang luas ini, yang hukum-hukumnya pasti dan tepat. Yaitu
gambaran mengenai langit, bumi, matahari, bulan, siang, malam, gununggunung, lautan, gelombang, hujan, tumbuh-tumbuhan maupum pepohonan,
serta seluruh bukti-bukti kekuasaan dan keesaan yang dapat di saksikan oleh
23
Ibid.,hlm. 7.
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), hlm. 89.
24
11
manusia, yang memikat hati dan memperkaya akal serta mengarahkan
manusia agar berjalan lurus ke depan, dengan senantiasa menyerahkan diri
kepeda kekuasaan Allah, Sang Pencipta Yang Maha Besar. 25
Ayat selanjutnya menjelaskan tentang wasiat-wasiat yang berharga
yang diwasiatkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya. Dalam setiap
wasiat tersebut terdapat pelajaran dan hikmah yang berharga. Luqman
berbicara dengan kalimat yang penuh hikmah dan menakjubkan. Oleh sebab
itulah dirinya diberi gelar Luqmanul Hakim dan terkenal dengan
kebijaksanaannya sehingga perkataanya disebut sebagai qaulul fashl.26 Allah
Swt berfirman dalam QS. Luqman [31]: 12 :
ك
ك
ٓܵ ٓݝقۦٓٓومݚ
ٓ نٓٱشٓݓܱٓٓ ق
ٓحݓٓݙܟٓٓأ ق
لهقٓومݚٓيشٓݓܱٓٓفܗقنݙܛٓيشٓݓܱٓٓل قݜفٓ ق
ولݐܯٓٓءاتيٓݜܛٓل ٓݐمٓݚٓٓٱلٓ ق
ك ك
ٓ ٓ٢١ٓٓيٓح قݙيܯ
ٓلٓغݜ ق ك
ٓ نٓٱ
ٓ كفܱٓٓفܗ ق
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji.”
Menurut Choiruddin Hadhiri dalam bukunya yang “Kandungan alQur’an”27 , menjelaskan bahwa kandungan Luqman mencakup enam hal
berikut, yakni:
1.
Ayat yang mengandung hikmah menjadi petunjuk rahmat bagi
orang yang berbuat kebaikan, ayat 1-6.
2.
Ayat-ayat yang berisi tentang azab yang pedih bagi orang yang
berpaling dari Al-Qur’an dan balasan bagi orang yang
beriman, ayat 7-11.
3.
Ayat yang berisi tentang Allah yang memberi hikmah Luqman
dan nasehat Luqman kepada anaknya yang mencakup akidah,
ibadah, dan akhlak, ayat 12-17.
25 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir
vol.5, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hlm. 375.
26 Ibid., hlm. 376.
27 Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi al-Qur’an,( Jakarta : Gema Insani Press,2002),hlm. 36-41.
12
4.
Ayat yang mengandung kekuasan Allah menundukkan segala
apa yang ada dilangit dan di bumi untuk kenikmatan hidup
umat manusia, tetapi kebanyakan manusia mengingkari
kekuasaan-Nya ayat 20-26.
5.
Ayat yang mengungkapkan tentang perumpamaan luasnya
ilmu allah yang tiada terhingga jika hendak ditulis,serta
kebanyakan sifat manusia jika mendapat nikmat dan tertimpa
musibah, ayat 27-34.
Dari berbagai isi kandungan yang terdapat dalam Surat Luqman,
sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam kajian ini penulis lebih
memfokuskan pada ayat 12-19. Meskipun agak berbeda dari penjelasan
mengenai kandungan Surat Luqman khususnya ayat ke-12 s/d 19, dalam
konteks pendidikan, penulis melihat bahwa Surat Luqman ayat ke-12 s/d 19
sebenarnya telah membicarakan masalah pendidikan keluarga, yaitu
kewajiban orang tua memberikan pendidikan kepada anak.28 Oleh karena itu,
dengan melihat karakteristik ayat-ayat tersebut. Berangkat dari kisah dalam
ayat ini, penulis akan mencoba menganalisa perspektif pendidikan orang
tua kepada anak, diilhami dari pendidikan Luqman al-Hakim kepada
anaknya.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an banyak memberikan inspirasi untuk digali
hikmah
kandungannya.
pendidikan.
Dengan
Di
antaranya
rekonstruksi
adalah
cerita,
untuk pengembangan
akan
dapat dilakukan
kontekstualisasi pemaknaan dan pengembangan sistem pendidikan menuju
ke arah yang lebih baik.
Dalam QS. Luqman: 12-19 yang berisi tentang nasehat Luqman alHakim tentang misi pendidikan yang mesti di sampaikan oleh
orang tua
khususnya, dan umumnya kepada para pendidik. Pada ayat tersebut
dimuat konsep pendidikan Islam dengan mengetengahkan tiga pokok
materi/ tuntunan agama yaitu: akidah, syari’ah, dan akhlak.29
28
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar…, hlm. 89-132.
29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 11, hlm. 140.
13
Kisah Luqman misalnya, meski terjadi pada masa yang sudah lama,
namun akan tetap menjadi penting dan menarik untuk digali dan ditafsirkan
dalam konteks pendidikan saat ini. Banyak kandungan nilai yang ada dalam
kisah Luqman yang dapat diambil untuk perbaikan pendidikan masa kini. 30
Dari sosok seorang Luqman sebagai orang tua pendidik, kemudian materi
nasehatnya, serta gaya penyampaiannya yang lemah lembut dan penuh
kasih sayang, semuanya memberi gambaran dan mengundang inspirasi.
Jelaslah bahwa Luqman adalah seorang ahli hikmah, kata-katanya
merupakan pelajaran
dan
nasehat,
diamnya
berpikir,
dan isyarat-
isyaratnya merupakan peringatan. Dia bukan seorang Nabi melainkan
seorang yang bijaksana, yang Allah memberikan kebijaksanaan di dalam
lisan dan hatinya, dimana ia berbicara dan kebijaksanaan itu kepada
manusia. Dalam al-Qur’an pun diungkapkan bahwa ia dianugerahi hikmah
oleh
Allah Swt.
Banyak perkataannya yang
mengandung
hikmah,
sebagaimana dapat dilihat perkataannya itu ketika ia berkata kepada
anak laki-lakinya.
1. Ketauhidan
Penanaman rasa keimanan yang murni sejak anak mulai di usia tingkat
Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar sangatlah penting, sebab naluri
anakanak pada usia ini telah mampu menerima pendidikan keimanan.
Luqman al-Hakim sendiri pun memprioritaskan pendidikan tauhid
kepada anaknya. Terbukti pendidikan tauhid telah mendapatkan tempat
pertama dari wasiatnya dalam surat Luqman, yakni pada ayat ke-12 dan ke13. Setelah pada ayat ke-12 diperintahkan bersyukur kepada Allah, yakni
Dzat yang wajib ada. Berikut ayat yang dimaksud :
ٓ ٓ٢١ٓٓٓويݠٓعٓٓ ݐݠعٓٓٱ كܵܛعܟٓٓيܞٓݖقܳٓٓٱٓݙجٓ قܱ ݠن
“ Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa
terdiam berputus asa.”
ك ك ك
ٓ ٓ٢١ٓٓشܱٓكٓٓل݄ݖٓݗٓٓع ق݄يݗ
ٓ يٓلܛٓتشٓ قܱكٓٓٓب قٱ
ِٓمٓٓقܛظٓٓلݐٓمٓݚٓٓ ٓل قٱٓبݜقݝٓقۦٓوهݠٓٓي قع݄ݝٓۥٓ ٓيܞݜ ك
لقٓإقنٓٓٱ ق
30
Ibid.,hlm. 142.
14
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena perbuatan syirik itu
berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, maka ia termasuk
dalam kategori dosa besar. Perbuatan tersebut juga berarti menyamakan
kedudukan Tuhan dengan makhluk-Nya.31 Walaupun
pada
hakikatnya
keimanan atau kekufuran itu tidak mempengaruhi kebesaran-Nya sebagai
Raja dari segala Raja, akan tetapi demi kebahagian makhluk-makhlukNya, Dia pun memerintahkan agar makhluk- makhluk-Nya supaya beriman
kepada-Nya. Inilah salahsatu sifat raḥmāndan raḥīm Allah SWT.
Bila direnungkan lebih mendalam ada baiknya setiap individu
belajar bersyukur atas berbagai nikmat yang diperolehnya, karena dengan
bersyukur diharapkan mereka bisa meminimalisir bahkan bisa terhindar dari
perbuatan syirik. Hal ini diperjelas oleh Imam Qurthubi dalam tafsirnya
Tafsīr al-Qurthuby bahwa hakikat bersyukur adalah menaati segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.32 Dengan demikian, andaikata
manusia mampu mensyukuri nikmat dengan sungguh-sungguh secara
otomatis mereka tidak akan terperangkap dari perbuatan syirik.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada
anaknya adalah memberi nasehat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat
menempuh jalan yang benar dan terhindar dari kesesatan.
Bertolak dari pesan Luqman di atas, jelaslah pentingnya permasalahan
tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman kepada anaknya, dan
sekaligus memerintahkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi
karena sikap tulus orang tua yang bijaksana terhadap nasib masa depan
anaknya. Inilah pesan secara emosional yang sangat menonjol, sehingga perlu
dilakukan. Dalam nasehat itu, terdapat hubungan kasih sayang antara orang
tua dan anak. Atas dasar ini, pendidikan akidah lebih ditekankan melalui
hubungan yang harmonis ini. Anak sangat memerlukan pesan secara kontinyu
31
32
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 153.
