Konfirmasi Nyamuk Anopheles sebagai Vektor Malaria dengan Elisa di Desa Pinamula Kec. Momunu Kab. Buol

KoNT'rRMASr ll-yAMuK ayoiruztzs sEBAGAT yEKToR MALA,RTA
DENGAN ELISA DI I}ESA PINAMT]LA KEC. MOMUNU KAB. BUOL
Sitti Chadiiah', Ni. Nyoman Veridiana', Ade Kurriawan'
one of the important part toJind
r#:#:illaria control in high endemic areas is
".
detertnine the status of malaria vectors. ELISA test methods used to determine the status of
malaria vectors. Buol District is one of regencies in Central Sulawesi that has malaria
problem. The number afclinical malaria (Annual Malaria Incidence) is always in the position
Medium Insidence Area (MM). Collecting mosquitoes were conducted in December 2006 in
Pinamula Wllage. Mosquito collection is done by using landing collections conducted
indoors, outdoors, housewall and around cattle startedfrom A6:0A PM to 06:00 AM. Enzyme
linked Immunosorbance Assay (ELISA) test was pedorrned on all Anopheles samples. Ihe
result showed that three pools positive identified as P falciparum and 10 pools positive
identified as P. vivax (Total 66 pools (sinks) for testing P falciparum and P Wvax.). An.
barbirostris and An.tesselatus were confi.rrned as vectors ofmalaria and confirmed positive as
P.falcifarum and P vivax. whereas An. peditaeniatus and An. vagus only positive as-P vivax.

Kqtwords: VeHormalaria, ujiELISA, kon/irmasi, Anopheles. An. barbirostris.
PENDAHULUAN


Sampai saat

ini malaria masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat
terutama di Indonesia. Hampir seluruh
wilayahnya merupakan daerah endemis

malaria. Malaria dapat meninrbulkan

beban sakit dan kematian serta
mengakibatkan dampak sosial-ekonomi
yang besar, khususnya bagi penduduk
mrskin di daerah endemrkmalana',
Pemberantasan malana merupakan

salah satu bagian dari program

pemberantasan penyakrt menular y.ang
masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia. Penyakit ini
hampir menyebar di seluruh wilayah mulai
dari daerah dataranrendah sampai dataran
tinggi. Hal ini masih disebabkan oleh
karena metode pemberantasan mala{a
yang digunakan selama ini masih bersifat

umum dan seragam yafig hanya
dikelompokkan dalam dua strategi untuk
Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali'.

Salah satu langkah penting dalam
menentukan kebijakan pemberantasan
vektor nnalaria adalah menentukan status
'. Balai Litbang PZB2 Donggala
Badan Litbang Kesehatan, KEMENKES Ri

]

di


daerah endemik tinggi. Oleh
karena suatu spesies nyamuk dinyatakan
sebagai vektor di daerah malaria di suatu
daerah belum tentu bertindak sebagai
vektor di daerah lain. Dengan demikian
kegiatan konfirmasi vektor di daerahdaerah yang mempunyai kasus malaria
tinggi, sangat perlu dilakukan.
Kemajuan dibidang imunologi dan
biologi molekuler telah memungkinkan
menentukan status veklor malaria dan

vektor

antibodi monokional dengan

menggunakan uji ELISA (Enzyme Link
Immuno-Sorbent Assayr. Melalui teknik
ini antibodi monoklonal direaksikan
dengan antigen pennukaan sporozoit

sehingga terbentuk warna yang dibaca
ELISA reader. Hasil uji positif secara
kualitatif dengan melihat perubahan warna
tersebut dan hasil uji positif kuantitaif
dengan perhitungan analisis hasil ELISA
reqder Namun hasil uji ELISA ini, tidak
bisa dinyatakan bahwa nyamuk tersebut
merupakan vektor akan tetapi merupakan
deteksi awal bahwa nyamuk tersebut
kemungkinan besar berperan dalam
transrnisi malaria.

Jumal Vektor Penyakit, Vol.

IVNo.

1,

2010 : 1 - 8


Di

Sulawesi Tengah terdapat empat
spesies Anopheles yang diduga sebagai
vektor, yaitu An. barbirostris, An.
subpictus, An. flavirostris, dan An.
parangensis'.
Kabupaten Buol merupakan salah satu

Pinamula, Kec. Momusa. Kab. Buol.
Penangkapan nyamuk dilakukan pada
Bu1anDesember2006.

