HUBUNGAN ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL LA
HUBUNGAN ILMU POLITIK DAN ILMU-ILMU SOSIAL
LAINNYA
OLEH
NOVITA BLESKADIT
Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
karena ilmu politik mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang
selalu berubah atau mepelajari manusia sebagai makhluk sosial yang
bisa rasional tetapi juga irasional.
Beberapa asumsi yang perlu diketahui dalam ilmu politik adalah:
1. Setiap masyarakat menghadapi kelangkaan dan keterbatasan
sumber-sumber sehingga konflik timbul dalam proses penentuan
distribusi;
2. Kelompok yang dominant (pemerintah) menentukan distribusi
dan pengalokasian melalui keputusan politik
3. Pemerintah mengalokasikan kepada beberapa kelompok dan
individu, tetapi mengurangi atau tidak mengalokasikan kepada
kelompok dan individu lain. Oleh karena itu, kebijakankebijakan pemerintah tidak pernah menguntungkan semua
pihak;
4. Ada tekanan terus menerus untuk mengalokasikan sumbersumber yang langka;
5. Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan kelompok dan individu
yang diuntungkan berupaya keras untuk mempertahankan
struktur yang menguntungkan tersebut;/kelompok konservatif.
6. Semakin mampu penguasa meyakinkan bahwa system politik
yang ada memiliki legitimasi, maka semakin mantap kedudukan
penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam perjuangan
mereka
menghadapi
golongan
yang
menghendaki
perubahan;/radikal.
7. Banyak kebijakan ideal yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat ternyata hanya burupa
pemecahan yang semu, sebab sulit dilaksanakan dalam
kenyataan.
8. Dalam politik tidak ada yang serba gratis, maksudnya setiap aksi
yang dilakukan selalu ada ongkos yang harus dibayar atau
resiko yang mesti ditanggung.
Hubungan ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya.
1. hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi.
Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat
erat hubungannya. Dalam setiap tindakan politik ada aspek
ekonominya, demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat
dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang sudah ada. Pada
zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan politik orang-orang
Yunani, sedangkan ekonomi (oikonomos) mengatur kemakmuran
material dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de
Watteville memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang
menggambarkan begitu eratnya ilmu politik dan Ekonomi. Pada akhir
PD I di Inggris dikemukakan ide tentang Negara kesejahteraan
(Welfare state) artinya Negara Mensejahterakan rakyatnya, bukan
sekedar “Negara penjaga malam”.
2. Hubungan ilmu politik dengan ilmu hukum
Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan
kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh
suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam
hal ini sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum,
yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam
objek ilmu hukum itu sendiri yaitu hukum. Ilmu politik juga
menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis
dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai
hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factorfaktor kekuasaan.
Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat
politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa
dan Negara. Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan
yang erat dengan ilmu poltik, misalnya: hukum public dan hukum
Negara adalah yang paling erat hubungannya, sedang hukum perdata
atau hukum dagang relative kecil hubungannya.
3. Hubungan Ilmu Politik dengan Sosiologi
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi
dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai
ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan
ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah
dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai
cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan,
sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan
sebagainya.
Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu
politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang
menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika
tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh
berbagai proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb.
Hal-hal tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik.
4. Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan
“logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukumhukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala
politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar
setiap proses politik. Sarjana psikologi mengembangkan pendapatpendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan individu atau
“psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat
menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam
penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah
kepemimpinan dan revolusi amat banyak dipergunakan hukumhukum dan dalil-dalil psikologi itu.
Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik,
dewasa ini keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan
dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan politik secara
ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami
peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan
kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan
prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik.
Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih
besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan
untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu.
5. Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya.
Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap
hidup bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang
mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan
antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil
penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek
cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga
politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik
menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan
lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya
yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep
kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh
Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini
menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu masyarakat
dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara
kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang
terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan
ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu.
6. Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam.
Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa
lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah.
Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan
gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa
lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang
pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang
pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan
mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi
politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories
adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan
peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah.
Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik.
7. Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi
Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat
dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan
geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh
letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak
geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara
“land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan
mempengaruhi
dalam
diplomasi
dan
strategi
perang.
Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang
memberikan penafsiran geografis atas hubungan-hubungan
internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat
antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman
dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan
“kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya
hubungan ilmu politik dengan geografi.
8. Hubungan Ilmu Politik dengan Etika
Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk,
tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu
politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi
ilmu politik, terutama praktek politik. Etika mengatakan apa yang
harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan batas-batas
dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada
politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita
dapatkan politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai
alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa
mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan
sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan adanya politik yang
mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan
dan apa yang wajib dibairkan.
