ANALISIS HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 9 PONTIANAK Juliansyah , Tuti Kurniati dan Fitriani

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

ANALISIS HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL
DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
DI KELAS X SMA NEGERI 9 PONTIANAK
Juliansyah*, Tuti Kurniati dan Fitriani
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: juli7121@gmail.com
ABSTRAK
Karakteristik materi kimia yang sebagian besar konsepnya bersifat kompleks dan abstrak
menuntut siswa memiliki kemampuan berpikir yang lebih tinggi untuk mempelajarinya. Adanya
hubungan perkembangan kemampuan berpikir siswa dengan kemampuan mempelajari kimia
mengindikasi diperlukannya kemampuan berpikir formal dalam mempelajari kimia. Tujuan
penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan kemampuan berpikir formal siswa di kelas X SMA
Negeri 9 Pontianak, (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia di kelas
XD SMA Negeri 9 Pontianak, (3) mengetahui hubungan kemampuan berpikir formal dengan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia di kelas X SMA Negeri 9 Pontianak. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 7 siswa mampu menjawab benar soal tes
burney dan mencapai rentang nilai 17-24 yang termasuk dalam kriteria berpikir formal.
Penalaran formal siswa yang lebih banyak menjawab benar adalah pada penalaran korelasional
dan kombinatorial, (2) Sebanyak 10 siswa kelas XD SMA Negeri 9 Pontianak mendapatkan
nilai tes hasil belajar kimia ≥ 65, sedangkan 26 siswa mendapat nilai ketuntasan ≤ 65. Data yang
diperoleh terdapat korelasi positif antara kemampuan berpikir formal dan hasil belajar kimia
siswa kelas X SMA Negeri 9 Pontianak dengan koefisien korelasi sebesar 0,514 atau 51,4 %,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan berpikir
formal dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia.
Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Kemampuan Berpikir Formal, Pembelajaran Kimia
ABSTRACT
The complex and abstract characteristics of Chemical materials requires students to have higher
thinking skills to learn. Relationship of students' thinking skills and the ability to learn
chemistry indicates the need of formal thinking skills in learning chemistry. This study aimed at
describing the grade X students’ thinking skills and learning outcomes, and finding the
correlation of grade X students’ learning outcomes and their formal thinking skills. The results
of analysis revealed that as many as 7 students were able to correctly answer the burney test
questions and achieved value range of 17-24. This value was included in the criteria of formal
thinking. In addition, the preferred correct answers were the correlation a land combinatorial

reasoning. A total of 10 students of grade XD, SMA Negeri 9 Pontianak obtained test results of
chemistry achievement at ≥ 65, while 26 students scored completeness at ≤ 65. The data
obtained showed the positive correlation between formal thinking skills and learning outcomes
with correlation coefficient sof 0.514 or 51.4%. Hence, it can be concluded that there is a
positive relationship of formal thinking skills and students’ learning outcomes in learning
chemistry.
Keywords : Students’ learning outcomes, The ability of Formal thinking, Learning Chemistry

83

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

Kemampuan berpikir formal adalah
salah satu tahapan perkembangan
kognitif menurut Piaget yang terjadi pada
anak dan remaja dimulai dari umur 11

tahun hingga remaja. Kemampuan
berpikir formal adalah kemampuan
berpikir abstrak dan melihat sejumlah
kemungkinan yang terjadi saat ini
(Slavin, 2009: 52). Nawi (2012: 86)
menyatakan
bahwa
kemampuan
penalaran formal adalah kapasitas siswa
untuk melakukan operasi-operasi formal
yang meliputi penalaran proporsional,
pengontrolan variabel, probabilistik,
korelasional, dan kombinasional.
Berdasarkan wawancara
yang
dilakukan terhadap 6 siswa dengan
kemampuan akademis tinggi, sedang, dan
rendah pada tanggal 12 Januari 2015
menyatakan bahwa dalam mempelajari
kimia siswa mengalami kesulitan dan

kebosanan saat proses belajar mengajar
berlangsung yang disebabkan siswa
belum terlalu mampu untuk memahami
apa yang dipelajari. Selain itu, siswa juga
mengalami kesulitan saat menjawab soalsoal yang berbeda dengan contoh soal
yang telah dipahami sebelumnya. Hasil
wawancara juga dibuktikan dengan hasil
belajar siswa pada Tabel 1 yang
menunjukkan bahwa masih ada sebagian
siswa kelas X yang mengalami kesulitan
dalam mempelajari kimia. Hasil ulangan
harian siswa kelas X SMA Negeri 9
Pontianak tahun ajaran 2013/2014
diperlihatkan pada Tabel 1.

