HAP VII Recent site activity teeffendi
Proses dalam Hukum
Acara Pidana
Penuntutan
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara pidana
ke PN yang berwenang dalam hal menurut
cara yang diatur dalam UU ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus
oleh hakim di sidang pengadilan
(Pasal 1 butir 7)
Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau
kewenangan mutlak dari penuntut umum,
yang artinya, bahwa hanya penuntut umum
yang berwenang untuk melakukan
penuntutan dalam perkara pidana.
(Lihat Pasal 1 butir 7 jo Pasal 13 KUHAP)
Ruang Lingkup Penuntutan
1. Mempelajari dan meneliti berkas
perkara yang diajukan oleh penyidik,
apakah telah cukup bukti bahwa
terdakwa telah melakukan tindak
pidana (Pasal 139 KUHAP);
2. Menyusun surat dakwaan (Pasal 140
KUHAP).
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan
penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Ditutup demi kepentingan hukum
(Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP)
Penghentian Penuntutan
1. Tidak cukup bukti (bandingkan dengan
Pasal 139 KUHAP);
2. Bukan merupakan tindak pidana
(bandingkan dengan proses
prapenuntutan, Pasal 110 ayat (4)
KUHAP);
3. Ditutup demi kepentingan hukum
Penghentian Penuntutan
Tiga alasan dalam penghentian penuntutan
ini ada kaitannya dengan sistem penuntutan
di Indonesia. Sistem penuntutan campuran
antara legalitas dan oportunitas
menyebabkan perkara harus wajib dituntut
walaupun dalam perjalanan perkaranya
dapat dihentikan atau dikesampingkan.
(Cermati perkara Bibit-Chandra)
Pasal 140 ayat (1) KUHAP
Dalam hal penuntut umum
berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu
secepatnya membuat surat dakwaan.
Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang
memuat rumusan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan
dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di
persidangan
(Lihat M. Yahya Harahap; 1993:414-415)
Surat Dakwaan
Surat dakwaan memiliki sifat-sifat antara
lain:
1. Sesuai dengan berita acara pemeriksaan
dalam tingkat penyidikan;
2. Menjadi dasar hakim dalam
pemeriksaan persidangan;
3. Bersifat sempurna dan mandiri.
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf a KUHAP), jika syarat
formil tidak terpenuhi, maka
dakwaan dapat dimintakan untuk
dibatalkan;
2. Syarat materiil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf b KUHAP), jika syarat
materiil tidak terpenuhi, maka
dakwaan batal demi hukum
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang dilengkapi
dengan tanggal dibuatnya surat dakwaan
dan dilengkapi dengan tanda tangan
penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin,kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
(Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP)
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu
dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
(Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP)
Sifat Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a
KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak
memenuhi syarat materiil dakwaan
adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan
benar;
b. Pertentangan dalam unsur dakwaan
Cara Penyusunan Surat
Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua cara:
1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan
berkas perkara dalam satu dakwaan yang
dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan
berkas perkara dalam beberapa surat
dakwaan dan dilaksanakan dalam
persidangan yang berbeda
Penggabungan Perkara
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu
yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang
yang sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu
dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut
tapi berhubungan.
(Pasal 141 KUHAP)
Beberapa tindak pidana yang
dilakukan oleh orang yang sama
Berhubungan dengan perbarengan (concursus
atau samenloop):
1. Concursus idealis (endaadse samenloop);
2. Concursus realis (meerdaadse samenloop,
misdrijven en overtredingen);
3. Voorgezette handeling (perbuatan berlanjut)
Beberapa tindak pidana yang
bersangkut paut
Berhubungan dengan penyertaan dan pembantuan
(medepleger dan medeplechteheid)
1. Oleh lebih dari satu orang yang bekerjasama;
2. Oleh lebih dari satu orang dalam tempat dan waktu
yang berbeda merupakan pelaksanaan permufaktan
jahat;
3. Oleh seorang atau lebih dalam mendapatkan alat
untuk melakukan TP atau menghindarkan diri dari TP
yang dilakukan.
Beberapa tindak pidana yang
berhubungan
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut
satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu
dengan yang lain itu ada hubungannya, yang
dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi
kepentingan penyidikan.
