Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah

NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH

Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

DEWI MARDIYANA SEBAYANG

C0204017

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH

Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

Disusun oleh:

DEWI MARDIYANA SEBAYANG C0204017

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Wiranta, M. S. NIP 195806131986011001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001

NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH

Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

Disusun oleh:

DEWI MARDIYANA SEBAYANG

C0204017

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal……………………….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Chattri. S. Widyastuti, M. Hum. NIP 196412311994032005

Sekretaris Asep Yudha Wirajaya, S. S. NIP 132300849

Penguji I Drs. Wiranta, M. S. NIP 195806131986011001

Penguji II Dra. Murtini, M. S. NIP 195410151982111001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A. NIP 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : Dewi Mardiyana Sebayang NIM : C0204017

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra) adalah betul- betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Febuari 2010 Yang membuat pernyataan

Dewi Mardiyana Sebayang

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Mama dan Papa

Keluarga besarku

Keluarga keduaku di luar rumah

MOTTO

Tidak ada yang tidak bisa diraih, jika kita punya mimpi, keyakinan, kemauan, dan kerja keras.

Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat (Al-Hadist)

Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur untuk Allah SWT atas seluruh karunia dan nikmat- Nya yang tak terkira. Salah satunya adalah Skripsi dengan judul Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra ini akhirnya telah selesai. Meskipun begitu banyak hambatan dan kesulitan namun karya kecil ini, kini telah ada di tangan para pembaca sekalian. Terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret

3. Drs. Wiranta, M. S. selaku pembimbing akademik serta pembimbing penyusunan skripsi yang telah bersedia meluangkan sedikit waktu untuk mengingatkan setiap kesalahan penulis dalam pembuatan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret. Terima kasih atas ilmu yang telah ditularkan kepada penulis.

5. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun perpustakaan pusat Universitas Negeri Sebelas Maret atas bantuannya dalam pencarian referensi untuk penyusunan skripsi ini.

6. Empat keajaiban Sasindo 2004, yang tidak mungkin untuk tidak ditulis. Rini, Tutik, Yayuk, Farida (O 2 C). Untuk persahabatan dan persaudaraan kita (no word can discribe our relationship). Terimakasih selalu mengingatkan untuk segera menyusul kalian ke dunia yang lebih keras.

7. Seluruh anak Sasindo 2004 Rini, Tutik, Farida, Yayuk, Bayu, Achmadi, Damang, Siti, Pak Dhe, Cepot, Puji, Betik, Eka, Marita, Ari, Andika, Andri, Ardi, Aya, Arifin, Tatib, Nia, Erlin, Tia, Agustin, Fitri, Pratiwi, Tanjung, Hilda, Deni, Ngawi, Bang Lis, Kadir, Harno, Joko, Rodek, Ridho, Rulis, Muna, Vero, Joker, Donal, Tri Wahyu, Dedi, Morientes, Rendi, Bagas, Bogel, Dodik, Wiji. Terimakasih atas keceriaan yang tidak terlupakan selama ini. Semoga kita dapat berkumpul bersama lagi.

8. Kepada mereka orang-orang yang penulis cintai. Sembah sujudku untuk Mama (Sri Suyamti) dan Papa (Mukmin Sebayang), orang tua yang sangat luar biasa, dengan kehangatan yang selalu mereka hembuskan ke dalam hidupku. Kakak (Ika, yang sudah menyandera komputer selama satu tahun penuh, hingga penulis harus libur mengerjakan skripsi) dan adikku (Hendra, yang masih berkutat pada punkrock Melayu). Simbah (Atmo Mulyono) dan Ibu (Sri Rejeki), atas doa restunya. Oci, Aji, Affa (keponakanku yang usil dan selalu mengganggu) untuk kepolosan dan keceriaan yang menginspirasi dan menyejukan. Semua keluarga besarku yang di Solo, Rantau Prapat, dan Batam. Terimakasih untuk keceriaan dan dukungan semua kawan-kawan di dalam dan luar kampus yang tidak dapat penulis sebut di sini. Tidak lupa juga, terima kasih untuk semua pembaca, semoga karya

sederhana ini bermanfaat dan dapat mendorong munculnya karya-karya yang lebih baik lagi.

Surakarta, Febuari 2010

Penulis

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................................... 75

B. Saran ............................................................................................................ 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK

Dewi Mardiyana Sebayang, C0204017. Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi. Jurusan Sastra. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah gambaran unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, dan latar dalam novel DT karya Alberthiene Endah. (2) Bagaimanakah gambaran disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menggambarkan mengenai unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, dan latar dalam novel DT karya Alberthiene Endah. (2) Menggambarkan disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada Juni 2006, cetakan kedua, dengan tebal 248 halaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan simpulan induktif

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) Gambaran unsur intrinsik dalam novel DT karya Alberthiene Endah yang meliputi alur, tokoh, dan latar yaitu: Alur dari novel DT digambarkan dengan susunan peristiwa yang runtut dari awal pemaparan hingga akhir. Penggambaran Tokoh dalam novel DT dipaparkan dari dimensi psikologis dan sosiologis. Penggambaran latar kota besar dalam novel DT berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam analisis penelitian yaitu problem sosial di kota besar.

