Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan

(1)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP

HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

(Studi Pra-Eksperimen pada Topik Berkomunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian Sarjana Psikologi

oleh :

DINA DARA GINTING

(081301007)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi penulis yang berjudul :

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini penulis kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, penulis bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2012

DINA DARA GINTING NIM 081301007


(4)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.


(5)

THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi

ABSTRACT

Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikolgi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi USU beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakutas Psikologi USU.

2. Bapak Tarmidi, M.Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing penulis dan sekaligus

menjadi dosen pembimbing akademik. Penulis mengucapkan terima kasih atas waktu, arahan, bimbingan, saran dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan saran yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Bu Ika dan Pak Eka yang sudah memberikan kritik, saran, dan ilmu kepada saya sehingga proses revisi dapat segera terselesaikan.


(7)

4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

5. Bapak penulis, Bapak D.Ginting dan keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat dan dukungan penuh. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan pengorbanan yang tiada henti. Skripsi ini terkhusus dipersembahkan untuk kalian. Semoga penulis dapat memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kalian. Peluk cium untuk seluruh keluarga.

6. Kostrawan Kaban, seseorang yang telah banyak membantu, menjaga dan menyayangi penulis. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam suka dan duka selama ini. Semoga kita berdua menjadi orang yang berhasil dan dapat bersama meraih masa depan yang gemilang.

7. Kakak tersayang “Siska” yang telah banyak memberi ilmu, saran, dan masukan,

meluangkan banyak waktu dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabat “ d’Ran ”, Rahma, Ajeng, dan Nisha terima kasih atas doa, dukungan, semangat dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kita menjadi individu yang sukses dan berguna bagi agama, orangtua, nusa dan bangsa. Semoga persahabatan kita dapat terjalin hingga akhir hayat. Sayang kalian semua. Big Hug n Kisses for all of u

9. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan ’08, terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita selama ini, mulai dari


(8)

awal kuliah bertemu dengan teman-teman yang sama-sama matrikulasi, lalu teman-teman yang tergabung dalam kelompok-kelompok tugas dan presentasi. 10.Kepala Sekolah, guru-guru, dan siswa-siswa SMP Negeri 17 Medan, terima kasih

atas ijin, dukungan serta kebersamaan yang terjalin selama masa penelitian penulis. Terima kasih terkhusus kepada adek-adek kelas VII-1 dan VII 3 SMP Negeri 17 Medan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

11.Dan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Bantuan, dukungan dan semangat kalian sangat berarti untuk penyelesaian skripsi ini.

Seluruh skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah SWT jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, Desember 2012 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Hypnoteching... 14

A.1. Definisi Hypnosis ... 15

A.2. Definisi Hypnoteaching ... 16

A.3. Penerapan Hypnosis dalam Mengajar ... 17

A.4. Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching ... 22

B. Hasil Belajar ... 23

B.1. Definisi Belajar ... 23

B.2. Definisi Hasil Belajar ... 24

B.3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25

C. Profil SMP Negeri 17 Medan……… ... 31

D. Dinamika Hubungan Hypnoteaching terhadap Hasil Belajar .. 34

E. Hipotesa Penelitian ... 37


(10)

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

a. Hasil Belajar ... 39

b. Hypnoteaching ... 40

C. Desain Penelitian ... 41

D. Teknik Kontrol Penelitian ... 42

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43

1. Populasi Penelitian ... 43

2. Sampel Penelitian ... 43

3 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ... 44

F. Alat Ukur Penelitian ... 44

G. Uji Validitas,daya beda aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 46

3. Parameter-Parameter aitem ... 47

H. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 50

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 52

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 54

3. Tahap Pengolahan Data ... 55

J. Metode Analisa Data ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Hipotesa ... 57

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Analisa Data ... 58

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 58

1.1. Penggolongan Subjek Berdasarkan Usia ... 58

1.2. Penggolongan Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59


(11)

a. Hasil Uji Asumsi ... 59

1) Uji Normalitas ... 59

b. Hasil Uji Hipotesis ... 59

3. Kategorisasi Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP ... 3

Tabel 2. Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007 - 2011 ... 4

Tabel 3. Blue Print tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Sebelum Uji Coba ... 45

Tabel 4.Hasil Uji Daya Diskriminasi dan Daya Beda Aitem ... 48

Tabel 5. Blue Print Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Setelah Uji Coba .... 50

Tabel 6. Blue Print Pretest Penelitian ... 51

Tabel 7. Blue Print Posttest Penelitian ... 52

Tabel 8. Gambaran Usia Subjek Penelitian ... 58

Tabel 9. Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 59

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 60

Tabel 12. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 13. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 14. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 15. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 16. Hasil Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ... 64

Tabel 17. Hasil Rangkuman Kategorisasi Data Penelitian ... 65

Tabel 18. Hasil Penggolongan Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 65


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I :

1. Alat Ukur Penelitian

LAMPIRAN II :

1. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-1 (Kelompok Kontrol) 2. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-3 (Kelompok Eksperimen)

3. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol 4. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

LAMPIRAN III : 1. Soal Try Out 2. Soal Pretest 3. Soal Posttest

4. Silabus Pembelajaran

5. Sejarah, Visi, dan Misi SMPN 17 Medan 6. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 7. Dokumentasi


(14)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.