Syarat Penggabungan
• Ada 2 atau lebih tindak pidana sebagaimana
dirumuskan dalam undang-undang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut
dilakukan oleh satu orang atau beberapa
orang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut belum
ada yang diadili.
(Lihat Hari Sasangka et al, 1996: 40)
Bentuk-bentuk Surat Dakwaan
Surat
Dakwaan
Tunggal
Alternatif
Subsidair
Kumulatif
Kombinasi
Concursus Idealis
Concursus Realis
Perbuatan
Berlanjut
Gabungan TP
Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Pembuatan surat dakwaan tunggal adalah yang
pembuatan surat dakwaan yang paling ringan bila
dibandingkan dengan surat dakwaan lainnya.
Surat dakwaan ini dibuat apabila JPU yakin atas
perbuatan seorang terdakwa atau beberapa
terdakwa yang cukup bisa didakwa satu jenis
tindak pidana saja
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana
yang akan didakwakan kepada terdakwa hanya
satu tindak pidana, tetapi JPU ragu tentang
tindak pidana apa yang paling tepat untuk
didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat
merupakan alternatif bagi hakim untuk
memilihnya
Contoh Dakwaan Alternatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Dakwaan I
Atau
Dakwaan II
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya
sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan
alternatif. Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu
tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi
dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang
jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan
adalah kualifikasi dari tindak pidana yang didakwakan
apakah tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat
ataukah ringan. Surat dakwaan subsidair disusun dari
yang paling berat sampai yang paling ringan.
Contoh Dakwaan Subsidair
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Primair
Subsidair
Lebih Subsidair
Lebih Subsidair Lagi
Dan seterusnya
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut
berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh
lebih dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1)
KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana,
Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana;
4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
pidana khusus
Contoh Dakwaan Kumulatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Kedua
Ketiga
Dan seterusnya
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya perkara
yang dihadapi oleh penuntut umum. Dakwaan
kombinasi dapat disusun sebagai berikut:
1. Kumulatif-subsidair;
2. Kumulatif-alternatif;
3. Subsidair-Kumulatif
Contoh Dakwaan Kumulatifsubsidair
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Primair
Subsidair
Kedua
Primair
Subsidair
Ketiga
Dan seterusnya
Contoh Dakwaan Kumulatifalternatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Dakwaan I
atau
Dakwaan II
Kedua
Dakwaan I
atau
Dakwaan II
Dan seterusnya
Contoh Dakwaan subsidairkumulatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Primair
Kesatu
Kedua
Subsidair
Kesatu
Kedua
Dan seterusnya
Format Umum Surat Dakwaan
1.
2.
3.
4.
Kepala surat;
Klausula ”UNTUK KEADILAN”;
Judul dan nomor perkara;
Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu
nama lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama,
pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir;
5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan;
7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
JPU.
Perubahan Surat Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan
dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang;
2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang;
3. Dilakukan hanya untuk sekali
perubahan;
4. Harus dengan sepengetahuan
terdakwa/ Penasihat hukumnya.
Praperadilan
Praperadilan
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri
untuk memeriksa dan memutus perkara tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
(Lihat Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP)
Ganti Kerugian
Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk
mendapatkan pemenuhan atas tuntutannya yang
berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap,
ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam UU ini
(Lihat Pasal 1 butir 22 KUHAP)
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat
pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan
dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada
tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan UU atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam UU ini
(Lihat Pasal 1 butir 23 KUHAP)
Hal-hal berkaitan sidang
praperadilan
1. Dilakukan oleh Hakim tunggal (Pasal 78 ayat (2) KUHAP);
2. Pemeriksaan paling lama tujuh hari (Pasal 82 ayat (1)
huruf c KUHAP);
3. Pemeriksaan praperadilan akan gugur apabila dalam
prosesnya perkara yang dipraperadilankan sedang
diperiksa di Pengadilan Negeri (Pasal 82 ayat (1) huruf d
KUHAP);
4. Putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding
(Pasal 83 ayat (1) KUHAP), kecuali atas putusan yang
menyatakan penghentian penyidikan/ penuntutan tidak
sah (Pasal 83 ayat (2) KUHAP);
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat
Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
3. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP
5. KUHPidana
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami
_/|\_
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com
Acara Pidana
Penuntutan
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara pidana
ke PN yang berwenang dalam hal menurut
cara yang diatur dalam UU ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus
oleh hakim di sidang pengadilan
(Pasal 1 butir 7)
Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau
kewenangan mutlak dari penuntut umum,
yang artinya, bahwa hanya penuntut umum
yang berwenang untuk melakukan
penuntutan dalam perkara pidana.
