PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA di

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA di ERA REFORMASI
Artikel ini menganalisis mengenai adanya berbagai usaha penegakan HAM di era reformasi yang
merupakan tindak lanjut atas perjuangan meraih pengakuan hak-hak asasi manusia di era orde
baru yang telah lalu. Artikel ini menganalisis bahwa banyak sekali usaha-usaha yang mulai
dicanangkan pemerintah untuk menegakkan hak-hak asasi manusia di zaman reformasi. Mulai
adanya progresifitas pemerintah meningkatkan kualitas hukum di Indonesia, terutama pasal-pasal
yang mengatur tentang hak-hak asasi warga Negara. Analisis menunjukkan sudah mulai
banyaknya kemajuan di bidang pemerintahan, misalnya perubahan sistem pemerintahan dari
otoriter ke arah yang lebih demokratis. Perlindungan HAM manusia pun mengalami peningkatan
yang cukup tajam, dengan mulai banyaknya LSM-LSM yang mengabdikan diri untuk
memperjuangkan hal tersebut. Adanya tambahan pasal-pasal dalam Undang-undang menjadikan
hak asasi seorang warga negara menjadi semakin terlindungi dan pelanggarannya pun menjadi
semakin diperketat dan diperberat. Pada akhirnya, hak asasi manusia bukanlah sebagai hak
kodrati manusia yang mutlak berasal dari Tuhan semata dan diketahui saja tetapi juga sebagai
suatu hak paten yang harus dilindungi oleh Negara.
Kata kunci : Hak Asasi Manusia, reformasi
Pendahuluan
Orde baru merupakan suatu masa pemerintahan dimana banyak terjadi penyimpangan,
terutama penyimpangan dalam hal HAM. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat
pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa[1]. Orde baru ini yang pemerintahannya dipimpin oleh soeharto, diakui

memang penegakan HAM nya kurang optimal, bahkan seolah-olah HAM yang diyakini sebagai
hak kodrat yang harus dimiliki oleh setiap individu, terkesan dibatasi bahkan di sembunyikan.
Misalnya yaitu dalam pembatasan pemberitaan media masa, para jurnalis yang pada masa itu
bertugas memberikan sebuah berita tidak leluasa dalam menggunakan haknya sebagai jurnalis.
Hal tersebut disebabkan karena pemerintahan Soeharto melarang bahkan mengancam apabila ada
pemberitaan yang tidak sepaham atau yang tidak memihak pada pemerintahahannya itu. Kuatnya
peran pemerintah yang berkuasa pada masa itu juga menyebabkan terjadinya banyak
pelanggaran HAM berat. Tercatat kasus-kasus indikasi pelanggaran HAM berat meliputi Tanjung
Priok, penembakan misterius, komando jihad, DOM di Aceh, Talangsari, kasus Semanggi, kasus
Trisakti, penghilangan aktifis secara paksa sampai kasus Tm-tim.
Banyaknya kasus pelanggaran HAM juga disebabkan adanya pemerintahan yang otoriter,
dimana pemerintahan itu tidak memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk
mengeluarkan aspirasinya dengan bebas tetapi sesuai norma. Dengan adanya hal tersebut

sehingga menumbuhkan keinginan para rakyat atau mahasiswa untuk bergerak menurunkan
kedudukan pemerintahan soeharto, karena kepemimpinannya dirasa banyak menimbulkan
gejolak, selain itu juga disebabkan karena adanya pemerintahan yang kurang tegas dalam
menegakan pelanggaran HAM yang terjadi pada orde baru.
Oleh karena itu, tujuan saya menulis artikel ini yaitu untuk dijadikan acuan bagi
pemerintah pada era selanjutnya yaitu rezim reformasi agar lebih memperhatikan kegagalan

