Peran ASEAN Terhadap Penyelesaian Kasus
Peran ASEAN Terhadap Penyelesaian Kasus Iklan Pariwisata Malaysia
A. Latar Belakang
ASEAN (Association of South East Asia Nations) merupakan organisasi regional di
kawasan Asia Tenggara. ASEAN terdiri dari 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Filiphina, Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja. Lima negara
yang pertama disebut merupakan negara pelopor berdirinya ASEAN. Kelima Menteri Luar
Negeri negara tersebut menandatangani Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, di
Bangkok, Thailand. ASEAN berdiri dilatarbelakangi oleh alasan kesamaan nasib dan perjuangan,
sosial-ekonomi, dan upaya penanggulangan ancaman komunis dari utara. Dengan dasar alasan
tersebut, ASEAN bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan, meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional, meningkatkan
kerjasama yang aktif, saling membantu dalam penelitian dan pelatihan, memajukan pengajian
mengenai Asia Tenggara, serta memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi
internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa. ASEAN menganut prinsip nonintervensi dan musyawarah untuk mufakat. Sehingga, ketika terjadi pergolakan di dalam negeri
salah negara ASEAN, anggota yang lainnya tidak berhak untuk mengintervensi dan ketika terjadi
persengketaan antarnegara ASEAN, diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.
Indonesia dan Malaysia merupakan negara ASEAN yang bisa dibilang kerap berselisih
paham mengenai masalah perbatasan, ekonomi, kemanusiaan, dan bahkan budaya. Dalam essay
ini, penulis akan membahas mengenai peran ASEAN dalam kasus klaim budaya Indonesia oleh
Malaysia. Lagu Rasa Sayange diklaim oleh Malaysia sebagai lagu daerah nya, bahkan digunakan
Malaysia sebagai soundtrack iklan pariwisata nya pada tahun 2007. Padahal, Rasa Sayange
merupakan lagu daerah Maluku, Wilayah Indonesia Timur. ASEAN yang menganut prinsip nonintervensi dan musyawarah mufakat terkesan tidak bisa berbuat apa-apa dalam menyelesaikan
masalah Indonesia-Malaysia ini. Lantas bagaimana kah peran nyata ASEAN dalam
menyelesaikan permasalahan ini?
B. Peranan ASEAN
Konflik antara Indonesia dan Malaysia mengenai Lagu Rasa Sayange berawal ketika
sekelompok pemuda Melayu Malaysia menyanyikan lagu tersebut dalam acara pertukaran
pemuda Jepang-ASEAN di Tokyo dan lagu itu menjadi single untuk menjadi iklan pariwisata di
Malaysia. Ini membuktikan secara implisit bahwa Malaysia mengakui lagu itu miliknya. Kasus
ini sebagai penyulut “kebencian” rakyat Indonesia kepada Malaysia.
Sebagai negara yang
bertetangga dan masuk dalam satu kawasan yang sama, yaitu ASEAN. Persoalan budaya yang
sama ini disampaikan oleh Menteri Malaysia, Rais Yatim, bisa sampai ke Malaysia karena
banyak pendatang dari wilayah Indonesia, seperti Aceh, Jawa, dan dari daerah lain1.
Disini kita akan menjelaskan tentang apakah ada peran-peran ASEAN (sebagai kawasan
dimana kedua negara ini berada) memberikan kekuasaannya untuk mnyelesaikan konflik ini.
Sepertikita ketahui prinsip dasar dari awal pembentukan ASEAN adalah prinsip non-intervention
dan prinsip musyawarah untuk mufakat. Selama ini, masalah-masalah yang terjadi di kawasan
ASEAN, secara politik ASEAN jarang sekali untuk melakukan membantu menyelesaiakan.
Seperti pada regionalisme Uni Eropa atau pada Mahkamah Internasional.