Qurthubi, Tafsīr al-Qurthubi,1992, hlm. 301
15
untuk menghadapi masa depannya. Generasi masa depan inilah yang perlu
diberi arahan oleh orang tua dan generasi itu tidaklah dapat membalas
kebaikannya.33
2. Pembinaan Kepribadian
Demikian juga pada ayat ke 14 – 15, sebagai berikut :
ٓن
ٓݚٓأ ق
ٓݚٓوف قصٓݖݝٓۥٓف قيٓعܛميٓ ق
ٓوو كصيٓݜܛٓٱلٓܗقنسٓݚٓٓبقوٓل قܯيٓ ٓݝقٓحݙݖتٓݝٓٓأ كمݝٓۥٓوهٓ ًݜܛٓعݖيٓٓوهٓ ل
ٓٓܳٓيٓأنٓتشٓ قܱكٓٓبقيٓمܛٓلي
ِٓٓنٓجٓݟܯاكٓٓعݖ ك٢١ܱܻٓٓي
ٓٱشٓݓܱٓٓل قيٓول قوٓل قܯيٓݑٓٓإقل ك
يٓٱٓݙ ق
م ك
ݑٓٓبݝٓقۦٓعقݖٓݗٓٓفݖܛٓتطعٓݟݙٓܛٓوصܛحܞٓݟݙܛٓف قيٓٱ ك
ٓٓوفٓܛٓوٓٱتܞق݅ٓٓسبقيݔٓٓمݚٓٓأنܛب
ٓ ܱٓلܯنٓيܛٓمع
ق
ق
ق
ٓ ٓ٢١ٓٓجعكݗٓٓفأنبكقܚكݗٓبقݙܛٓكݜتݗٓٓ عٓݙݖݠن
ٓيهٓ كݗٓٓإقل ك
ٓإقل ك
يٓ ܱٓ ق
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku
engkau kembali, maka Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
Pada ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini, setelah Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan untuk memenuhi hak-Nya dengan beribadah hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk memenuhi hak orang tua,
dengan berbakti dan taat kepadanya selama perintah mereka tidak menyelisihi
syariat. Maka anak diperintah untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua
orang tua, karena mereka yang menyebabkan seorang anak ada di dunia ini
dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala ; dan terlebih lagi berbakti kepada
ibu, karena, ibu telah mengandung, merasakan payahnya ketika seorang anak
masih berada di dalam perutnya. Hingga akhirnya melahirkan dengan
menahan rasa sakit yang luar biasa. Ibu mempertaruhkan nyawa demi
keselamatan anaknya. Tidak hanya sampai di situ, ibu juga menyusui
33
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar…hlm. 106.
16
anaknya, mengurus dengan sabar, hingga menyapih dalam jangka waktu dua
tahun. Sampai akhirnya anak tersebut tumbuh, berkembang, kuat dan
dewasa.34 Demikian pula dengan ayah, ia telah membanting tulang mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita dan ibu.
Dengan demikian kewajiban ketaatan dan kepatuhan manusia
terhadap orang tua ialah terbatas kewajiban menyang kut hal-hal yang baik
(ihsan), bukan pada kewajiban pada taat atau mentaati mereka. Karena
berbuat baik tentunya meliputi makna yang sangat luas dan mencakup
banyak jenis tingkah laku dan sikap anak terhadap orang tuanya.
Sedangkan taat merupakan salah satu bentuk dari berbuat baik tersebut, dan
itu pun bersyarat,35 sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya jika taat dan berbakti kepada orang tua merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak. Tentunya, kewajiban tersebut
berlaku selama bakti dan ketaatan terhadap perintah mereka berdua tidak
menyelisihi atau menyalahi syariat.
Hubungan antara anak dan kedua orang tuanya adalah perantara
dẓahiriyyah wujudnya seorang anak di dunia, sedangkan mengenai urusan
aqidah mereka (orang tua) tidak berhak menyesatkan anak-anaknya. Oleh
karena itu sebagai seorang anak hendaknya senantiasa berbuat baik kepada
kedua orang tua, sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada keduanya.
Segala kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia baik kepada
Allah SWT maupun kepada kedua orang tuanya akan dibalas di hari
pembalasan tergantung amal yang diperbuat .36
Di akhir ayat 15, Luqman al-Hakim pun berwasiat anak-anaknya
tentang adanya balasan akhirat. Menurut al-Maraghi37 ayat tersebut di atas
menjelaskan adanya balasan terhadap segala amal perbuatan manusia pada
umumnya. Khususnya balasan atas rasa syukur kepada-Nya terhadap segala
nikmat dan rasa penghormatan anak kepada kedua orang tua.
34
Lihat Taisîrul-Karîmir-Rahmân(2/424-426).
As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontektual, Cet.I, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hlm.142.
36 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Juz XXI , (Beirut: Darul Fikri, 1991), hlm. 147
37 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm. 54.
35
17
3. Anjuran Berbuat Kebaikan
Misi pendidikan Luqman dilanjutkan dengan menuturkan pesanpesan ayat yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, dan
hubungan antar manusia dengan mengetengahkan etika pergaulan sosial
sebagaiaman dalam QS. Luqman: 16-17.
ك ك ك
ٓٓتٓأٓو
ٓيٓإقنݟٓܛٓإقنٓتݑٓٓمقثٓݐܛظٓٓح كܞ لٓܟٓ كمقݚٓٓخܱٓل لٓظٓفتكݚٓف قيٓصܮܱٓةٓٓأ ٓوٓف قيٓٱ كܵمٓوٓ ق
ٓ يٓܞݜ
ك ك ك
ٓ ٓ٢٦ܱٓٓنٓٱلٓٓل قطيفٓٓخܞقي
ٓ لهٓإ ق
ٓ تٓبقݟܛٓٱ
ٓشٓيܕٓ ق
ٓ ف قيٓٱلٓܕۡ ق
“ (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.
Ayat di atas menyebutkan tentang dibalasnya semua perbuatan
manusia, baik amal baik maupun amal buruk. Amal baik dibalas dengan
kebaikan, dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan pula/ siksa. Tak
ada satu perbuatan pun yang lepas dari pengamatan Allah. Meskipun
amal itu beratnya hanya sebiji sawi, dan berada di tempat yang paling
tersembunyi sekalipun, di langit atau di tempat lain di dalam bumi,
niscaya Allah akan menemukannya, dan membalasnya nanti di hari
kiamat.38
Kemudian ayat berikutnya QS Luqman: 17 menyangkut perintah
shalat dan amr bi al-ma’ruf wa nahy’an al-munkar :
ك
ٓٓݚٓٱٓݙݜݓ قܱٓٓوٓٱصٓܞقܱٓٓعݖيٓٓمٓܛٓأصܛبݑ
ٓوفٓوٓٱنٓݝٓٓع ق
ٓ يٓأق ق قٓݗٓٱ كܻݖݠٓةٓٓوٓأ ܱٓٓٓب قٱٓݙعܱٓ ق
ٓٓيܞݜ ك
ك
ٓ ٓ٢٨ٓݠرق
ٓ نٓذٓ قݑٓٓمقݚٓٓعܲٓ قٓعٓٱ ٓلܕ
ٓ إق
“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Perintah
shalat
pada
ayat
ini
dimaksudkan
perintah untuk
mengerjakan shalat dengan cara yang benar. Orang yang mengerjakannya
berarti menghadap dengan tunduk kepada-Nya, yang implikasinya akan
mampu menimbulkan kesadaran ruhani guna mengendalikan jiwa untuk
38
Ibid.,hlm. 84.
18
dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat menurut
Quraish Shihab dapat menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Ilahi
dalam kalbu sang anak.39
Melalui ayat ini, wasiat Luqman kepada anaknya mengisyaratkan
adanya pembinaan terhadap anak agar selalu mendirikan shalat dengan
sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjkan itu
diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa
menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang ini, dan mereka
tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin
dekat dengan Allah. Selain itu ayat ini juga mengajak manusia untuk
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha
membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah agar tidak
mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Bahkan ayat ini ju menganjurkan
untuk selalu bersabar dan tabah terhadap segala cobaan yang menimpa, akibat
dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran, baik
cobaan tersebut dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam
bentuk kesengsaraan dan penderitaan.40
Implikasi shalat tersebut di atas dapat dirasakan dan diraih oleh orang
yang shalat, jika seseorang mendirikannya dengan sempurna syarat dan
rukunnya serta dikerjakan dengan khusyuk. Sementara khusyuk bukanlah
hal yang
mudah untuk dicapai.
Banyak
orang yang shalat
tanpa
kekhusyukan, dan yang dilakukan hanyalah rutinanitas ritual yang sekedar
untuk menggugurkan kewajiban. Shalat yang demikian tentunya tidak
mampu memberi implikasi sebagaimana diharapkan dari ayat di atas,
utamanya mampu mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, serta
mampu dengan sabar menghadapi tantangan, yang tentunya akan banyak
merintangi dalam pelaksanaan tuntutan Allah tersebut.
Adapun dalam konteks pendidikan terhadap anak, beribadah kepada
anak juga dimulai dari dalam keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan
M. Quraish Shihab, Tafsir…,hlm. 136.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya : Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2010), hlm. 555.
39
40
19
tindakan yang persuasive, yaitu dengan mengajak dan membimbing mereka
untuk melakukan sholat berjamaah.
4. Pembinaan Akhlak
Tahapan pembinaan akhlak ini dapat ditemukan dalam dua ayat, yakni
ayat ke-18 dan ke-19, di mana Luqman menganjurkan agar anaknya berbudi
pekerti yang baik.