(2) Gambaran problem-problem sosial masyarakat yang terdapat dalam novel DT adalah sebagai berikut. Disharmonisasi keluarga digambarkan dalam novel DT melalui kehidupan tokoh utama. Gambaran pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat dalam novel DT nampak pada perilaku-perilaku tokoh-tokoh dalam novel ini, pelanggaran tersebut berupa perselingkuhan, seks bebas, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Disorientasi seksual atau perbedaan orientasi seksual digambarkan melalui tokoh utama yang memiliki orientasi seksual terhadap sesama jenis.

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu adalah pendahuluan. Isi dari bab satu adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Teks sastra merupakan sebuah karya yang amat kompleks. Sastra merupakan refleksi kehidupan manusia dengan berbagai macam dimensi yang ada. Unsur- unsur yang berkembang dan terdapat dalam kehidupan akan terrefleksi dalam teks sastra. Refleksi itu terwujud dengan imajinasi pengarang terhadap realita kehidupan atau realitas alam, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa karya sastra tidak terlahir dari kekosongan budaya. Segala sesuatu yang diungkapkan pengarang merupakan cermin dari kehidupan yang dilihat dan dialaminya.

Sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya yang mencatat kenyataan sosio-budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu (Umar Junus, 1986: 3). Karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya.

Walau demikian kenyataan atau peristiwa dalam suatu karya tidak dengan tepat mencerminkan kejadian yang ada di lingkungan pengarangnya, tetapi lewat karya sastra dapat ditafsirkan maksud pengarang menciptakan karya tersebut, sebab karya sastra tidak di buat dengan tanpa tujuan (Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 22) karena itu untuk memahami karya sastra, selain membutuhkan Walau demikian kenyataan atau peristiwa dalam suatu karya tidak dengan tepat mencerminkan kejadian yang ada di lingkungan pengarangnya, tetapi lewat karya sastra dapat ditafsirkan maksud pengarang menciptakan karya tersebut, sebab karya sastra tidak di buat dengan tanpa tujuan (Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 22) karena itu untuk memahami karya sastra, selain membutuhkan

Hubungan sastra dan sosiologi menurut Sapardi Djoko Damono, “sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan itu sendiri dan merupakan suatu kenyataan sosial. Kenyataan sosial meliputi semua kegiatan kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat yang ada.” (Sapardi Djoko Damono, 1979: 1). Pendekatan sosiologi sastra merupakan hubungan antara sastra dan masyarakat. Hal ini diperjelas oleh De Bonald yang mengatakan bahwa “sastra adalah ungkapan perasaan tentang kehidupan masyarakat.” (dalam Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990: 110)

Karya sastra jenis novel khususnya disebut juga sebagai dokumen sosial, namun meski dalam beberapa segi tertentu ada benarnya, hal itu tidak berarti bahwa novel manapun juga dapat dipergunakan langsung sebagai dokumen. Justru karena dalam karya sastra ada keterpaduan antara kenyataan dan khayalan orang, maka harus sangat berhati-hati dalam usaha ingin mengambil data faktual dari cerita rekaan atau fiksi, walaupun tulisan itu nampak sangat realis atau nyata. Sebagai penyedia fakta dan data, novel biasanya tidak dapat dipercaya begitu saja, sebab tidak ada yang tahu dimana fakta berakhir dan khayalan dimulai, namun dalam arti lain karya sastra memang merupakan dokumen sosial. Lewat karya sastra pembaca dapat lebih baik memahami dan menghayati hakikat eksistensi manusia dengan segala permasalahannya, daripada lewat tulisan sosiologi manapun.

Arti sastra seperti ini tidak dapat ditangkap dengan metode dan teknik ilmu- ilmu sosial, untuk itu diperlukan kepekaan kesastraan, kemahiran membaca, memahami, dan menilai karya sastra sesuai dengan ciri khasnya sebagai fiksi atau khayalan, yang dicipta manusia dengan daya cipta yang peka pula (Teeuw, A, 1984: 236-238)

Sebuah novel akan lebih memberikan dampak kepada kondisi jiwa seseorang daripada tulisan ilmiah yang cenderung rumit dan tidak mudah dipahami oleh semua orang, hanya dapat dimengerti oleh kalangan tertentu saja. Oleh karena itu sebuah novel memiliki arti penting lebih dari sekadar sebagai alat untuk menghibur saja, tetapi juga sebagai sarana untuk sosialisasi, promosi, atau untuk kepentingan kampanye sebuah program.

Detik Terakhir (selanjutnya disingkat DT) merupakan sebuah novel karya Alberthiene Endah, yang terbit pertama kali tahun 2004. Novel ini memenangkan penghargaan pertama adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja. Semula novel ini diterbitkan dengan judul Jangan Beri Aku Narkoba. Juni 2006 novel ini dicetak ulang dengan judul Detik Terakhir.

