BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan

  suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas dalam Jumali, dkk, 2004).

  Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan dan ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.

  Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu dari aspek kemampuan berbahasa meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara dan berkomunikasi, menulis, dan membaca (Depdiknas, 2006).

  Bagi warga negara Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional dan bahasa yang dibawa sejak lahir. Namun demikian, sistem pendidikan di Indonesia tetap menuntut siswa untuk tetap mempelajari bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di sekolah. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan yang nantinya pembelajaran ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, dimana belajar bahasa adalah belajar berkomunukasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan melalui karya-karya sastranya (Depdiknas, 2006).

  Secara umum mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: 1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, 2) memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan, 3) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, 4) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai denga etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra puisi maupun prosa untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 6) menghargai dan membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006).

  Menurut Slameto (2010), siswa dinyatakan berhasil dalam belajar apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai, sehingga pada diri siswa memiliki pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yang dalam hal ini mencakup hasil belajar dan nilai Ujian Nasional. Berdasarkan data Dinas Pendidikan yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Kadisdik Sumut), Syaiful Safri saat menyampaikan hasil UN (Ujian Nasional) tingkat SMP di ruang pertemuan Disdik Sumut pada hari Jumat 03 juni 2011. Menurut Syaiful, jumlah peserta Ujian Nasiona (UN) di Sumatera Utara 244.409 siswa. Untuk UN SMP sebanyak 194.254 siswa dengan persentase kelulusan 99,8% atau 194.034 dinyatakan lulus dan 220 siswa tidak lulus. Selanjutnya, nilai UN yang diperoleh siswa SMP yaitu sebagai berikut:

  Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP

  No Nama Sekolah Nilai (Rata-Rata) Total SMP Nilai

  B.Ind B.Ing Mate IPA

  1 Karya Agung 8,5 9,42 9,43 8,95 36,3

  2 Metodist Tebing 8,64 9,16 9,21 9,19 36,2

  3 Syafiyatul 8,83 9,07 9,07 9,17 36,02 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai bahasa Indonesia merupakan nilai yang paling rendah di antara niali-nilai lainnya yaitu nilai bahasa

  Inggris, matematika, dan IPA. Hal tersebut sesuai dengan data lapangan yang diperoleh peneliti pada SMP Negeri 17 Medan bahwa terjadi penurunan nilai bahasa Indonesia pada siswa kelas VII. Guru bahasa Indonesia kelas VII juga mengaku bahwa bahasa Indonesia juga menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran yang ada pada Ujian Nasional. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil wawancara berikut:

  “saya heran, mengapa bisa bahasa Indonesia menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran UN sementara bahasa Indonesia adalah bahasa kita sehari-hari dan bahasa yang dibawa sejak lahir. Bahkan nilai ulangan harian pun kurang memuaskan. Anak-anak lebih susah untuk menyelesaikan soal bahasa Indonesia dibandingkan dengan soal bahasa Inggris maupun yang lainnya” (Wawancara Interpersonal, Rabu tanggal 07 Desember 2011) Berhasil tidaknya siswa dalam belajar bergantung pada bagaimana proses yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah salah satu hal yang dapat menjadi acuan untuk melihat kualitas peserta didik serta kompetensi pendidik dalam proses pembelajaran dalam suatu mata pelajaran.

  Gronlund (1985) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit bagian ataupun bab tertentu mengenai materi yang telah dikuasai oleh siswa pada proses pembelajaran. Tidak semua siswa mampu menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini terlihat berdasarkan data yang didapat dari salah satu guru bidang studi SMP Negeri 17 Medan, Hasan Basri bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia kelas VII (tujuh) SMP Negeri 17 Medan mengalami penurunan.

  Rata

  • –rata nilai Bahasa Indonesia pada ulangan semester I kelas VII tahun ajaran 2007/2011 terlihat pada Tabel 1

  Tabel 2. Laporan Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007-2011 Tahun Nilai Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Mate-matika (Rata-rata) (Rata-rata) (Rata-rata)

  2009 8,55 8,48 8,33

  2010 8,31

  8.86

  9.09 2011 8.06 8,48 9,23

  Sumber : Guru Bidang Studi (Data Diolah) Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang salah satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh guru kepada siswa pada proses pembelajaran. Tinggi rendahnya nilai dan hasil belajar ssiwa dipengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar (Nurhadi, 2004). Rendahnya nilai bahasa Indonesia menurut data di atas tidak hanya disebabkan dari faktor siswa saja tetapi dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang membosankan dan tidak berpihak kepada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh siswa-siswi berdasarkan hasil survey awal peneliti dengan menggunakan questionare kepada 30 siswa yang dibantu dengan wawancara pada siswa SMP Negeri 17 Medan menyatakan bahwa kebanyakan guru di SMP ini tidak memperdulikan kegiatan siswa. Guru hanya fokus pada materi yang harus disampaikan tanpa memperhatikan dan bertanya kepada siswa sehubungan dengan materi yang disampaikan. Proses belajar mengajar berlangsung satu arah dimana siswa tidak diminta aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

  Lebih lanjut, selain wawancara dengan salah satu siswi, wawancara juga dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan mengaku bahwa metode mengajar yang digunakan ketika proses belajar mengajar adalah metode ceramah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut: “metode yang saya gunakan ya ceramah, karena metode ini lebih simpel dan sudah sejak dulu digunakan, jadi tidak ada masalah”

  (Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011) Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa masih ada guru yang melakukan proses pembelajaran dengan metode yang tidak berpihak pada siswa dengan mendominasi dan tidak memperhatikan kegiatan siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan metode ceramah. Menurut Slameto (2010) guru yang terlalu mendominasi jalannya proses belajar mengajar serta berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta tanpa pernah memotivasi siswa untuk berperilaku positif, akan cepat merasa puas ketika peserta didiknya mampu menghafal materi-materi yang disampaikannya, tanpa menyadari bahwa tekanan yang dirasakan oleh peserta didik telah merubah perilaku mereka menjadi pemberontak.

