Berbagai Pendekatan dalam Psikologi ma

TUGAS PSIKOLOGI UMUM 1

DISUSUN OLEH

DIAH RACHMAWATI PUTRI

1A

11140700000019

PENDEKATAN NEUROBIOLOGI
Seorang ahli psikologi yang sedang mengalami pendekatan neurobiologi, menaruh perhatian
terhadap perubahan yang terjadi dalam sistem syaraf karena adanya proses belajar mengenai
hal yang baru. Persepsi dapat dipelajari dengan merekam kegiatan sel saraf dalam otak pada
waktu mata dihadapkan pada berbagai tontonan visual.
PENDEKATAN PERILAKU
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu,
perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya,
secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara

mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut.
Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih
dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan
yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata
kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan
menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini
disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjarkelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip
tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang
timbul tidak disadari manusia. Adapun jalan eksperimen tentang refleks berkondisi yang
dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut: Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai
binatang percobaan.
Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga
tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian
menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat
jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi
(unconditioned stimulus) dan air lliur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut

refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks
yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan).
Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali ia
hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu
sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan
selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing
melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada
waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut

sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects, karena refleks itu merupakan hasil latihan
yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat
melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned reflects). Kalau latihan
itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel
akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan
perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada
lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala,
maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia
tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang
berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks

berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak
adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena
terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat
imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama
akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan
reflex(extinction). Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi
setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang
tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan
dengan rangsang berkondisi.
PERSPEKTIF BEHAVIOUR
Iklan televisi merupakan sarana memperkenalkan produk kepada konsumen. Keberadaanya
sangat membantu pihak perusahaan dalam mempengaruhi afeksi pemirsa. Ia menjadi
kekuatan dalam menstimulus pemirsa agar mau melakukan tindakan yang diinginkan. Secara
substansi iklan televisi memiliki kontribusi dalam memformulasikan pesan-pesan kepada
pemirsa. Akibatnya secara tidak langsung pemirsa telah melakukan proses belajar dalam
mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari
sebagai upaya mengubah sikap pemirsa.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian
teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang

dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang
akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika
komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah
disaksikan di televisi.

PENDEKATAN KOGNITIF

Mereka Leon Festinger dan Fritz Heider adalah tokoh teori konsistensi kognitif. teori ini
menyatakan bahwa manusia cenderung mengalami ketegangan pada saat kebutuhan
psikologinya belum terpenuhi. Pada saat seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi
ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan ia berusaha mengoptimalisasi dalam
persepsi,perasaan,kognisi dan pengalamannya.
Misalnya, si A sorang perokok berat. suatu hari ia merasa terganggu dengan berita di
surat kabar yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya dan penyebab kematian no satu.
Membaca berita itu menyebabkan ketegangan pada diri si A. ia pingin berhenti merokok,
namun itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihentikan. Apa yang harus dilakukan?
ia tentu tak mau lama-lama tegang. ia segera ,encari informasi lanjutan. Setelah informasi

diterima, ia memiliki beberapa pilihan keputusan seperti :
(i) berhenti merokok sama sekali
(ii) terus merokok dengan alasan bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah
(iii)terus merokok dengan alasan dokter keluarga juga merokok
(iv) terus merokok dengan filter
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Jika kita ingin menganalisis manusia berdasarkan dengan perkembangan kepribadiannya atau
proses sosialisasi serta mengidentifikasi perilaku agresi, kita tepat menggunakan pendekatan
ini, yaitu pendekatan psikoanalisis.
Contohnya, id-lah yang mendorong kita untuk makan,minum, berhubungan seksual,
dan dorongan-dorongan biologis lain yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Id
bergerak dengan kesenangan dan dengan id kita tidak peduli dengan orang lain, lingkungan
sekitar ataupun pada seluruh bentuk kenyataan hidup.
Id bersifat egois. Dalam id terdapat dua insting yang dominan, yaitu (i). libido atau
eros, dan (ii) thanatos. Libido adalah insting reproduktif yang menyediakan energi dasar
untuk melakukan kegiatan agar tetap hidup. Sedangkan thanatos adalah insting yang merusak
pada kematian. Ego bergerak berdasarkan perinsip realitas adalah struktur kepribadian yang
membawa kita untuk menjejak pada kenyataan sosial. Oleh sebab itu ego pulalah yang
membuat keinginan-keinginan kita terpenuhi. Sebaliknya Id hanya menghasilkan sejumlah
keinginan, tetapi bukan memenuhinya.

Contoh ego : jika anda seorang karyawan, anda tidak bisa begitu saja (walaupun ingin
sekali!) memaki atau menegur atasan anda karena perlakuan atasan anda yang tidak adil dan
seenaknya. Pada saat seperti itu, anda harus melihat realitas. Dalam kedudukan atasan dan
bawahan itu memang posisi anda lebih lemah, power ada pada atasan anda. Bahkan, dalam
banyak kejadian, ketika anda ingin memperjuangkan hak anda, teman-teman anda sesama
karyawan menasihati anda untuk tidak usah berbuat macam-macam. Mereka berkata
"sudahlah, jangan diteruskan, nanti kamu rugi akan berlipat-lipat".
Superego dipandang sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang berupaya
mewujudkan keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural

masyarakat kita. Id melahirkan keinginan kita untuk memiliki rumah mewah, mobil mutakhir,
pasangan cantik jelita dan ganteng, dan atribut-atribut kemewahan lainnya. Oleh karena
posisi memungkinkan, keinginan itu tidak diwujudkan dengan korupsi. Namun dorongan
korupsi menjadi kuat karena banyak orang yang melakukannya. Ego melihat realitas ini dan
memberi kemungkinan kepada id untuk merealisasikan keinginannya. Namun super ego
memperingatkan bahwa korupsi tidak boleh dilakukan. Oleh karena nilai sosial dan kultural
masih dipegang seperti itu, Ego pun menjadi bingung dan frustasi. boleh atau tidakkah
korupsi dilakukan? Biasanya Ego akan melakukan distorsi realitas, misalnya berfikir, si A
yang terkenal idealis itu pun akhirnya korupsi juga, kok.
PENDEKATAN FENOMENOLOGIS