ك ك
ً ك ك
ٓܛظ
ٓݔٓمܮٓت ل
ٓ ܜٓك
ٓ ح
ٓ نٓٱ
ٓ شٓ ܱحٓܛٓإ ق
ٓ ܶٓف قيٓٱلٓܕۡ ق
ٓ ܛسٓولܛٓ ݙٓ ق
ٓ ولܛٓتܻ ك قعܱٓٓخ كܯكٓٓ كقݖݜ ق
لٓلܛٓي ق
ك
ٓٓت ٓ ܻݠٓت
ٓن ٓأنكܱٓ ٓٱلٓܕصٓوٓ ق
ٓ قݑهٓإ ق
ٓ ܻܯٓ ٓف قي ٓ شٓيقݑٓ ٓوٓٱغٓضܼٓ ٓمقݚ ٓصݠٓت
ٓ فܮ
ٓوٓٱقٓ ق٢٧ٓ ݠرل
ٓ ٓ٢١ܱٓي
ٓٱلٓح قݙ ق
“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”
“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Melalui dua ayat ini, budi pekerti yang diwasiatkan Luqman ini dapat
dilakukan dengan cara agar anak jangan sekali-kali bersifat angkuh dan
sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tandatanda sesorang yang bersifat angkuh dan sombong antara lain adalah jika ia
berjalan dan bertemu orang lain, ia memalingkan muka, tidak mau menegur
atau memperlihatkan sikap ramah, serta berjalan dengan sikap angkuh seolaholah ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Oleh karena itu, hendaknya
ia berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat, dan kelihatan angkuh dan
sombong, dan lemah lembut dalam berbicara sehingga orang yang melihat
dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. 41
Dengan kata lain, kedua ayat di atas, menggambarkan akhlak kepada
anak, yang mencakup perilaku sopan santun bergaul, tidak sombong angkuh,
berperilaku sederhana dan lemah lembut. perilaku ini dapat diterapkan
kepada anak dalam keluarga yaitu melalui dari orang tua.
b. Konsep Pendidikan Keluarga Ali Imran
41
Ibid., hlm. 555-556.
20
Dasar pendidikan biasanya diilhami oleh suatu keyakinan dan falsafah
hidup. Bagi suatu bangsa, dasar pendidikan dianut adalah kerangka
ideologi dan sistem keyakinan bangsa itu. Sebab, kerangka ideologi itulah
segala aktivitas pendidikan berjalan dengan menganut pola dan corak
ideologi yang mendasarinya.42
Jika ditelaah dengan cermat, maka keluarga Ali Imran dan Luqman
pasti memiliki dasar yang kuat dalam menjalankan
pendidikan yang
dilaksanakan dalam keluarga. Istri Imrân, Hannah bint keyakinan bahwa
pendidikan kepada anak sudah dilaksanakan sejak janin dalam kandungan.
Karena itu, dia menazarkan janinnya seorang yang mengabdi kepada Allah
sebagai muharrar. Dari sinilah aktivitas pendidikan dalam dilaksanakan.
Paling tidak ada 2 (dua) dasar pokok yang menjadi kerangka acuan
pendidikan keluarga Imrân, yaitu kitab Allah dan sunah para Nabi. Dua dasar
ini yang menjadi penyebab kesalehan dan ketakwaa n keluarga ini. Imrân
adalah seorang râhib yang saleh dan selalu beribadah kepada Allah serta
konsekuen dalam menjalankan ajaran agama yang terdapat dalam alKitab. Beliau sangat terkenal sebagai ahli ibadah dan berakhlak mulia.
Beliau juga setia mengikuti Nabi Zakariya sebagai utusan Allah.
Selain Imran sendiri sebagai seorang yang saleh lagi taat kepada
Allah swt., istrinya juga seorang perempuan salehah yang sangat taat
beribadah kepada Allah swt dan senantiasa patuh dengan petunjuk ajaran
Allah yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua suami - istri yang
membina rumah tangga dalam keluarga yang mulia ini, sehingga
mendapat pilihan dari Allah swt, sebagai keluarga ideal yang Allah
abadikan kisahnya dalam kitab suci Alquran sebagai petunjuk bagi umat
seluruh alam. Mengenai pilihan Allah swt. atas keluarga Imrân terdapat
dalam firmanNya :
ك ك
ٓ ٓ١١ٓٓݠحܛٓوءاظٓٓإقبٓرٓهقيݗٓٓوءاظٓٓعقݙٓرٓنٓٓعݖيٓٱ ٓلعٓݖ قݙيݚ
ٓيٓءالعٓٓون م
ٓلٓٱصٓطف ك
ٓ نٓٱ
ٓ إق
42 Barsihannor, Belajar Dari Lukman al-Hakim, (Yogyakarta: Kota Kembang, 2009),
hlm. 29.
21
“ Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga ´Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing ”.43
Model pendidikan Hannah ini pendidikan prenatal serangkaian usaha
doa danHannah dilakukan kepada Allah swt agar terpenuhi keinginannya
memperoleh keturunan. Pendidikan dan pemeliharaan Zakariya
as,
merupakan bagian yang integral dalam pendidikan postnatal Maryam. 44
Istri Imran memiliki keinginan yang sangat besar terhadap calon bayi
yang ada dalam kandungannya. Hal itu ia buktikan dengan nazar untuk
menginfakkan seluruh kehidupan anaknya kelak menjadi seorang hamba
Allah yang selalu beribadah dan mengabdi kepada- Nya, yang terbebas
dari urusan dunia. Istri Imran adalah seorang yang sangat cerdas. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tujuan pendidikan yang ia canangkan sangat umum
dan besar. Walaupun hanya satu tujuan yang ia inginkan, tetapi mencakup
segala kebaikan dunia dan akhirat. Tujuan tunggal istri Imran terhadap
anaknya adalah menjadi seorang ahli ibadah (muharrar).45
Hal ini secara implisit berarti memberikan contoh kepada para orang
tua untuk
melakukan usaha guna mendapatkan anak yang saleh dan
salehah . Tujuan pendidikan bukan diperuntukkan bagi anak didik semata,
tetapi juga ditujukan pada orang tua. Yakni, untuk memperoleh generasi
saleh ternyata dilalui jauh sebelum kelahiran anak itu sendiri.46 Hannah
melakukan model pendidikan prenatal ini dengan giat agar anak dalam
kandungan menjadi anak senantiasa mengabdi kepada Allah swt.
Model tujuan pendidikan yang dilakukan Nabi Zakariya as. juga
menekankan pada konsep pendidikan prenatal. Sebab
tidak dijumpai
dalam al-Qur’an tentang interaksi Zakariya as. Dengan Yahya as. Secara
riil al-Qur’an menjelaskan mengenai usaha Zakariya as. Di usia senja
untuk mendapatkan keturunan walaupun istrinya mandul . Dengan penuh
keyakinan, Zakariya as. melakukan usaha terus- menerus dengan berdoa
43
QS. Ali Imran [3]:83
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendid ik Anak , (Yogyakarta: Sukses
Offset, 2008) hlm. 249.
45 Lihat Q.S. Ali Imrân [3]: 35
46 Miftahul Huda, Interaksi ….hlm.250.
44
22
kepada Allah swt. Melalui kekuatan doa
itulah akhirnya Allah swt
mengabulkan permintaannya. 47
Peranan orang tua dalam memberikan bantuan menjadi luar biasa,
sebab tanpa bantuan orang tua tidak mungkin anak bisa bertambah dan
berkembang lebih sempurna, apalagi untuk mencapai taraf kedewasaan.
Sehingga tak salah kalau dikatakan, orang tua adalah pendidik pertama dan
pendidik utama pada anak-anaknya.48 Pada anggapan umum, pendidikan
keluarga itu merupakan pendidikan permulaan sedangkan pusat pendidikan
lainnya (pusat pendidikan sekolah dan pusat pendidikan masyarakat)
merupakan pendidikan lanjutan. keluarga bukan sekedar pendidikan
permulaan saja. Tanpa melebih-lebihkan fungsi dan peranan keluarga,
maka pusat pendidikan keluarga itu adalah tempat pendidikan paling
sempurna dalam sifat dan wujudnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak harus pendidikan agama sejak
dari awal, baik secara teori maupun praktek-praktek hidup beragama ini
sangat penting bagi seorang anak dibiasakan, agar dapat membentuk
kepribadian seorang
anak melalui praktek keagamaan. Perhatian perlu
diberikan kepada anak terutama ibu bapaknya sendiri dalam usia dini. Ibu
juga berkewajiban melepaskan haknya secara bertahap untuk memilih segala
sesuatu yang berkaitan dengan seluruh sisi kehidupan anak, dan memberikan
kesempatan
anak
untuk
melaksanakan
haknya
dalam memilih
mengembang tanggung jawab atas pilihan-pilihannya.49
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama memberikan pengaruh
terhadap anak, termasuk dalam hal keyakinan, karena itu orang tua harus
memiliki aqidah yang mantap sebelum mengajarkannya kepada anak. Dalam
mengajarkan masalah aqidah kepada anak dapat dengan cara memberikan
pengenalan aqidah secara dini sehingga anak termotivasi untuk mengetahui
lebih jauh lagi. Lalu secara bertahap orang tua menanamkan keyakinan pada
anak bahwa dirinya sebagai hamba Allah SWT, diberi kelebihan dari mahluk
47
Ibid.,hlm. 269.
Imran Pohan, Masalah Anak dan Anak Bermasalah, Cet. I, (Jakarta: CV.Intermedia,
1996),hlm. 176.
49 Syeikh Abdussalam Amal Al-Kalili, Mengembangkan Kreatifitas Anak, Cet.I, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar, 2005), hlm.313.
48
23
lain berupa akal agar dapat mengetahui bahwa Allah SWT yang
menciptakan alam semesta dengan segala isinya.
