ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga
keuangan, mulai dari bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Namun yang
saat ini memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia adalah
lembaga keuangan bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi
tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta maupun perorangan
menyimpan dana-dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme
system pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Perbankan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat.
Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung
dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi oleh kepercayaan
nasabah atau masyarakat luas. Apabila dalam perkembangannya terjadi gejolak
maka akan muncul reaksi keras dari masyarakat luas.
Bank dianggap sabagai penggerak roda perekonomian suatu negara.
Fungsi bank adalah sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam
penciptaan dari peredaran uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat
menyimpan uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa
keuangan lainnya.

Pada krisis ekonomi yang diawali dengan dilikuidasinya 16 bank pada
bulan November 1997, telah menyebabkan Indonesia terjerumus dalam tingkat
kemiskinan yang meningkat secara drastis yaitu mencapai 49,5 juta orang. Tahun
1999

walau

tingkat

kemiskinan

mengalami

penurunan

namun

tingkat

keparahannnya lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Kemiskinan di Indonesia

terlihat dari meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya anak usia sekolah
yang putus sekolah dan turunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Besarnya dampak menyebabkan banyak peneliti yang mencoba mencari
penyebabnya. Beberapa peneliti berbeda pendapat, peneliti ekonomi makro
berpendapat bahwa penyebab krisis adalah faktor ekonomi makro yaitu

menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, sedangkan peneliti mikro
berpendapat bahwa industry perbankan memiliki peran besar terjadinya krisis.
Perbankan nasional yang tidak dilikuidasi tetap bersaing untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat ditengah krisis yang terjadi. Nasabah
ataupun calon nasabah tentunya akan memilih bank yang sehat dan dapat
dipercaya untuk melakukan jasa perbankan. Sebuah tantangan bebrat yang harus
dihadapi oleh perbankan.
Saat ini perusahaan go public memanfaatkan keberadaan pasar modal
sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternative pembiayaan.
Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan
kondisi keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui peningkatan
harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus.
Para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan
akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh

karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaa adalah
sangat penting.
Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu
mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan untuk mengalami kesulitan
keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan
operasi suatu perusahaan di masa yang akan datang dapa berakibat fatal yaitu
kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu
perusahaan. Oleh karena itu, pentingya suatu modal prediksi kebangkrutan suatu
perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti
pemberi pinjaman, investor, pemerintah, akuntan, dan manajemen. Sehingga bank
sangat memperhatikan kinerjanya, dengan kata lain yaitu bagaimana kinerja
perusahaan bank tersebut. Banyak para pemegang rekening giro, deposito ataupun
tabungan ingin mengetahui seberapa besar perusahaan ini dapat bertahan atau
berapa besar prediksi kebangkrutannya. Untuk mendapatkan info ini, dinilai dari
beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian
adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja
bank adalah rasio keuangan Capital, Assets Quality, Management, Earnings,

Liquidity dan Sensivity to Market Risik (CAMELS). Dalam prakteknya di

Indonesia CAMELS digunakan sebagai indikator penilaian kesehatan bank umum
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress
perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tidakan untuk
mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.
Financial distress merupakan sebuah tahap penurunan kondisi keuangan
yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi dan mengalami
laba bersih negatif selama beberapa tahun. Hal ini didukung oleh penelitian Plat
dan Plat (2002), Hofer (1980) dan Whitaker (1999).
Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupkan antisipasi
dan system peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi
sebelum sampai pada kondisi kritis atau kebangkrutan. Hal lain yang mendorong
perlunya peringatan dini adalah munculnya problematik keuangan yang
mengancam operasional perusahaan. Faktor modal dan risiko keuangan ditengarai
mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan atau tekanan
keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi

perusahaam, sangat memungkinkan bagi perusahaan, investor dan para kreditur
(lembaga keuangan) serta pemerintah melakukan langkah-langkah antisipatif
untuk mencegah krisis keuangan segera tertangani.
Prediksi mengenai krisis keuangan ini dapat dilihat melalui laporan
keuangn, dari laporan keuangan tersebut akan dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang lazim dijadikan dasar prediksi kebangkrutan. hasil analisis laporan
keuangan