(Lihat Pasal 1 butir 7 jo Pasal 13 KUHAP)
Ruang Lingkup Penuntutan
1. Mempelajari dan meneliti berkas
perkara yang diajukan oleh penyidik,
apakah telah cukup bukti bahwa
terdakwa telah melakukan tindak
pidana (Pasal 139 KUHAP);
2. Menyusun surat dakwaan (Pasal 140
KUHAP).
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan
penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Ditutup demi kepentingan hukum
(Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP)
Penghentian Penuntutan
1. Tidak cukup bukti (bandingkan dengan
Pasal 139 KUHAP);
2. Bukan merupakan tindak pidana
(bandingkan dengan proses
prapenuntutan, Pasal 110 ayat (4)
KUHAP);
3. Ditutup demi kepentingan hukum
Penghentian Penuntutan
Tiga alasan dalam penghentian penuntutan
ini ada kaitannya dengan sistem penuntutan
di Indonesia. Sistem penuntutan campuran
antara legalitas dan oportunitas
menyebabkan perkara harus wajib dituntut
walaupun dalam perjalanan perkaranya
dapat dihentikan atau dikesampingkan.
(Cermati perkara Bibit-Chandra)
Pasal 140 ayat (1) KUHAP
Dalam hal penuntut umum
berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu
secepatnya membuat surat dakwaan.
Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang
memuat rumusan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan
dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di
persidangan
(Lihat M. Yahya Harahap; 1993:414-415)
Surat Dakwaan
Surat dakwaan memiliki sifat-sifat antara
lain:
1. Sesuai dengan berita acara pemeriksaan
dalam tingkat penyidikan;
2. Menjadi dasar hakim dalam
pemeriksaan persidangan;
3. Bersifat sempurna dan mandiri.
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf a KUHAP), jika syarat
formil tidak terpenuhi, maka
dakwaan dapat dimintakan untuk
dibatalkan;
2. Syarat materiil dakwaan (Pasal 143
ayat (2) huruf b KUHAP), jika syarat
materiil tidak terpenuhi, maka
dakwaan batal demi hukum
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang dilengkapi
dengan tanggal dibuatnya surat dakwaan
dan dilengkapi dengan tanda tangan
penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin,kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
(Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP)
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu
dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
(Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP)
Sifat Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a
KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak
memenuhi syarat materiil dakwaan
adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan
benar;
b. Pertentangan dalam unsur dakwaan
Cara Penyusunan Surat
Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua cara:
1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan
berkas perkara dalam satu dakwaan yang
dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan
berkas perkara dalam beberapa surat
dakwaan dan dilaksanakan dalam
persidangan yang berbeda
Penggabungan Perkara
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu
yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang
yang sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu
dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut
tapi berhubungan.
(Pasal 141 KUHAP)
Beberapa tindak pidana yang
dilakukan oleh orang yang sama
Berhubungan dengan perbarengan (concursus
atau samenloop):
1. Concursus idealis (endaadse samenloop);
2. Concursus realis (meerdaadse samenloop,
misdrijven en overtredingen);
3. Voorgezette handeling (perbuatan berlanjut)
Beberapa tindak pidana yang
bersangkut paut
Berhubungan dengan penyertaan dan pembantuan
(medepleger dan medeplechteheid)
1. Oleh lebih dari satu orang yang bekerjasama;
2. Oleh lebih dari satu orang dalam tempat dan waktu
yang berbeda merupakan pelaksanaan permufaktan
jahat;
3. Oleh seorang atau lebih dalam mendapatkan alat
untuk melakukan TP atau menghindarkan diri dari TP
yang dilakukan.
Beberapa tindak pidana yang
berhubungan
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut
satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu
dengan yang lain itu ada hubungannya, yang
dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi
kepentingan penyidikan.