LAINNYA
OLEH
NOVITA BLESKADIT
Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
karena ilmu politik mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang
selalu berubah atau mepelajari manusia sebagai makhluk sosial yang
bisa rasional tetapi juga irasional.
Beberapa asumsi yang perlu diketahui dalam ilmu politik adalah:
1. Setiap masyarakat menghadapi kelangkaan dan keterbatasan
sumber-sumber sehingga konflik timbul dalam proses penentuan
distribusi;
2. Kelompok yang dominant (pemerintah) menentukan distribusi
dan pengalokasian melalui keputusan politik
3. Pemerintah mengalokasikan kepada beberapa kelompok dan
individu, tetapi mengurangi atau tidak mengalokasikan kepada
kelompok dan individu lain. Oleh karena itu, kebijakankebijakan pemerintah tidak pernah menguntungkan semua
pihak;
4. Ada tekanan terus menerus untuk mengalokasikan sumbersumber yang langka;
5. Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan kelompok dan individu
yang diuntungkan berupaya keras untuk mempertahankan
struktur yang menguntungkan tersebut;/kelompok konservatif.
6. Semakin mampu penguasa meyakinkan bahwa system politik
yang ada memiliki legitimasi, maka semakin mantap kedudukan
penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam perjuangan
mereka
menghadapi
golongan
yang
menghendaki
perubahan;/radikal.
7. Banyak kebijakan ideal yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat ternyata hanya burupa
pemecahan yang semu, sebab sulit dilaksanakan dalam
kenyataan.
8. Dalam politik tidak ada yang serba gratis, maksudnya setiap aksi
yang dilakukan selalu ada ongkos yang harus dibayar atau
resiko yang mesti ditanggung.
Hubungan ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya.
1. hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi.
Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat
erat hubungannya. Dalam setiap tindakan politik ada aspek
ekonominya, demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat
dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang sudah ada. Pada
zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan politik orang-orang
Yunani, sedangkan ekonomi (oikonomos) mengatur kemakmuran
material dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de
Watteville memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang
menggambarkan begitu eratnya ilmu politik dan Ekonomi. Pada akhir
PD I di Inggris dikemukakan ide tentang Negara kesejahteraan
(Welfare state) artinya Negara Mensejahterakan rakyatnya, bukan
sekedar “Negara penjaga malam”.
2. Hubungan ilmu politik dengan ilmu hukum
Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan
kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh
suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam
hal ini sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum,
yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam
objek ilmu hukum itu sendiri yaitu hukum. Ilmu politik juga
menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis
dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai
hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factorfaktor kekuasaan.
Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat
politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa
dan Negara. Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan
yang erat dengan ilmu poltik, misalnya: hukum public dan hukum
Negara adalah yang paling erat hubungannya, sedang hukum perdata
atau hukum dagang relative kecil hubungannya.
3. Hubungan Ilmu Politik dengan Sosiologi
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi
dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai
ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan
ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah
dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai
cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan,
sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan
sebagainya.
Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu
politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang
menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika
tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh
berbagai proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb.
Hal-hal tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik.
4. Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan
“logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukumhukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala
politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar
setiap proses politik. Sarjana psikologi mengembangkan pendapatpendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan individu atau
“psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat
menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam
penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah
kepemimpinan dan revolusi amat banyak dipergunakan hukumhukum dan dalil-dalil psikologi itu.
Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik,
dewasa ini keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan
dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan politik secara
ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami
peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan
kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan
prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik.
Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih
besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan
untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu.
5. Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya.
Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap
hidup bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang
mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan
antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil
penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek
cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga
politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik
menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan
lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya
yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep
kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh
Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini
menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu masyarakat
dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara
kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang
terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan
ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu.
6. Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam.
Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa
lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah.
Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan
gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa
lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang
pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang
pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan
mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi
politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories
adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan
peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah.
Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik.
7. Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi
Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat
dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan
geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh
letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak
geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara
“land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan
mempengaruhi
dalam
diplomasi
dan
strategi
perang.
Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang
memberikan penafsiran geografis atas hubungan-hubungan
internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat
antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman
dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan
“kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya
hubungan ilmu politik dengan geografi.
8. Hubungan Ilmu Politik dengan Etika
Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk,
tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu
politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi
ilmu politik, terutama praktek politik. Etika mengatakan apa yang
harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan batas-batas
dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada
politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita
dapatkan politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai
alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa
mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan
sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan adanya politik yang
mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan
dan apa yang wajib dibairkan.