Kesiapan Kota Pekanbaru Sebagai Daerah T

Kesiapan Kota Pekanbaru Sebagai Daerah Tujuan Wisata MICE (Meeting Incentive
Convention Exhibition) Dari Segi Infrastruktur dan Fasilitas Pariwisata
Damara Saputra
95716303
damarasiregar@gmail.com
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Pariwisata event mejadi jenis pariwisata yang beberapa tahun terakhir ini gencar
dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai event telah diselenggarakan baik
skala lokal, nasioanal maupun internasional di setaip tahunnya. Pariwisata event
digolongkan kedalam kegiatan pariwisata karena dalam penyelenggraannya banyak sekali
menggunakan infrastruktur dan fasilitas pariwisata. Salah satu jenis pariwisata event
adalah event bussiness MICE (meeting incentive convention dan ekshibition). Event bisnis
MICE adalah gabungan dari aktivitas bisnis dan leisure yang dianggap mampu
meningkatkan jumlah kunjungan wisata suatu daerah. Kota Pekanbaru merupakan salah
satu daerah yang sedang memersiapkan diri untuk menjadi daerah tujuan wisata (DTW)
MICE. Sejak Pekanbaru menjadi tuan rumah penyelenggraan Pekan Olahraga Nasional
(PON) ke XVII tahun 2012 idealnya menjadi stumlus yang kuat bagi kota Pekanbaru untuk
menjadi Daerah Tujuan Wisata MICE karena pembangunan infrastruktur dan fasilitas
pariwisata telah banyak dilaksanakan. Namun hingga saat ini kota Pekanbaru belum

termasuk dalam 16 daftar kota MICE yang ditetapkan oleh Kementrian Pariwisata. Artikel
ini mencoba mengidentifikasi kondisi eksisiting faktor-faktor pendukung suatu daerah
untuk ditetapkan sebagai suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) MICE. Namun penulis
membatasi pembahasan hanya pada infrastruktur dan fasilitas pariwisata. Faktor-faktor
pendukung dari segi infrastruktur, akomodasi dan main event serta fasilitas pariwisata ini
akan dijabarkan melalui data-data sekunder, selanjutnya dilakukan analisis deskriftif
kualitatif dengan melakukan perbandingan data antara data infrastruktur dan fasilitas
pariwisata kota Pekanbaru dengan kota Bandung yang merupakan salah satu kota yang
telah siap sebagai kota tujuan MICE sesuai ketetapan Kementrian Pariwisata. Artikel ini
menyimpulkan bahwa kota Pekanbaru telah siap menjadi kota tujuan wisata MICE dari
segi infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata.
Kata Kunci : Pariwisata Event, Wisata MICE, Infrastruktur, Fasilitas Pendukung
Pariwisata

Pendahuluan
Indonesia mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE sebagai tujuan wisata MICE
(Meeting Incentive Convention Exhibition). Sejumlah kegiatan berskala lokal, nasional
maupun internasional telah banyak diselenggrakan di berbagai daerah. Kegiatan ini

memiliki market pasar yang jelas yakni dari kalangan menengah keatas yang biasanya

memiliki waktu tinggal yang lebih lama, karena mengikuti pre and post kegiatan bisnis
yang akan mereka ikuti sehingga secara keseluruhan pengeluaran wisatawan tersebut lebih
besar.
Berdasarkan Undang-undang (UU) Republik Indonesia (RI) No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Pasal 14, yaitu penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi
dan pameran (MICE) merupakan salah satu usaha pariwisata. Secara teknis pemerintah
Indonesia memberikan perhatian serius terhadap penyelenggaraan pariwisata MICE, hal ini
tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) tahun 2010-2025, pasal 34 butir f
yang berbunyi “meningkatkan intensifikasi pemasaran wisata konvensi, insentif dan
pameran yang diselenggarakan oleh sektor lain.”
Kota Pekanbaru menjadi salah satu kota yang telah mempersiapkan diri sebagai DTW
MICE. Sejak kota Pekanbaru terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan PON (Pekan
Olahraga Nasional) ke XVIII Tahun 2012, Idealnya hal ini menjadi stimulasi yang kuat
bagi kota Pekanbaru untuk memantapkan diri disektor ini. Pembangunan infrastruktur
sudah banyak yang dibenahi mulai dari aksessibilitas, transportasi lokal, akomodasi,
layanan fasilitas pariwisata dan layanan sosail lainnya. Namun hingga saat ini kota
Pekanbaru belum termasuk daftar dari 16 kota destinasi MICE di Indonesia berdasarkan
ketetapan Kementrian Pariwisata yakni kota Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Solo,
Yogyakarta, Makasar, Batam, Medan, Manado, Padang, Palembang, Balikpapan, Bintan,

Semarang, dan Lombok. Walaupun demikian, kota Pekanbaru telah mempromosikan diri
sebagai daerah tujauan wisata MICE di berbagai media dan forum pemerintah. Untuk itu
artikel akan membahas sejauh mana kesiapan kota Pekanbaru untuk dijadikan sebagai
daerah tujuan wisata mengacu pada dukungan pemerintah nasional, daerah dan lokal dan
dari segi infrastruktur dan fasilitas pariwisata.