Syarat Penggabungan
• Ada 2 atau lebih tindak pidana sebagaimana
dirumuskan dalam undang-undang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut
dilakukan oleh satu orang atau beberapa
orang;
• 2 atau lebih tindak pidana tersebut belum
ada yang diadili.
(Lihat Hari Sasangka et al, 1996: 40)
Bentuk-bentuk Surat Dakwaan
Surat
Dakwaan
Tunggal
Alternatif
Subsidair
Kumulatif
Kombinasi
Concursus Idealis
Concursus Realis
Perbuatan
Berlanjut
Gabungan TP
Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Pembuatan surat dakwaan tunggal adalah yang
pembuatan surat dakwaan yang paling ringan bila
dibandingkan dengan surat dakwaan lainnya.
Surat dakwaan ini dibuat apabila JPU yakin atas
perbuatan seorang terdakwa atau beberapa
terdakwa yang cukup bisa didakwa satu jenis
tindak pidana saja
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana
yang akan didakwakan kepada terdakwa hanya
satu tindak pidana, tetapi JPU ragu tentang
tindak pidana apa yang paling tepat untuk
didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat
merupakan alternatif bagi hakim untuk
memilihnya
Contoh Dakwaan Alternatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Dakwaan I
Atau
Dakwaan II
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya
sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan
alternatif. Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu
tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi
dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang
jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan
adalah kualifikasi dari tindak pidana yang didakwakan
apakah tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat
ataukah ringan. Surat dakwaan subsidair disusun dari
yang paling berat sampai yang paling ringan.
Contoh Dakwaan Subsidair
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Primair
Subsidair
Lebih Subsidair
Lebih Subsidair Lagi
Dan seterusnya
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut
berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh
lebih dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1)
KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana,
Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana;
4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
pidana khusus
Contoh Dakwaan Kumulatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Kedua
Ketiga
Dan seterusnya
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya perkara
yang dihadapi oleh penuntut umum. Dakwaan
kombinasi dapat disusun sebagai berikut:
1. Kumulatif-subsidair;
2. Kumulatif-alternatif;
3. Subsidair-Kumulatif
Contoh Dakwaan Kumulatifsubsidair
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Primair
Subsidair
Kedua
Primair
Subsidair
Ketiga
Dan seterusnya
Contoh Dakwaan Kumulatifalternatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Kesatu
Dakwaan I
atau
Dakwaan II
Kedua
Dakwaan I
atau
Dakwaan II
Dan seterusnya
Contoh Dakwaan subsidairkumulatif
A. Identitas;
B. Penahanan;
C. Primair
Kesatu
Kedua
Subsidair
Kesatu
Kedua
Dan seterusnya
Format Umum Surat Dakwaan
1.
2.
3.
4.
Kepala surat;
Klausula ”UNTUK KEADILAN”;
Judul dan nomor perkara;
Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu
nama lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama,
pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir;
5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan;
7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
JPU.
Perubahan Surat Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan
dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang;
2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang;
3. Dilakukan hanya untuk sekali
perubahan;
4. Harus dengan sepengetahuan
terdakwa/ Penasihat hukumnya.
Praperadilan
Praperadilan
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri
untuk memeriksa dan memutus perkara tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
(Lihat Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP)
Ganti Kerugian
Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk
mendapatkan pemenuhan atas tuntutannya yang
berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap,
ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam UU ini
(Lihat Pasal 1 butir 22 KUHAP)
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat
pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan
dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada
tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan UU atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam UU ini
(Lihat Pasal 1 butir 23 KUHAP)
Hal-hal berkaitan sidang
praperadilan
1. Dilakukan oleh Hakim tunggal (Pasal 78 ayat (2) KUHAP);
2. Pemeriksaan paling lama tujuh hari (Pasal 82 ayat (1)
huruf c KUHAP);
3. Pemeriksaan praperadilan akan gugur apabila dalam
prosesnya perkara yang dipraperadilankan sedang
diperiksa di Pengadilan Negeri (Pasal 82 ayat (1) huruf d
KUHAP);
4. Putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding
(Pasal 83 ayat (1) KUHAP), kecuali atas putusan yang
menyatakan penghentian penyidikan/ penuntutan tidak
sah (Pasal 83 ayat (2) KUHAP);
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat
Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
3. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP
5. KUHPidana
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami
_/|\_
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com