PENDAHULUAN
Ilmu Kimia merupakan bagian dari
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
diperoleh dari berbagai hasil eksperimen
dan penyelidikan di laboratorium (Chang,

2004: 4). Ilmu kimia, sebagai bagian ilmu
pengetahuan
alam,
mempelajari
komposisi dan struktur zat kimia, serta
hubungan keduanya dengan sifat zat
tersebut (Syukri, 1999: 1).
Belajar ilmu kimia sampai saat ini
memang masih dirasakan sulit bagi
siswa. Hal ini dikarenakan konsep yang
kompleks dan abstrak dalam ilmu kimia
menjadikan siswa beranggapan bahwa
mata pelajaran kimia
merupakan
pelajaran yang sulit. Tingginya tingkat
kesulitan dalam memahami kimia
menurut Winarti, 2001: (112) disebabkan
oleh karakteristik ilmu kimia yang antara
lain sebagian besar konsepnya bersifat
abstrak dan berurutan, serta berhubungan

dengan perhitungan. Selain itu, Arifin
(1995: 220) menyatakan kesulitan dalam
mempelajari kimia bersumber pada
kesulitan dalam memahami istilah,
kesulitan dalam memahami konsep, dan
kesulitan dengan angka.
Piaget
(dalam
Sund
dan
Trowbriage,
1973:42-49)
membagi
perkembangan kognitif anak dan remaja
menjadi 4 tahap, yaitu sensori motor (saat
lahir-2 tahun), praoperasi ( 2-7 tahun),
operasi konkret (7-11tahun), dan operasi
formal (11 tahun hingga dewasa).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perkembangan

kognitif
seseorang
merupakan
suatu
proses
yang
berkembang sesuai dengan bertambahnya
usia. Untuk mencapai tahap operasi
formal seorang anak tidak mungkin
melewati setiap tahapan sebelumnya.

84

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

Hal tersebut dilakukan agar hasil belajar

siswa tidak begitu mengecewakan.
Penelitian kemampuan berpikir
formal ini juga diperkuat dengan hasil
penelitian relevan di antaranya Erlina
(2011) yang mendeskripsikan atau
menyimpulkan bahwa sebanyak 26,7%
mahasiswa tahun pertama dan sebanyak
44,1% mahasiswa tahun kedua di
Universitas Tanjungpura telah mencapai
tahap kemampuan berpikir formal
sedangkan untuk sisanya masih dalam
tahap berpikir transisi dan konkrit.
Terdapat hubungan yang sangat lemah
dan positif antara kemampuan berpikir
siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pemahaman
konseptual
dengan
pemahaman algoritmik pada materi asam
dan basa.

Penelitian Unsyiah (2014) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kemampuan berpikir formal
dengan kemampuan menyelesaikan soal
kimia siswa kelas akselerasi SMA Negeri
Modal Bangsa Dinas Pendidikan Aceh.
Nilai rxy tersebut dikonfirmasi dengan r
tabel Product Moment taraf signifikan
5% (α = 0,05) sehingga diperoleh r tabel
sebesar 0,468.
Sabri,
M.A
(2007
:
91)
mengidentifikasi bahwa siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar
ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa
dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Untuk mencapai tujuan pendidikan

tersebut, Suyanti (2010: 182) menyatakan
bahwa menekankan proses belajar dapat
dilakukan bila anak didik telah memiliki
kesiapan berupa kemampuan untuk
menghubungkan konsep-konsep yang
akan dipelajari dengan konsep lama.
Kemampuan seperti ini berhubungan erat
dengan kemampuan penalaran formal.