B.

kabupaten di Sulawesi Tengah yang
mempunyai masalah dengan malaria
karena angka malaria klinis (AIW) selalu
berada di lini Medium Insidence Area
(MIA). Pada tahun 2003 angka AMI

sebesar 60,63 %o, tahln 2004 menjadi
68,84 %o, dan pada tahun 2005 sebesar
67,48 '/ooo. Dilihat dari kondisi wilayah
daerah ini sebagai daerah yang baru
berkembang, sehingga kabupaten Buol
memiliki potensial untuk menjadi daerah
endemis. Adanya perubahan lingkungan

Penangkapan nyamuk di lapangan
(SpotSurvei)
1. Alat danbahanyang digunakan di
lapangan untuk penangkapan

nyamuk: aspirator tangan,

hygrometer, dissecting

microscope, gunting, jarum
seksio, eppendorph tube,
waterproof peryer cup, silica gel,


2.

sepanjang malam

pemukiman sangat memungkinkan
tersedianya habitat vektor malaria
disekitar pemukiman penduduk.

ini

bertujuan untuk

mengetahui fauna nyamuk anopheles di
daerah penelitian dan diperolehnya
informasi mengenai status vektor di daerah
tersebut, sehingga dapat digunakan untuk
mengkaji pemetaan distribusi vektor yang
pada akhimya menjadi dasar penyusunan


3.

Penangkapan dilakukan dari jam

Dilakukan Survei Entomologi (spot

di wilayah yang terpilih

4.

berdasarkan data sekunder Annual

perkembangbiakan vektor malaria.

Lokasi yang dipilih untuk kegiatan
survei penangkapan nyamuk adalah Desa
2

dengan


menggunkan aspirator.

A. DaerahpeneHtian

yang potensial sebagai tempat

kepadatan vektor malaria di
daerah tersebut, kepadatan
nyamuk berdasarkan jumlah
nyamuk yang tertangkap per
orang per jam serta fluktuasi
ke,padatannya mengsgrt orang di
dalam dan di luarrumahperjam,
Penangkapan oyamuk dilakukan
dengan merggunakan cara
landing callection. Penangkapan
dilakukan oleh enam orang yang

sekitar kandang


BAEANDANMETODE

Malaria Incidence (AMD yang didapatkan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Buol dan
rekomendasi dari petugas pengelola
program malaria Dinas Kesehatan
Kabupaten Buol. Dari desa yang dipilih,
survei dilakr:kan berdasarkan data kasus
yang diperoleh dari Puskesmas dan
melihat topografi serta lingkungan fisik

night

sudah terlatih, dilakukan di dalam
rumah, di luarrumah, dinding dan

strategi pemberantasan.

survei)


(all

collection) untuk melihat

dengan pembukaan lahan untuk

Penelitiam

kain kasa, dan karet gelang.
Dilalflkan penangkapan nyamuk

C.

18.00-06.00.
Nyamuk Anopheles sp. yang
tertangkap didentifikasi menurut
kunci identifikasi O'Connor dan
Supanto(1994)'.

Persiapan sampel di laboratorium

(ujiELrsA)

Nyamuk betina yang sudah
teridentifikasi menurut kunci bergambar
anopheles, dimasukkan ke dalam
eppendorph tube dan diberi label
berdasarkan spesies, metode, dan waktu
penangkapan. Kemudian spesimen

dikemas dan diberi silica

gel

yarLg

Konfirrrasi Nyamuklzopheles

............

(sitti chadijah, Ni. Nyoman yeidrara,

berfungsi sebagai pengawet, tahap
selanjutnya diperiksa dengan
menggunakan teknik ELISA untuk

sumuran untuk larutan kontrol positif
(PC), 7 sumuran untuk kontrol negatif

Eppendorf, pipet eppendorf,

(NC). Bungkus plate dengan
aluminiumfoil dan diamkan selama 2
jam.
Setelah 2 jam, buang larutan dalam
plate, cuci dengan larutan pencucian
(0,5 ml Tween 20 + I th PBS)
menggunakan biotrak microplate,

entrifugatoa tabung c entrifuge, pisau
dissecting, digital balance, biotrak
microplate, ELISA reader, megnetic
strirer, transferpette, ELISA plates,
precission tips, motor pestle, pestle,

pembilasan sebanyak 3 ka1i.
Tambahkan 50 pl Mab Peroxidase
kedalam sumuran plate. Bungkus plate
dengan aluminium foil dan diamkan
selama 1jam.

menentukan status vektor dan
mengidentifikasi jenis sporozoit
metginfeksi.
Alat dan bahan yang digunakan dalam
proseduruji ELISA:

P I a s m o d ium y ang

1.

d.

c

2.

e.

f.

auto clav abl e r aclcs, dan b eaker glas s.