(15)

THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi

ABSTRACT

Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas dalam Jumali, dkk, 2004).

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan dan ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu dari aspek kemampuan berbahasa meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara dan berkomunikasi, menulis, dan membaca (Depdiknas, 2006).

Bagi warga negara Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional dan bahasa yang dibawa sejak lahir. Namun demikian, sistem pendidikan di Indonesia tetap menuntut siswa untuk tetap mempelajari bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di sekolah. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan yang nantinya pembelajaran ini


(17)

sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, dimana belajar bahasa adalah belajar berkomunukasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan melalui karya-karya sastranya (Depdiknas, 2006).

Secara umum mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: 1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, 2) memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan, 3) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, 4) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai denga etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra puisi maupun prosa untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 6) menghargai dan membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006).

Menurut Slameto (2010), siswa dinyatakan berhasil dalam belajar apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai, sehingga pada diri siswa memiliki pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yang dalam hal ini mencakup hasil belajar dan nilai Ujian Nasional. Berdasarkan data Dinas Pendidikan yang diungkapkan oleh


(18)

Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Kadisdik Sumut), Syaiful Safri saat menyampaikan hasil UN (Ujian Nasional) tingkat SMP di ruang pertemuan Disdik Sumut pada hari Jumat 03 juni 2011. Menurut Syaiful, jumlah peserta Ujian Nasiona (UN) di Sumatera Utara 244.409 siswa. Untuk UN SMP sebanyak 194.254 siswa dengan persentase kelulusan 99,8% atau 194.034 dinyatakan lulus dan 220 siswa tidak lulus. Selanjutnya, nilai UN yang diperoleh siswa SMP yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP

No Nama Sekolah SMP

Nilai (Rata-Rata) Total Nilai B.Ind B.Ing Mate IPA

1 Karya Agung 8,5 9,42 9,43 8,95 36,3 2 Metodist Tebing 8,64 9,16 9,21 9,19 36,2 3 Syafiyatul 8,83 9,07 9,07 9,17 36,02

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai bahasa Indonesia merupakan nilai yang paling rendah di antara niali-nilai lainnya yaitu nilai bahasa Inggris, matematika, dan IPA. Hal tersebut sesuai dengan data lapangan yang diperoleh peneliti pada SMP Negeri 17 Medan bahwa terjadi penurunan nilai bahasa Indonesia pada siswa kelas VII. Guru bahasa Indonesia kelas VII juga mengaku bahwa bahasa Indonesia juga menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran yang ada pada Ujian Nasional. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil wawancara berikut:

“saya heran, mengapa bisa bahasa Indonesia menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran UN sementara bahasa Indonesia adalah bahasa kita sehari-hari dan bahasa yang dibawa sejak lahir. Bahkan nilai ulangan harian


(19)

pun kurang memuaskan. Anak-anak lebih susah untuk menyelesaikan soal bahasa Indonesia dibandingkan dengan soal bahasa Inggris maupun yang lainnya”

(Wawancara Interpersonal, Rabu tanggal 07 Desember 2011)

Berhasil tidaknya siswa dalam belajar bergantung pada bagaimana proses yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah salah satu hal yang dapat menjadi acuan untuk melihat kualitas peserta didik serta kompetensi pendidik dalam proses pembelajaran dalam suatu mata pelajaran. Gronlund (1985) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit bagian ataupun bab tertentu mengenai materi yang telah dikuasai oleh siswa pada proses pembelajaran. Tidak semua siswa mampu menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini terlihat berdasarkan data yang didapat dari salah satu guru bidang studi SMP Negeri 17 Medan, Hasan Basri bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia kelas VII (tujuh) SMP Negeri 17 Medan mengalami penurunan. Rata–rata nilai Bahasa Indonesia pada ulangan semester I kelas VII tahun ajaran 2007/2011 terlihat pada Tabel 1

Tabel 2. Laporan Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007-2011

Tahun Nilai Bahasa Indonesia (Rata-rata)

Bahasa Inggris (Rata-rata)

Mate-matika (Rata-rata)


(20)

Sumber : Guru Bidang Studi (Data Diolah)