HAM pada masa orde baru dan menjadikannya sebagai acuan untuk menegakkan sebuah
pelanggaran dengan tetap memperhatikan aturan dalam HAM.
Era reformasi sebagai perwujudan penegakan Hak Asasi Manusia
Era reformasi merupakan sebuah wujud perubahan dari masa orde baru, dimana pada
masa orde baru banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan HAM. Pada era
reformasi ini, rakyat yang telah berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang penuh
dengan keotoriteran mengharapkan pemerintah selanjutnya yaitu pada era reformasi mampu
menegakan HAM menjadi lebih baik dari orde sebelumnya. Sejak runtuhnya orde baru, HAM di
Indonesia sedikit lebih diperhatikan, mulai dari kebebasan untuk berpendapat, berpolitik,
beragama, dan juga kebebasan untuk melakukan pertemuan-pertemuan atau perkumpulan.
Bahkan melalui media masa inipun orang dapat dengan bebas mengekspresikan pikirannya,
tanpa ada rasa takut dan was-was seperti pada masa orde baru. Selain itu juga rakyat dapat
mengekspresikan pikiran yang tidak sejalan dengan pemerintah misalnya dengan jalan
demonstrasi, untuk melakukan demonstrasi saat ini tidak perlu mendapatkan izin dari
pemerintah, namun di harapkan melapor kepada pihak polisi untuk mendapatkan penjagaan
keamanan.
Era reformasi inipun memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk berorganisasi,
seperti mendirikan partai-partai politik dan ikut serta didalamnya. Selain itu rakyat bebas untuk
mendirikan organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh,
perkumpulan masyarakat adat dan lain sebagainya. Kebebasan berorganisasi ini memberikan

peluang bagi rakyat untuk memperjuangkan kepentingan bersama, dan memberikan peluang
yang luas bagi anggota sipil untuk dapat ikut serta terjun dalam kepartaian. Namun tidak dapat
dipungkiri, bahwa kemajuan diera reformasi ini tampak belum mencapai sebuah keberhasilan,
khususnya dalam penegakan HAM. Walaupun kita ketahui saat ini ada beberapa yang berhasil

dijalankan, namun perjalanan yang berhasil tidak sebanding dengan banyaknya penyimpanganpenyimpangan yang terus terjadi.
Sejak era refomasi berbagai jenis hukum dilahirkan untuk mengatasi penegakan HAM di
Indonesia, khususnya hak sipil dan hak politik. Antara lain, Pancasila (sila ke-2), UUD 1945
pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat (UU Unjuk rasa), UU
HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD,
UU Otonomi Daerah, UU ratifikasi Konvensi PBB menentang penyiksaan, atau perlakuan atau
hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, dan UU ratifikasi
Konvensi Anti Diskriminasi Rasial.
Lahirnya hukum-hukum diera reformasi untuk mengatur penegakan HAM ternyata tidak
membuat kemajuan dalam hal HAM. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian
pemerintah terhadap HAM, bahkan justru pemerintah lebih cenderung bersifat apatis. Selain itu
juga dinilai proses perubahan demokrasi saat ini mengalami kemandekan. Jika diamati dari segi
pandang yang objektif, penyelesaian kasus-kasus yang terjadi di Indonesia saat inipun dirasa
mengalami kemacetan seperti kasus peristiwa Trisakti-Semanggi I sampai Semanggi II, peristiwa

Wamena-Wasior, peristiwa kerusuhan 13-15 Mei 1998, peristiwa penghilangan orang secara
paksa, dan peristiwa Talangsari 1989 yang berkali-kali dikembalikan oleh pihak Kejaksaan
Agung kepada Komnas HAM.
Berbagai permasalahan penegakan HAM Indonesia di era reformasi
1. Kurangnya pemahaman tentang HAM
Kurangnya pemahaman HAM saat ini dikarenakan adanya pemikiran-pemikiran yang
menangkap pemahaman HAM dari sisi formalnya saja. Dimana dalam sisi ini HAM hanya
dilihat dari segi yang tertulis dalam “Declaration of Human Rights” atau sebagaimana yang
tertulis dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM. Namun pada dasarnya untuk
mencapai penegakan itu, seharusnya kita memandang HAM dari berbagai sisi dimensi, karena
dalam pemahaman HAM itu sendiri didalamnya tertanam berbagai konsep seperti politik,
hukum, sosiologi, ekonomi, dan realitas kehidupan masyarakat masa kini. Jika tahap ini dapat