Entah masalah pengk-klaiman ini berlanjut atau tidak, tapi masalah lagu rasa sayange ini
sebagai pemantik masalah yang seterusnya terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Malaysia,
sebagai negara anggota ASEAN pun selama 10 tahun terakhir ini menunujukkan hubungan yang
tidak baik, bagi ASEAN maupn negara tetangganya. Hubungan ini tentu saja membawa dampak
yang buruk bagi regionalisme yang terbentuk di kawasan Asia Tenggara ini 2. Yang menjadi
proses penyelesaian dari masalah ini adalah usaha rakyat Indonesia untuk menemukan siapa
pencipta lagu ini yang tentu saja berhak atas kepemilikan lagu ini. Malangnya, lagu ini sudah
akrab di telinga bangsa Melayu, yaitu Indonesia, Malaysa, Singapura dan Brunei. Walaupun
tidak di temukan siapa penciptanya, tetapi rekaman asli lagu tersebut ditemukan di Solo, dan
ternyata yang membuat unstruksi untuk mengabadikan lagu tersebut adaah Presiden Soekarno3.
Inilah yang menjadi tatangan bagi ASEAN untuk menjadi regionalisme yang kuat. Dalam
reformasi unutk menjadi ASEAN yang lebih baik ini muncul pandangan tentang terbentuknya
wawasan ASEAN 2015. Rencana kedepannya untuk ASEAN itu akan dibentuk suatu badan yang
1
Malaysia Tak Akan Balas “Sweeping” WNI ,
http://www1.kompas.com/printnews/xml/2009/09/09/10502875/www.kompas.com , 29 Mar. 11
2
Potret Buram Indonesia-Malaysia,
http://www1.kompas.com/printnews/xml/2009/09/09/10502875/www.kompas.com, 29 Mar. 11
3
Heboh Lagu “Rasa Sayange”, http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/10/opi04.htm, 29.03.11
selama ini tidak ada di tubuh keanggotaan ASEAN, yaitu : komunitas keamanan ASEAN,
komunitas ekonomi ASEAN, da komunitas sosial budaya ASEAN 4. Diharapkannya dengan
perubahan yang akan ada di ASEAN itu akan dapat menyelesaiakan beberapa konflik regional
yang terjadi.
ASEAN sebagai suatu organisasi regional seharusnya mempunyai aturan tertentu yang
digunakannnya untuk menyelesaikan apa yang menjadi masalah diantara para anggotanya.
Misalnya adalah dengan mempunyai suatu dewan atau komisi yang menangani apa yang menjadi
permasalahan diantara negara-negara anggota ASEAN. ASEAN yang beranggotakan negaranegara yang mempunyai kekayaan budayanya masing-masing dan dengan unsur-unsur
kebudayaannya yang memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya, tentu memerlukan sebuah
komisi atau badan-badan tertentu yang bisa menangani atau meregulasi tentang masalah-masalah
kebudayaan. ASEAN menjadikan kerjasama di bidang sosial budaya sebagai salah satu
tujuannya, namun tidak ada kesepakatan yang jelas untuk mengatur kebudayaan-kebudayaan
yang ada di ASEAN. Hal inilah yang kemudian membuat ASEAN tidak bisa berperan signifikan
dalam klaim budaya Indonesia, dalam hal ini lagu Rasa Sayange, yang dilakukan oleh Malaysia.
Indonesia yang merasa bahwa lagu Rasa Sayange yang dipergunakan Malaysia sebagai
lagu latar untuk iklan pariwisatanya merasa gerah dengan ulah yang dilakukan oleh Malaysia.
Sebaliknya, Malaysia menyangkal apa yang dituduhkan oleh pihak Indonesia ke Malaysia.