Persentase ketuntasan siswa pada
Tabel 1 memperlihatkan bahwa hasil nilai
ulangan siswa pada dua kelas yaitu kelas
XB dan XD yang di dalamnya
menunjukkan nilai yang didapatkan siswa
pada 3 materi kimia yang berbeda yaitu
Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur
(SPU), dan Ikatan Kimia. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata
pelajaran kimia di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 9 Pontianak adalah

72. Berdasarkan data yang diperoleh
memperlihatkan
bahwa
persentase
ketuntasan siswa pada materi Ikatan
Kimia jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai persentase ketuntasan siswa
pada materi yang lainnya. Persentase
ketuntasan ulangan harian siswa pada
materi Ikatan Kimia yang menunjukkan
bahwa 91 jumlah siswa dari 2 kelas yaitu
kelas XB dan XD, sebanyak 76 siswa
tuntas dan sebanyak 15 orang tidak tuntas
pada materi Ikatan Kimia. Hasil
persentase ketuntasan ulangan harian
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa telah menguasai materi
Ikatan Kimia. Akan tetapi jika dikaitkan
dengan hasil wawancara guru kimia pada
tanggal 13 Januari 2015 menyatakan
cenderung memberikan soal ulangan
yang sudah dibahas oleh guru sehingga
sudah dipahami siswa saat proses belajar.
85

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Ormrod (2009: 54) menyatakan
bahwa pada kenyataannya banyak remaja
yang belum sepenuhnya mencapai
kemampuan dalam berpikir formal. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian deskripsi studi
korelasi kemampuan berpikir formal
siswa dan kesulitan belajar siswa dalam
memahami pelajaran kimia yang berjudul
“Analisis
Hubungan
Kemampuan
Berpikir Formal dengan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran Kimia di
Kelas X SMA Negeri 9 Pontianak”.

b.
c.
2.
a.
b.
c.

METODE DAN BENTUK
PENELITIAN
Bentuk penelitian ini adalah
penelitian
kuantitatif.
Data
yang
diperoleh dalam penelitian kuantitatif ini
adalah
hasil
dari
pengamatan,
wawancara, dan catatan lapangan, yang
disusun langsung oleh peneliti. Selain itu,
metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
studi korelasional.

d.

e.
f.

3.
a.
b.

SAMPEL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XD SMA Negeri 9 Pontianak
yang berjumlah 36 siswa. Pemilihan
kelas XD sebagai sampel penelitian
dilakukan dengan teknik purposive
sampling.

ISSN. 2503-4448

data nilai siswa, wawancara dengan
guru mata pelajaran kimia kelas X dan
6 siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang berbeda.
Menentukan subjek penelitian.
Menyiapkan instrumen penelitian tes
Burney (kemampuan berpikir formal)
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Memberikan tes kemampuan berpikir
formal
Mengoreksi tes hasil kemampuan
berpikir formal siswa.
Menganalisis
data
hasil
tes
kemampuan berpikir formal siswa.
Melakukan wawancara terhadap siswa
untuk mengetahui kesulitan yang
dihadapi siswa.
Menganalisis hasil wawancara
Menganalisis hasil belajar siswa
dengan hasil kemampuan berpikir
formal
Tahap Akhir
Menarik kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan
Menyusun laporan penelitian

TEKNIK
DAN
ALAT
PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengukuran digunakan pada
instrumen berupa tes burney untuk
mengetahui kemampuan berpikir formal
siswa dan tes hasil belajar untuk melihat
nilai hasil belajar siswa. Teknik
komunikasi langsung digunakan pada
instrumen berupa wawancara bebas
terpimpin. Teknik regresi sederhana
digunakan untuk mengetahui hubungan
hasil belajar dan kemampuan berpikir
formal.

PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian disusun dengan
tujuan agar langkah-langkah penelitian
lebih terarah pada permasalahan yang
dikemukakan. Adapun prosedur yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Melakukan pra riset di SMA Negeri 9
Pontianak antara lain pengumpulan
86

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

2. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk
pengumpul data dalam penelitian ini
adalah tes burney dengan jumlah item
soal sebanyak 24 soal untuk mengetahui
kemampuan berpikir siswa. Tes hasil
belajar dengan menggunakan ulangan
umum semester genap tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 40 soal dengan
KKM adalah 65 untuk mengetahui hasil
belajar
siswa.
Wawancara
bebas
terpimpin yang dilakukan terhadap 6
siswa dengan tingkat kemampuan
akademis berbeda untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa.