Reagent:

Mab capture, Bovine Serum Albumin
(BSA), Casein, Phosphate Buffired
Salin (PBS), Nonidet p-40, Mab
Peroxidase, ABTS, Tween 20, dan

g"

aquadest.

3.

et a[)

Prosedurpemeriksaan:

uji: nyamuk yang
telah diidentifikasi, dipotong dadaPersiapan nyamuk

kepala, simpan dal am epp endorf,
Persiapan larutan: P ho sp h at e B uffere

h.

masing sumuran plate. Bungkus plate
dengan aluminium foil, diamkan
selama30menit- l jam.
Baca hasil uji secara kualitatif (visual)
dan kuantitatif dengan menggunakan

ELISA reader pada panjang

gelombang 4051620 nm. Hasil uji
dinyatakan positif bila adsorbent value
(AV) lebih besar dari nilai ruta-rata

d

^Salrn @BS), Blocking Buffer (Casein +
BSA), larutan pencuci (Tween 20 + pBS),
larutan substrat (ABTS + HZOZ), kontrol
po sitif Py'P C dan Pv 210-pC, Mab C ap ture
Pf dan Pv, Mab Peroxidase pf danpv 210,

Buang larutan dalam plate, cuci
dengan menggunakan alat biotrak
microplate dan bilas sebanyak 3 kali.
Tambahkan 100 pl larutan substrat
(ABTS + H2O2) kedalam masing-

kontrol0.

i.

Setting microplate untuk ELISA
Sporozoit:

dan fte16o1negatif.

Persiapan sampel:

a.

Masukkan 50 pi Mab capture pada
masing-masing sumuran plate yang
akan diuji, baik untuk uji p/maupun
Pv. Tutup plate dengan aluminium foil,
diamkan selama 30 menit dalam suhu
kamar.

b.

c.

Buang sisa capture yang ada di plate,
tambahkan 200 pl BB pada masingmasing sumuran, tutup dengan
aluminiumfoil dandiamkan selama 1
jam.

Masukkan 5 pl larutan homogenat
nyamuk ke dalam sumuran plate. I

HASIL
Berdasarkan data kasus malaria yang

diperoleh, Desa Pinamula termasuk desa
dengan kasus malaria tertinggi dengan
N\lfr.262,52 Yoo pada tahun 2004 dan 122
%oo pada tahun 2005u. Desa ini terletak di
dekat pegiinungan dengan hutan yang
masih luas. Disekitarnya terdapat
perbukitan, sawah dan rawa-rawa yang
potensial untuk tempat perkembangbiakan

vektor malaria. Adanya perubahan
lingkungan dengan pembukaan lahan
untuk pemukiman sangat memungkinkan
tersedianya habitat vektor malaria di
sekitar pemukiman penduduk.

Jumal Vektor Penyakit, Vol. IV No. 1, 2010 : 1 - 8

A. FaunanyamakAnopheles

Berdasarkan hasil survei sesaat di
Desa Pinamula ditemukan 7 (tujuh)
spesies nyamuk Anopheles yaitru, An.

peditaeniatus, An. vagus, An. barbirostris,
An' tesselatus, An' kochi' An' sinensis' dan
An.montanas(Tabe11).

Tabel 1. Spesies nyam* Anopheles yangtertangkap di Desa Pinamula,
Kec. Momunu, Kab. Buol, Desember20A6
Metode PenangkaPan
No.

Spesiec

Dalem Luar

1.

An. barbirostris

2.

An.vagus

3.

An. tesselatus

4.

An. peditaeniatus

5.

An. kochi

6.

An. sinensis

7.

An. montanus

Istlrghat

Umpan orang

Dtnding

l(endang

Keterangan: (+) Ditemukan tenangkap

An. vagus, An. barbirostris dan' An,
tesselatus ditemukan pada semua jenis
penangkapan, sedangkan An.
peditaeniatus dan An. kochi tidak
ditemukan hanya pada petrangkapan

dengan umpan oraag d a I am rrmah t!:OD
An. sinensis hanya ditemukan di kard:ng.
sedangkan/ n. montanus hanya ditemukan
t

didinding.

Tabel2. Kelimpahan nisbi spesies nyamukr4nopheles yang tertangkap
di DesaPinamula, Kec. Momunu, Kab. Buol, Desember 2006.
Spesies

1.

