Rezim Gender Kaum Sufi Konstruksi Ideolo

REGIM GENDER KAUM SUFI:
Konstruksi Ideologi Perempuan dalam Tarekat
Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam (TNKB)

Ziaulhaq Hidayat
Sumatera Sufi Institute
Disampaikan Dalam Diskusi Dwimingguan
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M
UIN SU pada 21 Oktober 2015 di Ruang
Diskusi LP2M

Pendahuluan
Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam
(TNKB) merupakan tarekat yang paling berpengaruh
di dunia Melayu, Indonesia dan Malaysia.
Secara umum dapat disebut tarekat ini menganut le
système patriarcal centré / “sistem laki-laki baget”,
yang cenderung menempatkan perempuan sebagai
kelompok “kelas dua”.
Mendiskusikan gender dengan sufi tentu sangat
menarik, sebab sufi yang selalu dikonotasikan

sebagai kelompok yang selalu berkonsentrasi pada
Tuhan ternyata memberi “celah yang besar” sebagai
pelaku rezim gender.

Rezim Gender?
Rezim gender secara bebas diartikan
sebagai bentuk perilaku yang “terpolakan”
oleh kekuasaan / negara, maka tentu rezim
gender dimaksudkan di sini perilaku gender
yang telah terpolakan dalam tarekat. Dalam
konteks ini, rezim gender digunakan untuk
menganalisis bagaimana gender
dikonstruskikan, diideologikan, dipraktekkan
dan lainnya dalam dunia tarekat.

Mengulangkaji: Sek dan Gender?
Sebelum terlalu jauh, penting untuk
menjelaskan ulang perbedaan “sek” dan
“gender” supaya tidak disalahpahami:
Le mot “sexe” se réfère davantage aux

caractéristiques biologiques et physiologiques
qui différencient les hommes des femmes (kata
“seks” merujuk pada karakteristik biologis dan
fisiologis yang menentukan laki-laki dan
perempuan)

(Marie-Claude Hurtig, et.al, “Sexe et Genre: de la
Hiérarchie entre les Sexes”, 91).

Lanjut
Le mot “genre” sert à évoquer les rôles qui sont
déterminés socialement, les comportements, les
activités et les attributs qu’une société considère
comme appropriés pour les hommes et les femmes
(kata "gender" merujuk pada peran yang ditentukan
secara sosial, perilaku, kegiatan dan atribut yang
suatu masyarakat tertentu dianggap tepat untuk lakilaki dan perempuan).
Jadi, sek (sex) merujuk pada jenis kelamin / biologis;
pria atau wanita cenderung bersifat kodrati dan
gender merujuk pada peran (role) / sosiologis; yang

dihasilkan oleh budaya bersifat berubah.

Konstruksi Ideologi Gender TNKB
Laki-laki Vs Perempuan
Relasi laki-laki dan perempuan dalam pengalaman
TNKB ini tidak hanya dimaknai sebagai bentuk relasi
timbal balik laki-laki dengan perempuan atau sebaliknya,
tetapi dalam pengalaman TNKB tampaknya cenderung
relasi ini satu arah laki-laki dengan perempuan.
Relasi satu arah ini dalam konstruksi gender TNKB ini
cenderung menempatkan laki-laki sebagai satu-satunya
kelompok superioritas, sebagai kelompok yang
mendominasi kelompok di bawahnya, yang muncul
karena adanya relasi kuasa yang cenderung bersifat
patriarkhi.

Struktur Sosial

Mursyid
Khalifah

Zuriat
Khadim

Perempuan

Doktrin
Sistem nilai yang dianut dalam doktrin TNKB
adanya pembedaan yang cenderung
berdasarkan jenis kelamin atau biologis.
Pembedaan berdasarkan jenis kelamin ini
tampaknya berkaitan dengan ideologi yang
dianut TNKB yang menganut sistem
patriarkhi yang menganggap laki-laki
superioritas di atas perempuan.