ISSN. 2503-4448

Tabel 3. Item Soal Berdasarkan Aspek
Penalaran Formal
Nomor Soal

Penalaran Formal

1, 2, 3, 6, 13,
Korelasional
14, 15, 16, 17
4, 5
Variabel
7, 8, 9, 18
Proporsional
10, 11, 12
Probabilistik
19, 20, 21, 22,
Kombinatorial
23, 24
sedangkan untuk KKM hasil belajar
siswa pada mata pelajaran kimia untuk
masing-masing sekolah berbeda. KKM
SMA Negeri 9 Pontianak adalah 65.
Untuk menjawab pertanyaan seberapa
besar
koefisien
korelasi
antara
kemampuan berpikir formal dengan tes
hasil belajar (ulangan umum), peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menghitung nilai kemampuan berpikir
formal dan nilai tes hasil belajar yaitu
ulangan umum kimia.
b. Uji normalitas distribusi dihitung
dengan
menggunakan
Statistical
Product And Service Solution (SPSS)
versi 16.0.
c. Menentukan Hipotesis
Ho : Data Terdistribusi Normal
Ha : Data Tidak Terdistribusi
Normal
d. Membandingkan harga rhitung dengan
rtabel dengan ketentuan diterima jika
rhitung < rtabel dan untuk harga r lainnya
Ho ditolak.
e. Selanjutnya untuk mengukur seberapa
besar harga koefisien korelasi antara
variabel Kemampuan Bepikir Formal
Dengan Hasil Belajar digunakan
bantuan program komputer Statistical

TEKNIK ANALISIS DATA
Soal tes burney yang diberikan
sebanyak 24 butir soal dengan alokasi
waktu pengerjaan adalah 50 menit. Tes
ini dikerjakan secara individu oleh subjek
penelitian yang sudah ditentukan.
Tabel 2. Kriteria Hasil Skor Tes
Berpikir Formal
Rentang Skor
Kriteria
17-24
Formal
11-16
Transisi
0-10
Konkrit
Selain itu, untuk siswa yang mencapai
tahap kemampuan berpikir formal akan
diidentifikasi
berdasarkan
aspek
penalaran formal. Aspek penalaran
formalnya adalah berdasarkan item soal
yang ada pada tes burney. Adapun aspek
penalaran formal yang dimaksud adalah
seperti pada Tabel 3.

87

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Product And Service Solution (SPSS)
versi 16.0. Pengujian korelasi antara
kemampuan berpikir formal dengan
hasil
belajar
siswa
dilakukan
berdasarkan taraf signifikasi 0,01 yaitu
.sig > 0,01 dan .sig < 0,01. Besarnya
interpretasi
mengenai
koefisien
korelasi dapat dilihat pada Tabel 4.

ISSN. 2503-4448

66,67% dan 5 siswa berada pada tahap
kemampuan berpikir konkret dengan
persentase 13,89%.
2. Tes Hasil Belajar
Tabel
6.
Persentase
Tingkat
Ketuntasan Tes Hasil Belajar (Ulangan
Umum) Siswa kelas XD SMA Negeri 9
Pontianak

Tabel 4. Interpretasi Nilai r
Interval
Koefisien
0,800-1,000
0,600-0,779
0,400-0,599
0,200-0,399
0,000-0,199

Interpretasi

Kelas

Sangat Kuat
Kuat
Sedang
Rendah
Sangat rendah

XD

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Adapun hasil dari penelitian yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel hasil
yang ada di bawah ini :
1. Kemampuan Berpikir Formal Siswa
Tabel 5. Hasil Skor Tes Berpikir
Formal siswa kelas XD SMA Negeri 9
Pontianak
Rentang
Skor

