BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Bullying pada Peserta Didik Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Pada penelitian ini subyek penelitian adalah siswa kelas IX di SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2017/2018 yang berada pada rentang usia 14- 15 tahun yang berjumlah 74 siswa secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Deskripsi jumlah subyek tiap kelas No Kelas Jumlah Siswa 1.IX A
25 Siswa 2.
IX B
25 Siswa 3.
IX C
24 Siswa
Jumlah Total
74 Siswa Pengambilan data diambil dengan menggunakan skala kecerdasan emosional dan perilaku bullying. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku bullying pada siswa kelas IX di SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Perizinan Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian di SMP Pangudi Luhur Salatiga, penulis mengajukan izin penelitian. Surat penelitian disetujui oleh Dekan FKIP-UKSW tanggal 31 Juli 2017 setelah penulis mendapat surat izin maka penulis melakukan penelitian pada tanggal 23 September sampai 01 November 2017
4.2.2 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilaksanakan tanggal 23 Sepetember
- – 01 November 2017 pada semua Siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara meminjam Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang sebelumnya telah meminta ijin dulu dengan Guru Bimbingan dan Konseling SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penulis masuk disetiap kelas dengan memberikan salam kepada siswa terlebih dahulu, dolanjutkan dengan perkenalan diri. Selanjut penulis membagikan skala kecerdasan emosi dan perilaku bullying kepada masing-masing siswa.
Sebelumnya siswa mulai mengisi skala kecerdasan emosi dan perilaku
bullying, penulis menerangkan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana cara
mengisi skala kecerdasan emosi dan perialku bullying siswa diminta mengisi secara jujur dan apa adanya dan tidak akan mempengaruhi nilai Mata Pelajaran yang diambil siswa. Waktu yang diberikan 30 menit, cukup untuk mengisi skala kecerdasan emosi dan perilaku bullying.
Setelah data selesai penulis mengucapkan terimakasih kepada siswa yang bersedia mengisi skala kecerdasan emosi dan perilaku bullying dan penulis mengecek kelengkapan skala dan jumlah siswa tiap kelas.
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.3.1 Hasil Penelitian
Analisis deskriptif untuk menganalisis frekuensi kecerdasan emosi dan perilaku bullying siswa SMP pangudi Luhur Salatiga kelas IX.
4.3.2 Kecerdasan Emosi Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga Kelas IX
Dari hasil penjumlahan skor kecerdasan emosi siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga yang kemudian diolah untuk mencari frekuensi kemudian didapatkan hasil seperti dibawah. Langkah pertama yaitu menentukan range terlebih dahulu yaitu dengan cara mengalikan jumlah item dengan nilai ordinal paling tinggi dan rendah, kemudian hasil perkalian dikurangkan.
38 x 4 = 152 38 x 1 = 38 _ 114 Kemudian langkah selajutnya adalah menetukan interval untuk tiap kategori dengan cara range hasil dari pengurangan dibagi dengan jumlah kategori yaitu : =28, interval = 28
Sebaran tingkat kecerdasan emosi siswa digolongkan menjadi empat kategori, dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan EmosiKategori Interval Frekuensi Presentase Sangat tinggi 20 27.02%
≥ 122 Tinggi
94 53 71.62%
- – 121 Rendah
66 1 1.36%
- – 93 Sangat rendah
38 0%
- – 65 Jumlah
74 100% Sumber : Diolah dari data mentah skala sikap kecerdasan emosi
Dengan demikian dapat diketehui bahwa dari total sampel sebanyak 74 siswa dapat diketahui bahwa 20 (27.02%) siswa yang mempunyai kecerdasan emosi sangat tinggi, 53 (71.62%) siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi, 1 (1.36%) siswa yang memiliki kecerdasan emosi rendah, dan tidak ada siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi sebagian besar Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX berkategori sangat tinggi.
4.3.3 Perilaku Bullying Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga Kelas IX
Dari hasil penjumlahan perilaku bullying siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX yang kemudian diolah untuk mencari frekuensi kemudian didapatkan hasil seperti dibawah Langkah pertama yaitu menentukan range terlebih dahulu yaitu dengan cara mengalikan juml ah item dengan nilai ordinal paling tinggi dan rendsh, kemudian hasil perkalian dikurangkan.
42 x 4 = 168 42 x 1 = 42 _ 126 Kemudian langkah selanjutnya adalah menentukan interval untuk tiap kategori dengan cara range hasil dari pengurangan dibagi dengan jumlah kategori yaitu :
= 31 interval = 31 Dari hasil perhitungan di atas menurut Sugiyono (2011) banyaknya kelas yang ditentukan berdasarkan selera penulis, maka diperoleh tingkat perilaku
bullying yang digolongkan menjadi empat kategori, dapat dilihat pada table 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku BullyingKategori Interval Frekuensi Presentase Sangat tinggi
0% ≥ 135
Tinggi 104 0%
- – 134
- – 103 Sangat Rendah
42 28 37.84%
- – 72
Dengan demikian dapat diketehaui bahwa dari total sampel sebanyak 74 siswa dapat diketahui bahwa 46 (62.16%) siswa yang mempunyai perilaku
bullying rendah, 28 (37.84%) siswa yang mempunyai perilaku bullying sangat
rendah, tidak ada siswa yang memiliki perilaku bullying sangat tinggi, dan perilaku
bullying yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying
sebagaian besar Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX berkategori sangat rendah.
