Contoh contoh Sistem Tenurial Tanah Adat
CONTOH-CONTOH SISTEM
TENURIAL TANAH ADAT
R. Yando Zakaria
Pusat Kajian Etnografi Hak Komunitas Adat (PUSTAKA)
Kerangka analisis
Logika Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Tanah/Hutan
Hutan adat
bagian dari
ulayat MHA
=
Hutan adat
bukan hutan
negara =
+++
+++
Ulayat MHA
diakui jika
MHA ybs
ditetapkan
dalam Perda
=
???
Siapa masyarakat (hukum) adat itu?
• Masyarakat Adat adalah sekelompok orang
perseorangan yang hidup secara turun temurun di
wilayah geografis tertentu dan diikat oleh identitas
budaya, hubungan yang kuat dengan tanah,
wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya,
serta sistem nilai yang menentukan pranata
ekonomi, politik, sosial, dan hukum, baik yang
diatur melalui suatu lembaga adat yang memiliki
otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak,
sebagaimana yang dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (Rancangan RUU PHMA versi DPD RI 2018)
Tata hak cq. tenurial sistem (Riddell, 1987)
• Sekumpulan atau serangkaian hak yang dipegang oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dipedomani dalam
proses pemanfaatan sumberdaya agraria, berikut implikasinya
terhadap adanya sejumlah pembatasanbagi pihak yang
lainnya.
• Masing-masing hak dapat dipisahkan dari ikatannya lalu
diletakkan tidak lagi dalam ikatan asalnya atau diletakkan
dalam konteks yang berbeda, sehingga menunjukkan adanya
suatu sistem.
• Menurut Fauzi dan Bachriadi (1998), dalam sistem hak itu juga
terdapat sejumlah kewajiban yang menyeimbangkan berbagai
hak, hingga terciptakan suatu keteraturan sosial (social order)
berdasarkan hubungan saling pengaruh dari hak dan
kewajiban dan/atau batasan-batasan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan pokok kajian tenurial sistem
• Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak? à Tata guna dalam pengertian yang luas
• Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud? à subyek hak à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
• Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas objekobyek hak tercakup? à Apa saja jenis atau macam hakhak itu? à Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
atas berbagai jenis hak itu?
Segitiga Sistem Hak
Subyek
hak
Sistem
tenurial
Jenis
hak
Obyek
hak
8
Tenurial sistem
Aktor:
person atau
Lembaga
Nilai,
Norma,
Aturan
Mekanisme
dan proses
Kerja
Penguasaan dan pemanfaatan
sumber-sumber agraria dan SDA
tertentu
Sistem tenurial sebagai Sistem Sosial yang Kompleks
Aspek struktur sosial
Yang lebih luas
Aspek sosial-politik
organisasi komunitas
dan supra-komunitas
Mekanisme
penyelesaian
sengketa
Sistem hak
Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam
melakukan kajian sistem tenurial
• Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak? à Tata guna dalam pengertian yang luas
• Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud? à subyek hak à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
• Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas objekobyek hak tercakup? à Apa saja jenis atau macam hakhak itu? à Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
atas berbagai jenis hak itu?
Etnosains dan Hak-hak Masyarakat Adat
• Perilaku fisik, melalui mana orang/masy./komunitas secara langsung
menciptakan perubahan dalam lingkungan fisiknya pada dasarnya
adalah hasil dari mekanisme yang ada dalam suatu sistem
pengetahuan masyarakat yang bersangkutan (Ahimsa Putra, 1994).
Maka, perbicangan soal pengakuan dan perlindungan hak
masyarakat adat, termasuk dalam kaitannya dalam konteks subyek,
objek, dan jenis hak masyarakat dimaksud, pada hakekatnya adalah
bagian dari apa yang disebut sebagai sistem pengetahuan yang
berkenaan dengan suatu lingkungan di mana suatu masyarakat atau
komunitas tertentu itu berada.
• Dalam konteks ini pendekatan etnosains (Netting, 1974; Ahimsa
Putra, 1994 & 1997) dapat membantu pengungkapan sistem
pengetahuan dimaksud, karena etnosains berasumsi bahwa
effective environment itu bersifat kultural, karena lingkungan objektif
yang sama dapat dilihat, dipahami, atau dirasakan secara berbedabeda oleh masyarakat yang berbeda latar belakang kebudayaannya.
Dengan demikian effective environment itu pada hakekatnya adalah
cultural environment (dalam Lahajir, 2001: 53).
Kerangka Dasar Penggalian Data
Empat aspek
kajian untuk
pemahaman
sistem tenurial
Sistem hak
Mekanisme
pengambilan
keputusan dan
penyelesaian
sengketa
Aspek sosial-politik
organisasi
komunitas dan
supra-komunitas
Elemen-elemen utama yang menjadi pokok perhatian
Subyek hak
Obyek hak
Jenis hak
Nilai, Norma, aturan
Aktor
Kelembagaan cq.
Mekanisme kerja
Organisasi
Sistem
kepemimpinan
Sistem kontrol atas
kekuasaan
Struktur Sosial yang sistem pelapisan sosial, sistem kepemimpinan dan pembagian
lebih luas
kekuasaan, perubahan sosial, lembaga sosial atau organisasi
sosial, pranata sosial, solidaritas sosial dan bentuk-bentuk
tindakan bersama, bentuk-bentuk mekanisme kontrol sosial,
sistem kekerabatan, bentuk-bentuksatuan-satuan hidup
setempat, dan hal lain yang relevan
Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak masyarakat adat (etik atau emik) à Lihat Zakaria & Arizona, dalam
Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980: 46.
‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta,
marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo,
nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua,
ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg
‘desa adat’ versi uu 6/2014 Og Desa
Individu
‘anak
nagari’ ,
‘anak adat’
Keluarga
baEh
keluarga
besar/
Gabungan
keluarga,
kaum &
suku dlm
konteks
Minangka
bau,
lamin/
betang
Subdesa/
desa
kecil:
jorong/
buek,
dusun,
kampung
dst
Sub suku Dayak iban, kenyah,
batak karo, caniago, koto,
jambak, kaili moma, sistem
marga/Batak & Minahasa, dll
lareh/federasi
nagari di
Minangkabau
mukim/Aceh
Ketemenggun
gan/Kalteng
Lembang/
Toraja
dst..
Suku Jawa,
sunda,
melayu,
dayak,
kaili, bugis,
mentawai,
batak,
R
a
s
melanesia,
austronesi
a
Negara,
kerajaan,
kesultanan
Contoh-contoh sistem tenur tanah adat
Tanah Adat Batak Toba (Simbolon, 1998, Kartini SjahrirPandjaitan, et.al., 2017; Silalahi & Wicaksono, 2018)
Subyek hak
Obyek hak
• bius,
• tano rimba dan harangan, dan
• partolian
hutan muda (tombak atau rabi)
• parhutaan
• saoa atau hauma
• Jalangan (padang rumput) dan
jampalan (tempat
(pengembalaan)
• Arena cadangan (Hauma
harajaon, tombak ripe, dll)
• Daerah suci (parsombaonan,
solobean, parbeguan, saba
parhombanan, dll.)