Kisah dalam novel Alberthiene ini dimulai dengan pertemuan seorang wartawan dengan seorang pecandu narkoba. Dari sana, kisah masuk ke awal bab yang mengisahkan awal kegamangan tokoh utama yang mengalami broken home. Tokoh utama yang seorang remaja perempuan itu bahkan mengalami disorientasi dari perilaku seksualnya.

Alberthiene Endah yang merupakan seorang mantan wartawan dan redaktur majalah wanita terkemuka, melalui novelnya mencoba menyajikan sebuah realitas kehidupan di kota metropolitan yang sarat dengan berbagai konflik dan masalah Alberthiene Endah yang merupakan seorang mantan wartawan dan redaktur majalah wanita terkemuka, melalui novelnya mencoba menyajikan sebuah realitas kehidupan di kota metropolitan yang sarat dengan berbagai konflik dan masalah

Novel ini berkisah tentang kejiwaan seorang pecandu, di tengah situasi dan lingkungan yang tidak kondusif untuk membantu penyembuhannya, dengan latar

belakang keluarga jetset 1 . Kehidupan metropolitan yang bebas, dan individual dapat dilihat dalam novel dengan tebal 241 halaman ini. Novel ini mengisahkan

secara real situasi yang bisa saja terjadi di lingkungan masyarakat saat ini. Novel DT merupakan sebuah novel yang penuh dengan problem-problem sosial, seperti disorganisasi keluarga, yang dalam novel ini terjadi akibat tidak berjalannya fungsi-fungsi anggota keluarga sebagaimana mestinya, misalnya sang ayah yang selalu melakukan kekerasan terhadap istrinya dan ibu yang suka belanja dan berfoya-foya. Lebih yang lebih parah lagi mereka berdua berselingkuh dengan tidak memerdulikan perasaan dan keadaan sang anak yang mengetahui perselingkuhan mereka. Selain itu kesibukan dan keegoisan orangtua yang lebih sering mementingkan pekerjaan dan kesenangan mereka masing-masing tanpa mengerti kepentingan dan kebutuhan anak-anak mereka yang sebenarnya, bisa menyebabkan terhambatnya komunikasi antaranggota keluarga hingga

1 Jetset dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kelompok orang yang sangat kaya dengan kebiasaan hidup bersenang-senang dan bermewah-mewahan (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim

Penyusun Pusat Bahasa, 2005: 473) Penyusun Pusat Bahasa, 2005: 473)

Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, seperti perselingkuhan, kenakalan remaja yang dihadirkan melalui tindakan negatif seperti merokok, menonton film porno, membolos, dan yang lebih parah mengonsumsi narkoba, seks bebas, dan adanya disorientasi seksual. Problem-problem tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga terjadi hubungan sebab akibat, di mana problem sosial yang satu mengakibatkan problem yang lain.

Melalui konflik-konflik yang terjadi pada tokoh-tokoh dalam novelnya ini, Alberthiene mencoba membuka hati dan pikiran pembacanya, bahwa setiap permasalahan yang terjadi pasti memiliki penyebab, hal itu yang harus dicari dan diselesaikan dari pada hanya menyalahkan orang lain, dan menyelesaikan masalah tersebut sebatas selesai, tanpa dicari penyebab yang jelas mengenai masalah tersebut. Dalam novel ini misalnya, pengobatan detoksifikasi atau panti rehabilitasi saja tak akan menyembuhkan kecanduan narkoba, karena yang paling penting adalah alasan si pemakai mengkonsumsi narkoba, dan permasalahan itu yang harus lebih dulu diselesaikan.

Perlu juga diperhatikan, bahwa masalah narkoba bukan hanya masalah orang perorang atau keluarga saja. Dukungan dan peran serta masyarakat juga berperan dalam mengatasi masalah ini, dalam proses penyembuhan maupun dalam rangka memerangi narkoba agar tidak menyebar lebih luas di masyarakat.

Seperti diketahui bahwa narkoba dapat mengancam semua orang tanpa pandang bulu. Tidak peduli tua muda, miskin kaya, pria wanita, bahkan anak-anak sekalipun tak luput dari serangan narkoba. Tanpa perlawanan dari semua pihak Seperti diketahui bahwa narkoba dapat mengancam semua orang tanpa pandang bulu. Tidak peduli tua muda, miskin kaya, pria wanita, bahkan anak-anak sekalipun tak luput dari serangan narkoba. Tanpa perlawanan dari semua pihak

Meskipun undang-undang tentang narkoba sudah dibuat yaitu UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika

( 2 http://www.tarumanagara.ac.id ) , tidak juga membuat jera para bandar narkoba. Perlu diketahui bahwa sebenarnya pecandu narkoba adalah korban dari para

bandar yang haus materi. Selayaknya mereka diperlakukan seperti korban pada umumnya, bukan seperti tersangka atau penjahat, hal ini juga akan membantu dalam gerakan memerangi narkoba. Narkoba tidak akan pernah hilang begitu saja dari peredarannya, selama masyarakat hanya mengandalkan pemerintah untuk mengatasi masalah ini, maka narkoba tidak akan pernah berhenti menghantui kehidupan masa depan bangsa.