akan

membantu

mengintepretasikan

berbagai

hubungan

serta


kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai prediksi
masa depan bank apakah dapat bertahan atau tidak.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh
CAR, ROA, dan ROE terhadap Kondisi Financial Distress (Studi pada
Perusahaan Perbankan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016)”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian empiris,
maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
a. Bagaimana pengaruh rasio CAR, ROA, ROE secara simultan terhadap
kondisi financial distress pada perusahaan perbankan go public yang
terdaftar di BEI?
b. Apakah terdapat pengaruh rasio CAR terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI?
c. Apakah terdapat pengaruh rasio ROA terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI?
d. Apakah terdapat pengaruh rasio ROE terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI?
3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diperoleh hipotesis sebagai

berikut:
a. Rasio CAR berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap kondisi
financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar
di BEI.
b. Rasio ROA berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap kondisi
financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar
di BEI.
c. Rasio ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap terhadap kondisi
financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar
di BEI.
d. CAR, ROA dan ROE berpengaruh simultan signifikan terhadap
kondisi financial distress
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak,
yaitu sebagai berikut:

a. Bagi manajemen
Penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam membuat kebijakan
dan mengambil keputusan dari informasi yang dihasilkan.
b. Bagi investor

Informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan dan mengambil keputusan mengenai sekutitas yang
dimiliki pada perusahaan di mana ia berinvestasi.
c. Bagi akademis
Dapat digunakan untuk memperluas wacana dan untuk referensi
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai rasio keuangan apa saja
yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress perusahaan.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat memberikan masukan atau wawasan dan pengetahuan mengenai
rasio keuangan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial
distress perusahaan, serta memberikan informasi yang relevan bagi
peneliti selanjutnya baik yang bersifat melanjutkan, melengkapi atau
yang menyempurnakan.
5. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (UM,
2010: 17). Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh dan diambil oleh peneliti pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016 adalah data yang
valid.

b. Perusahaan perbankan mengalami laba bersih yang bernilai negatif.
c. Perusahaan perbakan tidak melakukan pembayaran dividen tunai.
6. Definisi Operasional
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan oleh peneliti, maka perlu
untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, maka diuraikan definisi operasional variabel sebagai berikut:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah aktiva yang mengandung risiko yang ikut dibiayai

dari modal sendiri disamping dana-dana dari sumber luar bank. CAR
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
disebabkan oleh aktiva yang berisiko.
b. Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. ROA merupakan perbandingan antara laba
bersih sebelum pajak dengan total asset yang ada.
c. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio keuangan yang
digunakan


untuk

mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan keuntungan tertentu. adalah rasio yang menunjukkan
seberapa besar kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih
dengan modal sendiri.
d. Financial Distress
Financial distress merupakan penurunan kinerja keuangan sebelum
terjadi kebangkrutan. kesulitan keuangan berkisar dari kesulitan
likuiditas (jangka pendek) sampai kebangkrutan (jangka panjang).
Analisis financial distress penting untuk dilakukan agar pihak yang
berkepentingan
kebangkrutan.


bisa

melakukan

perbaikan

sebelum

terjadi

BAB II
KAJIAN TEORI
1. Penelitian Sebelumnya
a. Rizky Indriyani dan Syarif Fauzie (2012) melakukan penelitian
mengenai Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Mempredisksi
Financial Distress pada Perbankan (2007-2012) mengungkapkan
CAR, ROA dan ROE memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Financial Distress.
b. Agus Baskoro Adi (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis
Rasio-Rasio Keuangan untuk Memprediksi Financial Distress Bank
Devisa periode 2006-2011 didapatkan hasil variabel ROA dan ROE
berpengaruh positif signifikan terhadap Financial Distress.
c. Adila Rusaly (2016) melakukan penelitian Pengaruh Likuiditas dan
Profitabilitas

terhadap

Financial

Distress

pada

Perusahaan

Transportasi yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2016 menyatakan
bahwa ROA memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap financial
distress.
d. Sugeng Riyadi (2016) melakukan penelitian Pengaruh Rasio Keuangan
terhadap Financial Distress pada Perusahaan Bank Pekreditan Rakyat
mendapatkan hasil CAR berpengaruh positif siginifikan terhadap
Financial Distress.
e. Meilita Fitri Rahmania (2014) melakukan penelitian Analisis Rasio
Keuangan terhadap Financial Distress Perusahaan Perbankan Studi
Empiris di BEI 2010-2012 mendapatkan hasil variabel ROE memiliki
pengaruh positif signifikan, sedangkan CAR dan ROA memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap Financial Distress.
2. Kajian Teori
a. Rasio Keuangan
Usman dalam Asmoro (2010) menyatakan analisis rasio keuangan
berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk
mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang

akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor
untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal
suatu perusahaan Rasio keuangan yang lazim digunakan dalam menilai
tingkat kesehatan bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau
tidak adalah rasio keuangan CAMEL. Rasio CAMEL adalah
menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat
diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
bank. Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan adalah
rasio CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOP, dan LDR. Namun dalam
penelitian ini hanya diambil beberapa.
1) CAR (Capital Adequency Ratio)
CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank.
Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan
bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi
eksposur risiko dimasa mendatang. CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan. CAR memperlihatkan seberapa
besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (Almilia
dan Herdiningtyas, 2005). Perhitungan CAR diperoleh dari
perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR) yang dihitunf bank bersangkutan. Semakin besar
presentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya
tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank
yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Menurut
Irmayanto et al (2010) CAR merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur jumlah aktiva yang mengandung risiko yang ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping dana-dana dari sumber luar
bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang
dinyatakan termasuk sebagai bank sehar harus memiliki CAR
paling sedikit sebesar 8%. Rasio CAR dapat diperoleh dengan
rumus:
CAR =

Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

x 100%

2) Return on Asset (ROA)
ROA merupakan

rasio

yang

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan atau laba secara
keseluruhan terhadap total asset yang dimiliki bank (Dendawijaya,
2001: 120). Menurut Almia dan Herdininngtyas (2005) ROA
merupakan salah satu dari rasio yang digunakan untuk menilai
aspek earning. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum
pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang
bersangkutan. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) bank
dikatakan sehat apabila rasio laba terhadap volume usaha mencapai
sekurang-kurangnya 1,2%.
Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan semakin besar
ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah kecil.
Bank Indonesia menetapkan bank akan dikatakan sehat apabila
memiliki rasio ROA minimal sebesar 1,215% dan dikatakan sehat
apabila bank memiliki rasio ROA antara 0,99% sampai dengan
1,214%. Rasio ROA dapat diperoleh dengan rumus:
ROA =

Laba Bersih
Total Aktiva

x 100%

3) Return on Equity (ROE)
Menurut Riyadi dalam Mulyaningrum (2008), ROA merupakan
rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba
(setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini

menunjukkan tingkat persentase (%) yang dapat dihasilkan.
Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank sehingga memungkinkan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdinityas, 2005).
Menurut Dendawijaya (2001) ROE merupakan rasio yang
menunjukkan

seberapa

besar

kemampuan

bank

dalam

menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri. Angka ROE yang
ideal adalah sesuai dengan tingkat bung rata-rata bank yang terjadi
di pasar (Irmayanto et al, 2004). Rasio ROE dapat diperoleh
dengan rumus:
ROE =

Laba Besih
Modal Sendiri

x 100%

b. Financial Distress
Financial distress adalah kondisi suatu perusahaan yang terjadi
sebelum kebangkrutan. Suatu perusahaan dikatakan sedang berada
dalam keadaaan financial distress apabila perusahaan tersebut tidak
mampu

mengalami

kesulitan

dalam

membiayai

kewajiban

keuangannya dengan menghasilkan laba yang negatif. Financial
distress umumnya terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan
keputusan yang tidak tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling
berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak
langsung kepada manajemen (Fachruddin, 2008).
Khaliq dkk (2014) mendefinisikan financial distress sebagai suatu
kondisi dimana perusahaan tidak bisa atau mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Peluang terjadinya financial
distress meningkat ketika biaya tetap perusahaan tinggi sehingga
manajemen terpaksa melakukan pinjaman kepada pihak lain.
Baimwera dan Muriuki (2014) menyatakan bahwa financial distress
sebagai kemungkinan dimana perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Platt dan Platt (dikutip oleh Almilia, 2003) menyatakan bahwa
financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan sebelum
terjadi

kebangkrutan.