• golat
• Huta, dengan
• Marga raja, sebagai
pemangku haknya, dan
• marga boru, sebagai para
pihak yang mendapatkan
hak untuk turut
memanfaatkan dan/atau
dapat memilikinya.
Jenis-Jenis Tanah Komunal di Nagari Anduring
Ulayat Nagari
KAN
Ulayat Nagari Bebas (belum diolah)
Tanah Nagari
Balai Adat
Jalan Nagari
Sungai
Dsb .
KAN
Kantor Desa/Dusun
Saluran Irigasi
Lapangan
Dsb .
Ulayat Suku/Kaum
penghulu
Ulayat Suku/Kaum Bebas (belum/tidak diolah)
Tanah Suku/Kaum
Penghulu
Surau Suku/Kaum
Pemakaman Suku/Kaum/Paruik
Sawah Kagadangan Pangulu
Dsb.
Tanah Seandung
mamak
Tanah Legaran/Giliran :
Ganggam Bauntuak (perseorangan) :
Sawah
- kebun
- tambak ikan
Perumahan
- warung
- usaha lain
Surau Jurai
- dsb .
Tanah Milik Individu
-
individu
Tanah hibah -Tanah Dibeli
Tanah Harta Pencaharian
Dsb .
Tanah Milik Badan Sosial
Tanah Mesjid
Tanah Milik Yayasan
Tanah Kantor KUD
Dsb .
pengurus
Konstelasi sistem tenurial pada Masyarakat Minangkabau (Franz von Benca-Beckmann (2000);
K. von Benda-Beckmann (2000); Warman (2010)
Subyek Hak
Individu à
sainduak/
samandeh à
paruik à jurai
Objek Hak:
Tanah dan SDA lainnya
-
-
-
(genealogis)
Kaum/buah
gadang
-
-
-
(genealogis)
Hindu/Suku
pusako
(taratak à
dusun à koto)
à Nagari
(genealogis
dan teritorial)
-
Sakalian nego hutan tanah
(sekalian nega tanah dan hutan)
Mulai dari batu jo pasie nan
saincek (mulai dari dari batu dan
pasir yang sebutir)
Rumpuik nan sahalai (rumput
yang sehelai)
Jirek nan sabatang (pohon jarak
yang sebatang)
Ka atehnya taambun jantan (ke
atasnya terembun jantan)
Ka bawah sampai takasiak bulan
(ke bawahnya hingga pasir
bulan)
Pangkek panghulu punyo ulayat
(pangkat penghulu punya ulayat
cq. kuasa) (Dt. Rajo Penghulu,
1997: 209)
Terkait dengan keuangan/
pendapatan Pemerintahan Nagari:
Bungo kayu, bungo pasie, bungo
batu, bungo karang à Zaman Orba:
retribusi kayu, damar, rotan, karet,
cengkeh, kulit manis, dsb.
Jenis hak/kewenangan & ‘pemegang kuasa-nya’
- Panghulu andiko
- Kewenangan untuk mewakili, mengatur
pengelolaan, mengumpulkan/memungut hasil,
dan pengelolaan hasil bagi kepentingan
bersama.
- Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu
andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu
andiko yang ada pada kaum tertentu)
- Mamak Kapalo Warih
-
-
-
-
‘Pemerintah nagari’
KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Ordebaru,
pasca UU 5/1979)
Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda
kembali ke nagari
Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2
Tahun 2007 yang hakekatnya adalah ‘Perda kembali
ke desa)
Subyek Hak
Individu à Paruik
- Panghulu andiko à Kewenangan untuk mewakili, mengatur pengelolaan,
mengumpulkan/memungut hasil, dan pengelolaan hasil bagi kepentingan bersama
Kaum/Buah gadang
- Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu andiko yang diangkat menjadi ketua
panghulu andiko yang ada pada kaum tertentu)
Hindu/Suku pusako
- Mamak Kapalo Warih
Buek/Jorong
- Kapalo buek/Kapalo jorong
Nagari
-
-
-
-
‘Pemerintah nagari’
KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Orde Baru, pasca UU 5/1979)
Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda kembali ke nagari
Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2 Tahun 2007 yang hakekatnya
adalah ‘Perda kembali ke desa)
-
-
-
-
-
-
-
Sakalian nego hutan tanah (sekalian nega tanah dan hutan)
Mulai dari batu jo pasie nan saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir)
Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)
Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)
Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)
Ka bawah sampai takasiak bulan (ke bawahnya hingga pasir bulan)
Pangkek panghulu punyo ulayat (pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa)
Klaim simbolik
Obyek Hak
Pengusahaan tingkat
lapangan
- Berkorong, berkampung; berbalai, bermesjid; bersawah, berladang; bersuku,
bernagari; berlabuh, bertepian; bermedan yang berpanas (gelanggang);
berpandam, berpekuburan.
‘Status objek dalam tatanan
nilai-nilai adati’
- Pusako tinggi
- Pusako randah
- Arato pancarian
Jenis Hak
‘Status ekonomi-politik’
- Miliik
- Pakai, Pinjam, Ambil hasil
Status berdasarkan
mekanisme perolehan hak
- Warisan
- Gadai
- Pinjaman
Lembaga-lembaga Penanganan Sengketa di Minangkabau
(K. von Benda-Beckmann, 2000: 69)
Tataran
Kelembagaan
Tipe sengekta/
Tataran
sengketa
Nagari
Hindu/Suku
Pusako
Buang gadang
Kaum
Tipe
Kelembagaan
Nagari
Adat
(dalam
arti
sempit)
Pusako
Buek
Kecamatan
Semua tipe
sengketa
Kabupaten
Kerusuhan
Semua tipe
sengketa
Tindak
pidana
Gugatan
perdata
Tindak
pidana
Polisi
Camat
Jaksa
Pengadilan
negeri
Kerapatan Adat Nagari (+ Ketua
KAN)
Penghulu
hindu,
Juaro
adat
(anak
mudo)
Panghulu
suku
Buek (+
Angku
Panghulu
Kerapatan
Nagari (+
Wali
Nagari)
Seksi-seksi
dalam
Kerapatan
Nagari (+
Kepala
Seksi)
Mamak
Lembaga-lembaga adat
Lembaga-lembaga Negara
Empat macam sistem penguasaan tanah adat (pertanian) di Jawa
(Koentjaraningrat, 1980: 62 – 66)
Subyek Hak Obyek & Jenis Hak
Kewenangan & Pemegagang Kuasanya
Desa
Tanah yasan dan tanah
pekulen;
Sistem milik umum cq.
tanah komunal dengan
pemakaian beralih-alih.