Mereka beralasan jika lagu Rasa Sayange yang mereka gunakan dalam iklan pariwisatanya itu
merupakan lagu Nusantara. Dimana lagu Rasa Sayange itu sama dengan lagu-lagu rakyat lainnya
seperti 'Jauh di Mata', 'Burung Pungguk' dan 'Terang Bulan' ialah lagu Nusantara yang mengikat
tali persaudaraan orang zaman dahulu dari kedua negara.5
ASEAN sebagai suatu organisasi yang menaungi kedua negara tersebut seharusnya
mengambil peran dalam upaya penyelesaian konflik di antara kedua negara tersebut. Namun
pada kenyataannya, sampai pada akhirnya kedua negara sepakat untuk menyatakan bahwa lagu
tersebut berada dalam wilayah abu-abu (gray area) tidak ada perwakilan dari ASEAN yang ikut
mendampingi dan mengawal penyelesaian permasalahan ini. Gray Area yang dimaksudkan disini
4
ASEAN ( indonesia: Harapan dan Tantangan ASEAN Community 2015 ),
http://pustakaruwa.wordpress.com/2011/02/10/asean-indonesia-harapan-dan-tantangan-asean-community-2015/
, 29 Mar. 11
5
Malaysia Akan Terus Gunakan "Rasa Sayange" Bagi Kampanye Pariwisata,
http://www.antaranews.com/view/?i=1191375939&c=SBH&s=, diakses pada 29 Maret 2011 pukul 21.30
adalah kebudayaan-kebudayaan yang berkembang di kedua negara dan memiliki corak-corak
yang mirip antara satu dengan yang lainnya, yakni budaya melayu. Melalui kesepakatan ini,
kedua belah pihak sepakat saling memberi tahu dan meminta izin bila ada hasil budaya
digunakan dalam iklan komersial negara masing-masing.6 Sampai kedua negara menyepakati hal
ini, tidak ada upaya-upaya intervensi ataupun mediasi yang dilakukan oleh ASEAN untuk
mencegah konflik antara kedua negara serumpun ini makin meruncing.
Ketidakaktifan ASEAN dalam permasalahan ini bisa kita jelaskan dengan kembali pada
prinsip-prinsip dasar yang mendasari perilaku atau tindakan-tindakan yang diambil oleh ASEAN
dimana ada dua aspek yang bisa menjadi pembatas kinerja ASEAN. Pertama adalah tidak
campur tangan dalam urusan internal antar anggota dan juga penyelesaian perbedaan dengan cara
damai.7 Bila dilihat mengenai akar masalah mengenai kasus ini, maka penyebab utamanya adalah
kebudayaan antara kedua negara yang sebenarnya memiliki corak yang serupa sehingga
mempunyai beberapa kesamaan. Kebudayaan ini merupakan salah satu dari apa yang menjadi
urusan dalam negeri suatu negara itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada pihak lain yang berhak
untuk ikut turun tangan.
Selain itu, ASEAN juga tidak mempunyai badan-badan yang cocok untuk digunakan oleh
anggota-anggotanya untuk menyelesaikan masalah-masalah mengenai sengketa budaya di antara
mereka. Tidak seperti PBB yang mempunyai badan UNESCO yang mengurusi bidang
pendidikan dan kebudayaan. Meskipun pada deklarasinya disebutkan bahwa ASEAN juga
melakukan kerjasama di bidang kebudayaan, tidak ada satu pun badannya yang secara resmi
bergerak di bidang kebudayaan itu sendiri. Kebanyakan badan-badan yang berada di bawah
ASEAN merupakan badan-badan yang membahas tentang aspek ekonomi saja.