ditangkap melalui proses pembelajaran, pemahaman, penghayatan, dan yang akhirnya dapat
diyakini, maka kita dapat menjadikan HAM sebagai wawasan perkembangan nasional.
2. Hak kelompok minoritas terusik
Indonesia merupakan suatu negara yang didalamnya terdiri dari beragam budaya, suku, dan
ras/enis. Oleh sebab itu terkadang keberagaman tersebut menimbulkan adanya perasaan untuk
selalu menjunjung nilai ataupun ideologi yang dimiliki sendiri. Selain itu juga Indonesia terdiri
dari beragam agama seperti islam, nasrani, budha, hindu, dan konghucu. Hal tersebut juga diakui

oleh pemerintah yang tercantum dalam pasal 29 ayat 2 Undang-undang dasar Negara Kesatuan
Republik Idonesia.
Perbedaan masih belum mampu diterima secara utuh oleh rakyat kita yang notabene terdiri dari
beragam suku bangsa, agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat. Hal ini terlihat dari
banyaknya sengketa yang mewarnai era reformasi dewasa ini yang diakibatkan oleh perbedaan
yang ada ditengah-tengah masyarakat kita, misalnya dalam agama islam seperti aliran
ahmadiyah. Aliran ini termasuk aliran yang tergolong sebagai aliran minoritas yang merupakan
pecahan dari agama islam. Kelompok ahmadiyah ini tidak dapat menjalankan haknya seperti
kelompok yang lainnya. Dikarenakan aliran ini merupakan aliran sesat yang juga tidak
mendapatkan persetujuan dari pemerintah dan juga bertentangan dengan agama islam dimana
aliran ahmadiyah ini mengaku sebagai aliran dari pecahan agama islam. Oleh sebab itu aliran ini
selalu di usik dan tidak diterima keberadaannya. Jika kita melihat dari aspek hak asasi manusia,
hal tersebut termasuk pelanggaran HAM, karena telah mengusik keberadaan suatu kelompok,
dan bahkan ingin memusnahkannya.
3. Kurangnya pengalaman
Pada konsep sebelumnya kita telah membahas bahwa HAM tidak dapat dilihat dari konsep resmi
saja, melainkan juga harus dilihat dari segi multidimensionalnya. Kurangnya pemahaman
mengenai HAM ini menyebabkan pemerintah kita harus menjalin kerja sama dengan negara lain
untuk mencari gagasan, memberikan proteksi perlindungan HAM, persepsi dan pemahaman
bersama mengenai HAM, namun kita tidak boleh terlarut dalam proses kerja sama tersebut,

karena kita mengetahui bahwa setiap kerja sama pastinya selalu diboncengi dengan mencari
suatu keuntungan, sehingga dapat membuat tujuan kita melenceng dari tujuan awal yang telah
drencanakan. Hal tersebutlah yang harus kita waspadai apabila menjalin kerja sama dengan
negara lain.

4. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu sumber penghambat ketercapaian dalam penegakan HAM,
karena kemiskinan identik dengan pengetahuan yang minim sedangkan pengetahuan itu erat
kaitannya dengan pendidikan. Jika negara kita miskin sudah jelas kita tergolong negara dengan
mayarakat yang kurang berpendidikan, dan untuk memahami HAM itu sendiri juga
diperlukannya pengetahuan agar tidak susah dalam menerima sebuah aturan negara misalnya
HAM akan tetapi pemberantasan kemiskinan ini sudah banyak dibahas dibeberapa negara,
namun belum diketahui solusi yang pas, karena ide untuk memberantas kemiskinan hanya
mampu memobilisasi masyarakat tanpa menambah sepersen uang pun ke dalam kantong-kantong
orang miskin.

Berbagai HAM Indonesia di era reformasi
1. Hak asasi berpolitik
Setiap warga negara yang hidup dalam sebuah negara yang menganut hak asasi manusia tentunya
dapat merasakan kebebasan bernorma yang telah diberikan. Misalnya kebebasan dalam