Contoh awal yang terkenal dari pendekatan fenomenologis ini adalah otobiografi abad ke-4,
Confessions, dimana penulisnya Uskup Hippo, menyajikan penyelidikan yang mendalam dan
murni tentang pengalaman-pengalaman, emosi, ingatan, hasrat, perasaan dan pemikiran yang
dialami sendiri.
Pada abad ke-17, Descartes memulai pertanyaan filosofisnya dengan kesangsian,
menetapkan cogito ergo sum-nya yang terkenal sebagai basis bagi filsafatnya. Dualismenya
yang radikal, dan psikologinya yang dibangun diatas anggapan dikhotomi pemikiran dan
badan mekanis,menjadikan metode fenomenologis sebagagai metode yang baik bagi studi
tentang wujud spiritual, pemikiran. Dalam wujud psikologi pemikiran, psikologi Descartes
memelihara dan memperkuat pendekatan fenomenologis. Descartes telah menjadi titik acuan
dimana para fenomenolog mempertentangkan dan atau membandingkan pandanganpandangan mereka. Penggunaan deskripsi fenomenologis yang sistematis dan efektif yang
pertama adalah dalam studi tentang fenomena visual. Meskipun pada pertengahan abad ke-19
penekanan pada penelitian penginderaan dan persepsi beralih pada aspek-aspek fisiologis dan
psikofisika, studi-studi fenomenologis masih berlanjut.
Pada abad ke-20, lingkup penelitian fenomenologis telah meluas ke masalah-masalah
lain. Para peneliti di Prancis menggunakan metode fenomenologis dalam studi mereka
tentang kondisi afektif dan kondisi psikopatologis. Akhirnya, Katz dan Wertheimer
mempersembahkan era baru dalam psikologi fenomenologi ketika mereka menampilkan
eksperimentassi sistematik, khususnya tentang persepsi warna dan gerakan semu.Penelitianpenelitian


mereka

menggabungkan

metode

fenomenologis

dengan

teknik-teknik

laboratorium, suatu gabungan yang kemudian disebut fenomenologi eksperimental.
Penemuan-penemuan yang diperoleh melalui metodologi baru ini menjadi basis bagi aliran
Gestalt. Keberhasilan aliran Gestalt dalam psikologi tentang persepsi sebagian besar
dimungkinkan oleh penggunaan fenomenologi eksperimental. Filsafat Husserl memberikan

identitas, nama, pembenaran filosofis, dan kerangkan kerja pada pendekatan fenomenologis
dalam psikologi yang reseptif ini. Filsafat Husserl juga memperkuat fenomenologi
eksperimental dan mengilhami area-area penyelidikan baru.

Pada abad ke-20, fenomenologi eksperimental menemukan wakilnya yang terkemuka
pada diri Davis Katz (1884-1953). Sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh Katz kepada
fenomenologi eksperimental selama lebih dari setengah abad karir ilmiahnya telah
mendorong eksperimen- eksperimen fenomenologis ke tingkat yang paling baik. Terdapat
tiga pengaruh yang berintraksi dalam membentuk Daviv Katz sebagai fenomenolog dan
sebagai ahli psikologi : tradisi fenomenologi yang direpresentasikan oleh Hering,
fenomenologi Husserl dan semangat eksperimen dari Laboratorium Gottingen. Tentang
Husserl, Kazt mengungkapkan bahwa fenomenologi merupakan koneksi yang paling penting
antara filsafat dan psikologi. Selama 14 tahun, Husserl dan Katz berada di universitas yang
sama. Katz yang bergabung dengan Laboratorium Gottingen yang dikenal memiliki orientasi
eksperimental yang kuat, belajar di Gottingen, meraih doktor pada tahun 1906 dan dari tahun
1907 hingga tahun 1919 menjadi asisten Muller.
PENDEKATAN ISLAMI
Seorang ahli tasawuf yang selalu merasa Allah selalu hadir dalam hatinya dan dia juga
selalu membiasakan lisannya untuk berzikir kepada Allah yang dilakukannya secara terus
menerus dan secara sadar maka akan melekatlah di dalam hatinya dan akan menimbulkan
ketentraman jiwa.
Seorang muslim yang hatinya selalu merasa tenang, bahagia, suka menolong orang lain,
walaupun kehidupannya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun untuk mengabdi pada
Allah dan waktu subuh sebelum semua orang terbangun, dia telah duduk pula di tikar

sholatnya, sebaliknya ada orang muslim yang cukup kaya dan banyak hartanya, namun
hatinya penuh kegoncangan, tidak pernah merasa puas, di rumah tangganya selalu bertengkar.
Hal ini jelas menunjukkan seberapa besar pengaruh agama dalam kehidupannya.
Begitu juga yang dapat dirasakan oleh orang biasa, seperti perasaan lega, tenang, sehabis
shalat dan setelah selesai membaca al-Qur’an dan berdoa. Serta sikap seorang muslim ketika
memasuki mesjid akan menunjukkan sikap hormat, dari pada orang yang menganut
keyakinan lain.