Selain mengajarkan masalah aqidah atau ketauhidan, orang tua di
tuntut untuk menjelaskan kepada anak tentang syariat Islam. Hal ini penting
agar anak tahu bahwa Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum yang
harus dipatuhi. Sebagai contoh orang tua dapat menjelaskan bahwa salah
satu bukti keimanan kita kepada Allah SWT adalah dengan melaksanakan
shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar syariat Islam
benar-benar di laksanakan oleh anak, maka perlu ada pengawasan dan
bimbingan dari orang tua. Karena itu orang tua diharapkan telah biasa
melaksanakan shalat sehingga menjadi teladan bagi anak-anaknya.
c. Penutup
Konsep
pendidikan
Islam
didiskripsikan
sebagai
proses
komprehensif untuk pengembangan pribadi manusia secara menyeluruh,
meliputi intelektual, spiritual dan fisik, berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah,
dengan tujuan utama terlaksananya ajaran Islam dalam kehidupan, dengan
orientasi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Implikasi nilai-nilai pedidikan Islam yang terkan dung dalam surat
Luqman dan Ali Imran tersebut, menjadikan pembentukan kepribdian yang
Islami sebagai salah satu pilihan guna membentengi anak sedini mungkin
dari pengaruh lingkungan yang negatif. Pembentukan kepribadian anak
pada prinsipnya merupakan proses yang berkelanjutan
Proses tersebut akan lebih baik dan berhasil manakala para orang tua
dapat mengkombinasikan dua faktor, yaitu faktor persiapan berfungsi
sebagai proses pembentukan kepribadian anak sebelum ia lahir dunia
(prenatal), dan faktor pelaksaan berfungsi sebagai kepribadian anak setelah
ia lahir, melalui pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Untuk
merealisasikan pembentukan kepribadian yang Islami diperlukan adanya
berbagai metode yang dianggap cukup representatif, diantaranya dengan
menggunakan metode keteladanan, nasihat, dan pengawasan.
Adapun konsep pendidikan Islam untuk anak
Oleh :
Lukis Alam,SS.,MT.,MSI
Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
2015
A. Pendahuluan
Pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting pada zaman
sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi aktualisasi
pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Dalam kehidupan manusia,
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting membentuk generasi
yang akan datang. Dengan pendidikan,
manusia diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab dan mampu
mengatasi
perubahan-perubahan dimasa
yang
akan
datang. Pada
hakikatnya pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang
agar dapat memperoleh kemajuan dan dapat menjalani kesempurnaan.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang pada pelaksanaanya berdasarkan pada ajaran Islam.
Karena ajaran Islam berdasar pada al-Qur’an dan al-Sunnah, pendapat
ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun berdasarkan
pada al-Qur’an, al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah tersebut.1
Tujuan pendidikan Islam, tidaklah sekedar proses alih budaya atau ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge ) tetapi juga proses alih nilai-nilai ajaran
Islam (transfer of islamic values). Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya
menjadikan manusia yang bertaqwa, manusia yang dapat mencapai al-falāḥ,
serta kesuksesan hidup yang abadi di dunia dan akhirat (mufliḥūn).2
Salah satu aspek terpenting dalam pendidikan Islam adalah pentingnya
pendidikan dalam keluarga, terutama menanamkan pendidikan agama kepada
anak. Anak adalah anugerah bagi setiap orang tua. Mereka adalah karunia
Allah SWT yang tidak ternilai harganya. Selain itu mereka juga merupakan
amanah bagi setiap orang tua. Ketika anak lahir ke dunia dengan
fitrahnya, orang tua yang akan mengisi lembaran putih yang masih fitrah
tersebut. Keluarga menjadi peran utama dan sangat penting dalam menjaga
1 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), hlm. 15.
2 A. Syafi’i Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1991), hlm. 41.
2
keberadaan anak dan sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan
secara mutlak.3
Dalam al-Qur’an juga disebutkan perintah menjaga keluarga dari
kesesatan yang mengakibatkan terjerumus dalam api neraka sebagaimana
firman Allah dalam QS. At-Tahrim [66] : 6 :
ك ك ك
ܛرا ٓوقݠلهܛ ٓٱ ك
م
ك
ٓٓحجܛرة
ٓ
ل
ٱ
و
ٓ
ٓ
لݜ
ܛس
ٓ
ٓ
ن
ٓ
ݗ
ٓ
يك
ݖ
ه
ٓ
أ
و
ٓ
ݗ
ٓ
ك
ܵ
نف
أ
ٓ
ٓ
ا
ٓ
ݠ
ق
ٓ
ݠا
ٓ
ݜ
ام
ء
ٓ
يݚ
ٓ
ܰ
ل
يأ ٓيݟܛ ٓٱ
ٓ
ق
ق
ق
ك
ك ك
ك
ٓ٦ٓٓلٓمܛٓٓأ ܱهݗٓٓويفٓعݖݠنٓٓمܛٓي ٓܖ ܱون
ٓ لئقݓܟٓٓغقݖܛظٓٓ قشܯالٓٓلܛٓيعܻٓݠنٓٓٱ
ٓ عݖيٓݟܛٓم
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. ”
Melihat ayat di atas dapat diketahui bahwa betapa pentingnya
menjaga, melindungi keluarga dari semua bahaya yang belakangan ini terjadi,
kejadian tersebut menimpa pada anak-anak, utamanya mereka yang
memasuki usia remaja. Sebagian dari mereka ada yang menjadi korban
kekerasan rumah tangga, ada yang terpengaruh oleh era global yang dapat
mengakibatkan pengaruh negatif bagi mereka. Seperti pencurian, narkoba
sampai pergaulan bebas yang membahayakan masa depan mereka. Keadaan
ini banyak disebabkan karena lingkungan keluarga yang menjadi faktor
utama yang mempengaruhi tidak terarahnya pendidikan dalam keluarga.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda :
كل م ل د ي لد على الفطرة فأ ب اه ي دانه ا ينصرانه ا يمجسانه
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tua nya
lah yang akan menjadikan ia sebagai yahudi, nasrani atau majusi
(HR.Bukhari).”
Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama yang
besar pengaruhnya dengan perkembangan anak. walaupun tak jarang
pengaruh tersebut terjadi karena lingkungan yang kurang kondusif.
Mengingat begitu pentingnya peran keluarga di sini maka perlu adanya
3 Fauzi Rahman, Anakku, Kuantar Kau ke Surga “Panduan Mendidik Anak di Usia Baligh,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm.28.
3
konsep pendidikan yang dapat membantu peran keluarga dalam mendidik
dan membimbing anak dalam keluarga. Konsep pendidikan yang
dimaksud adalah konsep pendidikan Islam.
Konsep pendidikan Islam di sini diartikan sebagai upaya sadar
yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap
pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang
dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana
hakekat kejadiannya.4 Adapun tanggung jawab dalam pengertian ini adalah
orang tua. Sedangkan para guru atau pendidik lainnya adalah merupakan
perpanjangan tangan para orang tua.5
al-Qur’an
mengandung
nilai
transhistory,
artinya
al-Qur’an
diturunkan dalam realita sejarah. Sebab al-Qur’an turun sebagai respon
kongkrit terhadap sejarah, kurun waktu, peristiwa tertentu, dan tempat
tertentu. Kekonkritan ajaran al-Qur’an dapat dijadikan metode yang dapat
digunakan dan diterapkan dari generasi ke generasi berikutnya walaupun
pada tataran praktis banyak perubahan dalam dunia pendidikan. al-Qur’an
juga berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia
dan akhirat nanti.6
al-Qur’an juga memuat banyak sekali kisah-kisah yang berisi
pelajaran dan hikmah. Di antaranya adalah kisah seorang tokoh bijak
bernama Luqman yang sedang memberikan nasehat kepada anaknya.
Secara umum kisah tersebut merupakan peringatan dan pembelajaran bahwa
pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua. Kisah Luqman
dimunculkan sebagai acuan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan
terhadap anaknya.7
Alangkah bijak orang tua dalam mendidik anak, tidak hanya
menjadikan anak memiliki kecerdasan intelektual namun tentunya memiliki
4
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm.19.
Ibid.
6 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan “Tafsir al –Ayat Al-Tarbawi”, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.1.
7 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan “Hati yang Selamat Hingga Kisah
Luqman”, (Bandung: Marja, 2007), hlm. 153.
5
4
kecerdasan spiritual, hal ini tentunya tidak semudah membalik telapak
tangan. Orangtua harus mengerahkan segala daya upaya untuk mewujudkan
hal tersebut agar nilai-nilai ajaran Islam senantiasa dapat mewarnai
kehidupan mereka sehingga mereka menjadi generasi yang baik. di sini
Berdasar argumen diatas penulis mencoba mengontekstualisasikan
perspektif pendidikan Islam terkait dengan al-Qur’an. Penulis mencoba
menggambarkan model pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan
yang memiliki sistem pendidikan. Uraian ini merupakan pembahasan
integral pendidikan keluarga dari objek yang dikaji meliputi keluarga Imran
dan Luqman. Akhir dari analisis akan menegaskan model pendidikan
keluarga Qur’ani dalam surah Ali Imran dan Luqman, di mana subjeknya
adalah keluarga Imran dan Luqman sebagai model pendidikan keluarga.
B. Landasan Teori
a. Terminilogi Pendidikan Islam
Terminologi pendidikan8 memiliki arti menumbuhkan, memelihara dan
merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini digunakan oleh Tuhan
terhadap seluruh ciptaan-Nya. Disamping itu pengertian pendidikan telah
disampaikan oleh banyak tokoh pendidikan Indonesia, di antaranya Ki Hajar
Dewantoro, Soegarda Poerbakawaca dan Ahmad D. Marimba. Pendidikan,
menurut Ki Hajar Dewantoro, adalah usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.9
Sedangkan menurut Muhaimin pendidikan Islam, atau pendidikan yang
berdasarkan Islam yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta
disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam
sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan hadist.10
Jika berbicara tentang pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilainilai ideal yang bercorak Islam. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan
pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas Islam.
Sedangkan idealitas Islam sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai
8 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012, hlm. 19.
9_______, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 10.
10 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah,
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada2005), hlm.7.
5
perilaku manusia yang dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai
sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Maka Pendidikan Islam yang
dilaksanakan dalam suatu sistem memberikan kemungkinan berprosesnya
bagian-bagian menuju ke arah tujuan yang ditetapkan sesuai ajaran Islam.