Konsep
MICE adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan
leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama,
rangkaian kegiatannya dalam bentuk pertemuan, perjalanan insentif, konvensi dan pameran
(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) menurut Kesrul (2004) dalam Katik
(2016). Sedangkan Menurut Oka (2000:13) bahwa MICE merupakan suatu rangkaian
kegiatan, dimana para pengusaha atau profesional berkumpul pada suatu tempat yang
terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan, atau kepentingan yang sama.
Industri MICE adalah industri multisectoral yang memerlukan kerja sama atau kolaborasi
dengan berbagai stakeholder karena membutuhkan pelayanan dan komponen lain dari
banyak pihak (Titus, 2015). Dikemukakan oleh Crouch & Ritchie (1998) dalam Comala
(2016) dimana faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam menetapkan DTW
MICE antara lain ; 1) Akessibilitas; 2) Ketersedian fasilitas kegiatan tambahan; 3) fasilitas


akomodasi dan main event; 4) Dukungan lokal; 5) ketersediaan informasi seperti
pengalaman, reputasi dan pemasaran; 6) keadaan lokasi seperti iklim, daya tarik,
infastruktur sosial dan keramahtamahan masyarakat lokal; 7) Variabel tambahan seperti
risiko, probabilitas, promosi asosiasi dan novelty.
Dari beberapa faktor-faktor yang ada, dalam artikel ini penulis membatasi pembahasan
hanya pada segi infrastruktur dan fasilitas saja yakni aspek aksessibilitas, akomodasi dan
main event, ketersediaan fasilitas kegiatan tambahan.Wissinger (1992) berpendapat bahwa
salah satu pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi untuk MUCE adalah transportasi
dan aksessibilitas dalam Kristiana (2010). Maka dari itu itu penulis menganggap bahwa
infrastruktur dan fasilitas merupakan faktor dasar bagi suatu daerah untuk menjadi DTW
khususnya MICE.
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang telah siap sebagai kota tujuan wisata MICE
sesuai ketetapan Kementrian pariwisata. Bandung adalah kota pertama yang berhasil
menyelenggarakan event berskala Internasional sejenis ini melalui Konferensi Asia Afrika
di tahun 1955. Meskipun Bandung belum direkomendasikan sebagai kota penyelenggaraan
event dengan skala besar layaknya kota jakarta dan Bali karena kota Bandung sampi saat
ini belum memiliki gedung atau convention centre. Namun penyelenggaraan event di kota
Bandung semakin meningkat dari tahun ketahun meskipun dalma skala yang kecil. Dari
tahun 2007 sampai tahun 2010 jumlah event yang terselenggara dikota Bandung meningkat
drastis dari 131 menjadi 617 (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bandung,

2011). Image Bandung yang yang kreatif dan kaya akan objek wisata menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Bandung. Untuk mendukung MICE sendiri,
Aksessibilitas menuju bandung sudah cukup baik, akomodasi yang sudah memadai dari
segi jumlah dan venue untuk penyelenggaraan MICE telah tersedia (repository.upi.edu).

Analisis
Artikel ini akan menganalisis secara deskriptif data sekunder terkait aksessibilitas,
akomodasi dan main event, serta fasilitas kegiatan yang ada di kota Pekanbaru. Kemudian
data masing-masing aspek diatas akan dibandingkan dengan data yang ada di kota
Bandung mengingat kota Bandung telah ditetapkan sebagai kota yang siap menjadi kota
tujuan wisata MICE oleh Kementrian Pariwisata. Selanjutnya akan dapat diperoleh
kesimpulan apakah Pekanbaru siap atau tidak mejadi kota wisata MICE setelah dilakukan
perbandingan dengan kota Bandung. Sebelum menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan penetapan tujuan wisata MICE dalam kasus ini Kota Pekanbaru.
Penulis akan memberikan gambaran tentang kota Pekanbaru dalam bentuk tabel di bawah
ini.

