PERILAKU DAN ADAPTASI MASYARAKAT URBAN T

PERILAKU DAN ADAPTASI MASYARAKAT URBAN TERHADAP
DAMPAK PENCEMARAN UDARA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

.

Oleh :
ZUMRODI

250120150017

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

Pendahuluan

Demi meningkatkan kesejahteraan, manusia melakukan pembangunan di segala
bidang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dasar manusia yang berupa sandang,
pangan dan papan, manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berkorelasi
terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang semakin intensif, yang pada gilirannya akan
mengurangi ketersediaan atau cadangan sumber daya alam tersebut. Meski cadangan
sumber daya alam cukup tersedia, akan tetapi karena laju pemanfaatannya yang
sedemikian cepat, maka dalam waktu singkat-tanpa sempat berganti generasi-cadangan
sumber daya alam tersebut akan segera habis.
Pembangunan dengan fondasi dasar pembangunan sektor ekonomi dengan
penggerak utama industri dan teknologi telah menyebabkan meningkatnya tingkat
pencemaran udara pada dewasa ini. Pencemaran udara secara umum terbagi menjadi dua
yatiu : 1) faktor alamiah seperti debu dari tanah yang tertiup angin, letusan gunung berapi,
pembusukan sampah organik; dan 2) faktor aktifitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar fosil, debu kegiatan industri, dan pemakaian bahan kimia yang diemisikan ke udara.
Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang menjadi penyusun atmosfer.
Campuran tersebut terdiri atas kelompok gas yang berada pada konsentrasi hampir
konstan dan juga beberapa gas yang mengalami perubahan konsentrasi seiring perubahan
ruang dan waktu. Berdasarkan konsentrasinya, gas penyusun atmosfer juga dibedakan
menjadi dua yaitu gas mayor dan gas minor. Gas mayor merupakan senyawa gas di

atmosfer dengan konsentrasi relatif besar seperti nitrogen dan oksigen. Selebihnya gas
dengan konsentrasi yang sangat kecil dikenal sebagai gas minor seperti Helium, Neon,
Argon, Xenon, dan Radon.
Beberapa jenis gas berada pada konsentrasi yang bervariasi seperti uap air (H2O),
karbon dioksida (CO2), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Para
ahli berpendapat bahwa selain disebabkan oleh peristiwa secara alami, perubahan
konsentrasi gas tersebut di atmosfer juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, salah
satunya adalah penggunaan bahan bakar fosil yang melepaskan lebih banyak CO 2 ke
atmosfer.
Permasalahan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membawa
dampak bagi perikehidupan manusia, baik yang bersifat positif manupun negatif. Dampak
yang

bersifat

positif

dari


perkembangan

tersebut

adalah

peningkatan
2

kualitas/kesejahteraan

dan

kenyamanan

hidup.

Contoh

dampak


positif

adalah

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan yang berkorelasi
terhadap meningkatnya angka harapan hidup masyarakat. Dampak negatif ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah sebaliknya, menurunkan kualitas dan kenyamanan
hidup masyarakat. Contoh dampak negatif adalah terjadinya pencemaran, baik itu pada
media air, tanah maupun udara.
Ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan kepada lingkungan yang akan
mempengearuhi kualitas dan kenyamanan hidup masyarakat. Perubahan lingkungan
terbesar terjadi pada kawasan perkotaan dimana kehidupan industri dan jasa merupakan
penggerak roda perekonomian. Dengan kondisi yang ada, masyarakat urban/perkotaan
dihadapkan pada suatu permasalahan baru yang belum terfikirkan pada masyarakat
beberapa generasi sebelumnya seperti pencemaran, kemacetan, kejahatan, kemiskinan dan
kesenjangan sosial. Permasalahan tersebut merupakan hambatan sehingga perlu di lakukan
penanggulangan demi keberlanjutan dan kenyamanan hidup masyarakat. Permasalahan
perkotaan seperti pencemaran memerlukan penanggulangan melalui penyesuaian perilaku
dan adaptasi. Perilaku dan adaptasi yang dilakukan tersebut menjadi kajian dalam tulisan