Jalannya proses itu baru bersifat konsisten dan konstan (tetap) bilamana
dilandasi dengan pola dasar pendidikan yang mampu menjamin terwujudnya
tujuan pendidikan Islam.11
Menurut Hamka, kandungan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan
Islam secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi kelompok
yaitu: pertama, al-Qur’an mengandung hukum-hukum yang berkaitan
atau bersangkutan dengan halal-haram, farāiḍ dan wājibāt (seruan dan
perintah yang pasti) baik yang dianjurkan maupun yang dilarang serta
hukuman bagi siapa yang melanggarnya. Kedua, al-Qur’an mengandung
hal-hal yang bersangkutan dengan ‘aqīdah atau kepercayaan yang dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan doktrin. Ketiga, al-Qur’an mengandung
hal-hal yang bersangkutan dengan kisah-kisah dan cerita-cerita zaman
lampau, sebagai pelajaran dan i‘tibār.12
Sebenarnya masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut
para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat
digenaralisir, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan
jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk
mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju
terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan
berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan
didunia dan di akherat.
Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang
melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah
masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
11
Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an , terj. H. M.
Arifin, (Bandung: Rineka Cipta, 1994), hlm. 54.
12 Hamka, Tafsir al-Azhar,: Juz XXI, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1991), hlm. 25-29.
6
b. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Tujuan sementara adalah
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah
tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
yang sempurna (insan kamil)
setelah ia menghabisi sisa umurnya.
Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.13
Menetapkan al-Qur’an dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.
Sesungguhnya jika pendidikan Islam diimplementasikan secara benar
maka akan terlihat jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang
mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa insan
kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan
manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta
senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah Swt dan dengan manusia sesamanya, dapat
mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk
kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini
kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja
keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja
13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Cet. 1, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002),hlm. 18.
7
yang
konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang
mustahil.14
Lebih lanjut pendidikan Islam berusaha mencapai ketiga tujuan, yaitu
tujuan individual, sosial, dan professional. Ketiga tujuan antara ini secara
terpadu dan terarah diusahakan agar dapat mencapai tujuan akhir
pendidikan Islam, yaitu penyerahan secara mutlak kepada Allah. 15
Meskipun demikian tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan
hidup seseorang muslim. Pendidikan Islam itu sendiri hanyalah suatu sarana
untuk mencapai tujuan hidup Muslim, bukan tujuan akhir
Pendidikan Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran
Islam secara keseluruhan. Karena itu tujuan akhirnya harus selaras dengan
tujuan hidup dalam Islam. Tujuan hidup Muslim sebagaimana dijelaskan
dalam ayat-ayat al-Qur’an di atas, juga menjadi tujuan akhir pendidikan
Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Tuhan yang selalu
bertaqwa dan mengabdi kepada-Nya. Sebagai hamba Allah yang bertaqwa,
maka segala sesuatu yang diperoleh dalam proses pendidikan Islam itu tidak
lain termasuk dalam bagian perwujudan pengabdian kepada Allah SWT.16
Esensi pendidikan Islam yang harus dilaksanakan oleh umat Islam
adalah pendidikan yang memimpin manusia ke arah akhlak yang mulia
dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari
dunia luas dan perkembangan dalam diri manusia yang merupakan
kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Hal
ini sesuai dengan firman Allah Swt, dalam QS. al-Nahl [16] : 78:
ك
ٓٓ݅ٓمآوجعݔٓٓلكݗٓٓٱ كܵݙنٓأ كمهٓتقكݗٓٓلܛٓ عٓݖݙݠنٓٓشيٓل
ٓلٓأخܱٓجكݗٓ كمقݚٓٓبطݠ ق
ٓ وٓٱ
ك
٨٧ٓٓقلةٓٓلعݖكݗٓٓتشٓݓܱونوٓٱلٓأبٓصܱٓٓٓوٓٱلٓܕفٓل
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
14
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 25.
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006),hlm. 116.
16 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana
Ilmu,1999), hlm. 7 -8.
15
8
Sesuai dengan ayat tersebut di atas sudah jelas bahwasannya usaha
mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui
proses
pendidikan
sebagai
upaya
membimbing
dan mengarahkan
kemampuan-kemampuan dasar dan belajar manusia baik sebagai makhluk
maupun dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dari banyak definisi tentang pendidikan Islam di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah suatu
proses yang komprehensif dalam pengembangan kepribadian manusia
secara menyeluruh, yang meliputi intelektual, spiritual, emosional dan
fisik, sehingga seseorang muslim disiapkan dengan baik untuk dapat
melaksanakan tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba dan khalifah Allah
di bumi.
c. Kewajiban Orang tua Memberikan Pendidikan Kepada Anak
Anak merupakan titipan dari Allah SWT, sehingga wajiblah orang tua
membimbing dan membina anak mereka tidak hanya dengan dengan
pendidikan formal saja tetapi tetap mengedepankan pendidikan akhlak dan
moral sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan karakter dalam Islam
diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang
hakiki, bukan kebahagiaan semu. Karakter Islam adalah karakter yang benarbenar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai
dengan fitrahnya.17
Pendidikan Islam, menuntut orang tua untuk melaksanakan kebiasaan
yang positif berdasarkan syariat Islam sebagai pola kehidupannya dalam
mendidik anak-anaknya. Sehingga mempengaruhi dan memberi dampak
positif terhadap pembentukan kepribadiannya, akhlak dan agama bagi anak
karena kebiasaan keagamaan orang tua akan memasukan unsur perbuatan
positif dalam pembentukan kepribadian yang sedang tumbuh dan
berkembang itu. Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran
besar dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral,
17 Abdul majid, Dian andayani. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam, (Bandung: Insan
Cita Utama, 2010),hlm. 61.
9
tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya.
Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral
memang harus berbuat demikian.18
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah sebagai lingkungan pertama dan
utama.19 Sebab, dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan
pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Keluarga bukan
hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak
hidup dan dididik pertama kali.
Keluarga merupakan wadah yang sangat penting diantara individu dan
group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak yang
menjadi anggotanya. Selain itu, keluarga sebagai tempat proses sosialisasi
paling dini bagi tiap anggotanya untuk menuju pergaulan masyarakat yang
lebih kompleks dan lebih luas.20 Pada umumnya pendidikan dalam keluarga
itu bukan berpangkal dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan,
situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua harus memahami perkembangan dan cara belajar anak
semakin optimal dan luas orang tua mengembangkan otak anak, akan
semakin tertantang untuk belajar dan mencari pengalaman baru. Dengan
demikian sikap dan perilaku orang tua sangat menentukan perubahan pada
perilaku dan sikap anak.21
Apa yang anak peroleh dalam keluarga, akan menjadi dasar
dikembangkan pada kehidupan selanjutnya. 22 Dalam hal ini orang tua yang
18
Abuddin Nat, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 219.
19 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Rosda Karya, 2001),
hlm. 155.
20 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 108.
21 Ahmad Tafsir, Ilmu…,hlm. 4.
22 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. 1, (Bandung:
Rosda Karya, 2003) , hlm. 6.
10
berperan sebagai pendidik dalam keluarga, walaupun tidak ada kurikulum
khusus yang tertulis yang mereka buat atau ikuti dengan berpegang pada
citacita dan keyakinan yang dianutnya sebagai rencana pendidikan dan kasih
sayang sebagai dasar perbuatan mendidik, para orang tua melakukan upaya
dan tindakan pendidikan.23
C. Pembahasan
a. Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada Anak Dalam Surah
Lukman
Surat Luqman termasuk surat Makiyah yang termasuk turun pada
periode Makah belakangan. Surat ini terdiri dari 34 ayat dan diturunkan
setelah surat As-Shoffat. Penamaan surat ini sudah sepantasnya, karena nama
dan nasehat Luqman yang begitu mulia diuraikan dalam surat ini, khususnya
karena pada ayat ke-12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah Hikmah
berupa ilmu pengetahuan, dan nasehat-nasehatnya yang terdapat dalam ayat
ke-13-19 sarat dengan pelajaran bagi orang tua agar dapat mendidik anaknya
seperti prinsip-prinsip pendidikan yang dilakukannya.24
Menurut Ali Ash-Shabuni, kandungan Surat Luqman banyak mencakup
masalah-masalah akidah dan dasar-dasar keimanan seperti keesaan, kenabian,
hari kebangkitan dan tempat kembali, serta perintah untuk berdakwah dengan
kata-kata yang bijak. Surat ini juga memuat hikmah dan nasehat-nasehat
dalam kisah Luqman bersama anaknya, karena itu surat ini disebut Surat
Luqman. Surat ini diawali dengan penjelasan tentang fadilah (keutamaan) Al
Qur’an, mukziat Muhammad yang abadi, sepanjang zaman, dengan
memberikan hujjah-hujjah dan bukti-bukti atas keesaan rabul’Alamain,
menjelaskan beberapa kekuasaannya dan ciptaan-nya yang menakjubkan di
alam semesta yang luas ini, yang hukum-hukumnya pasti dan tepat. Yaitu
gambaran mengenai langit, bumi, matahari, bulan, siang, malam, gununggunung, lautan, gelombang, hujan, tumbuh-tumbuhan maupum pepohonan,
serta seluruh bukti-bukti kekuasaan dan keesaan yang dapat di saksikan oleh
23
Ibid.,hlm. 7.
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), hlm. 89.
24
11
manusia, yang memikat hati dan memperkaya akal serta mengarahkan
manusia agar berjalan lurus ke depan, dengan senantiasa menyerahkan diri
kepeda kekuasaan Allah, Sang Pencipta Yang Maha Besar. 25
Ayat selanjutnya menjelaskan tentang wasiat-wasiat yang berharga
yang diwasiatkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya. Dalam setiap
wasiat tersebut terdapat pelajaran dan hikmah yang berharga. Luqman
berbicara dengan kalimat yang penuh hikmah dan menakjubkan. Oleh sebab
itulah dirinya diberi gelar Luqmanul Hakim dan terkenal dengan
kebijaksanaannya sehingga perkataanya disebut sebagai qaulul fashl.26 Allah
Swt berfirman dalam QS. Luqman [31]: 12 :
ك
ك
ٓܵ ٓݝقۦٓٓومݚ
ٓ نٓٱشٓݓܱٓٓ ق
ٓحݓٓݙܟٓٓأ ق
لهقٓومݚٓيشٓݓܱٓٓفܗقنݙܛٓيشٓݓܱٓٓل قݜفٓ ق
ولݐܯٓٓءاتيٓݜܛٓل ٓݐمٓݚٓٓٱلٓ ق
ك ك
ٓ ٓ٢١ٓٓيٓح قݙيܯ
ٓلٓغݜ ق ك
ٓ نٓٱ
ٓ كفܱٓٓفܗ ق
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji.”