Pembagian tanah diatur oleh kepala desa, dan
tiap dua, tiga, atau 5 tahun, seorang petani
mendapat sebidang tanah lain untuk dikerjakan.
Dalam kasus ini tanah yang digarap berbedabeda setiap asanya (umumnya terjadi di daerah
perkebunan tebu)
Desa
Tanah yasan dan tanah
pekulen;
Sistem milik umum cq.
komunal dengan
pemakaian bergiliran
Tanah desa yang penggunaannya diatur oleh
kepala desa. Pada dasarnya tanah yang akan
digarap tetap jumlahnya. Penggarapnya saja
yang bergiliran.
Desa
Tanah bengkok; Sistem
milik umum cq. komunal
dengan pemakaian tetap
Tanah diberikan kepada sebagian aparat dan/
atau warga desa yang memiliki kewajibankewajiban tertentu (misalnya membersihkan dan
memperbaiki saluran) kepada desa, yang disebut
kuli atau gogol.
Individu
Sistem milik individu
Tanah milik individu yang bisa diwariskan kepada
ahli warisnya.
Desa adat dan tanah adat di Bali (1) (Windia, 2018)
• Desa adat atau desa pakraman adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai
satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam
ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang
mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri
serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. (Pasal
1 nomor urut 4 Perda Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001,
tentang Desa Pakraman).
• Unsur-unsur desa pakraman, yaitu:
a.
b.
c.
unsur parahyangan (tempat suci umat Hindu);
unsur pawongan (umat Hindu);
unsur palemahan (tanah desa dan tanah pribadi).
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (2) (Windia, 2018)
•
Tugas dan wewenang desa adat, antara lain:
- melaksanakan pembangunan terutama
dibidang keagamaan, kebudayaan;
- mengembangkan nilai-nilai budaya Bali
dalam rangka memperkaya, melestarikan,
kebudayaan nasonal. (Pasal 5 Perda Prov.
Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa
Pakraman).
•
Berdasarkan Data Bali Membangun, 2016, di
Provinsi Bali terdapat 1488 desa pakraman.
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (3) (Windia, 2018)
• Sebagai masyarakat hukum adat, desa adat atau
desa pakraman memiliki: wilayah (wewengkon),
organisasi (prajuru), tata kelola (awig-awig), harta
kekayaan (duwé atau druwé desa), dan
anggota yang terikat secara skala (berdasarkan
awig-awig) dan niskala (keyakinan Hindu/Pura
Kayangan Tiga).
• Salah satu harta kekayaan desa adat di Bali
berupa tanah desa, yang terdiri atas: tanah
pekarangan desa (PKD), tanah ayahan desa
(AYDS), tanah laba (laba desa dan laba pura),
tanah lainnya, seperti: tanah lapang desa, pasar
desa, setra desa, telajakan desa, telajakan pura,
telajakan setra, dll).
Hak adat atas tanah dan SDA lainnya di Masyarakat Tunjung Linggang, Kutai Barat (Lahajir, 2001)
Subyek Hak
Person;
Keluarga inti;
Keluarga luas/
rumah tangga/
satu dapur/rumah
panjang (likuuqapuu; betang à
genealogis
jayukng)/luuq/
kampung; dan
Banua à
Genealogisteritorial dan
Teritorial
Obyek Hak (dalam satu kesatuan
banua)
Luuq (perkampungan) à
Bentang (rumah panjang) à
Dapeeq (rumah tunggal) à
Dapeeq-umaaq/dangau umaa
(pondok ladang)
Umaaq-taotn (perladangan) à RYZ:
diusahakan oleh keluarga inti, rumah
tangga/rumah panjang, atau oleh
luuq?
Simpugng (kawasan cadangan) à
RYZ: milik luuq atau banua?
Talutn-luatn (tempat-tempat keramat)
à RYZ: ‘milik’ luuq atau banua?
Lubakng (kuburan) à RYZ: milik
betang atau luuq
Jenis Hak/Kewenangan &
Pemegagang Kuasanya
Mangku (pemimpin banua)
Let-let mangku (pemimpin
luuq)
Petinggi (pemimpin
kampung)
Perintis luuq diberi gelar
Merhajaq; seluruh kerabat
dan keturunannya disebut
hajiq.
Punggawa (pengawal
Merhajaq)
Mantiq tatau (kepala urusan
kesejahteraan;
Pemanuk (panglima perang);
Pemencaraq (pengaturan
adat/pengadilan adat);
Kepala Padang (pengurus
masalah perladangan);
Sketsa Tata Ruang Wilayah Adat Kampung Matalibaq, Kutai Barat (Ahmad Wijaya, 2014)
1. Tana Uma (perkampungan atau
permukiman,)
2. Tana Lumaq (perladangan)
3. Tana Patai/Bilah/Kale (kuburan)
4. Tana Berahan/Belahan (usaha
masyarakat, terutama dalam hal
pengumpulan hasil hutan untuk
mencari nafkah)
5. Tana Pekaq (persawahan)
6. Tana Lepu’un (kebun buah dan
tanaman lainnya)
7. Tana Kaso (kawasan untuk berburu)
8. Tana Pukung (limbo)
9. Tana Pera’/Peraaq (kawasan
berusaha di saat krisis atau sebagai
hutan cadangan)
10. Tana Mawa (kawasan yang dilindungi
dan dikeramatkan untuk kepentingan
adat dan untuk mengambil ramuramuan rumah)
11. Tana Lung (kawasan yang dilindungi)
Sistem Tenurial MHA di Kalimantan Tengah
(Draf Pergub Pedoman Pemetaan Wilayah Adat, 2014)
Subyek Hak
Obyek Hak
Jenis Hak
Individu/keluarga
Lewu
Hak individu: personal atau keluarga (batih)
Individu/keluarga
Petak eka malan-manana satiar (daerah
bantara sungai di sekitar lewu)
Milik perorangan? Keluarga?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Rintis (tempat pemanenan hasil hutan nonkayu)
Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku
Kecil?
Individu
Tangiran (pohon madu)
Hak individu (oleh penemu). Bagaimana dgn tanah
di sekitarnya?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Sepan (mata air)
Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku besar? Suku
kecil?
Individu
Petak bahu (bekas ladang)
Hak individu
Individu atau ‘warga llewu’?
