Persepsi Konsumen Terhadap Produk Kosmet (1)

A. Latar Belakang
Tingkat persaingan dalam dunia perindustrian saat ini, semakin marak dengan
munculnya banyak perusahaan baru yang bergerak dalam bidang industri sejenis.
Masing-masing perusahaan bersaing menghasilkan beragam jenis produk dengan
kualitas dan keunikan tersendiri yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif
untuk merebut pangsa pasar. Adapun fenomena yang terjadi kini, setiap perusahaan
menghasilkan kualitas produk dimana tidak lagi menjadi suatu aset yang dapat
dibanggakan.
Hal ini disebabkan, karena kualitas produk dapat dengan mudah ditiru para
pesaingnya. Oleh karena itu, diperlukannya suatu aset lain yang dapat diandalkan
untuk membedakan suatu produk perusahaan dengan produk pesaingnya. Dalam hal
ini, mereklah yang menjadi salah satu elemen penentu dimana secara langsung
berhubungan dengan persepsi konsumen.
Memilih nama merek untuk sebuah produk membutuhkan waktu dan
pemikiran yang panjang. Dalam sebuah merek terkandung berbagai muatan yang
memberikan arti dan makna terhadap produk, yang selanjutnya akan mempengaruhi
persepsi konsumen secara luas. Merek mengandung suatu indikator value yang
ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Dalam era yang sudah over produk dan
komunikasi saat ini, manajemen merek menjadi suatu issue yang sangat penting untuk
diperhatikan.
Manajemen merek pada dasarnya harus dapat mengusahakan keseimbangan

antar pasar eksternal dan kemampuan internal perusahaan, antara input perusahaan ke
dalam produk dan pengaruh terhadap persepsi konsumen. Salah satu bagian
manajemen merek strategis yang membutuhkan perhatian perusahaan, bagaimana
pengelolaan ekuitas merek dapat dilakukan secara terus menerus.
Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk
dan jasa (kotler dan Keller, 2009). Ekuitas merek tidak dapat tercipta begitu saja akan
tetapi perlu penanganan secara profesional mengenai penciptaan, pemeliharaan dan
perlindungan merek sehingga akrab di telinga konsumen serta dapat dengan mudah di
ingat konsumen, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan tindakan pemakaian secara
berulang.

1

Pembangunan ekuitas merek bergantung pada tiga faktor utama yaitu : pilihan
awal untuk elemen atau identitas merek yang membentuk merek, cara merek
diintegrasikan ke dalam dukungan program pemasaran dan asosiasi yang dipindahkan
secara tidak langsung ke merek dengan menghubungkan merek dengan entitas lainnya
(misalnya perusahaan, negara asal, saluran distribusi atau merek lainnya). Selain itu
konsep ekuitas merek harus dilengkapi dengan konsep ekuitas pelanggan yang
merefleksikan jumlah dari nilai-nilai seumur hidup dari seluruh pelanggan untuk

sebuah merek (Kotler dan Keller, 2009).
Jadi, dengan ingatan konsumen yang kuat terhadap suatu nama merek, akan
sangat mendukung terciptanya suatu image terhadap merek produk tersebut. Namun
untuk membentuk image yang kuat ini, tidaklah mudah dan cepat dibandingkan
meningkatkan ingatan konsumen terhadap keberadaan suatu merek. Dengan
pengalaman konsumen yang puas dalam pemakaian merek produk dan disertai
kesetiaan dalam pemakaian ulang, Image yang identik terhadap suatu produk baru
dapat terbentuk dengan kuat. Dengan ekuitas merek yang kuat, tujuan perusahaan
untuk merebut dan menaklukkan pangsa pasar yang luas akan lebih mudah tercapai.
B. Laporan Kegiatan Riset
a.
Pelaksanaan Penelitian ini dimulai dari tanggal 1 Desember 2014 – 13
Desember 2014
b.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi penelitian kami adalah pada wanita pengguna
produk kosmetik bedak dengan rentang usia 16 sampai dengan 50 tahun. Serta dari
berbagai pekerjaan mulai dari pelajar, mahasiswa, pns, karyawan, wiraswasta. Fokus