An. barbirostris

2.

An. tesselatus

26,9

3.

An.vagus

18,6

4.

An. peditaeniatus

2l

t3,4

5.

An. kachi

11

7,O5

5l

32,6

6. An. sinensis

o,&

7.

o,@

An. montanus

JTIMLAE

4

Spesies,4 zop h el e s tefiangkap

156

Konfirrrasi NyamtakAnopheles

..............

(sitti chadijah, Ni. Nyoman yeidrana,

. Pada Tabel 2 terlihat nyamt* An.
barbirostris paling dominan ditemukan
yaitu sebanyak 5l ekor (32,60lo), kemudian
An. tesselatus 42 ekor (26,9%o), An. vagus
29 ekor(18 ,6%o),An. peditaeniatus2l ekor
(l3,4Yo), An. kochi 11 ekor (T,OSyo),
sedangkan An. sinensis danAn. montanus
masing-masing hanya

I

et a[)

menggigit orang di dalam rumah mulai
pukul20.00 dan pada pukul 02.00 sampai
pukul 06.00 pagi, sedangkan pada
penangkapan dengan umpan orang di luar
rumah, ditemukan aktif menggigit orang
mulai pukul 22.00 sampai pukul 06.00
pagi. An. barbirostris yang istirahat di
dinding ditemukan pada pukul 23.00 dan
pada pukul 03.00, adapun yang tertangkap
disekitar kandang ternak ditemukan

ekor (0,64yo).

An. Barbirostris sebagai salah satu
vektor penular penyakit malaia di
Sulawesi Tengah ditemukan aktif

hampir sepanj ang malam.

B. Hasil uji ELISA
Tabel3. Hasil Uji ELISANyamuk Anopheles
di Desa Pinamula, Kec. Momunu, Kab. Buol,2006.

Spesies

Waktu

penangkapan
An.peditaeniatus 19.00
21.00

An.

tesselatus

-

Jumlah

nyamuk

Metode
penangkapan

Ilasil uji ELISA
P.falcifarum P vivax

20.00

-22.00

24.00 -01.00
05.00 -06.00

An, vagus

An.

barbirostris

05.00

-

06.00

UOD

01.00

-

02.00

UOL

03.00

-

04.00

Z2.OO

-

23.00

02.00

-

03.00

04.00

-

05.00

0s.00

-

06.00

05.00

-

06.00

Uji ELISA yang dilakukan terhadap
sampel nyamuk masing-masing sebanyak
66 pool (sumuran) untuk pengujian p

falciparum danP vivax,didapatkan 3 pool
posinf P. falcip arum dan 1 0 pool positifp
vivax. Nyamuk yang positif lebih banyak
ditemukan menggigit orang di luar rumah,
menjelang tengah malam sampai pagi

Dari hasil uji ELISA menunjuk&an
dari tujuh spesies Anopheles yarLg
tertangkap, ada empat spesies yang positif
yaitu An. barbirostris dan An.tesselatus

(positif terhadap P falcifarum dan

p.

vivax), sedangkan An. peditaeniatus dan
An. vagus (positifterhadap P. vivax).

hari.

5

Jurnal Vettor Penyakit, Vol. IV No. 1, 2010 : 1 - 8

Tabel 4. Nilai absorban (AV) sampel positif P. vivax
di Desa Pinamula Kec. Momusa, Kab. Buol, Desember 2006.

Spesies

An.peditaeniatus

An. tesselatus

An. vagus

Pool
(Plate)

Nilai rata-rata
kontrol 0

Iilasu

1.028

1.451

c123

1.028

1.251

B100

Dt23

i.028

1.673

xt44

E,2l

0.7tL

0.790

B109

E103

1.028

1.449

1.028

1.602

No.

No sampel

c23

878

Bt25

cl23

An. barbirostris
8120

1.251

F 103

8130
B133

G12-l

1.028

1.827

i.028

r.&t

1.028

2.129

(A\)

sampel positif P falcifarum
di Desa Pinamuls Kec. Momusa, Kab. Buol, Desember 2006.

Tabel 5. Nilai absorban

Spesies

No sampel

No. Pool
@late)

kontrol

Easil

0

An. tesselatus

xr42

Dl11

0.875

1.932

An. barbirostris

xt43

Dt?t

0.875

0.949

8133

Gt23

0.599

0.895

Hasil uji yang dinyatakan positif bila
memiliki nilai absorban yang lebih besar
dari nilai rata-rata kontrol.