Kaleka (bekas pemukiman)
Hak individu atau hak komunal?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Pasahan raung dan pambak (komplek
pemakaman)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Petak rutas (hutan larangan)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tajahan (tempat keramat)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Pahewan (hutan angker)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tawun elai (hutan tempat pembuang sial)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Sungei, anak sungei, saka (anak sungai yg
lbh kecil lagi)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tatas (kanal buatan)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Baruh atau talaga (danau alam kecil) & Tasik
(danau alam lbh besar)
Hak komunal
Individu pembuka
Handel (parit, kiri-kanannya jadi tempat
usaha)
Hak individu
Pembagian Tanah Adat di Kabupaten Maluku Tenggara
(Matuankotta, 2018)
• Petuanan kampung (Utan, Bilan,
Ohoinuhu)
• Petuanan Marga/ Soa (rahan faam
atau buuk faam)
• Tanah keluarga pati
• Tanah pekarangan/
• Kintal
Di Provinsi Papua dan Papua Barat
Terdapat 257 suku bangsa (Kanwil BPN Papua Barat, 2018)
Seluruh suku bangsa tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah adat, sebagai
berikut :
1
Mamta : Papua Timur
Laut
2 Saereri : Papua Utara/Teluk
Cenderawasih
3 Domberai : Papua Barat
Laut
4
5
6
7
Bomberai : Papua
Barat
Anim Ha : Papua
Selatan
La Pago : Papua
Tengah
Meepago : Papua
Timur
28
Sistem Tanah Adat di Sentani (Karuwai, 2004, disempurnakan)
Subyek Hak
Obyek hak
• Suku
• Yo kla atau yo khani
• Kampung
(tanah milik kampung)
• Khani khoselo (tanah milik
klen)
• Ondofolo
• Khoselo
• “Fafa nei khani ondofolo khoso
nei khani” (anak-anak tidak
punya tanahyang punya
ondofolo dan khoselo)
• “anak-anak’ hanya punya hak
untuk mengolah tanah
tersebut”
Tanah Adat di Sentani, Jayapura (Karuwai, 2004)
Tanah Adat di Sentani, Jayapura (Karuwai, 2004)
Di Provinsi Papua Barat terdapat 2 (dua) wilayah adat
(Kanwil BPN Papua Barat 2018)
1. Wilayah Adat Domberai
1
Manokwari
8
2
Bintuni
9
3
Babo
10
4
Wondama
11
5
Wasi
12
6
Sorong
7
Raja Ampat
2. Wilayah Adat Bomb
Teminabuan
1
Fakfak
Inawatan
2
Kaimana
Ayamaru
3
Kokonao
Aifat
Aitinyo
32
KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
TERDIRI DARI 7 (TUJUH) SUKU BESAR YANG TERSEBAR DI BEBERAPA DISTRIK
SUKU
MOSKONA
SUKU
SOUGH
SUKU
SEBIAR
Distrik
Moskona
Selatan
Distrik
Bintuni
Distrik
Aranday
Distrik
Moskona
Utara
Distrik
Tembuni
Distrik Tomu
Distrik Aroba
Distrik
Moskona
Barat
Distrik
Manimeri
Distrik
Weriagar
Distrik
Fafruwar
Distrik
Moskona
Timur
Distrik
Dataran
Beimes
Distrik
Kamundan
Distrik
Kaitaro
Distrik
Merdey
Disteik
Biscoop
Distrik
Masyeta
Distrik
Tuhiba
SUKU
WAMESA
Distrik
Wamesa
SUKU
KURY
Distrik Kury
SUKU
IRARUTU
Distrik Babo
SUKU
SUMURI
Distrik
Sumuri
PETA KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM
ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
SUKU MOSKONA
SUKU SOUGH
SUKU SEBIAR
SUKU WAMESA
SUKU SUMURI
SUKU KURY
SUKU IRARUTU
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS
PROVINSI PAPUA BARAT TENTANG WILAYAH ADAT (VERSI 2016)
Obyek hak
Subyek hak
• Suku
• ?
• Marga
• ?
• Keret
• ?
• ?
• ?
Sistem Tenure Masyarakat Hukum Adat Arfak
(Hammar, 2011)
Obyek Hak
• Proses penataan ruang masyarakat,
pada masa dahulu dilakukan oleh
para leluhur melalui ritual guna
mendapat petunjuk dari sang
penguasa jagad dalam rangka
keseimbangan kosmis, pada saat
sekarang proses tersebut terjadi
melalui musyawarah adat
masyarakat hukum adat.
• Prinsip-prinsip yang mendasari
penataan ruang masyarakat hukum
adat adalah prinsip keseimbangan
kosmis yang termanifestasi pada:
Meng Ofot Mesu, Igya ser Hanjop,
Rifmekani Tina Yutyoug Isusk, Mebi
bera Yutyoug Isusk, Ningada, Ikwas.
Subyek hak
• kelembagaan yang
melaksanakan dan
mengawasi pemanfaatan
tata ruang masyarakat
hukum adat adalah
kelembagaan yang didasari
pada prinsip kepemimpinan
campuran antara pria
berwibawa dan pewarisan
yakni kelembagaan secara
berjenjang dari atas ke
bawah yakni Menir, Moskur,
Andij poy, Indakuna dan Ade
suit
Faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam
memahami suatu sistem tenurial tanah adat
‘Tipe-tipe sosial-budaya’ (Koentjaraningrat, 1970: 32 – 33)
No.
1.
Tipe Masyarakat
Mata pencaharian
pokok
Struktur
kemasyarakatan
Pembukaan isolasi
Perkiraan
kemunculan
Berburu dan Meramu
Beruburu dan meramu;
kombinasi kebun
sederhana
Terisolasi, dengan
deferensiasi dan
stratifikasi yang tidak
berarti
Pengaruh budaya
padi, perunggu, Hindu
dan Islam tidak
dialami. Isolasi dibuka
missie atau zending
Sekitar 11.000 SM
(110 Abad SM)
Padi Ladang
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial
sedang, bagian dari
kebudayaan yg lebih
besar
Pengaruh budaya
Hindu dan Islam tidak
dialami. Isolasi oibuka
missie atau zending
Sebelum abad 14
Padi ladang/sawah
non irigasi, Nelayan
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial
sedang, bagian dari
kebudayaan yg lebih
besar
Pengaruh Islam yang
kuat.
Sebelum abad 14
Padi sawah irigasi
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial yang
kompleks, bagian dari
kerajaan pertanian yg
besar
Mengalami seluruh
pengaruh kebudayaan
perunggu, Hindu, dan
juga Islam.
Sekitar abad 14,
bersamaan dengan
masukknya
pengaruh
kebudayaan Hindu
Kep. Mentawai;
pedalaman
Sumatera,
Kalimantan,
Sulawesi, Papua.
2.
Petani
Pedalaman
Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan
3.
Petani
Sumatera, Jawa,
Sunda Kecil, Maluku
Sulawesi, Kalimantan
4.
Petani
Sumatera, Jawa,
Sunda Kecil
Sulawesi, Kalimantan
5.
Kota
Kepegawaian, Perdagangan dan Industi
6.
Metropolitan
Kepegawaian, Perdagangan, Industri, dan hubungan antar bangsa yang lebih kompleks.