dari penelitian ini yaitu seluruh orang yang memakai kosmetik bedak.
Dengan menggunakan metode purposive sampling maka identitas mengenai
status pekerjaan dan pendapatan dibuat secara bebas dan tak terikat untuk
memungkinkan munculnya responden acak dilapangan. Selain itu, melihat demografi
responden yang beraneka ragam
c.
Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian secara menyebar dan tepisah dikarenakan untuk
memperoleh hasil dan responden yang berbeda dan lebih beragam, yakni dari
kalangan akademisi, karyawan, pelajar dan ibu rumah tangga. peneliti menjaring
2

responden di kampus UIN MALIKI Malang, di Singosari Malang, Kepanjen Malang
serta di Kota Kediri.
d. Metode pengumpulan data
Pada metode pengumpulan data yaitu dengan menggunakan wawancara
kuesioner. Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tertutup
dan terbuka dengan jawaban yang telah disediakan, dan harus diisi oleh responden
dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia beserta alasannya.

Secara story kami melakukan riset mulai tanggal 1 Desember 2014, dengan
responden wanita berumur 16-50 tahun pengguna produk kosmetik bedak. Kami
mengedit kembali angket yang telah diberikan sesuai dengan jenis produk yang ingin
kami teliti. Kami mengambil sampel beberapa brand produk terkenal seperti Wardah,
Pixy, Maybelline, Sariayu, Viva, Revlon, dan lain-lain. Sebelum angket disebar kami
terlebih dahulu meminta persetujuan dari dosen kami pada tanggal 12 Desember
2014. Ada bebeapa hal yang harus kami perbaiki agar kuesioner yang kami buat
terlihat sempurna dan mudah dipahami.
Kamipun mulai mengedit kembali beberapa kekurangan, hingga selesai.
Setelah angket selesai kami edit, kami meminta tanda tangan dan stempel dari dosen
kami pada hari jumat tanggal 13 Desember 2014, kami mulai memperbanyak
kuesioner tersebut hinggakemudian angket mulai kami sebar. Jumlah responden kami
sebanyak 100 orang, kamipun membagi tugas menjadi tiga bagian, 2 orang dari kami
menyebarkan 30 angket dan 1 orang dari kami menyebarkan 40 angket. Kami
menyebarkan angket di kampus, di rumah, dan dimanapun kami bisa menemukan dan
memungkinkan mendapatkan responden.
Responden kami berasal dari berbagai macam kalangan, mulai dari pegawai,
ibu rumah tangga, dan pelajar. Hari sabtu tanggal 14 Desember 2014 kami merekap
semua hasil dari kuesioner yang telah kami sebar. Kami menghitung secara manual
seberapa besar persepsi masyarakat untuk merek-merek yang telah kami sebutkan di

atas. dan antusiasme masyarakat sangat besar terhadap merek-merek tersebut, dan
mereka menjawab kuesioner kami dengan jawaban yang cukup memuaskan. Namun
ada beberapa merek baru bermunculan yang terdapat pada point “sebutkan lainnya”

3

pada jawaban nomor satu seperti merek Skiva, Venus, dan merek-merek perawatan
dari klinik kecantikan (perawatan dokter).
C. Paparan Hasil Riset
 Produk yang paling diingat

40%
35%
30%
25%
20%
15%

wardah
Pixy

Maybellin
Viva
Sari Ayu
Revlon
Lainya

10%
5%
0%

Dari tuju merek yang kami sebutkan dalam kuisioner yakni Wardah, Pixy,
Maybelline, Viva, Sari Ayu, dan Revlon telah memunculkan beberapa fakta baru di
dunia kosmetik. Yakni sebanyak 38% responden mengatakan bahwa produk bedak
yang paling diingat adalah wardah, sehingga wardah menempati posisi pertama
sebagai produk yang paling diingat oleh konsumen.
Dengan melihat bahwa wardah termasuk produk yang baru buming 3 tahun
belakangan dan mampu menjadi produk yang paling diingat di masyarakat adalah
prestasi yang bagus, mengalahkan produk yang telah lama berada di dunia pasar
Indonesia. Lalu disusul dengan Produk kawakan Sari Ayu, dengan perolehan suara
sebanyak 18%. Dan sisanya ditempati produk-produk yang disebutkan. Namun, pada

point 7 kuisioner yang diperuntukan bagi konsumen yang tidak menggunakan 7
produk kosmetik yang disebutkan diatas, telah memunculkan nama-nama produk baru
dan produk dari klinik kecantikan. Diantaranya Venus, Skiva, Natasha, dan
Navagreen.