Hal-hal lain yang juga ingin disampaikan pengarang melalui karyanya ini adalah, pentingnya menjaga komunikasi antar anggota keluarga. Peran orang tua merupakan bagian penting dalam pembentukan kejiwaan anak-anak mereka, sehingga secara tidak langsung akan memberikan dampak bagi masa depan anak- anak mereka. Melalui tokoh Arimbi, pengarang ingin memperlihatkan bahwa keegoisan orang tua yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri telah menghancurkan kehidupan anaknya, karena tak ada perhatian yang cukup dari orang tua untuk anak mereka yang menginjak remaja, di mana pada fase itu seorang anak sedang mencari jati dirinya, sehingga tanpa adanya pengarahan dan bimbingan yang benar, maka jalan yang ditempuh sang anak akan melenceng. Hal

2 Diunduh pada tanggal 20 Januari 2009 2 Diunduh pada tanggal 20 Januari 2009

Hal-hal semacam ini perlu dikaji secara lebih mendalam, agar makna yang sebenarnya terkandung dalam novel dapat lebih terlihat, dan tidak dipahani secara dangkal oleh para pembaca. Permasalahan yang terjadi dalam novel DT, juga sering melanda masyarakat Indonesia. Problem tentang narkoba, pornografi, seks bebas, perselingkuhan, masalah dalam keluarga, dan problem-problem lain yang ada di dalam novel, tengah menjadi permasalahan yang serius bagi masyarakat. Seringkali yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan cara-cara yang ekstrim, bukan dengan pendekatan yang lebih halus. Hal tersebut terjadi karena kurang pahamnya masyarakat, tentang bagaimana mengatasi problem-problem tersebut. Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut maka penelitian ini diberi judul Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra).

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar masalah yang dikaji tidak terlalu luas, sehingga penelitian dapat lebih terfokus pada masalah yang telah ditentukan. Penelitian ini dibatasi pada (1) Unsur intrinsik novel DT karya Alberthiene Endah yang dibatasi pada alur, tokoh, dan latar. (2) Problem-problem sosial yang berupa disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual yang terdapat dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

C. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ada perlu dirumuskan agar menjadi lebih jelas, terinci dan terarah. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, dan latar dalam novel DT karya Alberthiene Endah ?

2. Bagaimanakah gambaran disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual dalam novel DT karya Alberthiene Endah ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan mengenai unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, dan latar dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

2. Menggambarkan disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma- norma masyarakat, dan disorientasi seksual dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian novel DT berupa manfaat teortis dan manfaat paktis.

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang bersifat keilmuan, seperti aspek pemahaman dan penghayatan terhadap novel ini.

Di samping itu dapat menambah wawasan penelitian terhadap novel khususnya penelitian dengan pendekatan sosiologi sastra.

2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan-permasalahan yang ada dalam novel DT, sehingga bisa menjadi contoh dan perenungan, dalam mengatasi problem kehidupan, yang dalam novel ini berkutat seputar permasalahan narkoba, kenakalan remaja, serta menyikapi ketidak harmonisan dalam keluarga.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, berisi uaraian tentang latar belakang penelitian,

pembatasan masalah yang bertujuan agar masalah yang dikaji tidak terlalu luas, sehingga penelitian dapat lebih terfokus pada masalah yang telah ditentukan, rumusan masalah yang bertujuan agar permasalahan menjadi lebih jelas, terinci dan terarah, tujuan penelitian untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian yang berupa manfaat teoritis dan praktis, dan Sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisi tentang uraian landasan teori. Teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra, yang difokuskan pada teori sosiologi sastra Rene Wellek dan Austin Warren, yang berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Bab III Metode dan Teknik Penelitian, berisi metode, pendekatan, objek, sumber data, data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data dimulai dengan Reduksi data, yang dilanjutkan dengan Pengkajian data, lalu Penarikan kesimpulan ragam induktif.

Bab IV Analisis Data, berisi analisis data yang berupa unsur-unsur intrinsik, problem-problem masyarakat seperti, disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan adanya disorientasi seksual, yang terkandung dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran. Daftar pustaka, yang berisi judul dan keterangan (nama pengarang, tahun

terbit, percetakan dan kota tempat buku tersebut diterbitkan) buku-buku, artikel- artikel, serta referensi-referensi lain yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses penelitian ini.

Lampiran data yang berisi sinopsis, dan artikel-artikel yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Pada bab dua yaitu kajian pustaka dan kerangka pikir, berisi tentang landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi pengertian novel, unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, dan latar, pendekatan sosiologi sastra, dan kerangka pikir.

A. Pengertian Novel

Karya sastra terdiri dari beberapa jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa sendiri sangat beragam. Berdasarkan panjang pendek cerita, prosa dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah cerpen, roman, cerbung, novel, dan novellet.