Hal ini terlihat juga dalam rumusan Bali Concorde II yang berhasil dirumuskan dan
disahkan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT 9 yang terjadi di Bali pada tahun 2003 yang
lalu. Dimana dari 6 poin yang membahas megenai ASEAN SOCIO-CULTURAL COMMUNITY
(ASCC), hanya ada satu poin saja yang secara khusus membahas tentang masalah-masalah
kebudayaan, sedangkan yang lainnya membahas tentang masalah integrasi ekonomi yang lebih
intensif lagi dan mengenai masalah kesejahteraan sosial.8
6
Da'i Bachtiar Pertanyakan Tari Pendet, http://nasional.inilah.com/read/detail/146639/dai-bachtiar-pertanyakantari-pendet, diakses pada 29 maret 2011 pukul 21.47
7
ASEAN: Overview, http://www.asean.org/about_ASEAN.html, diakses pada 21.56
8
DECLARATION OF ASEAN CONCORD II (BALI CONCORD II), http://www.asean.org/15159.htm, diakses pada 29
Maret 2011 pukul 22.13
C. Dampak
Sengketa klaim lagu Rasa Sayange pada iklan pariwisata Malaysia pada tahun 2007
memicu ketegangan dalam hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Klaim lagu ini telah
membuat hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi sempat panas dan sangat sensitif. Hal ini
terlihat dari berbagai macam aksi yang terjadi di dalam negeri masing-masing negara. Beberapa
aksi demonstrasi anti-Malaysia terjadi di Indonesia. Selain itu terdapat pula "perang" kata para
blogger Indonesia dan Malaysia di dunia maya (internet) pada sejumlah situs. Demonstrasi
sempat terjadi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, setelah sebelumnya terjadi pada
kasus Ambalat. Bahkan, iklan suatu obat tradisional menyinggung masalah ini. Malaysia
dicitrakan sebagai "pencuri" kebudayaan Indonesia. Dari sini kemudian muncul jargon sarkastik
"Malingsia" untuk menegaskan bahwa orang Malaysia hanya bisa mencuri (maling) karya seni
bangsa Indonesia. Istilah "Malon" (dengan konotasi negatif) juga diinvensi sebagai balasan atas
istilah 'Indon' yang dipakai di Malaysia untuk menyebut kata Indonesia
Ditambah lagi, kabar mengenai akan dilakukannya sweeping terhadap warga Negara
Malaysia yang berada di Indonesia. Hal ini sontak menjadi masalah yang cukup hangat.
Mengingat Indonesia juga memiliki banyak warga Negara yang berdomisili di Malaysia, yang
berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sehingga dikhawatirkan akan adanya aksi
balas sweeping oleh Malaysia terhadap TKI di sana. Berita mengenai aksi sweeping ini sempat
menjadi headline panas di berbagai surat kabar setelah klaim lagu tersebut. Namun, akhirnya
masalah sweeping ini berakhir setelah media massa Malaysia mengumumkan bahwa tidak akan
ada aksi sweeping terhadap tenaga kerja dari Indonesia di Malaysia.
Selain itu, klaim lagu ini pun mengakibatkan hubungan politik maupun diplomatik antara
Indonesia dan Malaysia sempat mengalami ketegangan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa aksi
protes dan kejaman yang ditujukan atas aksi klaim tersebut. Seperti demo di depan Kedutaan
Besar Malaysia di Indonesia, serta berita bohong di situs tertentu (seperti rasasayangemalaysia.blogspot.com) yang menuliskan bahwa Indonesia telah menyiapkan 200 rudal yang akan
ditujukan kepada Menara Petronas, Gedung Parlemen, Pusat Pemerintahan Ahmad Badawi, serta
objek-objek vital lainnya. Hal tersebut lantas menimbulkan ketegangan politik antara Indonesia
dan Malaysia.
D. Kesimpulan
ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara tidak dapat mewujudkan
salah satu tujuan tentang budaya yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Ketidakmampuan ini
tidak disebabkan karena rumitnya masalah yang terjadi, melainkan prinsip non-intervensi yang
telah disetujui di awal. ASEAN dapat menjunjung prinsip tersebut tanpa harus meninggalkan
kewajibannya sebagai sebuah forum negara-negara Asia Tenggara untuk menyelesaikan masalah.
ASEAN dapat membentuk sebuah badan khusus yang tugasnya adalah memberikan saran kepada
negara-negara yang bersengketa, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dan tidak ada
intervensi.