Menurut Choiruddin Hadhiri dalam bukunya yang “Kandungan alQur’an”27 , menjelaskan bahwa kandungan Luqman mencakup enam hal
berikut, yakni:
1.
Ayat yang mengandung hikmah menjadi petunjuk rahmat bagi
orang yang berbuat kebaikan, ayat 1-6.
2.
Ayat-ayat yang berisi tentang azab yang pedih bagi orang yang
berpaling dari Al-Qur’an dan balasan bagi orang yang
beriman, ayat 7-11.
3.
Ayat yang berisi tentang Allah yang memberi hikmah Luqman
dan nasehat Luqman kepada anaknya yang mencakup akidah,
ibadah, dan akhlak, ayat 12-17.
25 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir
vol.5, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hlm. 375.
26 Ibid., hlm. 376.
27 Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi al-Qur’an,( Jakarta : Gema Insani Press,2002),hlm. 36-41.
12
4.
Ayat yang mengandung kekuasan Allah menundukkan segala
apa yang ada dilangit dan di bumi untuk kenikmatan hidup
umat manusia, tetapi kebanyakan manusia mengingkari
kekuasaan-Nya ayat 20-26.
5.
Ayat yang mengungkapkan tentang perumpamaan luasnya
ilmu allah yang tiada terhingga jika hendak ditulis,serta
kebanyakan sifat manusia jika mendapat nikmat dan tertimpa
musibah, ayat 27-34.
Dari berbagai isi kandungan yang terdapat dalam Surat Luqman,
sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam kajian ini penulis lebih
memfokuskan pada ayat 12-19. Meskipun agak berbeda dari penjelasan
mengenai kandungan Surat Luqman khususnya ayat ke-12 s/d 19, dalam
konteks pendidikan, penulis melihat bahwa Surat Luqman ayat ke-12 s/d 19
sebenarnya telah membicarakan masalah pendidikan keluarga, yaitu
kewajiban orang tua memberikan pendidikan kepada anak.28 Oleh karena itu,
dengan melihat karakteristik ayat-ayat tersebut. Berangkat dari kisah dalam
ayat ini, penulis akan mencoba menganalisa perspektif pendidikan orang
tua kepada anak, diilhami dari pendidikan Luqman al-Hakim kepada
anaknya.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an banyak memberikan inspirasi untuk digali
hikmah
kandungannya.
pendidikan.
Dengan
Di
antaranya
rekonstruksi
adalah
cerita,
untuk pengembangan
akan
dapat dilakukan
kontekstualisasi pemaknaan dan pengembangan sistem pendidikan menuju
ke arah yang lebih baik.
Dalam QS. Luqman: 12-19 yang berisi tentang nasehat Luqman alHakim tentang misi pendidikan yang mesti di sampaikan oleh
orang tua
khususnya, dan umumnya kepada para pendidik. Pada ayat tersebut
dimuat konsep pendidikan Islam dengan mengetengahkan tiga pokok
materi/ tuntunan agama yaitu: akidah, syari’ah, dan akhlak.29
28
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar…, hlm. 89-132.
29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 11, hlm. 140.
13
Kisah Luqman misalnya, meski terjadi pada masa yang sudah lama,
namun akan tetap menjadi penting dan menarik untuk digali dan ditafsirkan
dalam konteks pendidikan saat ini. Banyak kandungan nilai yang ada dalam
kisah Luqman yang dapat diambil untuk perbaikan pendidikan masa kini. 30
Dari sosok seorang Luqman sebagai orang tua pendidik, kemudian materi
nasehatnya, serta gaya penyampaiannya yang lemah lembut dan penuh
kasih sayang, semuanya memberi gambaran dan mengundang inspirasi.
Jelaslah bahwa Luqman adalah seorang ahli hikmah, kata-katanya
merupakan pelajaran
dan
nasehat,
diamnya
berpikir,
dan isyarat-
isyaratnya merupakan peringatan. Dia bukan seorang Nabi melainkan
seorang yang bijaksana, yang Allah memberikan kebijaksanaan di dalam
lisan dan hatinya, dimana ia berbicara dan kebijaksanaan itu kepada
manusia. Dalam al-Qur’an pun diungkapkan bahwa ia dianugerahi hikmah
oleh
Allah Swt.
Banyak perkataannya yang
mengandung
hikmah,
sebagaimana dapat dilihat perkataannya itu ketika ia berkata kepada
anak laki-lakinya.
1. Ketauhidan
Penanaman rasa keimanan yang murni sejak anak mulai di usia tingkat
Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar sangatlah penting, sebab naluri
anakanak pada usia ini telah mampu menerima pendidikan keimanan.
Luqman al-Hakim sendiri pun memprioritaskan pendidikan tauhid
kepada anaknya. Terbukti pendidikan tauhid telah mendapatkan tempat
pertama dari wasiatnya dalam surat Luqman, yakni pada ayat ke-12 dan ke13. Setelah pada ayat ke-12 diperintahkan bersyukur kepada Allah, yakni
Dzat yang wajib ada. Berikut ayat yang dimaksud :
ٓ ٓ٢١ٓٓٓويݠٓعٓٓ ݐݠعٓٓٱ كܵܛعܟٓٓيܞٓݖقܳٓٓٱٓݙجٓ قܱ ݠن
“ Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa
terdiam berputus asa.”
ك ك ك
ٓ ٓ٢١ٓٓشܱٓكٓٓل݄ݖٓݗٓٓع ق݄يݗ
ٓ يٓلܛٓتشٓ قܱكٓٓٓب قٱ
ِٓمٓٓقܛظٓٓلݐٓمٓݚٓٓ ٓل قٱٓبݜقݝٓقۦٓوهݠٓٓي قع݄ݝٓۥٓ ٓيܞݜ ك
لقٓإقنٓٓٱ ق
30
Ibid.,hlm. 142.
14
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena perbuatan syirik itu
berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, maka ia termasuk
dalam kategori dosa besar. Perbuatan tersebut juga berarti menyamakan
kedudukan Tuhan dengan makhluk-Nya.31 Walaupun
pada
hakikatnya
keimanan atau kekufuran itu tidak mempengaruhi kebesaran-Nya sebagai
Raja dari segala Raja, akan tetapi demi kebahagian makhluk-makhlukNya, Dia pun memerintahkan agar makhluk- makhluk-Nya supaya beriman
kepada-Nya. Inilah salahsatu sifat raḥmāndan raḥīm Allah SWT.
Bila direnungkan lebih mendalam ada baiknya setiap individu
belajar bersyukur atas berbagai nikmat yang diperolehnya, karena dengan
bersyukur diharapkan mereka bisa meminimalisir bahkan bisa terhindar dari
perbuatan syirik. Hal ini diperjelas oleh Imam Qurthubi dalam tafsirnya
Tafsīr al-Qurthuby bahwa hakikat bersyukur adalah menaati segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.32 Dengan demikian, andaikata
manusia mampu mensyukuri nikmat dengan sungguh-sungguh secara
otomatis mereka tidak akan terperangkap dari perbuatan syirik.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada
anaknya adalah memberi nasehat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat
menempuh jalan yang benar dan terhindar dari kesesatan.
Bertolak dari pesan Luqman di atas, jelaslah pentingnya permasalahan
tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman kepada anaknya, dan
sekaligus memerintahkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi
karena sikap tulus orang tua yang bijaksana terhadap nasib masa depan
anaknya. Inilah pesan secara emosional yang sangat menonjol, sehingga perlu
dilakukan. Dalam nasehat itu, terdapat hubungan kasih sayang antara orang
tua dan anak. Atas dasar ini, pendidikan akidah lebih ditekankan melalui
hubungan yang harmonis ini. Anak sangat memerlukan pesan secara kontinyu
31
32
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 153.
Qurthubi, Tafsīr al-Qurthubi,1992, hlm. 301
15
untuk menghadapi masa depannya. Generasi masa depan inilah yang perlu
diberi arahan oleh orang tua dan generasi itu tidaklah dapat membalas
kebaikannya.33
2. Pembinaan Kepribadian
Demikian juga pada ayat ke 14 – 15, sebagai berikut :
ٓن
ٓݚٓأ ق
ٓݚٓوف قصٓݖݝٓۥٓف قيٓعܛميٓ ق
ٓوو كصيٓݜܛٓٱلٓܗقنسٓݚٓٓبقوٓل قܯيٓ ٓݝقٓحݙݖتٓݝٓٓأ كمݝٓۥٓوهٓ ًݜܛٓعݖيٓٓوهٓ ل
ٓٓܳٓيٓأنٓتشٓ قܱكٓٓبقيٓمܛٓلي
ِٓٓنٓجٓݟܯاكٓٓعݖ ك٢١ܱܻٓٓي
ٓٱشٓݓܱٓٓل قيٓول قوٓل قܯيٓݑٓٓإقل ك
يٓٱٓݙ ق
م ك
ݑٓٓبݝٓقۦٓعقݖٓݗٓٓفݖܛٓتطعٓݟݙٓܛٓوصܛحܞٓݟݙܛٓف قيٓٱ ك
ٓٓوفٓܛٓوٓٱتܞق݅ٓٓسبقيݔٓٓمݚٓٓأنܛب
ٓ ܱٓلܯنٓيܛٓمع
ق
ق
ق
ٓ ٓ٢١ٓٓجعكݗٓٓفأنبكقܚكݗٓبقݙܛٓكݜتݗٓٓ عٓݙݖݠن
ٓيهٓ كݗٓٓإقل ك
ٓإقل ك
يٓ ܱٓ ق
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku
engkau kembali, maka Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
Pada ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini, setelah Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan untuk memenuhi hak-Nya dengan beribadah hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk memenuhi hak orang tua,
dengan berbakti dan taat kepadanya selama perintah mereka tidak menyelisihi
syariat. Maka anak diperintah untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua
orang tua, karena mereka yang menyebabkan seorang anak ada di dunia ini
dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala ; dan terlebih lagi berbakti kepada
ibu, karena, ibu telah mengandung, merasakan payahnya ketika seorang anak
masih berada di dalam perutnya. Hingga akhirnya melahirkan dengan
menahan rasa sakit yang luar biasa. Ibu mempertaruhkan nyawa demi
keselamatan anaknya. Tidak hanya sampai di situ, ibu juga menyusui
33
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar…hlm. 106.