PEMBAIIASAl{
Penentuan Anopheles sebagai vektor
dapat dilihat dari frekuensi kontak dengan

manusia, perilaku mongisap darah
manusia, keperidian yang tinggi,
kemampuan sebagai penjaffIu yang tinggi,
umur yang panjang, inang spesifik pada
manusia serta mobilitas Anopheles yang
tinggi. Informasi tentang kebiasaan vektor
menggigit darah manusia digunakan untuk
mengukur kapasitasnya sebagai vektor
dalam transmisi penyakit'.

6

Nilai rata-rate

Anopheles dapat disebut sebagai
vektor malaria di suatu daerah, apabila
spesies Anopheles tersebut di daerah yang
bersangkutan telah pernah terbukti
mengandung sporozoit di dalam kelenjar
ludahnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menentukan nyamuk
sebagai vektor yaitu dengan melakukan
pembedahan kelenjar ludah nyamuk atau
dengan teknik biomolekuler dengan uji

ELISA.
Unhrk menghindari banyaknya bias
pada saat uji ELISA, maka bagian tubuh
nyamuk yang diperiksa adalah kepala dan
thoraks dengan membuang semua bagianbagian yang tidak penting, sehingga dari

Konfrnrasi Nyamukanopheles

..............

(sitti chadijah, Ni. Nyoman

ys11e1ana,

et at)

hasil ini diharapkan nyamuk yang
dinyatakan sebagai vektor dapat

Nyamuk An. vagus yang positif
tersangka vektor malaia di temukan

dip ertang gungj wabkan keb enarannya.

sebanyak 29 ekor (18,6%). Spesies inipun
ditemukan dengan semua metode umpan

Adapun spesies Anopheles yar;1
dinyatakan positif berdasarkan uji ELISA
adalahAn. barbirostris, An. tesselatus, An.
yagus, dan An. peditaeniatus. Nyamuk
yang positif lebih banyak ditemukan
menggigit orang di luarrumah, menjelang
tengah malam sampai pagi hari. Hal ini
mengindikasikan bahwa nyamuk-nyamuk
tersebut lebih bersifat eksofilik dibanding

endofilik.

Di

daerah penelitian

An. barbirostris
ditemukan paling banyak yaitu 3l,6yo
dengan menggunakan semua metode

penangkapan. Bahang et.al. lg84
melaporkan bahwa An. barbirostris telah
terkonfirmasi sebagai vektor malaria dan
filarial di Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Tenggara'. Hasil penelitian Triwibowo e/.
aL.2004, di Desa Tongoa, Kab. Donggala,
Sulawesi Tengah memperlihatkan bahwa

An. barbirostris diduga kuat sebagai

vektor di wilayah tersebute. Hal yang sama
ditemukan pula di Desa Malino, Kab.

Donggala bahwa An. barbirostris

dinyatakan sebagai suspek vekjor maiaria
(uji ELISA) di daerah tersebut (Iastal, er.

a\,2007|0.

An, tesselatu.r yang juga

dikonfirmasi potensial sebagai vektor
malaria ditemukan dengan metode
penangkapan umpan orang baik luar
maupun dalam, di dinding dan di kandang.
Kelimpahan nisbi spesies ini sebanyak 42

ekor (26,9%) dari rujuh (7) spesies
Anopheles yang tertangkap. Jastal, et. al,
2007 melaporkan An. tesselatus telah
dinyatakan positif sebagai vektor malaria
dengan uji ELISA di Desa Malino, Kab.
Donggala'.. Bila dilihat dari fauna nyamuk
yang diperoleh hasil umpan badan ternyata
Anopheles spp di tempat lain beqperan
sebagai velilor diantaranya An. aconitus,
An. barbirostris, An. tesselatus dan An.
maculatus".

a

yang digunakan. Di Desa Malino, Kab.
Donggala, spesies ini juga dilaporkan
sebagai veklor malaria berdasarkan uji
ELISA (Jas tal, et. al, 2007)10.

Spesies Anopheles

lain

yang

dinyatakan postif sebagai vektor malaria

dengan uji ELISA adalah An,

peditaeniatus. Sebanyak l3,4Yo (2 1 ekor)
nyamuk ini ditemukan di daerah
penelitian. Nyamuk ini ditemkan dengan
metode penangkapan umpan orang dalam,
di dinding dan di kandang. Beberapa
daerah di Indonesia, spesies nyamuk ini

belum ada yang melaporkan
vektor ataupun ters angk a malaia"

sebagai
.