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
Boni Andika
Dika Yulianawati
Melisa Ratna Kusuma
Reza Ananta Putra
Wahyu Hadi Pradana
A. Latar Belakang
ASEAN (Association of South East Asia Nations) merupakan organisasi regional di
kawasan Asia Tenggara. ASEAN terdiri dari 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Filiphina, Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja. Lima negara
yang pertama disebut merupakan negara pelopor berdirinya ASEAN. Kelima Menteri Luar
Negeri negara tersebut menandatangani Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, di
Bangkok, Thailand. ASEAN berdiri dilatarbelakangi oleh alasan kesamaan nasib dan perjuangan,
sosial-ekonomi, dan upaya penanggulangan ancaman komunis dari utara. Dengan dasar alasan
tersebut, ASEAN bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan, meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional, meningkatkan
kerjasama yang aktif, saling membantu dalam penelitian dan pelatihan, memajukan pengajian
mengenai Asia Tenggara, serta memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi
internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa. ASEAN menganut prinsip nonintervensi dan musyawarah untuk mufakat. Sehingga, ketika terjadi pergolakan di dalam negeri
salah negara ASEAN, anggota yang lainnya tidak berhak untuk mengintervensi dan ketika terjadi
persengketaan antarnegara ASEAN, diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.
Indonesia dan Malaysia merupakan negara ASEAN yang bisa dibilang kerap berselisih
paham mengenai masalah perbatasan, ekonomi, kemanusiaan, dan bahkan budaya. Dalam essay
ini, penulis akan membahas mengenai peran ASEAN dalam kasus klaim budaya Indonesia oleh
Malaysia. Lagu Rasa Sayange diklaim oleh Malaysia sebagai lagu daerah nya, bahkan digunakan
Malaysia sebagai soundtrack iklan pariwisata nya pada tahun 2007. Padahal, Rasa Sayange
merupakan lagu daerah Maluku, Wilayah Indonesia Timur. ASEAN yang menganut prinsip nonintervensi dan musyawarah mufakat terkesan tidak bisa berbuat apa-apa dalam menyelesaikan
masalah Indonesia-Malaysia ini. Lantas bagaimana kah peran nyata ASEAN dalam
menyelesaikan permasalahan ini?
B. Peranan ASEAN
Konflik antara Indonesia dan Malaysia mengenai Lagu Rasa Sayange berawal ketika
sekelompok pemuda Melayu Malaysia menyanyikan lagu tersebut dalam acara pertukaran
pemuda Jepang-ASEAN di Tokyo dan lagu itu menjadi single untuk menjadi iklan pariwisata di
Malaysia. Ini membuktikan secara implisit bahwa Malaysia mengakui lagu itu miliknya. Kasus
ini sebagai penyulut “kebencian” rakyat Indonesia kepada Malaysia.
Sebagai negara yang
bertetangga dan masuk dalam satu kawasan yang sama, yaitu ASEAN. Persoalan budaya yang
sama ini disampaikan oleh Menteri Malaysia, Rais Yatim, bisa sampai ke Malaysia karena
banyak pendatang dari wilayah Indonesia, seperti Aceh, Jawa, dan dari daerah lain1.
Disini kita akan menjelaskan tentang apakah ada peran-peran ASEAN (sebagai kawasan
dimana kedua negara ini berada) memberikan kekuasaannya untuk mnyelesaikan konflik ini.
Sepertikita ketahui prinsip dasar dari awal pembentukan ASEAN adalah prinsip non-intervention
dan prinsip musyawarah untuk mufakat. Selama ini, masalah-masalah yang terjadi di kawasan
ASEAN, secara politik ASEAN jarang sekali untuk melakukan membantu menyelesaiakan.
Seperti pada regionalisme Uni Eropa atau pada Mahkamah Internasional.