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, serta tidak dibatasi keterbatasan struktural

dan metrikal sandiwara atau sajak. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang

berarti

"sebuah

kisah, sepotong

berita".( http://id.wikipedia.org/wiki/Novel ) 3

Novel mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya, jalan cerita yang runtut, serta permasalahan yang lebih kompleks. Selain itu novel juga lebih digemari dari jenis sastra yang lain. Menurut Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling

3 Diunduh pada tanggal 23 April 2009 3 Diunduh pada tanggal 23 April 2009

Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, dapat dikatakan bahwa novel berasal atau bersumber dari berbagai macam peristiwa dan kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari pada umumnya serta kehidupan pengarang pada khususnya, sehingga novel menjadi menarik untuk diteliti, terutama penelitian dengan menggunakan teori atau pendekatan sosiologi sastra. Karena pendekatan sosiologi sastra menekankan aspek kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra, baik dari segi pengarang, karya sastra, atau pembaca.

B. Unsur-Unsur Intrinsik

Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur yang membangun karya tersebut. Unsur yang membangun karya sastra itu secara garis besar dibagi atas dua bagian yaitu unsur intrinsik (struktur dalam), dan Unsur ekstrinsik (struktur luar).

4 Dalam artikel yang ditulis Arianto Sam pada blognya http://sobatbaru.blogspot.com yang diunduh pada tanggal 23 April 2009

Unsur intrinsik adalah segala sesuatu yang membentuk dan membangun sebuah karya sastra dari dalam karya itu sendiri. intrinsik merupakan telaah yang kajiannya berdasarkan pada karya sastra itu sendiri, seperti tema, tokoh, gaya bahasa, pesan, sudut pandang, dan struktur naratif. Wellek membedakan unsur pembentuk novel menjadi tiga yaitu alur, tokoh, dan latar. Masing-masing unsur menentukan unsur lainnya. (Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990: 283)

1. Alur

Alur merupakan bagian penting dari karya sastra. Tanpa alur yang jelas, susunan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya menjadi kacau, sehingga cerita jadi membingungkan atau tidak menarik karena ketidakjelasan pengaturan alur.

Pengaturan alur bisa disebut juga pengaluran. Pengaluran adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita. Cerita diawali dengan peristiwa tertentu dan berakhir dengan peristiwa tertentu lainnya tanpa terikat pada urutan waktu. (Panuti Sudjiman, 1988:31). Peristiwa dalam sebuah alur dapat tersusun menurut urutan waktu terjadinya (temporal) dan dapat juga tersusun dengan memperhatikan hubungan kausalnya (sebab- akibat).

Alur terbentuk atas sejumlah struktur naratif yang kecil (episode atau kejadian), struktur sastra yang lebih besar dan lebih luas cakupannya (tragedi, epik, novel), secara historis berkembang dari bentuk-bentuk awal yang lebih sederhana (Wellek, Rene dan Austin Waren, 1990: 285).

Secara umum struktur alur dibagi menjadi tiga yaitu, bagian awal yang berisi paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian kedua berisi tikaian, rumitan, dan klimaks. Bagian ketiga dan yang terakhir berisi leraian, dan Secara umum struktur alur dibagi menjadi tiga yaitu, bagian awal yang berisi paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian kedua berisi tikaian, rumitan, dan klimaks. Bagian ketiga dan yang terakhir berisi leraian, dan

Dari teknis pengalurannya, alur dapat dibedakan atas:

a. Alur maju (konvensional, progresif) yaitu teknik pengaluran di mana jalannya peristiwa dimulai dari melukiskan keadaan sampai penyelesaian.

b. Alur mundur (flas back, sorot balik, atau regresif) yaitu teknik pengaluran yang menempatkan peristiwa yang dimulai dari penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai menggambarkan keadaan.

c. Alur tarik balik (back tracking) yaitu teknik pengaluran di mana jalan ceritanya tetap maju namun pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik kebelakang (Mursal Esten, 1978: 26). Novel DT menggunakan alur maju. Peristiwa dimulai oleh pertemuan

seorang wartawati dengan seorang pecandu narkoba, atas permintaan seorang pengedar yang tengah dipenjara. Pada bab berikutnya, cerita masuk ke kehidupan masa kecil, tokoh utama yaitu Arimbi. Kehidupan masa lalu Arimbi dikisahkan atau diceritakan oleh Arimbi kepada tokoh wartawati.

2. Tokoh

Tokoh sangat penting dalam sebuah karya sastra. Setiap cerita fiksi (novel) pasti memiliki tokoh untuk menjalankan peristiwa dalam cerita tersebut. Tokoh cerita menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam tindakan dan ucapan-ucapan. Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Meskipun hanya rekaan atau imajinasi pengarang, masalah tokoh dan penokohan merupakan bagian penting dalam membangun sebuah cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2000: 165).

Melalui penokohan, pembaca dapat lebih memahami isi karya sastra tersebut, sehingga makna atau pesan yang ingin disampaikan pengarang lebih mudah untuk diterima atau ditangkap oleh pembaca, karena melalui sifat, nama, tingkah laku, fisik, atau kondisi jiwa tokoh, pengarang memasukkan ide atau keinginannya serta pandangan-pandangannya terhadap sebuah permasalahan atau peristiwa.

