PERILAKU SOSIAL pelajar di sekolah HEWAN.doc

MAKALAH
ETOLOGI
“POLA PERILAKU SOSIAL HEWAN”
Oleh :
KELOMPOK 11
Cinditya Septiani Galib

(A 221 14 015 )

Rian Adiputra

(A 221 14 024)

Adhy Hanbert Katuwu

(A 221 12 138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO
2016
BAB I

1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Semua organism memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku
bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang
sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai
aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati
perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita
amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan
merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos =
manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku
manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita
menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik.
Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis

(perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses
belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada
perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang
menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan
pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini
merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian,
diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu
genetis

dan

lingkungan

(proses

belajar),

sehingga

terjadi


suatu

perkembangan sifat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang
hendak diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pola perilaku sosial pada hewan ?
2. Bagaimana perilaku sosial yang dilakukan oleh beberapa hewan ?
1.3 TUJUAN

2

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang akan
dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola perilaku social pada hewan.
2. Untuk mengetahui perilaku sosial yang dilakukan oleh beberapa hewan.

\


BAB II
LANDASAN TEORI

3

Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi (dari
bahasa Yunani: ἦθος, ethos, "karakter"; dan –λογία, -logia) adalah suatu cabang
ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme
serta faktor-faktor penyebabnya.
Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka
aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap
lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan Belanda Nikolaas
Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih
payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang
kedokteran di tahun 1973.
Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerjakerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang
kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan
evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada prosesproses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenisjenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku
suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan
juga disebut etolog.

Istilah “etologi” diturunkan dari bahasa Yunani, sebagaimana ethos (ήθος)
ialah kata Yunani untuk "kebiasaan". Kata lain yang diturunkan dari kata Yunani
ethos ialah: etis dan etika. Pertama kali istilah ini diperkenalkan dalam bahasa
Inggris oleh Myrmekolog Amerika William Morton Wheeler pada 1902. Pada
awalnya, sedikit pandangan berbeda dari istilah itu diusulkan oleh John Stuart
Mill dalam System of Logic 1843nya. Ia menganjurkan pengembangan sains baru,
"etologi," yang tujuannya akan menjadi penjelasan dari perbedaan perseorangan
dan nasional dalam karakter, pada dasar psikologi asosiasionistik. Penggunaan
kata ini tak pernah dipakai, bagaimanapun.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pola Perilaku Sosial Hewan

4

Perilaku sosial yang didefinisikan secara luas, adalah Perilaku yang
dilakukan oleh satu individu atau lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi
antar individu dan antar kelompok, umumnya dari spesies yang sama. Berikut
macam-macam perilaku sosial hewan :
1) Perilaku agonistik

Perilaku agonistik adalah suatu pertandingan yang melibatkan baik perilaku
yang mengancam maupun yang patuh menentukan pesaing mana yang
mendapatkan akses ke beberapa sumber daya, seperti makanan atau pasangan
kawin. Banyak perilaku tersebut melibatkan ritual, penggunaan aktivitas simbolik,
sehingga biasanya tidak ada bahaya yang serius yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang beradu. Contohnya pada ular berbisa yang mencoba memelintir satu sama
lain ke tanah, tetapi ular-ular tersebut tidak pernah menggunakan giginya yang
mematikan dalam perkelahian.
2) Hirarki Dominansi
Banyak hewan hidup dalam kelompok sosial yang dipertahankan oleh
perilaku agonisti. Contohnya adalah ayam. Jika beberapa ayam betina yang tidak
saling mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan
merespon dengan berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu akan
membentuk suatu “urutan patukan” yang jelas- suatu hirarki dominansi yang
kurang lebih linier.
3) Teritorialitas
Suatu teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu
hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori
secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan
anak, atau kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi teritori sudah tetap, dan

ukurannya bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi teritori, dan jumlah sumber
daya yang tersedia. Pada banyak spesies yang mempertahankan teritori hanya
pada musim kawin, individu dpaat membentuk kelompok sosial pada waktu
lainnya.
4) Sistem Perkawinan
Perilaku kawin berhubungan langsung dengan kelestarian hidup hewan.
Terdapat suatu hubungan yang erat antara perilaku kawin yang diamati dengan