Entah masalah pengk-klaiman ini berlanjut atau tidak, tapi masalah lagu rasa sayange ini
sebagai pemantik masalah yang seterusnya terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Malaysia,
sebagai negara anggota ASEAN pun selama 10 tahun terakhir ini menunujukkan hubungan yang
tidak baik, bagi ASEAN maupn negara tetangganya. Hubungan ini tentu saja membawa dampak
yang buruk bagi regionalisme yang terbentuk di kawasan Asia Tenggara ini 2. Yang menjadi
proses penyelesaian dari masalah ini adalah usaha rakyat Indonesia untuk menemukan siapa
pencipta lagu ini yang tentu saja berhak atas kepemilikan lagu ini. Malangnya, lagu ini sudah
akrab di telinga bangsa Melayu, yaitu Indonesia, Malaysa, Singapura dan Brunei. Walaupun
tidak di temukan siapa penciptanya, tetapi rekaman asli lagu tersebut ditemukan di Solo, dan
ternyata yang membuat unstruksi untuk mengabadikan lagu tersebut adaah Presiden Soekarno3.
Inilah yang menjadi tatangan bagi ASEAN untuk menjadi regionalisme yang kuat. Dalam
reformasi unutk menjadi ASEAN yang lebih baik ini muncul pandangan tentang terbentuknya
wawasan ASEAN 2015. Rencana kedepannya untuk ASEAN itu akan dibentuk suatu badan yang
1
Malaysia Tak Akan Balas “Sweeping” WNI ,
http://www1.kompas.com/printnews/xml/2009/09/09/10502875/www.kompas.com , 29 Mar. 11
2
Potret Buram Indonesia-Malaysia,
http://www1.kompas.com/printnews/xml/2009/09/09/10502875/www.kompas.com, 29 Mar. 11
3
Heboh Lagu “Rasa Sayange”, http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/10/opi04.htm, 29.03.11
selama ini tidak ada di tubuh keanggotaan ASEAN, yaitu : komunitas keamanan ASEAN,
komunitas ekonomi ASEAN, da komunitas sosial budaya ASEAN 4. Diharapkannya dengan
perubahan yang akan ada di ASEAN itu akan dapat menyelesaiakan beberapa konflik regional
yang terjadi.
ASEAN sebagai suatu organisasi regional seharusnya mempunyai aturan tertentu yang
digunakannnya untuk menyelesaikan apa yang menjadi masalah diantara para anggotanya.
Misalnya adalah dengan mempunyai suatu dewan atau komisi yang menangani apa yang menjadi
permasalahan diantara negara-negara anggota ASEAN. ASEAN yang beranggotakan negaranegara yang mempunyai kekayaan budayanya masing-masing dan dengan unsur-unsur
kebudayaannya yang memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya, tentu memerlukan sebuah
komisi atau badan-badan tertentu yang bisa menangani atau meregulasi tentang masalah-masalah
kebudayaan. ASEAN menjadikan kerjasama di bidang sosial budaya sebagai salah satu
tujuannya, namun tidak ada kesepakatan yang jelas untuk mengatur kebudayaan-kebudayaan
yang ada di ASEAN. Hal inilah yang kemudian membuat ASEAN tidak bisa berperan signifikan
dalam klaim budaya Indonesia, dalam hal ini lagu Rasa Sayange, yang dilakukan oleh Malaysia.
Indonesia yang merasa bahwa lagu Rasa Sayange yang dipergunakan Malaysia sebagai
lagu latar untuk iklan pariwisatanya merasa gerah dengan ulah yang dilakukan oleh Malaysia.
Sebaliknya, Malaysia menyangkal apa yang dituduhkan oleh pihak Indonesia ke Malaysia.
