BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pola Asuh Permisif terhadap Disiplin Belajar Mahasiswa BK UKSW 2014

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Disiplin Belajar 2.1.1. Definisi Disiplin Verhoven dan Carvalho (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan

  bahwa disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid atau pelajar. Ellis (dalam Unaradjan, 2003) di bidang psikologi dan pendidikan kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran. Sehubungan dengan definisi tersebut, kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan (Perkins dalan Unaradjan, 2003). Makna l ain dari kata yang sama ialah “seseorang yang mengikuti pemimpinnya” ( Kelly dalam Unaradjan, 2003).

  Matindas (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan bahwa disiplin pada dasarnya adalah kepatuhan pada peraturan. Artinya, bila seseorang berperilaku disiplin, ia diharapkan bertingkah laku patuh, menurut, dan mengikuti aturan-aturan tertentu dilingkungannya.

  Disiplin berarti mengetahui aturan, baik tulisan maupun yang tidak tertulis. Kesadaran yang merupakan salah satu unsur esensi dari disiplin diri kurang terbina karena hampir seluruh anggota keluarga tenggelam dalam kesibukanya masing-masing.

  Parkins dalam Unaradjan (2003) mengatakan disiplin diri adalah upaya yang sadar dan bertanggung jawab diri seseorang untuk mengatur mengendalikan dan mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaanya tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri. disiplin diri yang merupakan yang mempunyai makna demikian merupakan tanda atau manifestasi dari kematangan pribadi seseorang. karena itu dapat di katakan bahwa disiplin diri adalah bagian integrasi dari kematangan pribadi.

  Menurut Tu’u (2004) disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tinggkah lakunya sehari

  • – hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang.

  Dari uraian diatas, di ungkapkan bahwa disiplin sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari seseorang, dalam membentuk disiplin seseorang, dibutuhkan pembinaan berlanjut yang bisa di bangun dari keluarga dan sekolah.

  2.1.2. Definisi Disiplin Belajar Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

  Winkel (2004) mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.

  Dari uraian diatas, disiplin belajar adalah sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang yang saling berhubungan, dari perilaku disiplin yang dibangun seseorang dari kecil didapatkan pembinaan disiplin dari keluarga, sehingga mempengaruhi proses belajar seseorang melalui disiplin jadwal aktivitas belajar.

  2.1.3. Pentingnya Disiplin Menurut

  Tu’u (2004) disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan. Disiplin penting karena alasan berikut ini: 1.

  Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

  2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

  3. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.

  4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang. Berdasarkan kutipan di atas penulis meyimpulkan disiplin belajar penting bagi siswa, karena disiplin belajar membantu siswa mengoptimalkan potensi dan prestasinya, suasana sekolah dan juga kelas lebih kondusif, memenuhi harapan orang tua, dan merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin

  Perilaku disiplin perlu adanya kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Disiplin belajar akan tercipta apabila siswa memiliki kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Menurut Tu’u (2004) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin , yaitu:

  1. Kesadaran diri Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

  2. Pengikutan dan ketaatan Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

  3. Alat pendidikan Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

  4. Hukuman Sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

  Tu’u (2004) menambahkan masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin, yaitu:

  1. Teladan Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, Kaprodi dan Dosen-dosen serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para mahasiswa.

  2. Lingkungan Berdisiplin Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.

  3. Latihan Berdisiplin Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan.

  Artinya melakuakan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Berdasarkan kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin belajar, yaitu : kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, dan hukuman. Dan ada tiga faktor lain yaitu : teladan, lingkungan berdisiplin, dan latihan berdisiplin.

2.1.5. Unsur - Unsur Disiplin

  Tu’u (2004) mengemukakan unsur - unsur disiplin adalah sebagai berikut:

  1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.

  2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

  3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

  4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

  5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

  Berdasarkan pada unsur-unsur yang di kemukakan oleh Tu’u (2004) aspek-aspek disiplin belajar adalah : 1. disiplin dalam belajar Kesadaran diri untuk belajar di sekolah maupum di rumah.

  2. Mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, menaati tata tertib sekolah.

  3. Berperilaku dengan nilai-nilai yang ditentukan Berperilaku dengan nilai-nilai yang di tennukan dan di ajarkan.

  4. Bersedia menerima hukuman dan mengoreksi perilakunya Bersedia menerima hukuman apabila tidak taat/patuh, bersedia untuk menyadari, mengoreksi dan meluruskan hal yang salah.

2.1.6. Fungsi Disiplin

  Disiplin belajar sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap mahasiswa. Disiplin belajar menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku,dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

  Berikut ini beberapa fungsi disi plin menurut Tu’u (2004), yaitu:

  1. Menata Kehidupan Bersama Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

  2. Membangun Kepribadian Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

  3. Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

  4. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.

  5. Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

  Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.

  6. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

  Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan. Berdasarkan kutipan diatas, penulis setuju bahwa disiplin berfungsi untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dengan adanya kepatuhan dan ketaatan oleh peratuan yang telah disepakati, maka hubungan antara individu akan terjalin dengan baik, serta membuat lingkungan yang kondusif. Disiplin juga dapat membangun dan melatih kepribadian. Lingkungan yang tertib, teratur, tenang, tentram dapat mempengaruhi dalam membentuk kepribadiam. Kepribadian tersebut dapat tebentuk melalui latihan.

  Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Tata tertib sekolah biasanya berisi hal- hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

2.2. Pola asuh 2.2.1.

  Pengertian Pola Asuh Orang Tua Pengasuhan menurut Porwadarminta (dalam Amal, 2005) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola.