KESIMPT]LAI{
Di Desa Pinamula Kab. Buol Sulawesi
Tengah, Anopheles yang berstatus sebagai

vektor malaia berdasarkan
adalah An. barbirostris, An.

uji

ELISA

tes s elatus,

An.

peditaeniatus dan An. vagus. An.

b arbiros tris dan An. tes s elatus ditemukan
positif terhadap P.falcifurum dan Pvivax,
sedangkan ,4n. peditaeniatus dan An.
vagzs positif terhadap P vivax.

SARAN
1. Perlu dilakukan pembedahan saliva
untuk menemukan sporozoit terhadap
spesies yang dinyatakan sebagai
vektor di daerah ini tetapi belum ada
laporan dari daerah lain yang

2.

melaporkannya sebagai vektor.

Kajian lebih lanjut untuk melihat
perilaku nyamuk Anopheles yang
berstatus vektor di daerah tersebut.
Sehingga pengendalian vektor bisa
didasarkan pada kajian bionomik dan
ekologi vektor yang berperan,
sehingga tepat dalam metode, waktu,
tempat, dan sasaran pengendalian.

7

Jurnal Vektor Peuyakit, Vol, IV No. 1, 2010 :

I-I

UCAPAIITERIMAKASIH

7,

Penulis menyarnpaikan ucapan terima
kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab. Morowali, Kepala Puskesmas
Momuru dan kepala Desa Pinamula atas
dukuugannya sehingga penelitian ini bisa
berjalan dengan lanear. Ucapan terima
kasih pula disampaikan kepada Kepala
Loka titbang P2B2 Donggala dan temanteman atas segala sa,ran dafl masukannya
mulai dari ponelitian sampai dengan
penulisan artikel ini,

Pant C.P., V. Houba, H.D. Engers.
Bloodmeal Identification in Vectors.
Parasitologt Today. 1987; 3: 324 326.

8.

Filariasis studies in Kendari Regency,
Southeast Sulawesi, Indonesia II:

Surveillance

:

2, Snkowati, S., e/. a/. Pengembargan
di

Sulawesi Utara, Puslitbang PP,
Balitbangkes, Dep.Kes. RI. Jakerta.

Yudith Labatjo, Malonda
Maksud. 2001, Bionomik NYamuk
Anopheles sPP. Pada Dserah
Perkebuuan Cokelat di Desa Malino
Kecamatan Marawola KabuPaten
Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal

2002.

Yelctor P enyaklr, 2007

10. Jastal,

Kesehatan, Jakarta. 200 1.

3.

Marwoto, H.A., et, al. Anopheles
parangensis Sebagai Vektor Malaria di

4,

Diakes Morowali. Laporan Analisis

11.

I

).

Munif A.,Saproto.,Yusuiar A.,Heri
peuda,nrpiug saat KtB Malaria di Kab.

Sukaburri hdonesia. Jurnal Ehologi
Kesehatan2008 ;7(t): 689 -696.

Depkes R.I" Jakaxta. 1994.
Puskesmas" 2005.

(I

Aaopheles vagus sebagai vektor

& Supanto, A. IdentiEkasi
Nyamuk Anaphcles Betiaa di
hdonesia" Dit. Jen. PzM & PL,
O'Connor

6. Puskesmas Momunu. Profil

;1

A.,Craig A"S. 2008. Koafirmasi status

SituasiMalaria.2005.

5.

Triwibowo A.Garjito., Jastal,
Rosmini, Yuyun S., PrettY M. D.
Sasono. Laporan akhir Studi

penentuan faktor risiko penularan
(dinamika penularan) PenYakit
malaria di wilayah Kecamatan Palolo,
Kab. Donggala, Sulawesi Tengah.
Loka Litbang P2B2 Donggala,
Douggala.2004.

dan Penanganan.

Model Pgmberantasan Malaria Seoara
Daerah
Efcktif dan Efisien
Lombok, NTB. Puslitbang Ekologi

mosquitoes with

r984;r2(r):2p.

1. Harijanto, P.N. Malaria
Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis,
EGC. Jakarta.2000.

of

reference to two Anopheles vektor
spesies. [Abstrak] Bull' Penelit. Kes.
9.

I}Af,'TARPUSTAKA

Bahang 2., Saafi L", Bende N.,
Kirnowardoyo S., LiatL. B. MalaYan

12"

Depkes. Malaria Euku IA:
EntamolagL
Jakarta.1995.

Duja PPM dan PLR