Banyak
siswa

Persentase

24 soal

17 – 24
11 – 16
0 – 10

7
24
5

19,44 %
66,67 %
13,89 %

36

Presentase
Tuntas
≥ 65
27,78 %

Tidak
Tuntas
≤ 65
72,22 %

Hasil tes hasil belajar 36 siswa
kelas XD yang diambil dari nilai ulangan
umum kimia pada Tabel 6 menunjukkan
bahwa sebanyak 10 siswa tuntas dengan
persentase 27,78% dan sebanyak 26
siswa tidak tuntas dengan persentase
72,22%. KKM untuk ulangan umum
adalah 65.
B. Uji Hipotesis
Tabel 7. Uji Hipotesis Kemampuan
Berpikir Formal dengan Tes Hasil
Belajar

Sumber : Sugiyono (2010 : 257)

Jumlah
soal

Jumlah
Siswa

Nomor
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hasil tes kemampuan berpikir
formal 36 siswa kelas XD pada Tabel 5
menunjukkan bahwa sebanyak 7 siswa
telah mencapai tahap kemampuan
berpikir formal yaitu dengan persentase
19,44%. Sedangkan untuk 24 siswa
lainnya berada pada tahap kemampuan
berpikir transisi dengan persentase
88

KBF
Siswa (X)
18
16
18
16
16
14
13
10
14
18
11
16

THB Siswa
(Y)
63.0
50.0
56.0
45.0
53.0
63.0
55.0
48.0
60.0
65.0
53.0
56.0

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

13
17
2
15
13
12
20
16
17
16
15
12
13
10
14
16
11
15
9
17
14
9
11
15

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

60.0
68.0
53.0
58.0
68.0
58.0
98.0
63.0
58.0
56.0
60.0
55.0
48.0
43.0
70.0
68.0
58.0
68.0
50.0
80.0
68.0
55.0
43.0
70.0

Tabel
8.
Hipotesis
Korelasi
Kemampuan Berpikir Formal
dengan Tes Hasil Belajar

KBF

KBF

Pearson
Correlation

THB

1

.514**

Sig. (2-tailed)

THB

THB

36

Pearson
Correlation

.514** 1

36

1

.514**
.001

N

36

Pearson
Correlation

.514** 1

N

36

36

36

**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
Nilai r = 0,514** dan nilai sig. (2tailed) = 0,001, nilai sig. < 0,01
membuktikan bahwa Ha diterima dan Ho
ditolak, maka dapat disimpulkan antara
kemampuan berpikir formal dengan hasil
belajar siswa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan.
C. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
hari Jum’at, 10 Juli 2015 di kelas XD
SMA Negeri 9 Pontianak dengan jumlah
siswa yang mengikuti tes kemampuan
berpikir formal sebanyak 36 orang siswa.
Ardhana (dalam Erlina, 2011 : 634) untuk
mengukur kemampuan berpikir formal
siswa pada penelitian ini digunakan tes
Burney yang sebelumnya dikembangkan
oleh Ball dan Sayre (1962).
Berdasarkan
hasil
analisis
keseluruhan tes Burney yang telah
dilakukan, diperoleh persentase skor tes
berpikir formal siswa yang disajikan pada
Tabel
5. Berdasarkan Tabel
5
memperlihatkan bahwa sebagian besar

36

Sig. (2-tailed) .001
N

THB

Sig. (2-tailed) .001

.001

N

Pearson
Correlation

KBF

Sig. (2-tailed)

Tabel
8.
Hipotesis
Korelasi
Kemampuan Berpikir Formal
dengan Tes Hasil Belajar
KBF