TENURIAL TANAH ADAT
R. Yando Zakaria
Pusat Kajian Etnografi Hak Komunitas Adat (PUSTAKA)
Kerangka analisis
Logika Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Tanah/Hutan
Hutan adat
bagian dari
ulayat MHA
=
Hutan adat
bukan hutan
negara =
+++
+++
Ulayat MHA
diakui jika
MHA ybs
ditetapkan
dalam Perda
=
???
Siapa masyarakat (hukum) adat itu?
• Masyarakat Adat adalah sekelompok orang
perseorangan yang hidup secara turun temurun di
wilayah geografis tertentu dan diikat oleh identitas
budaya, hubungan yang kuat dengan tanah,
wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya,
serta sistem nilai yang menentukan pranata
ekonomi, politik, sosial, dan hukum, baik yang
diatur melalui suatu lembaga adat yang memiliki
otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak,
sebagaimana yang dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (Rancangan RUU PHMA versi DPD RI 2018)
Tata hak cq. tenurial sistem (Riddell, 1987)
• Sekumpulan atau serangkaian hak yang dipegang oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dipedomani dalam
proses pemanfaatan sumberdaya agraria, berikut implikasinya
terhadap adanya sejumlah pembatasanbagi pihak yang
lainnya.
• Masing-masing hak dapat dipisahkan dari ikatannya lalu
diletakkan tidak lagi dalam ikatan asalnya atau diletakkan
dalam konteks yang berbeda, sehingga menunjukkan adanya
suatu sistem.
• Menurut Fauzi dan Bachriadi (1998), dalam sistem hak itu juga
terdapat sejumlah kewajiban yang menyeimbangkan berbagai
hak, hingga terciptakan suatu keteraturan sosial (social order)
berdasarkan hubungan saling pengaruh dari hak dan
kewajiban dan/atau batasan-batasan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan pokok kajian tenurial sistem
• Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak? à Tata guna dalam pengertian yang luas
• Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud? à subyek hak à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
• Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas objekobyek hak tercakup? à Apa saja jenis atau macam hakhak itu? à Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
atas berbagai jenis hak itu?
Segitiga Sistem Hak
Subyek
hak
Sistem
tenurial
Jenis
hak
Obyek
hak
8
Tenurial sistem
Aktor:
person atau
Lembaga
Nilai,
Norma,
Aturan
Mekanisme
dan proses
Kerja
Penguasaan dan pemanfaatan
sumber-sumber agraria dan SDA
tertentu
Sistem tenurial sebagai Sistem Sosial yang Kompleks
Aspek struktur sosial
Yang lebih luas
Aspek sosial-politik
organisasi komunitas
dan supra-komunitas
Mekanisme
penyelesaian
sengketa
Sistem hak
Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam
melakukan kajian sistem tenurial
• Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak? à Tata guna dalam pengertian yang luas
• Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud? à subyek hak à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
• Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas objekobyek hak tercakup? à Apa saja jenis atau macam hakhak itu? à Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
atas berbagai jenis hak itu?
Etnosains dan Hak-hak Masyarakat Adat
• Perilaku fisik, melalui mana orang/masy./komunitas secara langsung
menciptakan perubahan dalam lingkungan fisiknya pada dasarnya
adalah hasil dari mekanisme yang ada dalam suatu sistem
pengetahuan masyarakat yang bersangkutan (Ahimsa Putra, 1994).
Maka, perbicangan soal pengakuan dan perlindungan hak
masyarakat adat, termasuk dalam kaitannya dalam konteks subyek,
objek, dan jenis hak masyarakat dimaksud, pada hakekatnya adalah
bagian dari apa yang disebut sebagai sistem pengetahuan yang
berkenaan dengan suatu lingkungan di mana suatu masyarakat atau
komunitas tertentu itu berada.
• Dalam konteks ini pendekatan etnosains (Netting, 1974; Ahimsa
Putra, 1994 & 1997) dapat membantu pengungkapan sistem
pengetahuan dimaksud, karena etnosains berasumsi bahwa
effective environment itu bersifat kultural, karena lingkungan objektif
yang sama dapat dilihat, dipahami, atau dirasakan secara berbedabeda oleh masyarakat yang berbeda latar belakang kebudayaannya.
Dengan demikian effective environment itu pada hakekatnya adalah
cultural environment (dalam Lahajir, 2001: 53).
Kerangka Dasar Penggalian Data
Empat aspek
kajian untuk
pemahaman
sistem tenurial
Sistem hak
Mekanisme
pengambilan
keputusan dan
penyelesaian
sengketa
Aspek sosial-politik
organisasi
komunitas dan
supra-komunitas
Elemen-elemen utama yang menjadi pokok perhatian
Subyek hak
Obyek hak
Jenis hak
Nilai, Norma, aturan
Aktor
Kelembagaan cq.
Mekanisme kerja
Organisasi
Sistem
kepemimpinan
Sistem kontrol atas
kekuasaan
Struktur Sosial yang sistem pelapisan sosial, sistem kepemimpinan dan pembagian
lebih luas
kekuasaan, perubahan sosial, lembaga sosial atau organisasi
sosial, pranata sosial, solidaritas sosial dan bentuk-bentuk
tindakan bersama, bentuk-bentuk mekanisme kontrol sosial,
sistem kekerabatan, bentuk-bentuksatuan-satuan hidup
setempat, dan hal lain yang relevan
Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak masyarakat adat (etik atau emik) à Lihat Zakaria & Arizona, dalam
Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980: 46.
‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta,
marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo,
nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua,
ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg
‘desa adat’ versi uu 6/2014 Og Desa
Individu
‘anak
nagari’ ,
‘anak adat’
Keluarga
baEh
keluarga
besar/
Gabungan
keluarga,
kaum &
suku dlm
konteks
Minangka
bau,
lamin/
betang
Subdesa/
desa
kecil:
jorong/
buek,
dusun,
kampung
dst
Sub suku Dayak iban, kenyah,
batak karo, caniago, koto,
jambak, kaili moma, sistem
marga/Batak & Minahasa, dll
lareh/federasi
nagari di
Minangkabau
mukim/Aceh
Ketemenggun
gan/Kalteng
Lembang/
Toraja
dst..
Suku Jawa,
sunda,
melayu,
dayak,
kaili, bugis,
mentawai,
batak,
R
a
s
melanesia,
austronesi
a
Negara,
kerajaan,
kesultanan
Contoh-contoh sistem tenur tanah adat
Tanah Adat Batak Toba (Simbolon, 1998, Kartini SjahrirPandjaitan, et.al., 2017; Silalahi & Wicaksono, 2018)
Subyek hak
Obyek hak
• bius,
• tano rimba dan harangan, dan
• partolian
hutan muda (tombak atau rabi)
• parhutaan
• saoa atau hauma
• Jalangan (padang rumput) dan
jampalan (tempat
(pengembalaan)
• Arena cadangan (Hauma
harajaon, tombak ripe, dll)
• Daerah suci (parsombaonan,
solobean, parbeguan, saba
parhombanan, dll.)