16
anaknya, mengurus dengan sabar, hingga menyapih dalam jangka waktu dua
tahun. Sampai akhirnya anak tersebut tumbuh, berkembang, kuat dan
dewasa.34 Demikian pula dengan ayah, ia telah membanting tulang mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita dan ibu.
Dengan demikian kewajiban ketaatan dan kepatuhan manusia
terhadap orang tua ialah terbatas kewajiban menyang kut hal-hal yang baik
(ihsan), bukan pada kewajiban pada taat atau mentaati mereka. Karena
berbuat baik tentunya meliputi makna yang sangat luas dan mencakup
banyak jenis tingkah laku dan sikap anak terhadap orang tuanya.
Sedangkan taat merupakan salah satu bentuk dari berbuat baik tersebut, dan
itu pun bersyarat,35 sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya jika taat dan berbakti kepada orang tua merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak. Tentunya, kewajiban tersebut
berlaku selama bakti dan ketaatan terhadap perintah mereka berdua tidak
menyelisihi atau menyalahi syariat.
Hubungan antara anak dan kedua orang tuanya adalah perantara
dẓahiriyyah wujudnya seorang anak di dunia, sedangkan mengenai urusan
aqidah mereka (orang tua) tidak berhak menyesatkan anak-anaknya. Oleh
karena itu sebagai seorang anak hendaknya senantiasa berbuat baik kepada
kedua orang tua, sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada keduanya.
Segala kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia baik kepada
Allah SWT maupun kepada kedua orang tuanya akan dibalas di hari
pembalasan tergantung amal yang diperbuat .36
Di akhir ayat 15, Luqman al-Hakim pun berwasiat anak-anaknya
tentang adanya balasan akhirat. Menurut al-Maraghi37 ayat tersebut di atas
menjelaskan adanya balasan terhadap segala amal perbuatan manusia pada
umumnya. Khususnya balasan atas rasa syukur kepada-Nya terhadap segala
nikmat dan rasa penghormatan anak kepada kedua orang tua.
34
Lihat Taisîrul-Karîmir-Rahmân(2/424-426).
As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontektual, Cet.I, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hlm.142.
36 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Juz XXI , (Beirut: Darul Fikri, 1991), hlm. 147
37 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm. 54.
35
17
3. Anjuran Berbuat Kebaikan
Misi pendidikan Luqman dilanjutkan dengan menuturkan pesanpesan ayat yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, dan
hubungan antar manusia dengan mengetengahkan etika pergaulan sosial
sebagaiaman dalam QS. Luqman: 16-17.
ك ك ك
ٓٓتٓأٓو
ٓيٓإقنݟٓܛٓإقنٓتݑٓٓمقثٓݐܛظٓٓح كܞ لٓܟٓ كمقݚٓٓخܱٓل لٓظٓفتكݚٓف قيٓصܮܱٓةٓٓأ ٓوٓف قيٓٱ كܵمٓوٓ ق
ٓ يٓܞݜ
ك ك ك
ٓ ٓ٢٦ܱٓٓنٓٱلٓٓل قطيفٓٓخܞقي
ٓ لهٓإ ق
ٓ تٓبقݟܛٓٱ
ٓشٓيܕٓ ق
ٓ ف قيٓٱلٓܕۡ ق
“ (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.
Ayat di atas menyebutkan tentang dibalasnya semua perbuatan
manusia, baik amal baik maupun amal buruk. Amal baik dibalas dengan
kebaikan, dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan pula/ siksa. Tak
ada satu perbuatan pun yang lepas dari pengamatan Allah. Meskipun
amal itu beratnya hanya sebiji sawi, dan berada di tempat yang paling
tersembunyi sekalipun, di langit atau di tempat lain di dalam bumi,
niscaya Allah akan menemukannya, dan membalasnya nanti di hari
kiamat.38
Kemudian ayat berikutnya QS Luqman: 17 menyangkut perintah
shalat dan amr bi al-ma’ruf wa nahy’an al-munkar :
ك
ٓٓݚٓٱٓݙݜݓ قܱٓٓوٓٱصٓܞقܱٓٓعݖيٓٓمٓܛٓأصܛبݑ
ٓوفٓوٓٱنٓݝٓٓع ق
ٓ يٓأق ق قٓݗٓٱ كܻݖݠٓةٓٓوٓأ ܱٓٓٓب قٱٓݙعܱٓ ق
ٓٓيܞݜ ك
ك
ٓ ٓ٢٨ٓݠرق
ٓ نٓذٓ قݑٓٓمقݚٓٓعܲٓ قٓعٓٱ ٓلܕ
ٓ إق
“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Perintah
shalat
pada
ayat
ini
dimaksudkan
perintah untuk
mengerjakan shalat dengan cara yang benar. Orang yang mengerjakannya
berarti menghadap dengan tunduk kepada-Nya, yang implikasinya akan
mampu menimbulkan kesadaran ruhani guna mengendalikan jiwa untuk
38
Ibid.,hlm. 84.
18
dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat menurut
Quraish Shihab dapat menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Ilahi
dalam kalbu sang anak.39
Melalui ayat ini, wasiat Luqman kepada anaknya mengisyaratkan
adanya pembinaan terhadap anak agar selalu mendirikan shalat dengan
sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjkan itu
diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa
menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang ini, dan mereka
tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin
dekat dengan Allah. Selain itu ayat ini juga mengajak manusia untuk
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha
membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah agar tidak
mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Bahkan ayat ini ju menganjurkan
untuk selalu bersabar dan tabah terhadap segala cobaan yang menimpa, akibat
dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran, baik
cobaan tersebut dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam
bentuk kesengsaraan dan penderitaan.40
Implikasi shalat tersebut di atas dapat dirasakan dan diraih oleh orang
yang shalat, jika seseorang mendirikannya dengan sempurna syarat dan
rukunnya serta dikerjakan dengan khusyuk. Sementara khusyuk bukanlah
hal yang
mudah untuk dicapai.
Banyak
orang yang shalat
tanpa
kekhusyukan, dan yang dilakukan hanyalah rutinanitas ritual yang sekedar
untuk menggugurkan kewajiban. Shalat yang demikian tentunya tidak
mampu memberi implikasi sebagaimana diharapkan dari ayat di atas,
utamanya mampu mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, serta
mampu dengan sabar menghadapi tantangan, yang tentunya akan banyak
merintangi dalam pelaksanaan tuntutan Allah tersebut.
Adapun dalam konteks pendidikan terhadap anak, beribadah kepada
anak juga dimulai dari dalam keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan
M. Quraish Shihab, Tafsir…,hlm. 136.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya : Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2010), hlm. 555.
39
40
19
tindakan yang persuasive, yaitu dengan mengajak dan membimbing mereka
untuk melakukan sholat berjamaah.
4. Pembinaan Akhlak
Tahapan pembinaan akhlak ini dapat ditemukan dalam dua ayat, yakni
ayat ke-18 dan ke-19, di mana Luqman menganjurkan agar anaknya berbudi
pekerti yang baik.
ك ك
ً ك ك
ٓܛظ
ٓݔٓمܮٓت ل
ٓ ܜٓك
ٓ ح
ٓ نٓٱ
ٓ شٓ ܱحٓܛٓإ ق
ٓ ܶٓف قيٓٱلٓܕۡ ق
ٓ ܛسٓولܛٓ ݙٓ ق
ٓ ولܛٓتܻ ك قعܱٓٓخ كܯكٓٓ كقݖݜ ق
لٓلܛٓي ق
ك
ٓٓت ٓ ܻݠٓت
ٓن ٓأنكܱٓ ٓٱلٓܕصٓوٓ ق
ٓ قݑهٓإ ق
ٓ ܻܯٓ ٓف قي ٓ شٓيقݑٓ ٓوٓٱغٓضܼٓ ٓمقݚ ٓصݠٓت
ٓ فܮ
ٓوٓٱقٓ ق٢٧ٓ ݠرل
ٓ ٓ٢١ܱٓي
ٓٱلٓح قݙ ق
“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”
“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Melalui dua ayat ini, budi pekerti yang diwasiatkan Luqman ini dapat
dilakukan dengan cara agar anak jangan sekali-kali bersifat angkuh dan
sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tandatanda sesorang yang bersifat angkuh dan sombong antara lain adalah jika ia
berjalan dan bertemu orang lain, ia memalingkan muka, tidak mau menegur
atau memperlihatkan sikap ramah, serta berjalan dengan sikap angkuh seolaholah ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Oleh karena itu, hendaknya
ia berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat, dan kelihatan angkuh dan
sombong, dan lemah lembut dalam berbicara sehingga orang yang melihat
dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. 41
Dengan kata lain, kedua ayat di atas, menggambarkan akhlak kepada
anak, yang mencakup perilaku sopan santun bergaul, tidak sombong angkuh,
berperilaku sederhana dan lemah lembut. perilaku ini dapat diterapkan
kepada anak dalam keluarga yaitu melalui dari orang tua.
b. Konsep Pendidikan Keluarga Ali Imran
41
Ibid., hlm. 555-556.