ISSN. 2503-4448

36

89

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

adalah soal nomor 2, 4, 10, 12, 15, 16,
20, 21, dan 24. Sebanyak 3 dari 7 siswa
menjawab
benar
pada
penalaran
korelasional dan 3 dari 7 siswa menjawab
benar pada penalaran kombinatorial,
sehingga data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa siswa lebih menonjol
pada
penalaran
korelasional
dan
kombinatorial. Hal ini dibuktikan dengan
besarnya
nilai
ketuntasan
yang
didapatkan siswa dalam penalaran
korelasional
dan
kombinatorial
dibandingkan penalaran yang lainnya
setelah melakuan tes burney.
Tes hasil belajar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nilai ulangan
umum kimia yang dilakukan pada tanggal
18 Juni 2015 di SMA Negeri 9 Pontianak
dan diawasi langsung oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Soal
ulangan umum diberikan kepada kelas
sampel yaitu kelas XD sebanyak 36
lembar soal ulangan sesuai dengan
jumlah siswa yang ada di kelas XD yaitu
36 siswa. Data nilai kimia yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari nilai ulangan umum kimia materi
kelas X terutama kelas XD SMA Negeri
9 Pontianak. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut seberapa besar
kemampuan berpikir siswa kelas X dalam
memahami materi kelas X yang telah
dipelajari. Adapun soal ulangan umum
mata pelajaran kimia kelas X dilakukan
pada semester genap Tahun Ajaran
2014/2015.
Hasil analisis tes hasil belajar
(Ulangan Umum) yang telah dilakukan,
diperoleh persentase tingkat ketuntasan
tes hasil belajar siswa yang disajikan
pada Tabel 6 Berdasarkan Tabel 6
menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa kelas X SMA Negeri 9 belum

siswa kelas XD SMA Negeri 9 Pontianak
belum mencapai rentang nilai tes
kemampuan berpikir formal yang
seharusnya dicapai yaitu 17-24. Jika
disesuaikan dengan teori perkembangan
kognitif
Piaget,
rentang
tersebut
merupakan tahap kemampuan berpikir
formal. Hal ini juga menunjukkan bahwa
adanya ketidaksesuaian antara usia
dengan
kemampuan
perkembangan
berpikir siswa. Berdasarkan teori Piaget
dikatakan bahwa anak seharusnya pada
usia 11-15 tahun sudah mencapai tahap
operasi formal, artinya untuk tingkat
siswa kelas X SMA yang usianya 11-16
tahun seharusnya telah mencapai tingkat
berpikir formal.
Hasil pengamatan yang dilakukan
pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2015,
terlihat
bahwa
dalam
proses
pembelajaran siswa masih cenderung
menghapal daripada memahami konsep.
Apabila
hanya
menghapal
yang
dilakukan siswa, maka akan membawa
dampak kurang baik bagi kemampuan
daya nalar siswa. Jika hal tersebut
berlangsung terus menerus maka
kemungkinan besar dapat menyebabkan
struktur kognitif siswa tidak banyak
berkembang
sehingga
berdampak
terhadap kemampuan berpikir siswa.
Hasil analisis aspek penalaran
formal pada 7 siswa yang mencapai tahap
kemampuan berpikir formal yang didapat
dari tes kemampuan berpikir formal
siswa atau tes burney mengindikasikan
bahwa kebanyakan siswa lebih menonjol
pada aspek penalaran korelasional dan
kombinatorial. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang menjawab benar
pada item soal yang mewakili kedua
aspek penalaran tersebut. Adapun item
soal yang siswa menjawab benar semua
90

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

menggunakan Statistical Product And
Service Solution (SPSS) versi 16.0.
Sebelum menghitung koefisien
korelasi, dilakukan uji normalitas
distribusi yang dihitung dengan SPSS
16.0 menggunakan pendekatan uji
normalitas
Kolmogorov-Smirnov
pendekatan Lilliefors. Hal ini dilakukan
untuk memastikan data telah terdistribusi
normal, dimana data yang didapat
berbentuk rasio. Hasil pengolahan data
KBF dan THB tersebut menunjukkan
bahwa data terdistribusi normal. Hal ini
ditunjukkan dengan sig. ≥ 0,05 yaitu
0,200, sedangkan hasil pengolahan data
THB juga menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal dengan sig. ≥ 0,05
yaitu 0,200. Hal ini juga menunjukkan
bahwa dengan nilai sig. yang lebih besar
daripada 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data KBF dan THB tidak berbeda
secara signifikan. Berdasarkan uji data
KBF dan THB yang menghasilkan data
normal maka untuk mengetahui koefisien
korelasi kemampuan berpikir formal
dengan hasil belajar kimia digunakan
dengan perhitungan korelasi pearson
product moment.
Pengolahan data koefisien korelasi
variabel Kemampuan Berpikir Formal
dengan hasil belajar kimia siswa diolah
dengan menggunakan Statistical Product
And Service Solution (SPSS) versi 16.0.
Hasil
perhitungan
penelitian
ini
menunjukkan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,514. Uji signifikasi (2-tailed)
yang diperoleh yaitu sig. sebesar 0,001.
Nilai ini lebih kecil dari α = 0,01 dan
nilai r yang diperoleh signifikan. Nilai r
yang diperoleh yaitu sebesar 0,514 yang
mengindikasi bahwa KBF berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar siswa
yaitu sebesar 51,4%. Keeratan hubungan