Karena tokoh-tokoh dalam karya fiksi merupakan tokoh-tokoh buatan atau rekaan pengarang, maka perlu diberikan gambaran ciri-ciri tokoh tersebut baik ciri fisik, sosial, maupun ciri psikologis. Gambaran ciri-ciri ini disebut perwatakan. Ada tiga dimensi perwatakan yang dimiliki tokoh, yaitu:

a. Dimensi Fisiologis, adalah ciri-ciri badan tokoh. Misalnya usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri muka, dan ciri badan yang lain.

b. Dimensi Sosiologis, ialah ciri-ciri kehidupan tokoh dalam masyarakat. Misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, tingkat pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, kepercayaan ideologi, aktifitas sosial, hobi, keturunan.

c. Dimensi Psikologis, ialah latar belakang kejiwaan tokoh. Misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, perilaku, tingkat keahlian tertentu (Soediro Satoto, 1998: 4). Penokohan merupakan unsur penting dalam suatu karya sastra. Melalui

penokohan atau perwatakan, pembaca dapat lebih memahami isi karya sastra tersebut, sehingga makna atau pesan yang ingin disampaikan pengarang lebih mudah untuk diterima atau ditangkap oleh pembaca, karena seorang tokoh diciptakan oleh pengarang dengan membawa ide atau maksud pengarang, melalui sifatnya, namanya, tingkah lakunya, fisiknya, maupun kondisi kejiwaannya.

3. Latar

Latar melengkapi kedua unsur karya sastra yang telah diuraikan lebih dahulu, yaitu alur dan tokoh. Latar adalah tempat atau waktu terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah cerita.

Latar memberi pijakan cerita secara konkert dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitas kepada para pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.

Latar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) seperti adanya. Selain itu ada juga latar yang berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh, latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual Latar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) seperti adanya. Selain itu ada juga latar yang berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh, latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual

Penggambaran latar atau pelataran dapat dilakukan dengan penggambaran latar fisik yaitu penggambaran latar yang bisa diketahui secara langsung dengan membaca suatu cerita, misal latar kota jakarta, bisa diketahui karena memang disebutkan secara jelas dalam cerita tersebut.

Yang kedua latar spiritual adalah latar fisik yang menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu (Panuti Sudjiman, 1988: 45), misal dalam sebuah cerita dilukiskan suasana yang menyerupai suasana pedesaan, tapi tidak dijelaskan atau diceritakan dimana lokasi pastinya, dengan informasi- informasi yang terdapat dalam cerita tersebut bisa diketahui, lokasi yang dimaksud pengarang.

Unsur latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

a. Latar Tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Deskripsi tempat secara teliti dan realiatis ini penting untuk membawa pembaca seolah-olah segala hal yang diceritakan sungguh terjadi yaitu tempat dan waktu seperti yang diceritakan itu.

b. Latar Waktu, menyaran pada kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Pengangkatan unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat fungsional sehingga tidak dapat diganti dengan waktu yang lain.

c. Latar Sosial, menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya (Burhan Nurgiyantoro 2000: 227-234). Terkadang latar menjadi faktor yang penting dalam sebuah cerita fiksi,

karena tema yang diangkat berhubungan dengan situasi atau sifat suatu daerah tertentu, atau berada pada suatu peristiwa tertentu. Misalnya latar tempat Dukuh Paruk dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Latar waktu juga menjadi penting dalam novel-novel yang mengangkat tema-tema perjuangan atau sejarah seperti dalam novel Pramudya Ananta Toer yang berjudul Larasati, sebuah novel yang bercerita tentang perjuangan bangsa Indonesia paska revolusi.

C. Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial. Sosiologi sastra merupakan interdisipliner sosiologi dan studi sastra. Objek telaahnya yang pokok bertumpu pada unsur ekstrinsik sebab unsur intrinsik hanya berfungsi pelengkap.

Pendekatan sosiologi sastra berdasarkan asumsi bahwa karya sastra (kesusastraan) merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis yaitu masyarakat yang melingkupi penulis, sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas dari masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra memandang sastra sebagai pencerminan kehidupan masyarakat dan bukan sebagai kenyataan- Pendekatan sosiologi sastra berdasarkan asumsi bahwa karya sastra (kesusastraan) merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis yaitu masyarakat yang melingkupi penulis, sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas dari masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra memandang sastra sebagai pencerminan kehidupan masyarakat dan bukan sebagai kenyataan-

Sosiologi sastra hendak mencari gambaran realitas pada waktu karya ditulis. Hanya saja, pencerminan realitas itu dapat secara jujur dan objektif, dan dapat juga mencerminkan kesan realitas subjektif. Dalam hal ini karya sastra akan memberikan realitas yang ideal dari tatanan hidup masyarakat dan bukan sesuatu yang sama sekali abstrak.

Grebstain mengungkapkan bahwa untuk memahami karya sastra selengkap- lengkapnya, seseorang tidak dapat begitu saja memisahkan karya sastra yang bersangkutan dari lingkungan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks yang seluas-luasnya (dalam Sapardi Djoko Damono 1979: 4).