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang salah satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh guru kepada siswa pada proses pembelajaran. Tinggi rendahnya nilai dan hasil belajar ssiwa dipengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar (Nurhadi, 2004). Rendahnya nilai bahasa Indonesia menurut data di atas tidak hanya disebabkan dari faktor siswa saja tetapi dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang membosankan dan tidak berpihak kepada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh siswa-siswi berdasarkan hasil survey awal peneliti dengan menggunakan questionare

kepada 30 siswa yang dibantu dengan wawancara pada siswa SMP Negeri 17 Medan menyatakan bahwa kebanyakan guru di SMP ini tidak memperdulikan kegiatan siswa. Guru hanya fokus pada materi yang harus disampaikan tanpa memperhatikan dan bertanya kepada siswa sehubungan dengan materi yang disampaikan. Proses belajar mengajar berlangsung satu arah dimana siswa tidak diminta aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Lebih lanjut, selain wawancara dengan salah satu siswi, wawancara juga dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan mengaku bahwa metode

2010 8,31 8.86 9.09


(21)

mengajar yang digunakan ketika proses belajar mengajar adalah metode ceramah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut:

“metode yang saya gunakan ya ceramah, karena metode ini lebih simpel dan sudah sejak dulu digunakan, jadi tidak ada masalah”

(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa masih ada guru yang melakukan proses pembelajaran dengan metode yang tidak berpihak pada siswa dengan mendominasi dan tidak memperhatikan kegiatan siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan metode ceramah. Menurut Slameto (2010) guru yang terlalu mendominasi jalannya proses belajar mengajar serta berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta tanpa pernah memotivasi siswa untuk berperilaku positif, akan cepat merasa puas ketika peserta didiknya mampu menghafal materi-materi yang disampaikannya, tanpa menyadari bahwa tekanan yang dirasakan oleh peserta didik telah merubah perilaku mereka menjadi pemberontak.

Dimyati dan Mudjiono (2005) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Kegagalan atau keberhasilan situasi belajar sangat bergantung pada seni dan keterampilan guru pada proses pembelajaran (Hamalik, 2003). Hal tersebut dapat terlihat melalui hasil wawancara di SMPN 17 Medan berikut ini:

“Kalau gurunya gak serem dan gak buat bosan, siswanya semangat dengerin guru yang lagi jelasin di depan. Waktu kuis pun bisa jawab. Kalau cuma


(22)

ceramah bosan lah. Harusnya bisa kreatif lah kak, jadi gak gitu-gitu terus di dalam kelas.”

(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)

Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997). Menurunnya konsentrasi siswa saat belajar hal tersebut akan menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Selain itu, menurut Taniredja (2011) metode ceramah juga memiliki banyak kelemahan yaitu: (1) Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, akibatnya siswa menjadi pasif karena tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya, (2) siswa yang kecepatan belajarnya lambat akan mengalami kesukaran mentransfer pengetahuan baru jika guru mengajar terlalu cepat, sebaliknya siswa yang kecepatan belajarnya cepat akan bosan, (3) siswa tidak diberikan kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif, pengajaran tidak berpusat pada siswa tetapi pada guru sehingga siswa menjadi pasif, tidak terampil, tidak dapat berkonsentrasi lebih lama dan mudah bosan, (4) guru sukar mengetahui sampai dimana siswa telah mengetahui pembicaraanya, (5) siswa sering kali memberi pengertian lain dari hal yang dimaksudkan guru, (6) siswa dengan model pembelajaran auditif/audio akan lebih efektif dengan metode ini dibandingkan dengan siswa visual, (7) guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya.

Berkaitan dengan hal tersebut salah satu metode yang mampu menjaga dan meningkatkan konsentrasi siswa serta membuat siswa menjadi aktif dan kreatif


(23)

adalah dengan hypnoteaching. Hypnoteaching berasal dari kata hipnotis yang berarti sugesti dan teaching yang berarti mengajar. Menurut Jaya (2010), metode pembelajaran hypnoteaching merupakan suatu cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif karena sebelum proses belajar-mengajar berlangsung, siswa sudah di kondisikan rileks dan siap untuk belajar. Hypnoteaching menciptakan keadaandimana semua siswa harus terlibat aktif di kelas, melakukan semua instruksi guru dengan cepat, dan membuat mereka dalam suasana yang menyenangkan (Hajar, 2011).

Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan. Susana belajar dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting, guru harus bisa menjaga stabiltas emosi dan psikologisnya (Mukhlis, 2011). Hypnoteaching adalah perpaduan konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hypnotist (Noer, 2010). Lebih lanjut, Jaya (2010) menjelaskan hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran alam sadar dan pikiran alam bawah sadar (kondisi relaks).

Proses pembelajaran dengan membuat siswa menjadi rileks, santai, dan merasa nyaman akan membuat siswa lebih berkonsentrasi terhadap materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih mampu menyerap informasi yang diberikan (Mukhlis, 2011). Metode pembelajaran hypnoteaching berbeda dengan teknik hipnotis yang banyak diketahui orang-orang. Hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas dibuat semenarik mungkin dengan membuat tema pada saat


(24)

proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tetap menjaga kualitas penyampaian materi pelajaran (Hakim, 2010).