terlalu menguasai materi kimia pada
kelas X dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan
tingginya
persentase
ketidaktuntasan pada ulangan kimia yang
diberikan oleh guru. Dalam analisis hasil
nilai ulangan umum kimia sebanyak 10
siswa tuntas yaitu mencapai 27,78 % dan
sebanyak 26 siswa tidak tuntas yaitu
mencapai 72,22 %. Besarnya nilai
ketidaktuntasan siswa yang mencapai
72,22 % tersebut menunjukkan bahwa
penguasaan materi siswa terhadap materi
kimia masih terbilang rendah.
Kemampuan keseluruhan siswa
kelas XD dalam menyelesaikan soal-soal
penalaran materi kimia kelas X semester
genap dapat dilihat dari hasil jawaban
siswa. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan 6 orang siswa yang
memiliki tingkat akademik tinggi,
sedang, dan rendah. Siswa cenderung
mengatakan kesulitan dalam menjawab
soal yang berbentuk penalaran dan
perhitungan. Hal ini juga dibuktikan
dengan wawancara guru mata pelajaran
kimia yang mengatakan bahwa memang
ada sebagian siswa yang masih
kebingungan dengan materi kimia yang
bersifat konsep dan hal tersebut
menyebabkan nilai siswa tidak mencapai
KKM.
Hubungan antara kemampuan
berpikir formal dengan hasil belajar dapat
diketahui dengan melakukan uji statistik
dengan membuat Ho dan Ha. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah hipotesis nol
(Ho) yang diajukan ditolak atau diterima
pada taraf kepercayaan tertentu. Uji
hipotesis yang akan dilakukan adalah
analisis korelasi sederhana berupa
koefisien korelasi yang dihitung dengan

91

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

antara kemampuan berpikir formal dan
tes hasil belajar kimia dikategorikan
sedang dengan rentang interval koefisien
antara 0,400-0,599. Sehingga dengan
interpretasi data yang diperoleh tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara
kemampuan berpikir formal dengan hasil
belajar kimia siswa. Selain itu,
berdasarkan analisis korelasi di atas dapat
disimpulkan Ha (hipotesis penelitian)
diterima, dan Ho (hipotesis nol) ditolak
atau dengan kata lain dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi kemampuan
berpikir formal siswa maka semakin
tinggi pula hasil belajar kimia siswa.
Adapun kesimpulan semakin tinggi
kemampuan berpikir formal siswa maka
semakin tinggi pula hasil belajar kimia
siswa ditunjukkan pada grafik hubungan
yang ada di bawah ini :

yang telah dilakukan oleh Sadia (2007),
bahwa model PBL (Problem Based
Learning) atau model LC (Learning
Cycle)
sangat
disarankan
untuk
digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran kimia sebagai solusi untuk
meningkatkan
kemampuan
berpikir
formal siswa. Model PBL (Problem
Based Learning) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berpikir
kritis, serta keterampilan peseta didik
dalam memecahkan permasalahan, dan
memperoleh pengetahuan, sedangkan LC
(Learning Cycle) atau Siklus Belajar (SB)
adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered).