4.4 Hasil Korelasi Antara Kecerdasan Emosi denga Perilaku Bullying Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX
Analisis korelasi spearman rank, antara kecerdasan emosi dan perilaku
bullying pada siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX dapat dilihat pada tabel
4.4 Tabel 4.4
Hasil Uji Korelasi Antara Kecerdasan Emosi dan Perilaku Bullying Siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga Kelas IX
Correlations
kecerdasanemos Perilakubullyi ** i ng Correlation Coefficient 1.000 -.347Kecerdasanemosi Sig. (2-tailed) . .002 Spear N
74
74 ** man's Correlation Coefficient -.347 1.000 rho Perilakubullying Sig. (2-tailed) .002 .
- . Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel 4.4 koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dan perilaku
bullying pada siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX menunjukkan koefisien
korelasi rxy =-0,347 dan p = 0,002 < 0,05 Dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan perilaku bullying pada siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX. Hai ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang semakin rendah perilaku bullying. Begitu sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi seseorang makan semakin tinggi perilaku bullying.
Hasil analisis : diperoleh koefisien korelasi sebesar rxy= -0,347, p= 0,002, dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku bullying siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX. Dari hasil koefisien korelasi sebesar rxy= -0,347, menurut Iqbal (2011) menyatakan bahwa korelasi sangat rendah/lemah sekali Dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Batasan dan Kriteria KorelasiBatasan Kriteria Korelasi =0 Tidak ada korelasi
Korelasi sangat rendah/lemah sekali 0 < r ≤ 0,20 Korelasi rendah/ lemah tapi pasti
0,20 < r ≤ 0,40 Korelasi yang cukup berarti
0,40 < r ≤ 0,70 Korelasi yang tinggi, kuat
0,70 < r ≤ 0,90 Korelasi sangat tinggi, kuat sekali
0,90 < r ≤ 1,00 =1,00 Korelasi sempurna
Penelitian ini menghasilkan koefisien korelasi sebesar rxy= -0,347 dan p= 0,05 Artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku bullying siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX, dari hasil pengkategorian Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan kecerdasan emosi pada kategori tinggi 47 (63.51%) dan perilaku bullying di kategori sangat rendah 39 (52.70%)
Hasil penelitian Anisa Rizka Rahmawati (2013) dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Bullying pada siswa
- –siswi SMK Negeri 7 Yogyakarta kelas XI Jurusan administrasi perkantoran (AP) pada 38 siswa, menunjukkan bahwa, terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku bullying pada siswa-siswi kelas XI jurusan administrasi perkantoran (AP) SMK Negeri 7 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan Koefisien korelasi Rxy= -0,717dan p = 0.000, dengan demikian hipotesis diterima. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah pula perilaku bullying pada siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula tingkat perilaku bullying pada siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta.
4.5 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Bullying siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran
2017/2018. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis maka dilakukan pembahasan tentang hasil penelitan sebagai berikut: Dari tabel 4.4 koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dan perilaku bullying pada siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga menunjukkan koefisien korelasi rxy =-0,347 dan p = 0,002 < 0,05 Dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan perilaku bullying pada siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas IX. Hai ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang semakin rendah perilaku bullying. Begitu sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi seseorang makan semakin tinggi perilaku bullying.
Dalam hasil analisis, dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku bullying Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga Hal ini berkaitan dengan kajian teori yang menjelaskan bahwa menurut
Goleman (2009) menyatakan “Kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang l ain”
Olweus (1993) menspesifikan perilaku repititif dalam hal ini mengecualikan perilaku atau kejadian-kejadian yang tidak serius yang kadang- kadang terjadi dan tidak menyinggung perasaan korban, kejadian tersebut hanya sebagai lelucon saja dan tidak dianggap sebagai perilaku bullying. Selain itu, perilaku bullying selalu dilakukan berulang kali karena menimbulkan perasaan senang pada pelaku karena berhasil membuat korban malu, terluka baik secara psikologis atau fisik, dan terintimidasi, sehingga pelaku mengulang-ulang perilaku tersebut. Perilaku bullying menggunakan penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakseimbangan kekuatan dari pelaku yang kuat secara fisik atau mentalnya. Seseorang melakukan perilaku bullying tanpa adanya paksaan dari pihak lain dan hal tersebut timbul dari dalam dirinya karena yang memiliki kekuasaan penuh untuk menghentikan tindakan tersebut adalah diri para pelaku itu sendiri membuat korban merasa tidak aman berada didekatnya dan harus tunduk padanya.
Orang yang melakukan perilaku bullying dikarenakan seseorang tersebut tidak memiliki kontrol emosi yang baik didalam dirinya. Kontrol emosi dikaitkan dengan kecerdasan emosi, diman pelaku bullying tersebut belum dapat mengenali, memahami dan mengatur emosi secara baik sebagai parameter dari kecerdasan emosi. Setiap orang akan berurusan dengan emosi baik dalam dirinya maupun dengan emosi orang lain.