Menurut Hajar (2011), kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah (1) proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik, (2) peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya, (3) proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini, (4) proses pembelajarannya lebih beragam, (5) peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar, (6) pembelajaran bersifat aktif, (7) pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif, (8) peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif, (9) peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati, (10) daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama dikarenakan peserta didik tidak menghafal, (11) perhatian peserta didik akan berpusat dan fokus terhadap materi serta lebih berkonsentrasi penuh.

Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching. Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari

hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode

hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas


(25)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”

telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.

Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria (2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam

problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan Komputer).


(26)

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya serta keterangan lain di atas maka peneliti ingin melihat Pengaruh Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Negeri 17 Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh metode pembelajaran

hypnoteaching terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan.

2. Manfaat Penelitian - Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan dalam ruang lingkup Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan yang terkait dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan


(27)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan menambah daftar temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hypnoteaching

terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dari hypnoteaching

terhadap hasil belajar siswa.

- Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai hasil penelitian sehubungan dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar siswa.

b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mewujudkan sasaran utama pendidikan yaitu bersaing dalam dunia pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(28)

Terdiri atas teori hypnoteaching dan teori tentang hasil belajar. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisa data. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel tergantung dan variabel bebas adalah hypnoteaching. Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil belajar yang akan diberikan sebelum dan sesudah dilakukan

treatment.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan saran praktis serta saran metodologis yang akan diuraikan.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Hypnoteaching

A.1 Definisi Hypnosis

Menurut Jaya (2010), hipnosis berasal dari kata “hypnos” yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata “hypnosis” pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara tahun 1975-1860. Pada masa-masa praktiknya James Braid menggunakan metode

hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980 (dalam Nugroho, 2008) mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal dapat digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk ataupun motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Persuasi verbal di sekolah dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan memotivasi siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari yaitu prestasi yang terbaik.

Menurut Jaya (2010) kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi “hipnosis” yang beberapa definisinya adalah sebagai berikut :


(30)

1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnosis.

2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi. 3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga

mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan gelombang otak dari Betha menjadi Alpha dan Theta.

4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar. Menurut Hakim (2010), “hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsenterasi, yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana sensor-sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif”. Definisi hipnosis yang dimuat dalam jurnal U.S Department of Education, Human Services Division, adalah; “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking.” atau “Hipnosis adalah

penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British Psychological Society menyatakan bahwa “hypnosis dapat mengurangi kecemasan, stres dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini,

hypnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar mengajar.


(31)

A.2 Definisi Hypnoteaching

John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas didalam otaknya meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap proses berfikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja.Pada proses belajar mengajar, hipnosis atau hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa, meningkatkan kemapuan berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian.

Hypnoteaching merupakan cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri. Menurut Jaya (2010),

hypnoteaching merupakan gabungan dua buah kata yaitu “hypnosis” yang artinya mensugesti atau mengubah persepsi dan “teaching” yang berarti mengajar. Dapat diartikan hypnoteaching adalah metode mengajar dengan mengubah persepsi peserta didik terhadap proses belajar mengajar.

Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya, hypnoteaching


(32)

bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching,

dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

A.3 Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching)

Menurut Hakim (2010), ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru untuk melakukan hypnoteaching, antara lain :

1. Relaksasi

Setiap proses belajar mengajar dimulai dengan kesan pertama yang menyenangkan. Suasana santai dan menyegarkan membuat critical area siswa. Untuk menuju ke kondisi relaksasi murid menurut Hakim (2010), hal yang dapat dilakukan guru adalah :

a. Suasana Kelas, artinya sebelum proses belajar mengajar dimulai guru telah mengarahkan murid-murid untuk mengatur ruangan kelas sedemikian rupa untuk mendukung suasana belajar mengajar yang baik. Hal ini mencakup


(33)

kebersihan kelas, susunan bangku, penerangan kelas dan faktor-faktor lain yang mendukung tercapainya suasana kelas yang kondusif.

b. Penampilan Guru, penampilan seorang guru mewakili sikap, kepercayan diri, nilai, karakter dan kepribadiannya sebagai sosok yang paling berpengaruh didalam kelas. Penampilan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam mengubah persepsi siswa dalam menilai proses belajar mengajar. Penampilan guru meliputi cara berpakaian, warna pakaian, aroma tubuh, hingga kerapian rambut guru.

c. Kalimat Pembuka, seorang guru sebaiknya memilih dan menggunakan sebuah kalimat pembuka (termasuk soal cerita) yang dapat menenangkan murid, bukan memberikan sebuah ketegangan kepada murid

2. Mendapatkan Perhatian

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang guru sudah harus membekali diri dengan menyiapkan sesuatu yang dapat ditampilkan didepan siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan terfokus terhadap pelajaran, sehingga murid sejenak dapat melupakan hal-hal lain yang ada dipikirannya yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat berupa mengawali pelajaran dengan dengan doa, menyamakan gerakan maupun tampilan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa.