• golat
• Huta, dengan
• Marga raja, sebagai
pemangku haknya, dan
• marga boru, sebagai para
pihak yang mendapatkan
hak untuk turut
memanfaatkan dan/atau
dapat memilikinya.
Jenis-Jenis Tanah Komunal di Nagari Anduring
Ulayat Nagari
KAN
Ulayat Nagari Bebas (belum diolah)
Tanah Nagari
Balai Adat
Jalan Nagari
Sungai
Dsb .
KAN
Kantor Desa/Dusun
Saluran Irigasi
Lapangan
Dsb .
Ulayat Suku/Kaum
penghulu
Ulayat Suku/Kaum Bebas (belum/tidak diolah)
Tanah Suku/Kaum
Penghulu
Surau Suku/Kaum
Pemakaman Suku/Kaum/Paruik
Sawah Kagadangan Pangulu
Dsb.
Tanah Seandung
mamak
Tanah Legaran/Giliran :
Ganggam Bauntuak (perseorangan) :
Sawah
- kebun
- tambak ikan
Perumahan
- warung
- usaha lain
Surau Jurai
- dsb .
Tanah Milik Individu
-
individu
Tanah hibah -Tanah Dibeli
Tanah Harta Pencaharian
Dsb .
Tanah Milik Badan Sosial
Tanah Mesjid
Tanah Milik Yayasan
Tanah Kantor KUD
Dsb .
pengurus
Konstelasi sistem tenurial pada Masyarakat Minangkabau (Franz von Benca-Beckmann (2000);
K. von Benda-Beckmann (2000); Warman (2010)
Subyek Hak
Individu à
sainduak/
samandeh à
paruik à jurai
Objek Hak:
Tanah dan SDA lainnya
-
-
-
(genealogis)
Kaum/buah
gadang
-
-
-
(genealogis)
Hindu/Suku
pusako
(taratak à
dusun à koto)
à Nagari
(genealogis
dan teritorial)
-
Sakalian nego hutan tanah
(sekalian nega tanah dan hutan)
Mulai dari batu jo pasie nan
saincek (mulai dari dari batu dan
pasir yang sebutir)
Rumpuik nan sahalai (rumput
yang sehelai)
Jirek nan sabatang (pohon jarak
yang sebatang)
Ka atehnya taambun jantan (ke
atasnya terembun jantan)
Ka bawah sampai takasiak bulan
(ke bawahnya hingga pasir
bulan)
Pangkek panghulu punyo ulayat
(pangkat penghulu punya ulayat
cq. kuasa) (Dt. Rajo Penghulu,
1997: 209)
Terkait dengan keuangan/
pendapatan Pemerintahan Nagari:
Bungo kayu, bungo pasie, bungo
batu, bungo karang à Zaman Orba:
retribusi kayu, damar, rotan, karet,
cengkeh, kulit manis, dsb.
Jenis hak/kewenangan & ‘pemegang kuasa-nya’
- Panghulu andiko
- Kewenangan untuk mewakili, mengatur
pengelolaan, mengumpulkan/memungut hasil,
dan pengelolaan hasil bagi kepentingan
bersama.
- Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu
andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu
andiko yang ada pada kaum tertentu)
- Mamak Kapalo Warih
-
-
-
-
‘Pemerintah nagari’
KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Ordebaru,
pasca UU 5/1979)
Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda
kembali ke nagari
Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2
Tahun 2007 yang hakekatnya adalah ‘Perda kembali
ke desa)
Subyek Hak
Individu à Paruik
- Panghulu andiko à Kewenangan untuk mewakili, mengatur pengelolaan,
mengumpulkan/memungut hasil, dan pengelolaan hasil bagi kepentingan bersama
Kaum/Buah gadang
- Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu andiko yang diangkat menjadi ketua
panghulu andiko yang ada pada kaum tertentu)
Hindu/Suku pusako
- Mamak Kapalo Warih
Buek/Jorong
- Kapalo buek/Kapalo jorong
Nagari
-
-
-
-
‘Pemerintah nagari’
KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Orde Baru, pasca UU 5/1979)
Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda kembali ke nagari
Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2 Tahun 2007 yang hakekatnya
adalah ‘Perda kembali ke desa)
-
-
-
-
-
-
-
Sakalian nego hutan tanah (sekalian nega tanah dan hutan)
Mulai dari batu jo pasie nan saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir)
Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)
Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)
Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)
Ka bawah sampai takasiak bulan (ke bawahnya hingga pasir bulan)
Pangkek panghulu punyo ulayat (pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa)
Klaim simbolik
Obyek Hak
Pengusahaan tingkat
lapangan
- Berkorong, berkampung; berbalai, bermesjid; bersawah, berladang; bersuku,
bernagari; berlabuh, bertepian; bermedan yang berpanas (gelanggang);
berpandam, berpekuburan.
‘Status objek dalam tatanan
nilai-nilai adati’
- Pusako tinggi
- Pusako randah
- Arato pancarian
Jenis Hak
‘Status ekonomi-politik’
- Miliik
- Pakai, Pinjam, Ambil hasil
Status berdasarkan
mekanisme perolehan hak
- Warisan
- Gadai
- Pinjaman
Lembaga-lembaga Penanganan Sengketa di Minangkabau
(K. von Benda-Beckmann, 2000: 69)
Tataran
Kelembagaan
Tipe sengekta/
Tataran
sengketa
Nagari
Hindu/Suku
Pusako
Buang gadang
Kaum
Tipe
Kelembagaan
Nagari
Adat
(dalam
arti
sempit)
Pusako
Buek
Kecamatan
Semua tipe
sengketa
Kabupaten
Kerusuhan
Semua tipe
sengketa
Tindak
pidana
Gugatan
perdata
Tindak
pidana
Polisi
Camat
Jaksa
Pengadilan
negeri
Kerapatan Adat Nagari (+ Ketua
KAN)
Penghulu
hindu,
Juaro
adat
(anak
mudo)
Panghulu
suku
Buek (+
Angku
Panghulu
Kerapatan
Nagari (+
Wali
Nagari)
Seksi-seksi
dalam
Kerapatan
Nagari (+
Kepala
Seksi)
Mamak
Lembaga-lembaga adat
Lembaga-lembaga Negara
Empat macam sistem penguasaan tanah adat (pertanian) di Jawa
(Koentjaraningrat, 1980: 62 – 66)
Subyek Hak Obyek & Jenis Hak
Kewenangan & Pemegagang Kuasanya
Desa
Tanah yasan dan tanah
pekulen;
Sistem milik umum cq.
tanah komunal dengan
pemakaian beralih-alih.