Tabel 1.
Gambaran Umum Kota Pekanbaru
Instrumen

Nama
Letak Geografis
Luas Wilayah
Jumlah Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Pemimpin Daerah
Total Penduduk 2015
Jumlah Wisatawan Mancanegara 2015
Sumber : Pekanbaru Dalam angka, 2016

Penjelasan
Kota Pekanbaru
101° 14’ - 101° 34’ Bujur
Timur
632,26dan
Km²0° 25’ - 0° 45’

Ibu Kota Povinsi Riau

12

58
Walikota
1.038.118 jiwa
24.399

Analisis Aksessibilitas
Aksessibiltas adalah sarana bagi seseorang untuk menuju suatu objek, pelayanan ataupun
lingkungan. Dalam pariwisata, Aksessibiltas merupakan aspek mendasar bagi suatu daerah
untuk menjadi daerah tujuan wisata khususnya wisata MICE. Berikut ini perbandingan
data kondisi aksessibilitas kota pekanbaru dan kota Bandung.
Tabel 2.
Kondisi Eksisting Aksessibilitas Kota Pekanbaru dan Kota Bandung
Instrumen
Pekanbaru
Udara/ Air

Jumlah bandara Udara
Jumlah Mobilisai Pesawat
Datang (Int. & Dom.)
Berangkat (Int. & Dom.)

Jumlah Penumpang
Datang (Int. & Dom.)
Berangkat (Int. & Dom.)
Darat/ Land Keadaan Jalan
Panjang Jalan
Baik
Sedang
Rusak
Jumlah Terminal
Jumlah Kendaraan Umum
(Bus,Mikro Bus, Sedan dll)
Moda Lain Jumlah dan Jenis Moda
Jumlah Penumpang (Int. &
Dom)
Jumlah Kunjungan Kapal
(Int. & Dom)

1

Penjelasan

Bandung2

1 Unit

1 Unit

10.085 Unit
10.062 Unit

13578 Unit
13.573 Unit

1.389.749 Orang
1.407.880 Orang

1.613.675 Orang
1.628.818 Orang

2.771,13 KM
48.59%

20.93%
30.49%
4 Unit
3.533 Unit

123.648 KM
76.07%
9.39%
8.43%
18 Unit
52.590 Unit

1 Unit Pelabuhan

2 Unit Stasiun Kereta Api
10.930.513 Orang

10.740 Unit

Sumber : Olahan Data (1. Pekanbaru Dalam Angka 2016; 2. Bandung Dalam Angka

2016)
Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa kondisi aksessibilitas yang ada di kota
Pekanbaru tidak kalah jauh dengan yang ada di kota Bandung baik dari segi jumlah dan
keadaan fisik. Sehingga Pekanbaru telah memenuhi untuk menjadi tujuan wisata MICE.
Analisis Akomodasi dan Main Event
Untuk suatu daerah tujuan wisata MICE tentunya akomodasi dan Main Event atau gedung
pertemuan adalah hal mutlak yang harus ada. Dalam Warta Ekspor terbitan Kementrian
Perdagangan edisi Juli tahun 2011 disebutkan tempat penyelenggaraan pertemuan pada
umumnya masih di dominasi di hotel mecapai 43%, sedangkan di conference hall
mencapai 26%, Universitas 21% dan lainnya 9% (Sumber: ICCA,2011). Berikut ini akan
ditampilkan perbandingan data jumlah hotel yang ada di kota Pekanbaru dan kota
Bandung.
Tabel 3.
Jumlah Hotel dan Kamar Hotel Kota Pekanbaru dan Kota Bandung
Instrumen

Penjelasan
Pekanbaru

Jumlah Hotel
Bintang
Non Bintang

37 Unit
65 Unit

1

3.641 kamar
2.437 kamar

Bandung2
117 Unit 10.811 Kamar
275 Unit 6.010 Kamar

Sumber : Olahan Data (1. Pekanbaru Dalam Angka 2016; 2. Bandung Dalam Angka 2016)
Jika dilihat dari tabel diatas, Perbandingan jumlah hotel di kota Pekanbaru dengan jumlah
hotel di Bandung baik bintang maupun non bintang terlihat signifikan. Jumlah hotel
beserta jumlah kamar di Bandung kurang lebih tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan di
Pekanbaru. Namun, walaupun demikian, bukan berarti jumlah hotel dan kamar yang ada di
kota Pekanbaru sedikit. Jumlah diatas merupakan jumlah yang cukup banyak mengingat
Pekanbaru telah mampu menampung puluhan ribu atlet, official, dan suporter pada saat
penyelenggaraan PON pada tahun 2012 lalu. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari segi
akomodasi kota Pekanbaru juga telah siap menjadi tujuan wista MICE.
Namun berdasarkan informasi yang didapatkan dari media elektronik travel.kompas.com,
beberapa gedung pertemuan atau hallroom sudah ada di kota Pekanbaru baik yang skala
nasional maupun internasional seperti SKA Convention Exhibiton Pekanbaru dengan daya
tampung hingga 3.000 orang. Dan dari travel.tribunnews.com penulis juga memperoleh
data bahwa pekanbaru juga memiliki Labersa grand hotel and convention center. Tentunya
masih banyak hallroom yang ada dikota Pekanbaru yang belum terdata.
Analisis Fasilitas Kegiatan Tambahan