(34)

Tentukan sebuah tema yang menarik dalam setiap proses pembelajaran untuk menggugah semangat dan rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan disampaikan. Tema ini dapat berupa frase maupun kalimat menarik yang merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar siswa untuk memasuki gelombang pikiran alpha.

4. Menampilkan Struktur dan Peraturan

Saat akan memulai proses pembelajaran, guru memberikan peta pembelajaran secara general, kemudian secara detail. Tujuannya agar sebelum pelajaran dimulai, siswa sudah memiliki gambaran dipikirannya mengenai apa yang akan dipelajarinya. Peraturan serta sanksi terhadap pelanggarannya perlu diterapkan agar pikiran bawah sadar murid mampu melingkupi apa yang seharusnya menjadi fokus/pusat perhatiannya selama proses belajar mengajar.

5. Membangun Hubungan (Building Rapport)

Seorang guru yang terlalu keras atau over discipline sering membuat kondisi murid tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa gelombang pikiran murid sulit berpindah dari beta ke alpha. Membangun hubungan yang dimaksud disini dapat dilakukan dengan teknik-teknik seperti breathing (menarik nafas bersama-sama), mirroring (menyamakan gerakan tubuh guru dan murid) maupun penggunaan bahasa-bahasa persuasif yang bersifat mengajak agar kata-kata yang disampaikan guru dapat langsung didengar oleh pikiran bawah sadar murid.


(35)

Selain itu, pelaksanaan hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas dibuat semenarik mungkin tetapi tetap menjaga kualitas penyampaian materi pelajaran. Hakim (2010), menjelaskan ada 6 langkah hipnosis dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar dalam kelas yang dikenal dengan istilah M.A.S.T.E.R (Mind, Acquiring the fact, Search out meaning, Trigger the memory, Exhibit, Reflect).

Langkah-langkah hypnoteaching di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Langkah 1: Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir)

Guru memulai pelajaran dengan mempersiapkan segala hal yang mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar memperhatikan hal-hal yang mendukung agar materi dapat diterima dan bertahan lama di memori siswa yaitu dengan terciptanya ketenangan pikiran. Hal ini termasuk proses relaksasi, pengaturan suasana kelas hingga penampilan dan kalimat-kalimat yang digunakan oleh guru. Hal ini ditegaskan Hakim (2010) dengan 3 langkah membangun kedekatan antara guru dan murid yaitu; mirroring, eye contact, dan

verbal agreement.

2. Langkah 2: Acquiring The Fact (memperoleh fakta)

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin. Siswa memerlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menegaskan materi sehingga dapat bertahan lama di memori. Hal ini dapat


(36)

dioptimalkan dengan cara penjelasan materi yang disertai dengan contoh-contoh yang nyata, relevan dan dekat dengan kehidupan murid.

3. Langkah 3: Search Out The Meaning (menemukan arti yang sebenarnya)

Guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian pikiran siswa menerima dan memahami maksud dari setiap materi yang diterangkan.

4. Langkah 4: Trigger The Memory (memicu memori siswa)

Guru membangkitkan membuka kesempatan tanya jawab dalam setiap sub-materi yang disampaikan. Cara penyampaian sub-materi harus mampu membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memicu keinginan mereka untuk bertanya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi dengan optimalisasi media p embelajaran yang menarik. Hal ini juga ditegaskan oleh Soelaiman, (1979) seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan proses mengajar, seperti membuat persiapan, memilih dan menggunakan metode, memilih dan menggunakan alat pengajaran serta menilai hasil belajar siswa.

5. Langkah 5: Exhibit (memeragakan)

Pada langkah ini guru melakukan prakting langsung. Guru menunjuk siswa untuk memeragakan materi yang baru disampaikan atau dengan melatih soal-soal yang membantu siswa memahami dan mendalami materi. Sebuah ujian atau latihan


(37)

soal dapat mencerminkan keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah ia pelajari.

6. Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah dipelajari)

Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan. Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran yang baru ia peroleh.

Menjalankan ke-enam langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran

hynoteaching diatas akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses pembelajaran didalam kelas, karena kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan.