4

 Status Penggunaan

Status Penggunaan

Ya
Tidak

Dari 100 responden yang telah berpartisipasi mengisi kuisioner yang kami
berikan, diketahui bahwa 72% adalah pengguna produk-produk yang mereka sebutkan
sebagai produk yang paling diingat. Namun tidak sedikit juga yang hanya mengingat
produk tersebut namun tidak menggunakan produk tersebut di kehidupan sehari-hari.
Terbukti bahwa sebanyak 28% responden hanya mengingat produk yang disebutkan
namun tidak menggunakanya.

 Media Informasi Merk

Iklan di Radio
Iklan di Surat Kabar
Iklan Televisi
Keluarga
Internet
Leaflet/Brosur
Teman
Lainya

Sebagian Besar Responden Mendapatkan Informasi menganai produk yang
mereka gunaka/yang paling diingat adalah melalui media Televisi dengan
memperoleh suara sebanyak 42% dari responden. Lalu diurutan kedua informasi dari
teman dengan suara sebanyak 24% . lalu posisi ketiga dengan suara sebanyak 19%
5

ditempati oleh media keluarga. Lalu sisanya berada di media lain yang disebutkan di
dalam kuisioner.
 Tempat Membeli


30%
25%
Supermarket
Minimarket
Toko Kosmetik
Warung
lainya

20%
15%
10%
5%
0%

Dari tempat memperolehnya, para responden lebih sering berbelanja produk bedak
di toko kosmetik, yakni dengan suara sebanyak 31% yang diperoleh. Lalu baru
disusul oeh supermarket dengan perolehan suara sebanyak 26% dan selanjutnya mini
market sebanyak 25%. Sisanya sebanyak 24% sering membeli di warung-warung
penjual sembako.

 Hasil nilai

17%

17%

16%

17%

16%

Wardah
Pixy
Maybellin
Viva
Sari Ayu
Revlon

16%


6

Untuk Mengukur Atribut dari Produk bedak, kami mengukurnya dengan 4
atribut. Yakni dengan kualitas Produk, Hrga Produk, Kualitas Layanan Produk dan
kemudahanya.
Dari atribut pertama, yakni kualitas layanan, telah diketahui bahwa sari ayu
mendapatkan nilai paling tinggi dari pada produk lainya, yakni 236 total dari 5
pengukur kualitas produk. Dan yang kedua adalah wardah dengan nilai 226, lalu
Revlon dengan nilai 225, dan setelahnya ada viva dengan nilai 222, lalu pixy dengan
nilai 221 dan yang terakhir Maybelline dengan nilai 220.
 Harga Produk
16
14
12
10
Hrg Paling Murah
Harga Standard
Harga sesuai Nilai Produk
Harga Lebih Mahal

8
6
4
2
0

Wardah

Pixy

Maybelline

Viva

Sari Ayu

Revlon

Pada poin harga paling murah, wardah hanya memperoleh 4 suara sedangkan
yang lainya tidak memperoleh suara. Berbeda dengan viva, pada poin ini produk viva
mendapatkan suara paling tinggi yakni 15suara. Dengan begitu kami menyimpulkan
bahwa dari ketuju produk yang disebutkan, viva adalah produk yang dianggap paling
murah diantara produk lainya.
Yang kedua, pada poin harga standard, pixy memperoleh suara paling tinggi
dibandingkan produk lainya yakni dengan 13 suara, lalu wardah dengan 9 suara. Ini
membuktikan bahwa responden banyak yang menilai bahwa harga produk pixy dan
wardah tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah. Walaupun produk sari ayu

7

juga mendapatkan suara sebanyak 4 suara namun tidak menguatkan bahwa harga
produk sari ayu standard.
Yang ketiga, adalah harga sesuai nilai produk. Pada poin ini Maybelline dan
sari ayu mendapatkan nilai paling besar. Yakni Maybelline dengan 13 suara dan sari
ayu 8 suara. Dan dari sini dapat disimpulkan bahwa harga dan kualitas dr poduk
Maybelline dan sari ayu sesuai.
Yang terakhir, adalah poin haraga lebih mahal dari harga pasar. Tidak
dipungkiri bahwa sejak dulu Revlon merupakan produk kecantikan dengan bugjed
yang mahal untuk dibeli. Bahkan sampai sekarangpun Revlon masih dianggap
menjadi produk yang mempunayi harga paling mahal. Suara yang diperoleh reflon
adalah 15suara.
 Kualitas Layanan Produk
30
25
20
Gerai Kecantikan
Spa Beauty
Call Center