berpolitik, seperti kebebasan/hak untuk dipilih atau memilih, hak ikut serta dalam pemerintahan,
hak membuat dan mendirikan partai politik atau orgnisasi-organisasi lainnya, hak untuk
melakukan pengoreksian terhadap kinerja pemerintah dan hak untuk membuat dan mengajukan
usulan atau petisi. Dengan adanya kebebasan menjalankan haknya tersebut, diharapkan
masyarakat mampu berperan aktif menggunakannya sesuai dengan tujuan, bukan berarti dengan
diberikannya kebebasan tersebut seolah-olah tidak mempunyai batasan terhadap segala hal
aturan.
2. Hak asasi hukum
Negara Indonesia negara hukum, oleh karenanya dalam pelaksanaan penegakan suatu hukum
diharapkan seoptimal mungkin, kemudian dengan adanya hak asasi hukum tersebut setiap warga
negara mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan keamanan, perlakuan yang sama dimata
hukum, hak mendapatkan layanan dan perlindungan hukum, bahkan juga dalam hukum ini
terdapat aturan dalam hak untuk menjadi pegawai negeri. Dengan adanya jaminan hukum

tersebut, sehingga memberikan kemudahan bagi setiap rakyatnya untuk tetap menjalankan
aktifitasnya tanpa harus was-was ataupun takut dalam menjalankan setiap aktifitasnya.
3. Hak asasi ekonomi
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang begitu
melimpah, dengan adanya kelebihan ini para rakyat diberikan jalan untuk mengembangkan
perekonomian, mulai dari hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli, kebebasan mengadakan

perjanjian kontrak, kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dan hak
memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan adanya hak ini bangsa Indonesia
diharapkan untuk berlomba-lomba memperoleh kehidupan yang lebih layak dengan jalan yang
dapat terkontrol.
4. Hak asasi sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya dibutuhkan adanya interaksi seperti saling
berkomunikasi satu sama lain, karena dunia sosial juga merupakan penentu sebuah keberhasilan.
Dalam kehidupan sosial hak-hak yang dapat diperoleh yaitu hak menentukan, memilih dan
mendapatkan pendidikan, hak mendapakan pengajaran, hak untuk mengembangkan budaya yang
sesuai dengan bakat dan minat. Hal itu dapat memberikan kemudahan bagi berlangsungnya
kehidupan sosial yang baik.

Undang-undang yang mengatur tentang penegakan HAM
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, sebagai negara hukum
seharusnya Indonesia tidak hanya melindungi warganya dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
dan pemerintahan, melainkan juga harus melindungi warganya dari konsistensi penegakan HAM.
Penegakan HAM di Indonesia saat ini sudah ada beberapa yang diatur dalam hukum tertulis.
Namun bukan berarti dengan adanya hukum tertulis tersebut penegakan HAM di Indonesia
berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Lebih konkritnya lagi sampai sekarang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara penegakan HAM dirasa masih sangat

kurang konsisten. Dalam penegakkannya munculah suatu peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai adanya hak asasi manusia, yaitu Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

yang didalamnya terdapat beberapa pasal, berikut akan saya perlihatkan pasal sekaligus
bunyinya.
1.

Hak untuk hidup (pasal 4) yang berbunyi Negara Republik Indonesia mengakui dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara
kodrati melekat pada diri dan tidak terpisahkan dari manusia yang harus dilindungi, dihormati,
dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.
2. Hak untuk berkeluarga (pasal 10) yang berbunyi
(1) Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon
istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.


Hak untuk mengembangkan diri (pasal 11, 12,13,14,15,16)

(Pasal 11) berbunyi setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang
(Pasal 12 ) berbunyi setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya,
untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berahlak mulia, bahagia, dan
sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
(Pasal 13) berbunyi Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi
kesejahteraan pribadinya, bangsa, dan umat manusia.
(Pasal 14) berbunyi
(1) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
(2) Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.
(Pasal 15) berbunyi setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik
secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
(Pasal 16) berbunyi setiap orang berhak untuk melakukan pekerjaan sosial dan kebajikan,
mendirikan organisasi untuk itu, termasuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, serta


menghimpun

dana

untuk

maksud

tersebut

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundangundangan secara layak
4. Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20-27)
(Pasal 20) berbunyi
(1) Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
(2) Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala perbuatan
berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
(Pasal 21) berbunyi Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani, dan
karena itu tidak boleh manjadi objek penelitian tanpa persetujuan darinya.
(Pasal 22) berbunyi
(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
(Pasal 23) berbunyi
(1) Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
(2) Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati
nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
negara.
(Pasal 24) berbunyi
(1) Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.
(2) Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik, lembaga
swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya pemerintahan
dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan, dan pemajuan
HAM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 25) berbunyi setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum,
termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 26) berbunyi
(1) Setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status
kewarganegaraannya.