tentang psikologi lingkungan ini.
Dampak Pencemaran Udara
Masyarakat urban merupakan masyarakat perkotaan yang dicirikan dengan
kehidupan dan mata pencaharian berdasarkan kegiatan jasa dan industri. Masyarakat
perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan (rural) yang masih mengandalkan sektor
pertanian (agraris) sebagai penopang kehidupan dan mata pencaharian. Selain itu
masyarakat urban juga dicirikan dengan sistem kehidupan yang cenderung individual,
berbeda dengan masyarakat rural yang lebih bersifat komunal dengan ikatan kekeluargaan
antar mereka yang masih dekat baik dalam hal ikatan darah, kesukuan atau agama.
Demi mempertahankan hidup, masyarakat perkotaan menyesuaikan diri dengan
mengadopsi seperangkat perilaku dan adaptasi untuk mengurangi dampak yang ada.
Permasalahan perkotaan seperti pencemaran udara dalam pandangan psikologi lingkungan
merupakan suatu stimulus, dimana perilaku dan adaptasi masyarakat perkotaan (urban)
merupakan respon yang dilakukan menghadapi rangsangan tersebut.
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai masuk atau dimasukkannya bahan-bahan
atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi
udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada dalam waktu yang cukup lama akan dapat mengganggu kehidupan
3


tidak hanya manusia akan tetapi juga bianatang dan tumbuhan. Bila keadaan tersebut
terjadi maka udara dikatakan tercemar dan kenyamanan perikehidupan manusia akan
terganggu.
Udara merupakan bagian dari atmosfer yang merupakan lapisan gas yang
mengelilingi bumi dan melindungi bumi dari sinar sinar berbahaya yang berasal dari
matahari. Lapisan atmosfer ini merupakan campuran berbagai macam gas dengan
konsentrasi yang makin menurun seiring kenaikan ketinggian hingga akhirnya bertemu
dengan ruang hampa di luar angkasa. Secara kasar komposisi atmosfer terdiri atas
Nitrogen (78%), Oksigen (21%) dan gas gas lainnya sebesar 1%.
Oksigen sangat berguna dalam menunjang segala kehidupan yang ada di muka
bumi. Seiring berjalannya waktu dari jaman purbakala, sejumlah tertentu oksigen
membentuk senyawa oksigen lain yang disebut Ozon (O3). Keberadaan lapisan Ozon di
atmosfer sangat penting karena dia berfungsi menyerap sinar ultra ungu (UV) dari
matahari yang sangaat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Akan tetapi sayangnnya
penggunaan senyawa pendingin berupa kloroflorokarbon (CFC) dalam banyak studi telah
menyebabkan terjadinya lubang ozon (Ozon hole).
Semua aktifitas manusia diperkirakan juga berpengaruh terhadap komposisi gas di
atmosfer bumi melalui suatu kejadian yang disebut Efek Rumah Kaca (greenhouse effect).
Berbagai gas yang dilepaskan manusia ke angkasa seperti karbon dioksida (CO 2) dan
metana (CH4) bersifat menjebak radiasi sinar matahari yang pada akhirnya menyebabkan

kenaikan suhu permukaan bumi. Perubahan keseimbangan konsentrasi gas di atmosfer
inilah yang kemudian menyebabkan apa yang disebut sebagai efek rumah kaca yang
berdampak pada terjadinya pemanasan global.
Dampak lingkungan hidup dapat diartikan sebagai pengaruh pada lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Contoh dampak pencemaran udara adalah senyawa
kimia timbal (Pb) yang pada konsentrasi tertentu menyababkan gangguan kecerdasan pada
anak-anak, gangguan iritabilitas, gangguan agretifitas dan hiperaktifitas serta terjadinya
tendensi kriminalitas pada pria. Pencemaran udara dari senyawa timbal banyak berasal
dari bahan bahan yang menggunakan timbal sebagai bahan seperti pada bensin maupun zat
zat pewarna (cat). Contoh lain adalah pencemaran akibat dioksin yang ditimbulkan pada
proses pembakaran (bahan organik) akan meyebabkan peneurunan intelegensia dan
ketrampilan gerak, perubahan perilaku feminitas dan maskulinitas, kurang mampu
berkonsentrassi, hiperaktif dan meningkatnya prevalensi autisme. Selain itu zat ini juga
menyebabkan kecenderungan perilaku menyeimbang.