15
10
5
0

wardah

pixy

maybelline

viva

sari ayu

Revlon

Dari ketiga indikator penilai kualitas layanan produk, mulai dari gerai
kecantikan, spa beauty dan call center. Produk Revlon kuat pada gerai kecantikan,
yakni dengan 19 suara yang didapatkan, lalu spa beauty dengan suara tertinggi
ditempati oleh produk sari ayu dengan 26 suara, dan yang terakhir call center di
tempati oleh wardah dengan 19 suara.

8

 Kemudahan untuk membeli

Kemudahan Untuk Membeli

Wardah
Pixy
Maybellin
Viva
Sari Ayu
Revlon

Karena viva merupakan produk yang cukup lama berada didunia pasar
kosmetik Indonesia, dengan harga yang murah pula produk viva lebih mudah
ditemukan dimana-mana dibanding produk lainya. Dengan perolehan 40% suara oleh
viva, lalu sari ayu dengan 35% suara, dan yang ketiga pixy dengan 10% suara.
Wardah, Maybelline dan Revlon lebih cenderung susah ditemui jika tidak di
supermarket minimal menjadikan produk ini sedikit susah dicari dari pada produk
viva,pixy dan sari ayu.
D. Pembahasan
Menurut data diatas yang ditinjau dari poin produk yang paling diingat,
menyatakan bahwa wardah mendapatkan peringkat paling tinggi “Yakni sebanyak
38% responden mengatakan bahwa produk bedak yang paling diingat adalah wardah,
sehingga wardah menempati posisi pertama sebagai produk yang paling diingat oleh
konsumen” dan dari 100 responden yang telah berpartisipasi mengisi kuisioner yang
telah berikan, diketahui bahwa 72% adalah pengguna produk-produk yang mereka
sebutkan sebagai produk yang paling diingat.
Sebagian Besar Responden Mendapatkan Informasi menganai produk yang
mereka gunaka/yang paling diingat adalah melalui media Televisi dengan
memperoleh suara sebanyak 42% dari responden, lalu dari poin dari tempat

9

memperolehnya, para responden lebih sering berbelanja produk bedak di toko
kosmetik, yakni dengan suara sebanyak 31% yang diperoleh.
Mengukur Atribut dari Produk bedak, kami mengukurnya dengan 4 atribut.
Yakni dengan kualitas Produk, Harga Produk, Kualitas Layanan Produk dan
kemudahanya. Dari atribut pertama, yakni kualitas layanan, telah diketahui bahwa sari
ayu mendapatkan nilai paling tinggi dari pada produk lainya, yakni 236 total dari 5
pengukur kualitas produk. Dan yang kedua adalah wardah dengan nilai 226, lalu
Revlon dengan nilai 225, dan setelahnya ada viva dengan nilai 222, lalu pixy dengan
nilai 221 dan yang terakhir Maybelline dengan nilai 220.
Pada poin harga produk, pada poin harga paling murah ini produk viva
mendapatkan suara paling tinggi yakni 15suara dan wardah hanya mendapatkan 4
suara, lalu poin harga standard, pixy memperoleh suara paling tinggi dibandingkan
produk lainya yakni dengan 13 suara, lalu wardah dengan 9 suara, kemudian harga
sesuai nilai produk. Pada poin ini Maybelline dan sari ayu mendapatkan nilai paling
besar. Yakni Maybelline dengan 13 suara dan sari ayu 8 suara. Dan yang terakhir poin
haraga lebih mahal dari harga pasar. Tidak dipungkiri bahwa sejak dulu Revlon
merupakan produk kecantikan dengan bugjed yang mahal untuk dibeli. Bahkan
sampai sekarangpun Revlon masih dianggap menjadi produk yang mempunayi harga
paling mahal. Suara yang diperoleh reflon adalah 15suara.
Selanjutnya Dari ketiga indikator penilai kualitas layanan produk, mulai dari
gerai kecantikan, spa beauty dan call center. Produk Revlon kuat pada gerai
kecantikan, yakni dengan 19 suara yang didapatkan, lalu spa beauty dengan suara
tertinggi ditempati oleh produk sari ayu dengan 26 suara, dan yang terakhir call center
di tempati oleh wardah dengan 19 suara.
Karena viva merupakan produk yang cukup lama berada didunia pasar
kosmetik Indonesia, dengan harga yang murah pula produk viva lebih mudah
ditemukan dimana-mana dibanding produk lainya. Dengan perolehan 40% suara oleh
viva, lalu sari ayu dengan 35% suara, dan yang ketiga pixy dengan 10% suara.
Wardah, Maybelline dan Revlon lebih cenderung susah ditemui jika tidak di
supermarket minimal menjadikan produk ini sedikit susah dicari dari pada produk
viva,pixy dan sari ayu.