(2) Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak menikmati
hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 27) berbunyi
(1) Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan bertempat
tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia
(2) Setiap warga negara Indonesia berhak meninggalkan dan masuk kembali ke wilayah negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Hak atas rasa aman (pasal 28-35)
(Pasal 28) berbunyi
(1) Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari negara lain.
(2) Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi mereka yang melakukan
kejahatan non politik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
(Pasal 29) berbunyi
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak
miliknya.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia
berada.
(Pasal 30) berbunyi setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
(Pasal 31) berbunyi
(1) Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu.
(2) Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam hal-hal
yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

(Pasal 32) berbunyi kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-menyurat termasuk
hubungan komunikasi melalui sarana elektronika tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah
hakim atau kakuasaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 33) berbunyi
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam,
tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.
(Pasal 34) berbunyi Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan,
atau dibuang secara sewenang-wenang.
(Pasal 35) berbunyi
Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan
tenteram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Penutup
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari latar belakang penjelasan isi jurnal ini yaitu Hak
Asasi Manusia merupakan hak kodrat yang harus dimiliki oleh setiap manusia, apabila seseorang
di cabut salah satu hak kodratnya maka tidak dapat hidup secara normal. Hak kodrat ini bukan
merupakan pemberian dari sebuah negara, akan tetapi sudah ada sejak kita terlahir sebagai
manusia.
Orde baru merupakan masa pemerintahan yang banyak terjadi penyimpangan, karena
dalam orde baru terdapat pemerintahan yang otoriter yang hanya menghendaki kekuasaan
dipegang oleh dirinya saja. Salah satu pelanggaran pada masa orde baru yaitu banyaknya terjadi
pelanggaran HAM seperti penembakan misterius. Penembakan misterius pada masa orde baru
merupakan salah satu pelanggarn HAM berat, yang mana penembakan tersebut merupakan salah
satu penghilangan hak kodrat yang dimiliki setiap makhluk.
Era reformasi merupakan suatu wujud tuntutan perubahan ke arah yang lebih baik.
Reformasi ini muncul karena adanya tuntutan dari berbagai kalangan aktifis untuk menurunkan

masa pemerintahan Soeharto yang dirasa penuh dengan keotoriteran. Keberhasilan para aktifis
untuk menuntut penurunan penguasa orde baru tersebut, sehingga menyebabkan lahirnya
reformasi sebagai pengganti dari era orde baru. Era reformasi ini setiap masyarakat
menginginkan perubahan dari setiap pemerintah menuju kearah yang lebih baik dan positif,
namun kita ketahui sekarang walaupun mendapatkan kebebasan, akan tetapi kita tidak
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, terutama kalangan orang kecil.
Adapun saran yang ingin saya sampaikan yaitu untuk bangsa Indonesia terlebih kita
sebagai mahasiswa dimana akan meneruskan togak kehidupan sebagai penerus bangsa, sudah
semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di
Indonesia sudah saatnya dibenahi dan di tata ulang agar dapat terbentuk pemerintahan yang baik
(good Government), dan segala bentuk penyimpangan dan hambatan yang mengganggu
terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

Daftar Pustaka
1. Wirdayanto, Ardi.“Perbandingan Sistem Pemerintahan orde Baru dan Reformasi.”
www.blogspot.com Diakses selasa 1/2/2013 09:23
http://hitamandbiru.blogspot.com/2011/01/perbandingan-sistem- pemerintahan.html
2. Budiyarti, Utari. “Makalah Hak Asasi Manusia.” www.blogspot.com Diakses selasa
1/2/2013
pukul 09:25 http://oeebudhi.blogspot.com/2012/01/makalah-hak-asasi-manusia.html
3. Hendardi.”Tentang kinerja Penegakan HAM SBY-Boediono (2009-2010)”.
www.setara-institute.org.id Diakses kamis 1/10/2013
http://www.setara-institute.org/id/content/tentang-kinerja-penegakan-ham-sby-boediono2009-2010

[1] Dalam artikel. “Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM Di Indonesia”

http://lovesgreen.blogspot.com/2010/08/hambatan-dan-tantangan-dalam-penegakan.html