Pengarang merupakan anggota masyarakat, sedangkan karya sastra tercipta dari akumulasi berbagai pengalaman dan pemikiran pengarangnya. Pengarang melihat dan merasakan segala sesuatu baik dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungan masyarakat, dari semua hal yang pernah dibaca atau dilihatnya. Itulah mengapa karya sastra sangat bersangkutan atau berkaitan erat dengan masyarakat.

Hubungan antara sastra dan masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra.

2. Isi karya sastra. Berkaitan dengan isi karya, tujuan serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

3. Sosiologi pembaca. Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan, dan perkembangan sosial. (Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990: 111).

Klasifikasi yang pertama ini berkaitan dengan teori sosiologi sastra yang mengacu pada pengarang sebagai objek kajian, bukan karya sastranya. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Sumber penelitian bisa berasal dari biografi pengarang, atau pun meluas hingga ke lingkungan tempat pengarang tinggal dan berasal.

Kedua, Pendekatan sosiologi sasra melalui isi karya sastra menempatkan karya sebagai objek kajian, dalam hal ini karya sastranya yang diteliti, dengan tidak melupakan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga bila menggunakan pendekatan ini peneliti tidak harus meneliti secara detail tentang pengarangnya, hanya secara umum dan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian saja.

Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial. Sebagai dokumen sosial, sastra dipakai untuk menguraikan iktisar sejarah sosial.

Setiap orang dapat meneliti berbagai “dunia” dalam sebuah karya sastra, dunia cinta dan perkawinan, dunia bisnis, dunia rohaniwan, dan dunia profesi. Tetapi penelitian semacam ini kurang bermanfaat jika memukul rata bahwa sastra adalah cerminan kehidupan, sebuah reproduksi atau sebuah dokumen sosial.

Melalui sebuah karya sastra dapat terlihat gambaran hidup suatu masyarakat tertentu atau golongan, kelompok, ataupun segala macam problema dalam kehidupan masayarakat, meskipun sastra tidak secara tepat mencerminkan atau menggambarkan peristiwa pada saat karya tersebut ditulis, tetapi tetap dalam karya sastra terdapat gambaran kehidupan lengkap dengan segala tatanan atau strukturnya.

Situasi sosial memang menentukan kemungkinan dinyatakannya nilai-nilai estetis, tapi tidak secara langsung menentukan nilai-nilai itu sendiri. Secara garis besar dapat dipelajari, bentuk-bentuk seni apa yang mungkin timbul pada suatu masyarakat, dan mana yang tidak mungkin timbul (Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990: 127).

Ketiga adalah sosiologi sastra dan masyarakat. Pendekatan bertumpu pada pandangan dan pendapat masyarakat atau pembaca terrhadap karya yang akan diteliti, meneliti bagaimana dampak atau pengaruh sebuah karya sastra terhadap suatu golongan masyarakat tertentu dan masyarakat masyarakat umum, atupun sebaliknya.

Masalah sastra dan masyarakat dapat diletakkan pada suatu hubungan yang lebih bersifat simbolik dan bermakna. Bisa digunakan istilah-istilah yang mengacu pada integrasi sistem budaya dan keterkaitan antara berbagai aktivitas manusia. Istilah-istilah tersebut misalnya keteraturan, keselarasan, koherensi, Masalah sastra dan masyarakat dapat diletakkan pada suatu hubungan yang lebih bersifat simbolik dan bermakna. Bisa digunakan istilah-istilah yang mengacu pada integrasi sistem budaya dan keterkaitan antara berbagai aktivitas manusia. Istilah-istilah tersebut misalnya keteraturan, keselarasan, koherensi,

Penulis menggunakan klasifikasi kedua dari ketiga klasifikasi tersebut. yaitu dengan pendekatan isi karya sastra. Melakukan penelitian terhadap isi, tujuan serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra, dan yang berkaitan dengan masalah sosial, dengan meneliti aspek-aspek sosiologis yang terdapat dalam karya sastra. Misal dengan meneliti segala macam problem masyarakat yang terdapat dalam novel ataupun dengan melihat gambaran hidup suatu masyarakat, golongan, atau kelompok tertentu.

Pendekatan sosiologi sastra khususnya klasifikasi kedua sangat sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Analisis dalam penelitian dilakukan terhadap permasalahan problem-problem masyarakat yang terdapat dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

D. Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir

Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah

Teori Sosiologi Sastra Analisis unsur intrinsik

meliputi:

1. Alur Analisis fakta estetik, berupa

2. Tokoh problem-problem sosial

3. Latar

1. Disharmonisasi keluarga

2. Pelanggaran terhadap

norma-norma masyarakat

3. Disorientasi seksual

Simpulan

Penjelasan dari kerangka pikir tersebut adalah, penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu membaca sumber data dalam penelitian ini yang berupa novel DT. Kemudian menganalisis unsur intrinsiknya yang berupa alur, tokoh, latar. Analisis unsur ini akan membantu dalam proses analisis sosiologi sastra. Setelah unsur intrinsik dianalisis, kemudian melakukan analisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra terhadap problem-problem yang terdapat dalam novel DT, berupa disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual. Langkah yang terakhir adalah penarikan simpulan, yang dilakukan setelah diketahui hasil dari analisis problem-probem sosial kemasyarakatan novel DT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian dalam bab tiga berisi metode penelitian, pendekatan, objek penelitian, sumber data, data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian novel DT karya Alberthiene Endah.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong, Lexy. J, 2001: 3). Data deskriptif yaitu data yang berupa kata-kata, gambar dan buku angka-angka (Moleong, Lexy. J, 2001: 6).