Beberapa
faktor
dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir
siswa di usia remaja atau usia sekolah
menengah atas. Adapun faktor yang
dimaksudkan adalah faktor internal
seperti inteligensi juga berhubungan
dengan proses perkembangan kognitif
pada siswa. Sesuai dengan penelitian

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
1. 7 siswa mampu menjawab benar soal
tes burney dan mencapai rentang nilai
17-24 yang termasuk dalam kriteria
92

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Hudoyo, H. (1988). Pengembangan
Kurikulum dan Pelaksanaannya
di Depan Kelas. Surabaya: Usaha
Nasional.

berpikir formal, sedangkan 29 siswa
masih menjawab antara 0-16. Aspek
penalaran formal yang lebih banyak
siswa menjawab benar adalah aspek
penalaran
kombinatorial
dan
korelasional.
2. 10 siswa kelas XD SMA Negeri 9
Pontianak mendapatkan nilai tes hasil
belajar kimia ≥ 65, sedangkan 26
siswa mendapat nilai ketuntasan ≤ 65.
Besarnya nilai ketidaktuntasan siswa
yaitu mencapai 72,22% .
3. Terdapat korelasi positif antara
kemampuan berpikir formal dan hasil
belajar kimia siswa kelas XD SMA
Negeri 9 Pontianak dengan nilai
signifikan koefisien korelasi 0,001 <
0,01 dan nilai r sebesar 0,514 atau
51,4% dengan kategori sedang.

Lawshe, C.H. (1975). A Quantitative
Approach to Content Validity.
Personnel Psychology Journal.
Vol. 28: 563–575.
Muchith, M. S. (2007).Pembelajaran
Kontekstual. Semarang: Rasail
Media Group.
Ormrod,
J.E.
(2009).
Psikologi
Pendidikan Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang. Jakarta
: Erlangga.
Pendley, B.D., Bretz, R.L dan Novax,
J.D. (1994). Concept Maps As a
Tool To Assess Learning in
Chemistry. Journal Of Chemical
Education, 71(1):9-15.

DAFTAR PUSTAKA
Bruner. (1966). Toward a Theory of
Instruction. Cambridge : Harvard
University.10-11.
Dahar,

ISSN. 2503-4448

Purwanto, (2011). Evaluasi Belajar.
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Purwoko, A. (2012). Meningkatkan
Kemampuan Intelektual Pada
Siswa
SMA
Melalui
Pembelajaran Model Learning
Cycle 3-Tahap. Jurnal Of
Chemistry. ISBN : 978-979-028550-7.

R.W. (1996). Pengelolaan
Pengajaran
Kimia.
Jakarta:
Depdikbud.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsepkonsep Inti. Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.

Sabri, A. 2007. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet.
III.
Santrock, J.W. (2011).
Psikologi
Pendidikan. Edisi ke 2. Cetakan
ke 3.

Djaali & Mudjiono. 2009. Pengukuran
Dalam
Bidang
Pendidikan.
Jakarta : Grasindo.
Erlina. (2011). Deskripsi Kemampuan
Berpikir
Formal
Mahasiswa
Pendidikan Kimia Universitas
Tanjungpura. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan. 6(3): 631-640.

Sihaloho, M. (2013). Analisis Kesalahan
Siswa Dalam Memahami Konsep
Larutan Buffer pada Tingkat
Makroskopis dan Mikroskopis.
Jurnal Entropi. VIII (1): 488-499.

93

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Slavin,

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

R. E. (2009). Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktek.
Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : CV.
Alfabeta.
Sund dan Trowbridge. 1973. Teaching
Science by Inquiry in the
Secondary School. Ohio: Charles
E. Merrill Publishing Company.
Suyanti,
R.D.
(2010).
Strategi
Pembelajaran Kimia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suyono.
(2012).
Belajar
dan
Pembelajaran (Teori & Konsep).
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sadia, W. (2007). Jenis-Jenis Model
Pembelajaran. Jakarta : Prestasi
Pustaka.
Unsyiah. (2014). Hubungan Kemampuan
Berpikir
Formal
Dengan
Kemampuan Menyelesaikan Soal
Kimia Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa Kelas Akselerasi Sma
Negeri Modal Bangsa Dinas
Pendidikan Aceh. Banda Aceh :
UPT Perpustakaan.
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik
Penyusunan
Instrumen
Penelitian. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Winarti, A. (2001). Pembelajaran Ilmu
Kimia
dan
Kontribusinya
Terhadap
Perkembangan
Intelektual. Jurnal Vidya Karya.
XIX.

94

ISSN. 2503-4448