10

E. Penutup
 Kesimpulan
Ingatan konsumen akan suatu merek dapat dikaitkan dengan teori Terence A.
Shimp tentang kesadaran merek. Kesadaran merek adalah kemampuan sebuah merek
untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori
produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kesadaran
merek adalah dimensi dasar dalam ekuitas merek. Berdasarkan cara pandang
konsumen, sebuah merek tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari
keberadaan merek tersebut. Mencapai kesadaran akan merek adalah tantangan utama
bagi merek baru. Mempertahankan tingkat kesadaran merek yang tinggi adalah tugas
yang harus dihadapi oleh semua merek.
Kenal akan merek (brand recognition) mencerminkan tingkat kesadaran yang
cenderung dangkal, sedangkan kemampuan untuk mengingat merek (brand recall)
mencerminkan kesadaran yang lebih dalam. Konsumen dapat mengidentifikasi sebuah
merek jika mereka mereka diberi daftar merek-merek atau diberi sedikit petunjuk
tentang merek tertentu. Melalui usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan
konsisten, beberapa merek menjadi sangat terkenal sehingga dapat diingat oleh setiap
orang dengan tingkat kecerdasan standar.
Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul
di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara
sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan
kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain.
Pemasaran pengalaman dapat dikaitkan dengan teori dari Bernd H. Schmitt
mengenai experiental marketing. Experiental marketing adalah bagaimana pemasar
menawarkan produk dan jasanya dengan merangsang unsur-unsur emosi konsumen
yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi konsumen. Experiential marketing
merupakan pendekatan pemasaran yang melibatkan emosi dan perasaan konsumen
dengan menciptakan pengalaman-pengalaman positif yang tidak terlupakan sehingga
konsumen mengkonsumsi dan fanatik terhadap produk tertentu. Pendekatan
pemasaran experiential marketing merupakan pendekatan yang mencoba menggeser
pendekatan pemasaran tradisional, pendekatan tradisional ini, menurut Schmitt
memiliki empat karakteristik yaitu:
11

1. Fokus pada feature dan benefit dari produk/jasa
2. Kategori produk dan persaingan didefinisikan secara sempit yaitu hanya pada
perusahaan sejenis
3. Konsumen dianggap sebagai pembuat keputusan yang rasional
4. Metode dan alat yang digunakan bersifat analitikal, kuantitatif, dan verbal.
Terdapat lima pendekatan dalam experiental marketing, kelima pendekatan tersebut
adalah sense, feel, think, act, dan relate

 Sense Marketing
Sense marketing merupakan tipe experience yang muncul untuk menciptakan
pengalaman panca indra, telinga, kulit lidah, dan hidung. Sense marketing merupakan
salah satu untuk menyentuh emosi konsumen melalui pengalaman yang dapat
diperoleh konsumen lewat panca indra (mata, telinga, lidah, kulit, dan hidung) yang
mereka miliki melalui produk dan service. Pada dasarnya sense marketing yang
diciptakan oleh produsen dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap
kepuasaan. Mungkin saja suatu produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen tidak
sesuai dengan selera konsumen atau mungkin juga konsumen menjadi sangat puas,
dan akhirnya harga yang ditawarkan oleh produsen tidak menjadi masalah bagi
konsumen.