  Pengasuhan yang dimaksud disini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat (dalam Amal, 2005) mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002), pengertian pola asuh adalah merupakan suatu bentuk (struktur), sistem dalam menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil. Sedangkan pola asuh menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

2.2.2. Tipe Pola Asuh Orang Tua

  Baumrind (dalam Sipahutar 2009), mengemukakan tiga pola asuh orang tua, yaitu :

  1. Pola Asuh Otoriter Pola asuh ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi dan orang tua memaksa anak untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Bila aturan-aturan ini dilanggar, orang tua akan menghukum anak dengan hukuman yang biasanya bersifat fisik. Tapi bila anak patuh maka orang tua tidak memberikan hadiah karena sudah dianggap sewajarnya bila anak menuruti kehendak orang tua.

  Perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alas an dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anak. Pola asuh otoriter dapat berdampak buruk pada anak, yaitu anak merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif (kurang berinisiatif), selalu tegang, cenderung ragu, tidak mampu menyelesaikan masalah, kemampuan komunikasinya buruk serta mudah gugup, akibat seringnya mendapat hukuman dari orang tua. Dengan pola asuh seperti ini, anak diharuskan untuk berdisiplin karena semua keputusan dan peraturan ada di tangan orang tua.

  2. Pola Asuh Demokratis

  Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya serta belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan pola asuhan ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini akan mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang dengan baik karena orang tua selalu merangsang anaknya untuk mampu berinisiatif.

  Menurut Shochib (dalam Yuniyati, 2003), orang tua menerapkan pola asuh demokratis dengan banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin.

  3. Pola Asuh Permisif Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anaknya untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua.

  Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Dengan pola asuh seperti ini, anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua. Pola asuh permisif memuat hubungan antara anak-anak dan orang tua penuh dengan kasih sayang, tapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Secara lebih luas, kelemahan orang tua dan tidak konsistennya disiplin yang diterapkan membuat anak-anak tidak terkendali, tidak patuh, dan tingkah laku agresif di luar lingkungan keluarga.

2.3. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang dikemukakan oleh peneliti ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya dan terdapat hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, sebagai berikut:

  Sumbodo (2014 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

  Antara Pola Asuh Orang Tua Permisif Dan Konsep Diri Dengan Disiplin Diri Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang

  ” mengetahui signifikansi hibingan pola asuh permisif orang tua dan kosep diri siswa kelas XI SMA N 1 Bergas dengan disiplin diri. hasilnya; hubungan pola asuh permisif dengan disiplin diri tidak ada, hal ini di tunjukan dengan hasil penelitian dengan pola hubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang permisif tidak berhubungan dengan disiplin diri siswa.

  Adelia Rosari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas X SMA Verius Bandar Lampung

  ” hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara pola asuh permisif dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas XSMA Xaverius Bandar Lampung dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,216 dan signifikansi sebesar 0,009 (p<0,01).

2.4. Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap Disiplin Belajar

  Disiplin belajar merupakan sikap mental individu atau masyarakat yang menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku, sebagai upaya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Menurut Tu’u (2004) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin , yaitu: kesadaran diri, Pengikutan dan ketaatan, hukuman.

  Tu’u (2004) menambahkan masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin, yaitu: teladan, lingkungan Berdisiplin, latihan berdisiplin. Soleman (dalam Yuniyati, 2003) pola asuh orang tua mempengaruhi tingkah laku anak- anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif, yang berdampak terhadap kedisiplinan anak. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap disiplin belajar siswa. Siswa yang mendapatkan pola asuh permisif, mempengaruhi terhadap disiplin belajar di rumah dan di sekolah.

  Siswa tanpa kontrol dari orang tua dan melakukan kegiatan sesuka hati mereka sampai lupa waktu dan mengabaikan tugasnya sebagai seorang pelajar. Di rumah siswa tidak menggunakan waktu belajarnya, tidak bisa bangun pagi, terlambat dalam masuk kelas., sulit berkonsentrasi, sering membolos, dan mudah lelah.

  Berdasarkan pemikiran di atas digambarkan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pola asuh permisif

  Disiplin belajar Variabel Bebas Variabel Terikat

2.5. Hipotesis

  Berdasarkan tinjauan teoritik diatas, maka yang diajukan dalam penelitian ini adalah

  1. Hipotesis nol (Ho) “Tidak Ada pengaruh yang signifikan Pola Asuh Orang Tua Permisif Terhadap Disilpin Belajar Mahasiswa Angkatan BK 2014 ”.

  2. Hipotesis alternatif (Ha) “Ada pengaruh yang signifikan Pola Asuh Orang Tua Permisif Terhadap Disilpin Belajar Mahasiswa Angkatan BK 2014 ”.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Technology Pendagogical Content Knowledge (TPACK) dalam Evaluasi Minat terhadap Penggunaan Teknologi Informasi dan Komputer: Studi Kasus SMA Negeri 1 Tengaran

0 8 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Saintifik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Yang Signifikan antara Pendekatan Saintifik Metode Discovery dengan Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

0 0 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Yang Signifikan antara Pendekatan Saintifik Metode Discovery dengan Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Tahun

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Yang Signifikan antara Pendekatan Saintifik Metode Discovery dengan Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

0 0 16

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Karyawan Bagian Fashion dan Depstore di City Walk Ada Baru Salatiga

1 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Karyawan Bagian Fashion dan Depstore di City Walk Ada Baru Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Progdi Bimbingan & Konseling di Universitas Kristen Satya Wacana

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Progdi Bimbingan & Konseling di Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Progdi Bimbingan & Konseling di Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Intensitas Bermain Game Online dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga

0 0 14