Penyediaan fasilitas kegiatan tambahan merupakan sebuah nilai tambah bagi suatu daerah
tujuan wisata MICE. Fasilitas kegiatan tambahan ini akan dicari oleh wisatawan baik pre
ataupun post event sehingga akan menambah pengalaman bagi wisatawan MICE. Berikut
ini perbandingan data jumlah fasilitas kegiatan tambahan wisatawan di kota Pekanbaru dan
kota Bandung.
Tabel 4.
Data Fasilitas Kegiatan Tambahan Pariwisata Kota Pekanbaru dan Kota Bandung
Instrumen

Penjelasan
Pekanbaru

Jumlah Penyedia Makanan dan Minuman
Restoran/Rumah Makan
Cafe dan Bar
Usaha Pariwisata
Sarana Hiburan
Tempat Rekreasi
Spa Sauna

1

Bandung2

722 Unit
206 Unit

733 Unit
36 Unit

118 Unit
41 Unit
88 Unit

65 Unit
61 Unit
74 Unit

Sumber : Olahan Data (1. Pekanbaru Dalam Angka 2016; 2. Bandung Dalam Angka 2016;
3. Pekanbaru.go.id)
Tabel 5.
Data Pusat Perbelanjaan Kota Pekanbaru dan Kota Bandung
Instrumen
Pusat Perbelanjaan
Pasar/Market
Toko/Departement Store

Penjelasan
Pekanbaru1
Bandung2
19 Unit
760 Unit

32 Unit
588 Unit

Sumber : Olahan Data (1. Pekanbaru.go.id; 2. Bandung Dalam angka 2016)
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penyediaan fasilitas kegiatan
tambahan wisatawan di kota Pekanbaru sudah cukup banyak dan bahkan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah yang ada di kota Bandung. Sehingga dengan demikian, kota
Pekanbaru dapat dinyatakan siap dan telah memenuhi untuk menjadi tujuan wisata MICE.

Bab IV

: Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang tertera diatas, yakni terkait aksessibilitas, akomodasi dan main
event, serta fasilitas kegiatan tambahan dapat disimpulkan bahwa kota Pekanbaru tidak
kalah jauh dari kota Bandung baik dari segi jumlah dan kondisi eksisting. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kota Pekanbaru telah memenuhi kriteria untuk sebuah daerah tujuan
wisata MICE dari segi infrastruktur dan fasilitas pariwisata layaknya kota Bandung yang
telah siap sebagai tujuan wisata MICE sesuai ketetapan Kementrian Pariwisata. Namun
penulis menyarankan untuk studi lebih lanjut dan lebih mendalam tentang hal ini sekaligus

menganalisis aspek lainnya sehingga dapat memberi pengetahuan apakah Pekanbaru
memang sudah siap atau tidak menjadi tujuan wisata MICE secara keseluruhan.
Pencarian data sekunder mengenai penyelenggaraan pariwisata MICE di Kota Pekanbaru
cukup sulit dilakukan. Pencarian melalui internet kurang memuaskan dikarenakan belum
adanya website yang menyediakan data tentang pariwisata MICE di Kota Pekanbaru,
termasuk data yang diperoleh melalui situs resmi pemerintah baik tingkat nasional maupun
tingkat daerah.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistika Kota Pekanbaru (2016) : Pekanbaru dalam angka 2016, Badan Pusat
Statistika Kota Pekanbaru, Pekanbaru
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2016): Kota Bandung dalam angka 2016, Badan
Pusat Statistik Kota Bandung, Bandung
Comala, Sari, D. (2016) Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik DTW MICE kota
Medan, Jurnal Ilmiah “Dunia Ilmu” Vol.2 No. 3.
Katik, M. Iqbal (2016) : Kesiapan Kota Bandung Sebagai Kota Penyelenggara Event
MICE dari Sudut Pandang Infrastruktur dan Fasilitas Pariwisata, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Kristiana, Yustisia (2010) : Kesiapan Yogyakarta sebagai kota wisata MICE, Hospitiur
Vol.1 No. 1.
Peraturan daerah kota pekanbaru nomor 9 tahun 2002 tentang usaha jasa pariwisata kota
pekanbaru
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Riau nomor 10 tahun 2004 tentang
usaha jasa pariwisata
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Sumber Internet :
Sumber:
http://nusa.indopos.co.id/read/2017/02/04/86018/Kemenpar-Tetapkan-16Destinasi-MICE-di-Indonesia diakses 23 Maret 2017 pukul 13.46 WIB.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/pekanbaru-dipersiapkan-sebagai-kotamice diakses pada 2 April 2017 pukul : 13.16 WIB.
http://travel.kompas.com/read/2014/11/28/085718627/Menuju.Kota.MICE.Pekanbaru.Mili
ki.Gedung.Pertemuan.sMegah diakses 3 April 2017 pukul 14.37 WIB.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129