4

Perilaku dan Adapatasi Masyarakat Msayarakat Urban
Teori dasar yang menjadi landasan konsep Psikologi Lingkungan adalah bagaimana
hubungan manusia dengan lingkungannya dijelaskan dalam perspektif teori stilmulus dan

respon. Dalam teori ini dijelaskan bahwa manusia sebagai organisme sangat dipengaruhi
oleh lingkungannya. Stimulus merupakan rangsangan dari luar manusia atau segala
sesuatu yang mempengaruhi manusia. Psikologi lingkungan membahas stimulus sebagai
lingkungan yang akan mempengaruhi manusia yang berinteraksi dengannya. Lingkungan
dalah hal ini dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Selanjutnya respon dapat dijelaskan sebagai perilaku atau tingkah laku yang terjadi
pada manusia setelah mendapatan stimulus atau obyek yang berada di lingkungan.
Perilaku atau tingkah laku manusia yang muncul merupakan akibat dari adanya stimulus
yang diterimanya. Dengan demikian teori stimulus dan respon dapat dipahami sebagai
suatu rangkaian sebab akibat (causal).selain itu hubungan stimulus-respon dapat dilihat
sebagai hubungan yang sepihak, dalam pengertian tingkah laku hanya muncul ketika ada
stimulus. Pada kondisi lain, ketika dalam keadaan pasif, manusia hanya menerima
rangsangan dari lingkungan tanpa ada tindak lanjut perilaku atau tingkah laku.
Menurut Bell (1974), stimulus yang disukai manusia adalah stimulus yang moderat,
dalam pengertian stimulus tersebut yang diterima manusi dari lingkungan tidak dalam
jumlah berlebihan ataupun sebaliknya, kekurangan. Seseoarang menilai kurang atau
lebihnya suatu stimulus adalah dari hasil pengolahan indrawi dan persepsi. Hal ini berarti
ada kognisi yang dimiliki seseorang dalam menilai stimulus lingkungan, inilah yang
mendasari perilaku adaptasi seseorang. Dalam teori adaptasi ada tiga hal yang menjadi
perhatian bagi keberhasilan peliku adaptasi yang dilakukan. Tiga hal tersebut adalah

intensitas stimulus, keragaman stimulus dan pola stimulus yang meliputi struktur dan
kejelasan pola. Adaptasi dapat dianggap sebagai pergesaran kuantitatif dalam memberikan
penilaian atau respon afeksi sepanjang stimulus yang menerpa dirinya secara terus
menerus. Tingkatan adaptasi masing masing individu adalah beragam, dan sangat
dipengaruhi oleh tingkatan stimulus yang terjadi sebagaimana disebutkan diatas.
Mirip dengan konsepsi adaptasi dalam Psikologi Lingkungan, konsep adaptasi juga
telah lama menjadi pusat kajian dalam studi kebudayaan dan ekologi manusia sejak
pertama kali diperkenalkan oleh Julian Steward pada tahun 1955. Berdasarkan sudut
pandang ekologi manusia adaptasi dapat diartikan sebagai suatu strategi penanggualangan
yang dilakukan manusia dalam kehidupannya sebagai respon terhadap berbagai perubahan
ekosistem atau lingkungan biofisi dan sistem sosial. pada umumnya manusia memiliki