Pembagian tanah diatur oleh kepala desa, dan
tiap dua, tiga, atau 5 tahun, seorang petani
mendapat sebidang tanah lain untuk dikerjakan.
Dalam kasus ini tanah yang digarap berbedabeda setiap asanya (umumnya terjadi di daerah
perkebunan tebu)
Desa
Tanah yasan dan tanah
pekulen;
Sistem milik umum cq.
komunal dengan
pemakaian bergiliran
Tanah desa yang penggunaannya diatur oleh
kepala desa. Pada dasarnya tanah yang akan
digarap tetap jumlahnya. Penggarapnya saja
yang bergiliran.
Desa
Tanah bengkok; Sistem
milik umum cq. komunal
dengan pemakaian tetap
Tanah diberikan kepada sebagian aparat dan/
atau warga desa yang memiliki kewajibankewajiban tertentu (misalnya membersihkan dan
memperbaiki saluran) kepada desa, yang disebut
kuli atau gogol.
Individu
Sistem milik individu
Tanah milik individu yang bisa diwariskan kepada
ahli warisnya.
Desa adat dan tanah adat di Bali (1) (Windia, 2018)
• Desa adat atau desa pakraman adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai
satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam
ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang
mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri
serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. (Pasal
1 nomor urut 4 Perda Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001,
tentang Desa Pakraman).
• Unsur-unsur desa pakraman, yaitu:
a.
b.
c.
unsur parahyangan (tempat suci umat Hindu);
unsur pawongan (umat Hindu);
unsur palemahan (tanah desa dan tanah pribadi).
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (2) (Windia, 2018)
•
Tugas dan wewenang desa adat, antara lain:
- melaksanakan pembangunan terutama
dibidang keagamaan, kebudayaan;
- mengembangkan nilai-nilai budaya Bali
dalam rangka memperkaya, melestarikan,
kebudayaan nasonal. (Pasal 5 Perda Prov.
Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa
Pakraman).
•
Berdasarkan Data Bali Membangun, 2016, di
Provinsi Bali terdapat 1488 desa pakraman.
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (3) (Windia, 2018)
• Sebagai masyarakat hukum adat, desa adat atau
desa pakraman memiliki: wilayah (wewengkon),
organisasi (prajuru), tata kelola (awig-awig), harta
kekayaan (duwé atau druwé desa), dan
anggota yang terikat secara skala (berdasarkan
awig-awig) dan niskala (keyakinan Hindu/Pura
Kayangan Tiga).
• Salah satu harta kekayaan desa adat di Bali
berupa tanah desa, yang terdiri atas: tanah
pekarangan desa (PKD), tanah ayahan desa
(AYDS), tanah laba (laba desa dan laba pura),
tanah lainnya, seperti: tanah lapang desa, pasar
desa, setra desa, telajakan desa, telajakan pura,
telajakan setra, dll).
Hak adat atas tanah dan SDA lainnya di Masyarakat Tunjung Linggang, Kutai Barat (Lahajir, 2001)
Subyek Hak
Person;
Keluarga inti;
Keluarga luas/
rumah tangga/
satu dapur/rumah
panjang (likuuqapuu; betang à
genealogis
jayukng)/luuq/
kampung; dan
Banua à
Genealogisteritorial dan
Teritorial
Obyek Hak (dalam satu kesatuan
banua)
Luuq (perkampungan) à
Bentang (rumah panjang) à
Dapeeq (rumah tunggal) à
Dapeeq-umaaq/dangau umaa
(pondok ladang)
Umaaq-taotn (perladangan) à RYZ:
diusahakan oleh keluarga inti, rumah
tangga/rumah panjang, atau oleh
luuq?
Simpugng (kawasan cadangan) à
RYZ: milik luuq atau banua?
Talutn-luatn (tempat-tempat keramat)
à RYZ: ‘milik’ luuq atau banua?
Lubakng (kuburan) à RYZ: milik
betang atau luuq
Jenis Hak/Kewenangan &
Pemegagang Kuasanya
Mangku (pemimpin banua)
Let-let mangku (pemimpin
luuq)
Petinggi (pemimpin
kampung)
Perintis luuq diberi gelar
Merhajaq; seluruh kerabat
dan keturunannya disebut
hajiq.
Punggawa (pengawal
Merhajaq)
Mantiq tatau (kepala urusan
kesejahteraan;
Pemanuk (panglima perang);
Pemencaraq (pengaturan
adat/pengadilan adat);
Kepala Padang (pengurus
masalah perladangan);
Sketsa Tata Ruang Wilayah Adat Kampung Matalibaq, Kutai Barat (Ahmad Wijaya, 2014)
1. Tana Uma (perkampungan atau
permukiman,)
2. Tana Lumaq (perladangan)
3. Tana Patai/Bilah/Kale (kuburan)
4. Tana Berahan/Belahan (usaha
masyarakat, terutama dalam hal
pengumpulan hasil hutan untuk
mencari nafkah)
5. Tana Pekaq (persawahan)
6. Tana Lepu’un (kebun buah dan
tanaman lainnya)
7. Tana Kaso (kawasan untuk berburu)
8. Tana Pukung (limbo)
9. Tana Pera’/Peraaq (kawasan
berusaha di saat krisis atau sebagai
hutan cadangan)
10. Tana Mawa (kawasan yang dilindungi
dan dikeramatkan untuk kepentingan
adat dan untuk mengambil ramuramuan rumah)
11. Tana Lung (kawasan yang dilindungi)
Sistem Tenurial MHA di Kalimantan Tengah
(Draf Pergub Pedoman Pemetaan Wilayah Adat, 2014)
Subyek Hak
Obyek Hak
Jenis Hak
Individu/keluarga
Lewu
Hak individu: personal atau keluarga (batih)
Individu/keluarga
Petak eka malan-manana satiar (daerah
bantara sungai di sekitar lewu)
Milik perorangan? Keluarga?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Rintis (tempat pemanenan hasil hutan nonkayu)
Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku
Kecil?
Individu
Tangiran (pohon madu)
Hak individu (oleh penemu). Bagaimana dgn tanah
di sekitarnya?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Sepan (mata air)
Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku besar? Suku
kecil?
Individu
Petak bahu (bekas ladang)
Hak individu
Individu atau ‘warga llewu’?
Kaleka (bekas pemukiman)
Hak individu atau hak komunal?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Pasahan raung dan pambak (komplek
pemakaman)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Petak rutas (hutan larangan)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tajahan (tempat keramat)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Pahewan (hutan angker)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tawun elai (hutan tempat pembuang sial)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Sungei, anak sungei, saka (anak sungai yg
lbh kecil lagi)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Tatas (kanal buatan)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil?