Mereka beralasan jika lagu Rasa Sayange yang mereka gunakan dalam iklan pariwisatanya itu
merupakan lagu Nusantara. Dimana lagu Rasa Sayange itu sama dengan lagu-lagu rakyat lainnya
seperti 'Jauh di Mata', 'Burung Pungguk' dan 'Terang Bulan' ialah lagu Nusantara yang mengikat
tali persaudaraan orang zaman dahulu dari kedua negara.5
ASEAN sebagai suatu organisasi yang menaungi kedua negara tersebut seharusnya
mengambil peran dalam upaya penyelesaian konflik di antara kedua negara tersebut. Namun
pada kenyataannya, sampai pada akhirnya kedua negara sepakat untuk menyatakan bahwa lagu
tersebut berada dalam wilayah abu-abu (gray area) tidak ada perwakilan dari ASEAN yang ikut
mendampingi dan mengawal penyelesaian permasalahan ini. Gray Area yang dimaksudkan disini
4
ASEAN ( indonesia: Harapan dan Tantangan ASEAN Community 2015 ),
http://pustakaruwa.wordpress.com/2011/02/10/asean-indonesia-harapan-dan-tantangan-asean-community-2015/
, 29 Mar. 11
5
Malaysia Akan Terus Gunakan "Rasa Sayange" Bagi Kampanye Pariwisata,
http://www.antaranews.com/view/?i=1191375939&c=SBH&s=, diakses pada 29 Maret 2011 pukul 21.30
adalah kebudayaan-kebudayaan yang berkembang di kedua negara dan memiliki corak-corak
yang mirip antara satu dengan yang lainnya, yakni budaya melayu. Melalui kesepakatan ini,
kedua belah pihak sepakat saling memberi tahu dan meminta izin bila ada hasil budaya
digunakan dalam iklan komersial negara masing-masing.6 Sampai kedua negara menyepakati hal
ini, tidak ada upaya-upaya intervensi ataupun mediasi yang dilakukan oleh ASEAN untuk
mencegah konflik antara kedua negara serumpun ini makin meruncing.
Ketidakaktifan ASEAN dalam permasalahan ini bisa kita jelaskan dengan kembali pada
prinsip-prinsip dasar yang mendasari perilaku atau tindakan-tindakan yang diambil oleh ASEAN
dimana ada dua aspek yang bisa menjadi pembatas kinerja ASEAN. Pertama adalah tidak
campur tangan dalam urusan internal antar anggota dan juga penyelesaian perbedaan dengan cara
damai.7 Bila dilihat mengenai akar masalah mengenai kasus ini, maka penyebab utamanya adalah
kebudayaan antara kedua negara yang sebenarnya memiliki corak yang serupa sehingga
mempunyai beberapa kesamaan. Kebudayaan ini merupakan salah satu dari apa yang menjadi
urusan dalam negeri suatu negara itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada pihak lain yang berhak
untuk ikut turun tangan.
Selain itu, ASEAN juga tidak mempunyai badan-badan yang cocok untuk digunakan oleh
anggota-anggotanya untuk menyelesaikan masalah-masalah mengenai sengketa budaya di antara
mereka. Tidak seperti PBB yang mempunyai badan UNESCO yang mengurusi bidang
pendidikan dan kebudayaan. Meskipun pada deklarasinya disebutkan bahwa ASEAN juga
melakukan kerjasama di bidang kebudayaan, tidak ada satu pun badannya yang secara resmi
bergerak di bidang kebudayaan itu sendiri. Kebanyakan badan-badan yang berada di bawah
ASEAN merupakan badan-badan yang membahas tentang aspek ekonomi saja.