5

kelenturan yang sangat luar biasa dalam mengadaptasikan diri terhadap berbagai kondisi
ekosistem dan lingkungannnya.
Penyesuaian diri manusia dalam merespon perubahan yang terjadi di lingkungan
melalui proses adaptasi, dibedakan menjadi : 1) adaptasi fisiologi; 2) adaptasi perilaku;
dan 3) adaptasi kebudayaan. Adaptasi fisiologi dan adaptasi perilaku manusia
menghasilkan suatu proses yang lebih dikenal sebagai evolusi. Adaptasi fisiologi

dihasilkan melalui proses perkembangan dari masa pertumbuhan kehidupan manusia
mulai dari dalam kandungan, bayi, remaja hingga dewasa. Contoh paling mudah tentang
adaptasi fisiologi dapat ditemui pada masyarakat yang tinggal di pegunungan tinggi,
dimana mereka memiliki paru paru yang besar sebagai penyesuaian kondisi alamiah
pegunungan yang memiliki kadar oksigen dalam udara yang relatif rendah.
Adaptasi perilaku lebih menekankan bagaimana manusia memberikan respon
terhadap rangsangan atau keadaan yang ada dan terjadi di lingkungannya. Contoh adaptasi
perilaku adalah bagaimana pola makan (diet) pada masyarakat tradisional akan
menyesuaikan dengan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya. Misalnya masyarakat
pesisir akan memiliki alternatif sumber protein yang lebih besar dari perairan, sementara
pada masyarakat pedalaman akan mencari sumber protein dari peternakan, misalnya ayam
atau telur.
Berbeda dengan adaptasi fisiologi dan perilaku, adaptasi kebudayaan dapat
didefinisikan sebagai suatu strategi penanggulangan yang diupayakan manusia dalam
merespon perubahan lingkungan atau perubahan sosial. Contoh adaptasi kebudayaan
adalah hasil karya manusia mengahadapi lingkungan yang ekstem, misalnya bagaimana
bentuk rumah dan cara berpakaian akan sangat berbeda antara mereka yang tinggal di
gurun pasir dan mereka yang tinggal di kutub. Demikian pula pada masyarakat perkotaan
akan memiliki adaptasi kebudayaan yang berbeda, meski tanpa disadari.
Berbagai perilaku yang menjadi ciri masyarakat urban sebagai antisipasi kondisi

udara dan lingkungan yang sangat tercemar adalah sangat beragam. Dapat disebutkan
disini misalnya pola makan/diet dengan banyak suplemen, banyak makan antioksidan
(buah dan sayur) sebagai antisipasi banyaknya radikal bebas sebagai akibat penceamaran.
Selain itu dalam cara berpakaian, masyarakat urban memilih bahan yang tahan, seperti
jeans, bahan yang nyaman seperti katun/kaos dalam udara perkotaan yang panas, serta
memakai masker ketika melakukan aktifitas luar ruang. Lebih lanjut masyarakat urban
juga mnyesuaikan perilaku dengan pulang dari beraktifitas atau kerja menunggu lewatnya
puncak kemacetan, pulang lebih larut dan berangkat lebih awal. Dengan kondisi yang ada,

6

tekanan yang sedemikian besar, menjadikan waktu libur menjadi sangat berarti dan
dinikmati bagi masyarakat urban.
Kesimpulan
1.

Pembangunan dengan titik berat sektor ekonomi dengan penggerak utama industri
dan teknologi teleh menyebabkan meningkatnya pencemaran udara di kawasan
perkotaan yang berdampak pada perubahan perilaku masyarakat urban.

2.

Demi mempertahankan hidup, masyarakat urban/perkotaan menyesuaikan diri
dengan mengadopsi seperangkat perilaku dan adaptasi untuk mengurangi dampak
pencemaran udara.

Referensi :
Iskandar, Johan. 2009, Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan, Program studi
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran, Bandung.
Iskandar, Zulrizka, 2012, Psikologi Lingkungan, Teori dan Konsep, Refika Aditama,
Bandung
Koencoro, Prof, Dr, tanpa tahun, Mengendalikan Lingkungan Khususnya Pencemaran
Udara dalam Perspektif Psikologi, UGM Jogjakarta.
Wardhana, Wisnu Arya, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi,
Jogjakarta.

7