Baruh atau talaga (danau alam kecil) & Tasik
(danau alam lbh besar)
Hak komunal
Individu pembuka
Handel (parit, kiri-kanannya jadi tempat
usaha)
Hak individu
Pembagian Tanah Adat di Kabupaten Maluku Tenggara
(Matuankotta, 2018)
• Petuanan kampung (Utan, Bilan,
Ohoinuhu)
• Petuanan Marga/ Soa (rahan faam
atau buuk faam)
• Tanah keluarga pati
• Tanah pekarangan/
• Kintal
Di Provinsi Papua dan Papua Barat
Terdapat 257 suku bangsa (Kanwil BPN Papua Barat, 2018)
Seluruh suku bangsa tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah adat, sebagai
berikut :
1
Mamta : Papua Timur
Laut
2 Saereri : Papua Utara/Teluk
Cenderawasih
3 Domberai : Papua Barat
Laut
4
5
6
7
Bomberai : Papua
Barat
Anim Ha : Papua
Selatan
La Pago : Papua
Tengah
Meepago : Papua
Timur
28
Sistem Tanah Adat di Sentani (Karuwai, 2004, disempurnakan)
Subyek Hak
Obyek hak
• Suku
• Yo kla atau yo khani
• Kampung
(tanah milik kampung)
• Khani khoselo (tanah milik
klen)
• Ondofolo
• Khoselo
• “Fafa nei khani ondofolo khoso
nei khani” (anak-anak tidak
punya tanahyang punya
ondofolo dan khoselo)
• “anak-anak’ hanya punya hak
untuk mengolah tanah
tersebut”
Tanah Adat di Sentani, Jayapura (Karuwai, 2004)
Tanah Adat di Sentani, Jayapura (Karuwai, 2004)
Di Provinsi Papua Barat terdapat 2 (dua) wilayah adat
(Kanwil BPN Papua Barat 2018)
1. Wilayah Adat Domberai
1
Manokwari
8
2
Bintuni
9
3
Babo
10
4
Wondama
11
5
Wasi
12
6
Sorong
7
Raja Ampat
2. Wilayah Adat Bomb
Teminabuan
1
Fakfak
Inawatan
2
Kaimana
Ayamaru
3
Kokonao
Aifat
Aitinyo
32
KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
TERDIRI DARI 7 (TUJUH) SUKU BESAR YANG TERSEBAR DI BEBERAPA DISTRIK
SUKU
MOSKONA
SUKU
SOUGH
SUKU
SEBIAR
Distrik
Moskona
Selatan
Distrik
Bintuni
Distrik
Aranday
Distrik
Moskona
Utara
Distrik
Tembuni
Distrik Tomu
Distrik Aroba
Distrik
Moskona
Barat
Distrik
Manimeri
Distrik
Weriagar
Distrik
Fafruwar
Distrik
Moskona
Timur
Distrik
Dataran
Beimes
Distrik
Kamundan
Distrik
Kaitaro
Distrik
Merdey
Disteik
Biscoop
Distrik
Masyeta
Distrik
Tuhiba
SUKU
WAMESA
Distrik
Wamesa
SUKU
KURY
Distrik Kury
SUKU
IRARUTU
Distrik Babo
SUKU
SUMURI
Distrik
Sumuri
PETA KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM
ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
SUKU MOSKONA
SUKU SOUGH
SUKU SEBIAR
SUKU WAMESA
SUKU SUMURI
SUKU KURY
SUKU IRARUTU
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS
PROVINSI PAPUA BARAT TENTANG WILAYAH ADAT (VERSI 2016)
Obyek hak
Subyek hak
• Suku
• ?
• Marga
• ?
• Keret
• ?
• ?
• ?
Sistem Tenure Masyarakat Hukum Adat Arfak
(Hammar, 2011)
Obyek Hak
• Proses penataan ruang masyarakat,
pada masa dahulu dilakukan oleh
para leluhur melalui ritual guna
mendapat petunjuk dari sang
penguasa jagad dalam rangka
keseimbangan kosmis, pada saat
sekarang proses tersebut terjadi
melalui musyawarah adat
masyarakat hukum adat.
• Prinsip-prinsip yang mendasari
penataan ruang masyarakat hukum
adat adalah prinsip keseimbangan
kosmis yang termanifestasi pada:
Meng Ofot Mesu, Igya ser Hanjop,
Rifmekani Tina Yutyoug Isusk, Mebi
bera Yutyoug Isusk, Ningada, Ikwas.
Subyek hak
• kelembagaan yang
melaksanakan dan
mengawasi pemanfaatan
tata ruang masyarakat
hukum adat adalah
kelembagaan yang didasari
pada prinsip kepemimpinan
campuran antara pria
berwibawa dan pewarisan
yakni kelembagaan secara
berjenjang dari atas ke
bawah yakni Menir, Moskur,
Andij poy, Indakuna dan Ade
suit
Faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam
memahami suatu sistem tenurial tanah adat
‘Tipe-tipe sosial-budaya’ (Koentjaraningrat, 1970: 32 – 33)
No.
1.
Tipe Masyarakat
Mata pencaharian
pokok
Struktur
kemasyarakatan
Pembukaan isolasi
Perkiraan
kemunculan
Berburu dan Meramu
Beruburu dan meramu;
kombinasi kebun
sederhana
Terisolasi, dengan
deferensiasi dan
stratifikasi yang tidak
berarti
Pengaruh budaya
padi, perunggu, Hindu
dan Islam tidak
dialami. Isolasi dibuka
missie atau zending
Sekitar 11.000 SM
(110 Abad SM)
Padi Ladang
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial
sedang, bagian dari
kebudayaan yg lebih
besar
Pengaruh budaya
Hindu dan Islam tidak
dialami. Isolasi oibuka
missie atau zending
Sebelum abad 14
Padi ladang/sawah
non irigasi, Nelayan
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial
sedang, bagian dari
kebudayaan yg lebih
besar
Pengaruh Islam yang
kuat.
Sebelum abad 14
Padi sawah irigasi
Deferensiasi dan
stratifikasi sosial yang
kompleks, bagian dari
kerajaan pertanian yg
besar
Mengalami seluruh
pengaruh kebudayaan
perunggu, Hindu, dan
juga Islam.
Sekitar abad 14,
bersamaan dengan
masukknya
pengaruh
kebudayaan Hindu
Kep. Mentawai;
pedalaman
Sumatera,
Kalimantan,
Sulawesi, Papua.
2.
Petani
Pedalaman
Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan
3.
Petani
Sumatera, Jawa,
Sunda Kecil, Maluku
Sulawesi, Kalimantan
4.
Petani
Sumatera, Jawa,
Sunda Kecil
Sulawesi, Kalimantan
5.
Kota
Kepegawaian, Perdagangan dan Industi
6.
Metropolitan
Kepegawaian, Perdagangan, Industri, dan hubungan antar bangsa yang lebih kompleks.