Pada

saat

terjadi

kesulitan

keuangan,

ketidakmampuan

perusahaan

untuk

memenuhi

kewajiban

menunjukkan bahwa peusahaan tersebut kekurangna modal kerja atau
working capital (Aghaei, 2013).
Altman dan Hotckiss (2006) mengatakan bahwa financial distress atau
insolvency terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Technical Insolvency yaitu keadaan dimana perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajibannya dalam

waktu tertentu dan

mengalami masalah likuiditas. Tahap ini bersifat sementara dan
masih dapat dilakukan perbaikan agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kebangkrutan.
2) Bankruptcy Insolvency yaitu keadaan dimana perusahaan berada
pada kondisi kritis yang lebih buruk dari sekedar kondisi
bermaslaah yang bersifat sementara.
3. Hubungan antar Variabel
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
financial distress terhadap variabel dependen yaitu CAR, ROA dan ROE.
a. Pengaruh CAR terhadap Financial Distress
Capital Adequacy Ratio merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.
Bank Indonesia mensyaratkan apabila bank mengalami penurunan
CAR < 8, maka dapat disimpulkan bank mengalami Financial
Distress. Dengan demikian, semakin tinggi nilai CAR maka
kemungkinan bank mengalami Financial Distress akan semakin kecil
dan CAR berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
Hasil penelitian Titik Aryati dan Hekinus Manao (2002) dan Luciana
Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) menunjukkan bahwa
CAR dapat digunakan sebagai prediktor bank bermasalah. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan
terhadap financial distress.
b. Pengaruh ROA terhadap Financial Distress

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi penggunaan asset.
Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak,
sedangkan dengan sistem CAMELS laba yang diperhitungkan adalah
laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin tinggi asset bank
dialokasikan pada pinjaman maka kemungkinan bank untuk gagal akan
semakin

meningkat,

sedangkan

semakin

tinggi

ROA

maka

kemungkinan ank akan gagal akan semakin kecil. Dengan demikian
dapat dirumuskan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap Financial
Distress.
c. Pengaruh ROE terhadap Financial Distress
Rasio ROE digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak
dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat equity
yang dimiliki bank. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Semakin rendah rasio ROE maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi

bermasalah

semakin

besar.

Dengan

demikian

dapat

dirumuskan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap Financial
Distress.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi untuk mengatur latar
penelitian agar peneliti memperoleh data yang sesuai dengan karakteristik variabel
dan tujuan peneliti (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang
2010: 18). Rancangan penelitian menjabarkan variabel bebas dan variabel terikat
dalam penelitian yang dilakukan.
Penelitian

yang

dilakukan

merupakan

penelitian

empirik

yang

menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang akan
diteliti dan termasuk ke dalam jenis penelitian pengujian hipotesis (Hypothesis
Testing). Analisis dilakukan dengan kajian eksplanatif yang menjelaskan
hubungan dan perbedaan satu variabel dengan variabel yang lainnya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian yang
akan dikumpulkan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan alat bantu
statistik (Sugiono, 2014). Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:
CAR
X1
ROA
X2

Financial
Distress

ROE
X3

2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai dari hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002: 6). Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2016 dengan jumlah 30 perusahaan perbankan.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi. Pengambilan sampel dari target spesifikasi yang akan mampu
menyediakan informasi yang dibutuhkan atau karena sesuai dengan
kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Pengambilan sampel yang
digunakan

adalah

dengan

teknik

purposive

sampling

yaitu

pengambilan sampel dari target spesifikasi yang akan mampu
menyediakan informasi yang dibutuhkan atau karena sesuai dengan
kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Adapun kriteria pengambilan
sampel dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel
NO
1

Kriteria Sampel
Perusahaan perbankan yang listing di

Jumlah Perusahaan

BEI tahun 2012-2016
Tersedia laporan keuangan tahunan

2

pada 2012-2016
Perusahaan perbankan yang

3

mengalami laba bersih negatif selama

minimal 2 tahun berturut-turut
Jumlah Akhir Sampel
Sumber: www.idx.co.id

30
30

11
19

Berdasarkan kriteria tersebut, dari total 30 perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI pada tahun 2012-2016, maka terpilih 19 perusahaan
perbankan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Perbanakan Terpilih
NO
1
2
3
4
5
6
7

Kode
Saham
BABP
BACA
BBCA
BBKP
BBNI
BBRI
BBTN

Nama Emiten
Bank MNC Internasional Tbk
Bank Capital Indonesia
Bank Central Asia
Bank Bukopin
Bank Negara Indonesia
Bank Rakyat Indonesia
Bank Tabungan Negara

Tanggal IPO
15 Juli 202
8 Oktober 2007
31 Mei 2000
10 Juli 2006
25 November 1996
10 November 2003
17 Desember 2009

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

BDMN
BKSW
BMRI
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BSIM
BTPN
MCOR
MEGA
NISP

Bank Danamon Indonesia
Bank QNB Indonesia
Bank Mandiri
Bank Bumi Artha
Bank CIMB Niaga
Bank Maybank Indonesia
Bank Permata
Bank Sinas Mas
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Bank China Construction Ind
Bank Mega
Bank OCBC NISP