  Dimyati dan Mudjiono (2005) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Kegagalan atau keberhasilan situasi belajar sangat bergantung pada seni dan keterampilan guru pada proses pembelajaran (Hamalik, 2003). Hal tersebut dapat terlihat melalui hasil wawancara di SMPN 17 Medan berikut ini:

  “Kalau gurunya gak serem dan gak buat bosan, siswanya semangat dengerin guru yang lagi jelasin di depan. Waktu kuis pun bisa jawab. Kalau cuma ceramah bosan lah. Harusnya bisa kreatif lah kak, jadi gak gitu-gitu terus di dalam kelas.

  ” (Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011) Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997).

  Menurunnya konsentrasi siswa saat belajar hal tersebut akan menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Selain itu, menurut Taniredja (2011) metode ceramah juga memiliki banyak kelemahan yaitu: (1) Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, akibatnya siswa menjadi pasif karena tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya, (2) siswa yang kecepatan belajarnya lambat akan mengalami kesukaran mentransfer pengetahuan baru jika guru mengajar terlalu cepat, sebaliknya siswa yang kecepatan belajarnya cepat akan bosan, (3) siswa tidak diberikan kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif, pengajaran tidak berpusat pada siswa tetapi pada guru sehingga siswa menjadi pasif, tidak terampil, tidak dapat berkonsentrasi lebih lama dan mudah bosan, (4) guru sukar mengetahui sampai dimana siswa telah mengetahui pembicaraanya, (5) siswa sering kali memberi pengertian lain dari hal yang dimaksudkan guru, (6) siswa dengan model pembelajaran auditif/audio akan lebih efektif dengan metode ini dibandingkan dengan siswa visual, (7) guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya.

  Berkaitan dengan hal tersebut salah satu metode yang mampu menjaga dan meningkatkan konsentrasi siswa serta membuat siswa menjadi aktif dan kreatif adalah dengan hypnoteaching. Hypnoteaching berasal dari kata hipnotis yang berarti sugesti dan teaching yang berarti mengajar. Menurut Jaya (2010), metode pembelajaran hypnoteaching merupakan suatu cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif karena sebelum proses belajar-mengajar berlangsung, siswa sudah di kondisikan rileks dan siap untuk belajar. Hypnoteaching menciptakan keadaan dimana semua siswa harus terlibat aktif di kelas, melakukan semua instruksi guru dengan cepat, dan membuat mereka dalam suasana yang menyenangkan (Hajar, 2011).

  Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan. Susana belajar dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting, guru harus bisa menjaga stabiltas emosi dan psikologisnya (Mukhlis, 2011). Hypnoteaching adalah perpaduan konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hypnotist (Noer, 2010). Lebih lanjut, Jaya (2010) menjelaskan hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran alam sadar dan pikiran alam bawah sadar (kondisi relaks).

  Proses pembelajaran dengan membuat siswa menjadi rileks, santai, dan merasa nyaman akan membuat siswa lebih berkonsentrasi terhadap materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih mampu menyerap informasi yang diberikan (Mukhlis, 2011). Metode pembelajaran hypnoteaching berbeda dengan teknik hipnotis yang banyak diketahui orang-orang. Hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas dibuat semenarik mungkin dengan membuat tema pada saat proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tetap menjaga kualitas penyampaian materi pelajaran (Hakim, 2010).

  Menurut Hajar (2011), kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah (1) proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik, (2) peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya, (3) proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini, (4) proses pembelajarannya lebih beragam, (5) peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar, (6) pembelajaran bersifat aktif, (7) pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif, (8) peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif, (9) peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati, (10) daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama dikarenakan peserta didik tidak menghafal, (11) perhatian peserta didik akan berpusat dan fokus terhadap materi serta lebih berkonsentrasi penuh.

  Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching. Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari

  

hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa

  Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode

  

hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

  kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan

  Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan

  telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

  Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

  Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching. Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria (2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam

  problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan

  komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan Komputer).

  Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya serta keterangan lain di atas maka peneliti ingin melihat Pengaruh Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Negeri 17 Medan.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh metode pembelajaran

  hypnoteaching terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan?

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri

  17 Medan.

  2. Manfaat Penelitian - Manfaat Teoritis

  a. Penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan dalam ruang lingkup Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan yang terkait dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan menambah daftar temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dari hypnoteaching terhadap hasil belajar siswa.

  Manfaat Praktis -

  a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai hasil penelitian sehubungan dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar siswa.

  b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mewujudkan sasaran utama pendidikan yaitu bersaing dalam dunia pendidikan.

  BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II LANDASAN TEORI

  Terdiri atas teori hypnoteaching dan teori tentang hasil belajar. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

  BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisa data. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel tergantung dan variabel bebas adalah hypnoteaching. Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil belajar yang akan diberikan sebelum dan sesudah dilakukan treatment .

  BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan saran praktis serta saran metodologis yang akan diuraikan.