 Feel Marketing
Feel Marketing ditunjukan terhadap perasaan dan emosi konsumen dengan
tujuan mempengaruhi pengalaman yang dimulai dari suasana hati yang lembut sampai
dengan emosi yang kuat terhadap kesenangan dan kebanggaan. Feel adalah suatu
perhatian-perhatian kecil yang ditunjukkan kepada konsumen dengan tujuan untuk
menyentuh emosi pelanggan secara luar biasa (Kertajaya, 2004).
Affective experience adalah tingkat pengalaman yang merupakan perasaan yang
bervariasi dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif atau pernyataan mood
yang negatif sampai emosi yang kuat. Jika pemasar bermaksud untuk menggunakan
affective experience sebagai bagian dari strategi pemasaran,

 Think Marketing
Think marketing merupakan tipe experience yang bertujuan untuk
menciptakan kognitif, pemecahan masalah yang mengajak konsumen untuk berfikir
kreatif. Think marketing adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk
12

membawa

komoditi

menjadi

pengalaman

(experience)

dengan

melakukan

customization secara terus-menerus (Kertajaya, 2004). Tujuan dari think marketing
adalah untuk mempengaruhi pelanggan agar terlibat dalam pemikiran yang kreatif dan
dapat menciptakan kesadaran melalui proses berfikir yang berdampak pada evaluasi
ulang terhadap perusahaan, produk dan jasanya.

 Act Marketing
Act

marketing

merupakan

tipe

experience

yang

bertujuan

untuk

mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan konsumen. Act Marketing
adalah salah satu cara untuk membentuk persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa
yang bersangkutan (Kertajaya, 2004).Act marketing didesain untuk menciptakan
pengalaman konsumen dalam hubungannya dengan physical body, lifestyle , dan
interaksi dengan orang lain. Act marketing ini memberikan pengaruh positif terhadap
kepuasaan konsumen. Ketika act marketing mampu mempengaruhi perilaku dan gaya
hidup pelanggan maka akan berdampak positif terhadap kepuasan konsumen karena
pelanggan merasa bahwa produk atau jasa tersebut sudah sesuai dengan gaya
hidupnya. Sebaliknya apabila konsumen tidak merasa bahwa produk atau jasa tersebut
sesuai dengan gaya hidupnya maka akan berdampak negatif tehadap kepuasan
konsumen. Tindakan yang berhubungan dengan keseluruhan individu (pikiran dan
tubuh) untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan-pesan yang memotivasi,
menginspirasi dan bersifat spontan dapat menyebabkan pelanggan untuk berbuat halhal dengan cara yang berbeda, mencoba dengan cara yang baru merubah hidup
mereka lebih baik.

 Relate Marketing
Relate marketing merupakan tipe experience yang digunakan untuk
mempengaruhi pelanggan dan menggabungkan keseluruh aspek sense, feel, think, dan
act serta menitik beratkan pada penciptaan persepsi positif dimata pelanggan. Relate
marketing adalah salah satu cara membentuk atau menciptakan komunitas pelanggan
dengan komunikasi (Kertajaya, 2004). Relate marketing menggabungkan aspek sense,
feel, think, dan act dengan maksud untuk mengkaitkan individu dengan apa yang
diluar dirinya dan mengimplementasikan hubungan antara other people dan other
social group sehingga mereka bisa merasa bangga dan diterima di komunitasnya.
Relate marketing dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap
kepuasan konsumen. Ketika relate marketing mampu membuat konsumen masuk
13

dalam komunitas serta merasa bangga dan diterima maka akan memberikan pengaruh
positif terhadap kepuasan konsumen tetapi ketika relate marketing tidak berhasil
meningkatkan individu dengan apa yang ada di luar dirinya maka konsumen tersebut
tidak akan mungkin puas dan memberikan dampak yang negatif. Relate
menghubungkan konsumen secara individu dengan masyarakat, atau budaya. Relate
menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi konsumen untuk pembentukan
self-improvement , status socio-economic, dan image. Relate campaign menunjukkan
sekelompok orang yang merupakan target konsumen dimana seorang pelanggan dapat
berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan yang sama. Perusahaan dapat
menciptakan relate antar konsumennya dengan kontak langsung baik telepon maupun
kontak fisik, diterima menjadi salah satu bagian dalam kelompok tersebut atau
menjadi member sehingga membuat konsumen menjadi senang dan tidak segan untuk
terus menggunakan produk tersebut. Sebaliknya bila hal tesebut tidak terjadi dalam
arti konsumen merasa terabaikan, maka konsumen akan berfikir ulang untuk
menggunakan produk tersebut.

14

Daftar Pustaka
Kotler, Keller. 2009. Manajemen Pemasaran 1. edisi ketigabelas. Jakarta:
Erlangga.

15

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46