B. Pendekatan

Sebuah pendekatan harus sesuai dengan objek yang akan diteliti. Melihat dari objek penelitian yang berupa permasalahan sosial maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan (Sapardi Djoko Damono, 1979: 2). Yaitu penelitian karya sastra dengan menggunakan aspek-aspek kemasyarakatan yang terdapat dalam karya yang akan diteliti tersebut.

Dasar filosofis pendekatan sosiologi sastra adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: 1) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, 2) pengarang adalah anggota masyarakat, 3) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan 4) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. (Ratna, Nyoman Kutha, 2007: 60)

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material yang berupa novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah, dan objek formal yaitu unsur intrinsik dan problem-problem sosial yang terdapat dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data berupa novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada Juni 2006, cetakan kedua, dengan tebal 248 halaman. Serta menggunakan sumber data pelengkap artikel-artikel atau tulisan-tulisan yang membahas objek dan permasalahan dalam penelitian.

E. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kalimat yang mengungkapkan alur, tokoh, dan latar novel DT, problem-problem sosial yang Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kalimat yang mengungkapkan alur, tokoh, dan latar novel DT, problem-problem sosial yang

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan sumber-sumber tertulis. Teknik ini dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca dan mempelajari seluruh kalimat yang berkaitan dengan penelitian ini seperti pengungkapan alur, tokoh, dan latar pada novel DT karya Alberthiene Endah, problem-problem sosial yang berupa disharmonisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, dan disorientasi seksual yang terdapat dalam novel DT karya Alberthiene Endah.

G. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan dengan mencari data yang terdapat dalam novel DT karya Alberthiene Endah, kemudian data yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teori yang telah dipersiapkan. Pertama menganalisis unsur intrinsik dalam novel DT karya Alberthiene Endah, analisis ini bertujuan untuk membantu dalam proses analisis berikutnya yaitu analisis problem sosial dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dari hasil analisis tersebut.

H. Teknik Penarikan Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan teknik penarikan kesimpulan ragam induktif. Yaitu penarikan kesimpulan yang melihat permasalahan dari data-data yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum. Data-data yang bersifat khusus maksudnya adalah dengan menggunakan data yang telah dipilih dari sumber data khusus, yang dalam penelitian ini adalah novel DT karya Alberthiene Endah. Dalam prosesnya data tersebut kemudian diolah hingga memperoleh suatu kesimpulan yang bersifat umum.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab empat dalam penelitian ini menguraikan tentang analisis data. Pembahasan dalam bab empat ini meliputi pembahasan data yang berupa unsur- unsur intrinsik novel DT, analisis sosiologi sastra novel DT, serta pembahasan fungsi dari novel DT karya Alberthiene Endah.

A. Unsur Intrinsik Novel Detik Terakhir

Unsur intrinsik adalah segala sesuatu yang membentuk sebuah karya sastra dari dalam karya itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik novel DT karya Alberthiene Endah yang dibahas meliputi, alur, tokoh, dan latar.

1. Alur

Alur dalam novel DT adalah maju. Alur maju (konvensional, progresif) yaitu teknik pengaluran dengan jalan peristiwa yang dimulai dari melukiskan keadaan sampai penyelesaian. Alur cerita dalam novel DT dimulai dengan pemaparan, lalu masuk ke tikaian, hingga klimaks, dan kemudian leraian. Namun pada beberapa bagian alur ditarik ke belakang melalui lamunan atau diceritakan oleh tokoh.

Secara garis besar peristiwa-peristiwa dalam novel ini adalah sebagai berikut, peristiwa pertemuan antara Arimbi dengan seorang wartawan di panti rehabilitasi, lalu peristiwa pertengkaran Ayah dan Ibu Arimbi yang berujung pada tindak kekerasan terhadap Ibu Arimbi. Peristiwa yang paling panjang dalam novel ini adalah peristiwa pemberontakan Arimbi untuk dapat lepas dari kedua orangtuanya, dan menjalani hidup yang diinginkannya, dalam Secara garis besar peristiwa-peristiwa dalam novel ini adalah sebagai berikut, peristiwa pertemuan antara Arimbi dengan seorang wartawan di panti rehabilitasi, lalu peristiwa pertengkaran Ayah dan Ibu Arimbi yang berujung pada tindak kekerasan terhadap Ibu Arimbi. Peristiwa yang paling panjang dalam novel ini adalah peristiwa pemberontakan Arimbi untuk dapat lepas dari kedua orangtuanya, dan menjalani hidup yang diinginkannya, dalam