Hal ini terlihat juga dalam rumusan Bali Concorde II yang berhasil dirumuskan dan
disahkan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT 9 yang terjadi di Bali pada tahun 2003 yang
lalu. Dimana dari 6 poin yang membahas megenai ASEAN SOCIO-CULTURAL COMMUNITY
(ASCC), hanya ada satu poin saja yang secara khusus membahas tentang masalah-masalah
kebudayaan, sedangkan yang lainnya membahas tentang masalah integrasi ekonomi yang lebih
intensif lagi dan mengenai masalah kesejahteraan sosial.8
6
Da'i Bachtiar Pertanyakan Tari Pendet, http://nasional.inilah.com/read/detail/146639/dai-bachtiar-pertanyakantari-pendet, diakses pada 29 maret 2011 pukul 21.47
7
ASEAN: Overview, http://www.asean.org/about_ASEAN.html, diakses pada 21.56
8
DECLARATION OF ASEAN CONCORD II (BALI CONCORD II), http://www.asean.org/15159.htm, diakses pada 29
Maret 2011 pukul 22.13
C. Dampak
Sengketa klaim lagu Rasa Sayange pada iklan pariwisata Malaysia pada tahun 2007
memicu ketegangan dalam hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Klaim lagu ini telah
membuat hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi sempat panas dan sangat sensitif. Hal ini
terlihat dari berbagai macam aksi yang terjadi di dalam negeri masing-masing negara. Beberapa
aksi demonstrasi anti-Malaysia terjadi di Indonesia. Selain itu terdapat pula "perang" kata para
blogger Indonesia dan Malaysia di dunia maya (internet) pada sejumlah situs. Demonstrasi
sempat terjadi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, setelah sebelumnya terjadi pada
kasus Ambalat. Bahkan, iklan suatu obat tradisional menyinggung masalah ini. Malaysia
dicitrakan sebagai "pencuri" kebudayaan Indonesia. Dari sini kemudian muncul jargon sarkastik
"Malingsia" untuk menegaskan bahwa orang Malaysia hanya bisa mencuri (maling) karya seni
bangsa Indonesia. Istilah "Malon" (dengan konotasi negatif) juga diinvensi sebagai balasan atas
istilah 'Indon' yang dipakai di Malaysia untuk menyebut kata Indonesia
Ditambah lagi, kabar mengenai akan dilakukannya sweeping terhadap warga Negara
Malaysia yang berada di Indonesia. Hal ini sontak menjadi masalah yang cukup hangat.
Mengingat Indonesia juga memiliki banyak warga Negara yang berdomisili di Malaysia, yang
berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sehingga dikhawatirkan akan adanya aksi
balas sweeping oleh Malaysia terhadap TKI di sana. Berita mengenai aksi sweeping ini sempat
menjadi headline panas di berbagai surat kabar setelah klaim lagu tersebut. Namun, akhirnya
masalah sweeping ini berakhir setelah media massa Malaysia mengumumkan bahwa tidak akan
ada aksi sweeping terhadap tenaga kerja dari Indonesia di Malaysia.
Selain itu, klaim lagu ini pun mengakibatkan hubungan politik maupun diplomatik antara
Indonesia dan Malaysia sempat mengalami ketegangan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa aksi
protes dan kejaman yang ditujukan atas aksi klaim tersebut. Seperti demo di depan Kedutaan
Besar Malaysia di Indonesia, serta berita bohong di situs tertentu (seperti rasasayangemalaysia.blogspot.com) yang menuliskan bahwa Indonesia telah menyiapkan 200 rudal yang akan
ditujukan kepada Menara Petronas, Gedung Parlemen, Pusat Pemerintahan Ahmad Badawi, serta
objek-objek vital lainnya. Hal tersebut lantas menimbulkan ketegangan politik antara Indonesia
dan Malaysia.
D. Kesimpulan
ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara tidak dapat mewujudkan
salah satu tujuan tentang budaya yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Ketidakmampuan ini
tidak disebabkan karena rumitnya masalah yang terjadi, melainkan prinsip non-intervensi yang
telah disetujui di awal. ASEAN dapat menjunjung prinsip tersebut tanpa harus meninggalkan
kewajibannya sebagai sebuah forum negara-negara Asia Tenggara untuk menyelesaikan masalah.
ASEAN dapat membentuk sebuah badan khusus yang tugasnya adalah memberikan saran kepada
negara-negara yang bersengketa, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dan tidak ada
intervensi.
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
Boni Andika
Dika Yulianawati
Melisa Ratna Kusuma
Reza Ananta Putra
Wahyu Hadi Pradana