20
Dasar pendidikan biasanya diilhami oleh suatu keyakinan dan falsafah
hidup. Bagi suatu bangsa, dasar pendidikan dianut adalah kerangka
ideologi dan sistem keyakinan bangsa itu. Sebab, kerangka ideologi itulah
segala aktivitas pendidikan berjalan dengan menganut pola dan corak
ideologi yang mendasarinya.42
Jika ditelaah dengan cermat, maka keluarga Ali Imran dan Luqman
pasti memiliki dasar yang kuat dalam menjalankan
pendidikan yang
dilaksanakan dalam keluarga. Istri Imrân, Hannah bint keyakinan bahwa
pendidikan kepada anak sudah dilaksanakan sejak janin dalam kandungan.
Karena itu, dia menazarkan janinnya seorang yang mengabdi kepada Allah
sebagai muharrar. Dari sinilah aktivitas pendidikan dalam dilaksanakan.
Paling tidak ada 2 (dua) dasar pokok yang menjadi kerangka acuan
pendidikan keluarga Imrân, yaitu kitab Allah dan sunah para Nabi. Dua dasar
ini yang menjadi penyebab kesalehan dan ketakwaa n keluarga ini. Imrân
adalah seorang râhib yang saleh dan selalu beribadah kepada Allah serta
konsekuen dalam menjalankan ajaran agama yang terdapat dalam alKitab. Beliau sangat terkenal sebagai ahli ibadah dan berakhlak mulia.
Beliau juga setia mengikuti Nabi Zakariya sebagai utusan Allah.
Selain Imran sendiri sebagai seorang yang saleh lagi taat kepada
Allah swt., istrinya juga seorang perempuan salehah yang sangat taat
beribadah kepada Allah swt dan senantiasa patuh dengan petunjuk ajaran
Allah yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua suami - istri yang
membina rumah tangga dalam keluarga yang mulia ini, sehingga
mendapat pilihan dari Allah swt, sebagai keluarga ideal yang Allah
abadikan kisahnya dalam kitab suci Alquran sebagai petunjuk bagi umat
seluruh alam. Mengenai pilihan Allah swt. atas keluarga Imrân terdapat
dalam firmanNya :
ك ك
ٓ ٓ١١ٓٓݠحܛٓوءاظٓٓإقبٓرٓهقيݗٓٓوءاظٓٓعقݙٓرٓنٓٓعݖيٓٱ ٓلعٓݖ قݙيݚ
ٓيٓءالعٓٓون م
ٓلٓٱصٓطف ك
ٓ نٓٱ
ٓ إق
42 Barsihannor, Belajar Dari Lukman al-Hakim, (Yogyakarta: Kota Kembang, 2009),
hlm. 29.
21
“ Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga ´Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing ”.43
Model pendidikan Hannah ini pendidikan prenatal serangkaian usaha
doa danHannah dilakukan kepada Allah swt agar terpenuhi keinginannya
memperoleh keturunan. Pendidikan dan pemeliharaan Zakariya
as,
merupakan bagian yang integral dalam pendidikan postnatal Maryam. 44
Istri Imran memiliki keinginan yang sangat besar terhadap calon bayi
yang ada dalam kandungannya. Hal itu ia buktikan dengan nazar untuk
menginfakkan seluruh kehidupan anaknya kelak menjadi seorang hamba
Allah yang selalu beribadah dan mengabdi kepada- Nya, yang terbebas
dari urusan dunia. Istri Imran adalah seorang yang sangat cerdas. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tujuan pendidikan yang ia canangkan sangat umum
dan besar. Walaupun hanya satu tujuan yang ia inginkan, tetapi mencakup
segala kebaikan dunia dan akhirat. Tujuan tunggal istri Imran terhadap
anaknya adalah menjadi seorang ahli ibadah (muharrar).45
Hal ini secara implisit berarti memberikan contoh kepada para orang
tua untuk
melakukan usaha guna mendapatkan anak yang saleh dan
salehah . Tujuan pendidikan bukan diperuntukkan bagi anak didik semata,
tetapi juga ditujukan pada orang tua. Yakni, untuk memperoleh generasi
saleh ternyata dilalui jauh sebelum kelahiran anak itu sendiri.46 Hannah
melakukan model pendidikan prenatal ini dengan giat agar anak dalam
kandungan menjadi anak senantiasa mengabdi kepada Allah swt.
Model tujuan pendidikan yang dilakukan Nabi Zakariya as. juga
menekankan pada konsep pendidikan prenatal. Sebab
tidak dijumpai
dalam al-Qur’an tentang interaksi Zakariya as. Dengan Yahya as. Secara
riil al-Qur’an menjelaskan mengenai usaha Zakariya as. Di usia senja
untuk mendapatkan keturunan walaupun istrinya mandul . Dengan penuh
keyakinan, Zakariya as. melakukan usaha terus- menerus dengan berdoa
43
QS. Ali Imran [3]:83
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendid ik Anak , (Yogyakarta: Sukses
Offset, 2008) hlm. 249.
45 Lihat Q.S. Ali Imrân [3]: 35
46 Miftahul Huda, Interaksi ….hlm.250.
44
22
kepada Allah swt. Melalui kekuatan doa
itulah akhirnya Allah swt
mengabulkan permintaannya. 47
Peranan orang tua dalam memberikan bantuan menjadi luar biasa,
sebab tanpa bantuan orang tua tidak mungkin anak bisa bertambah dan
berkembang lebih sempurna, apalagi untuk mencapai taraf kedewasaan.
Sehingga tak salah kalau dikatakan, orang tua adalah pendidik pertama dan
pendidik utama pada anak-anaknya.48 Pada anggapan umum, pendidikan
keluarga itu merupakan pendidikan permulaan sedangkan pusat pendidikan
lainnya (pusat pendidikan sekolah dan pusat pendidikan masyarakat)
merupakan pendidikan lanjutan. keluarga bukan sekedar pendidikan
permulaan saja. Tanpa melebih-lebihkan fungsi dan peranan keluarga,
maka pusat pendidikan keluarga itu adalah tempat pendidikan paling
sempurna dalam sifat dan wujudnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak harus pendidikan agama sejak
dari awal, baik secara teori maupun praktek-praktek hidup beragama ini
sangat penting bagi seorang anak dibiasakan, agar dapat membentuk
kepribadian seorang
anak melalui praktek keagamaan. Perhatian perlu
diberikan kepada anak terutama ibu bapaknya sendiri dalam usia dini. Ibu
juga berkewajiban melepaskan haknya secara bertahap untuk memilih segala
sesuatu yang berkaitan dengan seluruh sisi kehidupan anak, dan memberikan
kesempatan
anak
untuk
melaksanakan
haknya
dalam memilih
mengembang tanggung jawab atas pilihan-pilihannya.49
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama memberikan pengaruh
terhadap anak, termasuk dalam hal keyakinan, karena itu orang tua harus
memiliki aqidah yang mantap sebelum mengajarkannya kepada anak. Dalam
mengajarkan masalah aqidah kepada anak dapat dengan cara memberikan
pengenalan aqidah secara dini sehingga anak termotivasi untuk mengetahui
lebih jauh lagi. Lalu secara bertahap orang tua menanamkan keyakinan pada
anak bahwa dirinya sebagai hamba Allah SWT, diberi kelebihan dari mahluk
47
Ibid.,hlm. 269.
Imran Pohan, Masalah Anak dan Anak Bermasalah, Cet. I, (Jakarta: CV.Intermedia,
1996),hlm. 176.
49 Syeikh Abdussalam Amal Al-Kalili, Mengembangkan Kreatifitas Anak, Cet.I, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar, 2005), hlm.313.
48
23
lain berupa akal agar dapat mengetahui bahwa Allah SWT yang
menciptakan alam semesta dengan segala isinya.
Selain mengajarkan masalah aqidah atau ketauhidan, orang tua di
tuntut untuk menjelaskan kepada anak tentang syariat Islam. Hal ini penting
agar anak tahu bahwa Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum yang
harus dipatuhi. Sebagai contoh orang tua dapat menjelaskan bahwa salah
satu bukti keimanan kita kepada Allah SWT adalah dengan melaksanakan
shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar syariat Islam
benar-benar di laksanakan oleh anak, maka perlu ada pengawasan dan
bimbingan dari orang tua. Karena itu orang tua diharapkan telah biasa
melaksanakan shalat sehingga menjadi teladan bagi anak-anaknya.
c. Penutup
Konsep
pendidikan
Islam
didiskripsikan
sebagai
proses
komprehensif untuk pengembangan pribadi manusia secara menyeluruh,
meliputi intelektual, spiritual dan fisik, berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah,
dengan tujuan utama terlaksananya ajaran Islam dalam kehidupan, dengan
orientasi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Implikasi nilai-nilai pedidikan Islam yang terkan dung dalam surat
Luqman dan Ali Imran tersebut, menjadikan pembentukan kepribdian yang
Islami sebagai salah satu pilihan guna membentengi anak sedini mungkin
dari pengaruh lingkungan yang negatif. Pembentukan kepribadian anak
pada prinsipnya merupakan proses yang berkelanjutan
Proses tersebut akan lebih baik dan berhasil manakala para orang tua
dapat mengkombinasikan dua faktor, yaitu faktor persiapan berfungsi
sebagai proses pembentukan kepribadian anak sebelum ia lahir dunia
(prenatal), dan faktor pelaksaan berfungsi sebagai kepribadian anak setelah
ia lahir, melalui pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Untuk
merealisasikan pembentukan kepribadian yang Islami diperlukan adanya
berbagai metode yang dianggap cukup representatif, diantaranya dengan
menggunakan metode keteladanan, nasihat, dan pengawasan.
Adapun konsep pendidikan Islam untuk anak