6 Desember 1989
21 November 2002
14 Juli 2003
31 Desember 1999
29 November 1989
21 November 1989
15 Januari 1990
13 Desember 2010
12 Maret 2008
3 Juli 2007
17 April 2000
20 Oktober 1994

Sumber: idx.co.id
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Pada penelitian ini, jenis pendekatan data yang digunakan adalah
pendekatan data kuantitatif dimana data berupa angka-anga yang
memiliki satuan hitung dapat dapat dihitung secara matematik. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah
pihak lain.
b. Sumber data
Pada penelitian ini data diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id) selain itu data dan informasi lain diperoleh
dari jurnal dan internet.
c. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode dalam megumpulkan data,
yaiut

dengan

metode

dokumentasi

dan

penchartan.

Metode

dokumentasi dilakukan dengan mempelajari data sekunder yang
diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia dilanjutkan penghitungan
sekaligus pencatatan. Metode pencarian dilakukan dengan cara
mencari informasi melalui jurnal dan data yang tersedia melalui
website resmi yang terdapat di internet.
4. Analisis Data
Untuk dapat mengolah data hasil penelitian maka diperlukan analisis data.
Dengan proses analisis data maka akan diperoleh data yang akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Deskriptif
Arikunto (2002) menjelaskan bahwa data kuantitatif yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini dioleh dengan menggunakan rumusrumus stastistik yang sudah disediakan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas terdiri dari rasio keuangan yang berupa CAR, ROA dan
ROE dan variabel terikat yaitu Financial Distress. Dengan analisis
sebagai berikut:
1) CAR =

Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

2) ROA =

Laba Bersih
Total Aktiva

3) ROE =

Laba Besih
Modal Sendiri

Setelah

mendapatkan

x 100%

x 100%
x 100%

data

dari

masing-masing

berdasarkan

perhitungan rumus tersebut, langkah selanjutnya yaitu mendeskrisikan
variabel

yang

terlah

dihitung

seperti

langkah

sebelumnya.

Pendeskripsian ini digunakan dengan menggambarkan data yang telah
terkumpul (Sugiyono, 2012)
Analisis deskriptif ini pada masing-masing variabel yang diteliti dalam
penelitian dilakukan dengan mencari nilai tertinggi, terendah, rata-rata,
kemudian digambarkan dalam sebuah grafik untuk melihat trend.
Sehingga dapat diketahui kondisi masing-masing variabel apakah
mengalami kenaikan atau penurunan dan juga melakukan analisis trend
yang digunankan untuk mengetahui kondisi variabel dalam penelitian.

b. Uji Asumsi Klasik
Langkah awal sebelum melakukan uji statistik adalah screening
terhadap data yang akan dioleh (Ghozali, 2011). Jika regresi berganda
digunakan

untuk

mengoleh

data,

pengujian

hipotesis

harus

menghindari terjadinya penyimpangan uji asumsi klasik yang
bertujuan agar tidak terjadi masalah dalam penggunaan analisis
(Gujarati, 2005) dalam (Kamaludin, 2011) oleh karena itu penelitian
ini juga akan diuji hubungan antar variabelnya dengan uji
multikolonieritas.
1) Uji Multikolonieritas
Tujuan uji ini adalah apakah terdapat korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik adalah yang tidak ada
korelasi antar variabel independennya. Jika terjadi korelasi berarti
korelasi antar variabel independennya tidak sama dengan 0. Ada
tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dideteksi
dengan cara sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi regresi empiris sangat
tinggi
b) Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi,
maka hal ini mengindikasi adanya gejala multikolinearitas
c) Melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
yang menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan:
1) Analisis Regresi Logistik
Regresi logistic ini dapat digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan
variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2011). Regresi logistik
digunakan karena variabel dependennya berupa variabel dummy
atau non metrik atau dapat diukur dengan skala nominal.

Sedangkan variabel independennya diukkur dengan skala rasio
yang tidak perlu asumsi normalitas data.
2) Koefisien Determinasi
Pada intinya koefisien ini mengukur kemampuan model dalam
menjelaskan variasi yang terdapat pada variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 (Imam Ghozali, 2011).
Kemampuan variabel-variabel indepeden dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas akan ditunjukkan oleh nilai
R2 yang kecil. Jika nilainya mendekati 1 berarti variabel
independen dapat menjelaskan variasi yang terdapat pada variabel
dependen.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26