5

jumlah keturunan, yang seringkali menjadi penentu utama kelestarian hidup
seekor hewan. Banyak hewan yang terlibat dalam percumbuan, yang
mengumumkan bahwa hewan yang terlibat tidak dirasa mengancam merupakan
pasangan kawin yang potensial. Pada sebagian besar spesies, hewan betina
memiliki banyak investasi parental dibandingkan dengan hewan jantan dan kawin
secara lebih selektif. Hewan jantan pada sebagian besar spesies berkompetisi
untuk mendapatkan pasangan kawin, hewan betina pada banyak spesies terlibat
dalam penilaian, atau penyeleksian hewan jantan berdasarkan ciri-ciri yang lebih
disukai.
Pada banyak spesies, perkawinan adalah bersifat promiscuous, tidak ada

ikatan pasangan yang kuat atau hubungan yang bertahan lama. Pada spesies di
mana pasangan kawin masih tetap bersama-sama selama periode waktu yang
lama, hubungan itu bisa bersifat monogamy (satu jantan mengawini satu betina)
atau poligami (individu dari satu jenis kelamin mengawini beberapa individu dari
jenis kelamin yang berlawanan). Hubungan poligami yang paling sering
melibatkan seekor jantan tunggal dengan banyak hewan betina, disebut poligini.
Namun demikian, pada beberapa spesies seekor betina kawin dengna beberapa
jantan, disebut poliandri(Campbell.2004).
Satu di antara contoh perilaku kawin yang dapat kita ambil pada sejenis
kupu-kupu Saturnia pyri dimana yang betina melepaskan stimulus kimia untuk
merangsang jantan melakukan kopulasi. Sedangkan pada orangutan pemerkosaan
umum terjadi. Jantan sub-dewasa akan mencoba kawin dengan betina manapun,
meskipun mungkin mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan
mudah menolaknya. Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan
dewasa.
5) Perilaku Makan
Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus
hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang
dapat dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk
mencari


makanan.

Jadi

hewan

berperilaku

sedemikian

rupa

untuk

6

memaksimumkan perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu.
Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui
perkembangan “citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara,

menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu
mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus.
Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap,
daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam
jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan
bersama. Perilaku makan berbeda-beda pada masing-masing spesies hewan.
Contohnya pada Monyet rhesus. Monyet rhesus adalah binatang siang (diurnal)
yang hidup di pohon-pohon maupun di permukaan tanah. Umumnya ia herbivora
dan memakan daun-daunan dan daun pinus, akar-akaran, dan kadang-kadang
serangga atau binatang-binatang kecil. Monyet ini mempunyai pipi yang khusus
seperti kantung, yang memungkinkannya menimbun makanannya. Bahan
makanan yang sudah dikumpulkan akan dimakannya belakangan di daerah yang
aman. Selain itu, Monyet-monyet yang menemukan makanan biasanya akan
mengumumkan hal ini dengan panggilan-panggilan yang khas, meskipun ada
yang mengatakan bahwa monyet-monyet muda atau yang rendahan kadangkadang akan berusaha menghindari hal itu apabila temuan mereka tidak diketahui.
3.2 Contoh perilaku sosial yang dilakukan oleh hewan
Komunikasi antar serangga diperlukan diantaranya dalam mendapatkan
pasangan, komunikasi terjadi bila salah satunya memberi signal atau isyarat yang
bisa berupa signal visual, sentuhan suara, dan kimiawi. Komunikasi ini bisa
dilakukan dalam jarak jauh, biasanya melibatkan alat visual, bahan kimia tersebar

di udara, alat pendengar (auditory) dan lain-lain. Dalam tubuh serangga bahan
kimia diproduksi di suatu bagian dan disebarkan ke bagian lain, disebut hormon,
dan ada yang dikeluarkan oleh suatu individu untuk mempengaruhi individu lain
Komunikasi kimia terjadi karena adanya bahan kimia yang mempengaruhi
perilaku. Untuk komunikasi jarak dekat biasanya menggunakan kombinasi
beberapa organ perasa.Jenis komunikasi ini ada yang sifanya khusus digunakan

7

antar individu dalam suatu spesies (intraspesifik) dan ada yang digunakan antar
spesies yang berbeda (interspesifik).
Komunikasi visual berhubungan dengan penglihatan, seperti kupu-kupu
jantan melihat adanya kupu-kupu betina, kunang-kunang jantan yang terbang dan
menyala di malam hari, dan komunikasi pada lebah madu yang melakukan tariantarian untuk memberi tahu temannya jika menemukan sumber makanan.
Komunikasi suara atau auditory communication dapat terjadi karena adanya
gerakan fibrase dan gerakan pada alat stidulasi.Alat studulasi, gerakan
menggaruk, seperti pada belalang ketika sayap belakangnya menggaruk femur
belakang.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Pola perilaku sosial merupakan Perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau
lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok,

umumnya dari spesies yang sama.
2. Macam- macam pola perilaku social pada hewan :

8







Perilaku Agonistik
Hirarki Dominansi
Teritorialitas
Sistem perkawinan
Perilaku makan

4.2 SARAN
Apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat penulisan yang keliru atau
kekurang lengkapan isi mohon masukannya guna melengkapi pembuatan makalah
di kemudian hari.

9