Lanjut
Secara empirik doktrin ini bekerja misalnya dalam pandangan
pengabdian perempuan diukur dengan pengabdian kepada lakilaki / suami
Kutipan wawancara 04/09/2012:
… Selama Tuan Guru ada saya hanya meladeni (melayani_pen)

dia saja, itu lah pekerjaan saya yang paling penting, hanya
meladeni dia saja, beramal yang lain hanya sekedarnya saja, dia
kalau tengah malam makan nasi goreng tengah malam, minum
teh manis tengah malam, kalau setelah shalat tahajjud
dibanguninya saya mengusikuki kakinya, itu kerjasa saya;
mengurusinya… yang terpenting mengurusi dia lah, khusus dia
saja, bangun tengah malam meladeni dia, itu yang terpenting.
Tidak usah mengerjakan yang sunnat, bangun meladeni dia saja
kerja saya. Shalat, zikir lalu meladeni dia lah yang paling
penting. (Ziaulhaq, Praktek Poligami Mursyid TNKB, Jurnal
Consilium, vol. 1, no. 1, 2013, 78-89)

Poligami
Poligami dalam pengalaman TNKB tidak
hanya dimerupakan “doktrin tertulis”, tetapi
juga dipraktekkan.Teks tertulis doktrin
poligami ditemukan dalam “wasiat 44” Tuan
Guru Abdul Wahab Rokan.
(Ziaulhaq, Naskah “Wasiat 44” Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah
Babussalam (TNKB): Teks, Terjemah dan Interpretasi”, Proceeding

International Symposium of Nusantara Manuscript, University of
Andalas, West Sumatra, 2014).

Kutipan “Wasiat 44”

Praktek Poligami Mursyid

Penutup
Merujuk pada deskripsi yang dikemukan,
kaum sufi dengan referensi TNKB menganut
sistem yang sangat laki-laki; memenangkan
kepentingan laki-laki, maka tentu TNKB
sebagai institusi spiritual memberi “ruang
besar” terhadap pelaksanaan dominasi lakilaki atas perempun sebagai rezim gender.

Referensi
Ziaulhaq, “Praktek Poligami Mursyid Tarekat NaqsyabandiyahKhalidiyah Babussalam (TNKB)”, Jurnal Consilium, vol. 1, no. 1,
2013, 78-89).
Ziaulhaq, “Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam
(TNKB): Situs, Silsilah dan Jaringan, Jurnal Turats, vol. 2, no. 1,

2014, 61-70.
Ziaulhaq, “Doktrin, Tafsir dan Politik Poligami Tarekat
Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam (TNKB) Jurnal Kajian
Gender dan Anak, vol. 1, no. 1, 2014, 120-132.
Ziaulhaq, Naskah “Wasiat 44” Tarekat NaqsyabandiyahKhalidiyah Babussalam (TNKB): Teks, Terjemah dan
Interpretasi”, Proceeding International Symposium of Nusantara
Manuscript, University of Andalas, West Sumatra, 2014.

Tulisan dapat didownload
https://iainsu.academia.edu/ziaulhaqhidayat

Dokumen yang terkait

Konstruksi Sosial Atas Perubahan Lahan Bukit Menjadi Pemukiman”Studi Pada Masyarakat Jl. Ki Ageng Gribig 999, Kelurahan Madyopuro, Malang”

2 46 35

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

Konstruksi Berita Pertandingan ‘Sepak Bola Gajah’ antara PSS (Sleman) melawan PSIS (Semarang) (Analisis Framing pada Media Online “Bola.net dan Goal.com” Periode 27 Oktober – 20 November 2014)

1 29 18

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101

Respon Dosen Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Terhadap Aplikasi Kesehatan Gender

1 40 98

Konstruksi realitas pada media cetak: analisis framing pemberitaan insiden Monas di Koran Tempo dan Republika edisi Juni 2008

2 42 116

Peran Yayasan Griya Yatim Dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan Di Bekasi

2 43 115

Konstruksi Makna Mengaji Dalam Program Acara Magrib Mengaji di Radio MQ FM Bandung ( Studi Fenomenologi Konstruksi Makna Mengaji Dalam Program Acara Magrib Mengaji Bagi Pendengar di Radio MQ FM Bandung di Komplek Purnawirawan TNI-AU ( PEPABRI ) di Kabupat

3 88 162

Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)

5 23 114

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112