A.4 Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching

Menurut Hajar (2011), ada beberapa kelebihan dari hypnoteaching, yaitu: 1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru

dan siswanya

2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing 3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam hypnoteaching

4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam

5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk belajar


(38)

6. Pembelajaran bersifat aktif

7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif

8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif 9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati

10.Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak menghafal pelajaran

11.Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru

Menurut Hajar (2011), ada beberapa kekurangan dari hypnoteaching, yaitu: 1. Belum banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia, sehingga penggunaan

metode ini justru dipandang aneh oleh sebagian kalangan

2. Perlu pembelajaran teknik hypnoteaching agar pendidik bisa melakukan dan menerapkan hypnoteaching di sekolah

3. Pendidik yang ingin mendapatkan kemampuan untuk menggunakan

hypnoteaching membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengikuti pelatihan hypnoteaching

4. Banyak siswa yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran lama yang cenderung pasif dan tidak menuntut keaktifan siswa

B. Hasil Belajar B.1 Definisi Belajar


(39)

Cakupan jenis belajar meliputi hal-hal yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun belajar menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pergaulan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Lester dan Alice (Kunandar, 2007) bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Selanjutnya Djamarah (2006), mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku karena pengalaman dan latihan untuk mencapai tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut kebiasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada diri seseorang serta diperoleh dari pengalamannya melalui proses belajar yang


(40)

mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu dalam pencapaian tujuan instruksional khusus.

B. 2 Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa (Slameto, 2010). Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Sudjana (2005), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Djamarah (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilihat melalui daya serap siswa terhadap suatu materi. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilihat melalui daya serap siswa yaitu perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa terhadap materi tertentu yang telah diajarkan.


(41)

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

1. Faktor Intern

A. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan

Seseorang dapat belajar dengan baik dalam kondisi kesehatan yang baik. Proses belajar megajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. 2) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Siswa yang mengalami cact tubuh sebaiknya belajar pada lembaga pendidikan khusus dan dibantu dengan alat bantu untuk mengurangi pengaruh kecacatannya.

B. Faktor Psikologis 1) Intelegensi

Siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan siswa siswa dengan tingkat intelegensi rendah.

2) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan ajar.


(42)

Minat dan ketertarikan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan dalam belajar. Siswa yang memiliki bakat dalam belajar akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

5) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan hal-hal yang dapat menjadi pendorong sehingga siswa lebih bersemangat dalam mencapai tujuan tertentu

6) Kematangan

Kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi. C. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan fisik seperti tubuh yang lunglai dan kelelahan rohani seperti bosan dan lesu.

2. Faktor Ekstern A. Faktor Keluarga


(43)

Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anak dapat membuat anak tidak berhasil dalam belajar.

2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak dalam belajar perlu diciptakan relasi yang baik dalam keluarga.

3) Suasana Rumah

Anak dapat belajar dengan baik dalam keadaan suasana rumah yang kondusif dan tenang.

4) Keadaan Ekonomi

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, maka kebituhan pokok anak kurang terpenuhi dan akan mengganggu proses belajar anak.

5) Pengertian Orangtua

Proses belajar anak membutuhkan pengertian orangtua untuk tidak mengganggu anak saat belajar dengan tugas-tugas rumah.

6) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau budaya dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

B. Faktor Sekolah 1) Metode Mengajar

Metode mengajar ceramah membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat.


(44)

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. 3) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu relasi diantara keduanya harus terjalin dengan baik.

4) relasi Siswa dengan Siswa

Relasi yang baik antarsiswa perlu agar memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah berlaku untuk guru dalam mengajar dan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah.

6) Alat Pelajaran

Alat yang digunakan guru saat mengajar akan meningkatkan kualitas bahan ajar yang akan berpengaruh positif terhadp hasil belajar siswa

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu yang ditetapkan sekolah untuk kegiatan belajar baik pagi maupun siang.

8) Standar Pelajaran di atas Ukuran

Pelajaran di atas ukuran standar akan membuat siswa merasa kurang mampu dan takut terhadap guru.


(45)

9) Keadaan Gedung

Kelayakan gedung akan berpengaruh terhadap baik buruknya proses belajar mengajar di kelas.

10) Metode Belajar

Metode belajar yang tepat akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 11) Tugas Rumah

Tugas rumah boleh saja diberikan tetapi tidak berlebihan sehingga siswa masih memliliki waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya.

C. Faktor Masyarakat

1) Kegiatan Siswa dalam Bermasyarakat

Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam bermasyarakat agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya.

2) Mass Media

Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, komik, dan lain-lain perlu disaring untuk tidak mengganggu proses belajar anak.

3) Teman Bergaul

Pengaruh dari teman bergaul biasanya lebih cepat masuk kedalam jiwanya, untuk itu sebaiknya pilihlah teman bergaul yang baik.


(46)

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, memiliki kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruj terhadap siswa.

Selain itu, faktor lain juga dielaskan oleh Djamarah (2006) yang menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2003) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan pengajaran.

2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu kepada siswa dengan kepribadian dan latar belakang masing-masing. Guru yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas.

3) Siswa

Siswa adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang dilihat dari hasil kegiatan yaitu keberhasilan dalam belajar.

4) Kegiatan Pengajaran

Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Strategi penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas hasil


(47)

belajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan metode ceramah tidak akan sama dengan hasil belajar yang dihasilkan dengan metode lainnya.

5) Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan.

6) Suasana Evaluasi

Selain faktor tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Factor ini meliputi sikap dan gerak-gerik siswa selama proses evaluasi berlangsung.

Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh di atasa dapat diketahui bahwa ada banyak hal yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar siswa bergantung pada faktor internal dan eksternal yaitu sekolah yang meliputi lingkungan belajar, guru, cara mengajar, metode pembeajaran, frekuensi pemberian tugas, suasana kelas, metode pembelajaran yang digunakan, dll.

C. PROFIL SMP NEGERI 17 MEDN

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 17 Medan

SMP Negeri 17 Medan berdiri pada tahun 1977 yang beralamatkan di jalan kapt. M Jamil Lubis NO. 108 Medan. Sekolah yang berlokasi di kecamatan Medan Tembung ini sebelumnya bernama SMP Negeri 15 Medan. Setelah mengalami


(48)

perubahan pada seluruh sekolah yang ada di kecamatan Medan Tembung, SMP ini pun berubah menjadi SMP Negeri 17 Medan.

Terdapat banyak ruangan di sekolah ini. Adapun ruang/kelas untuk keseluruhan siswa berjumlah 24 ruangan yang masing-masing terdiri dari delapan ruangan pada tiap tingkatan kelas. Kelas VII memiliki delapan ruangan, kelas VIII delapan ruangan, kelas IX delapan ruangan. Tidak hanya jumlah ruangan yang cukup banyak, sekolah ini juga diisi dengan berbagai fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, musholla, kantin, dan terdapat pula tiga toilet. SMP Negeri 17 Medan memiliki siswa yang berjumlah lebih kurang 900 siswa dan memiliki tenaga pengajar sebanyak lebih kurang 50 orang.

2. Tujuan SMP Negeri 17 Medan

1. Output mampu bersaing secara Nasional dengan dapat memperoleh nilai kelulusan 7,50

2. Terlaksananya program dan KBM yang bermutu

3. Terciptanya lingkungan sekolah yang ABRI (Asri, Bersih, Rindang, dan Indah) dan LINDAWATI (Lingkungan, Indah, Menawan Hati)

4. Terlayani siswa/siswi yang mengalami masalah dalam belajar

5. Menjadikan anak berperilaku sopan santun, jujur dalam bertindak serta berakhlak mulia


(49)

7. Siswa/siswi dapat unggul dalam bidang-bidang tertentu misalnya, Olimpiade Sains, Porseni, Lomba mata pelajaran, O2SN, ketermpilan.

8. Timbulnya minat baca dan kreatifitas siswa/siswi membbuat karya tulis. 9. Tercerminya pengalaman siswa terhadap ajaran Agama yang dianutnya dalam

tindakanya sehari-hari.

10.Terciptanya kinerja yang optimal dan keharmonisan antara warga sekolah 11.Lulusan 5 Tahun Terakhir mampu berkompetisi dengan sekolah lain ke

sekolah favorit

12.Minat dan Daya Tampung Calon Siswa 5 Tahun terakhir semakin meningkat ke SMP Negeri 17 Medan

3. VISI

- Unggul dalam prestasi, disiplin, budaya bersih, berbudi luhur

- Berkompetensi sesuai IPTEK untuk menghadapi Era Globalisasi yang dilandasi IMTAQ

4. MISI

1. Melaksasnakan pembelajaran yang bermutu 2. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

3. Membudayakan peduli bersih dalam diri pribadi dan lingkungan 4. Memberdayakan peran BK (Bimbingan dan Konseling)


(50)

5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai budi pekerti

6. Merevitalisasi nilai-nilai pedagogis di lingkungan sekolah

7. Mengaktifkan kegiatan pengembangan diri (ekstrakulikuler) yang relevan dengan kurikulum

8. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis

9. Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut agar senantiasa arif dalam bertindak

10.Menumbuhkembangkan kerjasama dan sama-sam bekerja secara aktif yang melibatkan semua warga sekolah

11.Menumbuhekembangkan rasa kekeluargaan sesama warga sekolah 12.Mengembangkan kebiasaan berkomunikasi dalam bahasa inggris

13.Melaksanakan dan mengembangkan Teknologi Infomasi dan Komunikasi

D. DINAMIKA HUBUNGAN HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan satu mata pelajaran yang wajib dan menjadi syarat penentu siswa untuk lulus Ujian Nasional. Untuk tingkat SMP, nilai UAN bahasa Indonesia masih tergolong rendah.


(51)

Sesuai dengan data yang didapat peneliti pada SMPN 17 Medan bahwa hasil ulangan semester mata pelajaran bahasa Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Hasil wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa menunjukkan bahwa rendahnya nilai bahasa Indonesia dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru di sekolah pada proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan guru pada saat mengajar adalah metode ceramah. Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997). Dengan menurunnya konsentrasi siswa saat belajar akan menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus dan tidak kreatif akan membuat siswa menjadi pasif (Taniredja,2011).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan (Slameto, 2010). Metode pembelajaran yang efektif dan aktif akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sebaliknya jika metode yang digunakan adalah metode yang tidak menuntut siswa untuk aktif dan kreatif maka sesuai dengan hasil wawancra akan didapat hasil belajar yang tidak memuaskan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP 17 Medan menunjukkan bahwa nilai bahasa Indonesia masih tergolong rendah terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar. Metode yang mampu


(52)

meningkatkan motivasi serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar adalah dengan metode hypnoteaching (Hajar, 2011).

Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching. Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari

hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode

hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”

telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with


(53)

music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.

Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria (2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam

problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan Komputer).

Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang digunakan menjadi metode pembelajaran baru yang lebih meningkatkan keaktifan dan daya serap siswa yaitu dengan metode hypnoteaching.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan”.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan bentuk penelitian eksperimental yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control group design yaitu jenis penelitian eksperimen menggunakan dua kelompok (between) dengan menggunakan randomisasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tujuan untuk menyetarakan kedua kelompok tersebut (Seniati, 2009). Desain ini menggunakan pre-test dan post-test untuk melihat efektifitas dari independent variable terhadap

dependent variable. Pretest diberikan sebelum pemberian treatment untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Setelah dilakukan

treatment, subjek diberikan kembali posttest untuk mengetahui apakah treatment

yang diberikan berpengaruh terhadap dependent variable dan membandingkan hasil

post-test pada kedua kelompok.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. Azwar (2000) menyatakan bahwa variabel adalah beberapa fenomena atau gejala utama dan beberapa fenomena lain yang relevan


(55)

mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1982) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Dalam suatu penelitian eksperimen, Hadi (1982) membedakan variabel menjadi dua yaitu:

a. Variabel Eksperimen atau treatment variabel yaitu kondisi yang hendak diselidiki bagaimana pengaruhnya terhadap gejala atau behaviour variable

b. Variabel non-eksperimental yaitu variabel yang dikontrol dalam arti baik untuk kelompok eksperimental

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini terdiri dari variabel eksperimental yang meliputi:

1. Variabel tergantung : Hasil Belajar

2. Variabel bebas : Hypnoteaching

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Solso & Maclin (2002) menyatakan bahwa sebelum proses penelitian dilakukan, seorang peneliti harus mendefinisikan secara operasional konsep yang akan digunakan dengan cara menspesifikasikan bagaimana konsep itu diukur atau dimanipulasi.

B.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya


(56)

melalui metode pembelelajaran yang dibawakan oleh guru di dalam kelas. Hasil belajar ini dapat dilihat melalui tes hasil belajar bahasa Indonesia yang akan diberikan peneliti setelah berlangsungnya proses eksperimen. Tes hasil belajar ini dibuat berdasarkan materi pada bab IX yang berisi soal-soal sesuai dengan tujuan instruksional dari materi yang disampaikan. Peneliti akan memberikan tes hasil belajar sebelum dan sesudah treatment. Jika siswa dapat menjawab 20 soal yang diberikan dengan benar, hal itu menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil belajar yang memuaskan karena dapat memahami seluruh materi yang disampaikan.

B.2 Hypnoteaching

Definisi operasional Hypnoteaching adalah salah satu jenis metode pembelajaran dengan membuat siswa merasa relaks dan nyaman serta membuat siswa aktif dengan menciptakan suasana belajar sesuai dengan tema atau topik pembahasan dalam materi ketika berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk menentukan apakah guru sedang mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching

adalah dengan melihat beberapa karakteristik berikut yaitu: (1) membuat siswa merasa relaks yang dilakukan dengan pengaturan suasana kelas yang nyaman (bersih dan rapi), (2) membangun tema belajar, (3) mendapatkan perhatian, dan (4) membangun rapport yang baik dengan siswa sehingga siswa lebih mudah mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.


(57)

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design

Keterangan: O1 : Pre-test

O2 : Post-test

KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol

Desain ini dilakukan untuk melihat pengaruh IV terhadap DV dengan membandingkan nilai dengan melihat selisih antara kedua hasil post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara kelompok yang diberi

treatment dengan kelompok yang tidak diberi treatment.

Seniati (2005) menyatakan kelemahan pretest-posttest control group design

yaitu memerlukan lebih banyak waktu karena harus melakukan pretest-posttest dan

(KE) O

1

X

O

2


(58)

tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variable tergantung adalah akibat dari treatment yang dilakukan. Selanjutnya kelebihan dari desain ini yaitu lebih baik jika dibandingkan dengan desain tanpa menggunakan pretetst karena lebih akurat dalam memperoleh akibat dari treatment dengan perbandingan keadaan sebelum dan sesudah treatment dan terhindar dari kelemehan vailiditas misalnya

history¸ efek testing, maturasi, dan regresi.

D. Teknik Kontrol Penelitian

Kontrol menurut Seniati, (2005) berarti peneliti dapat memunculkan atau tidak memunculkan apa yang diinginkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik konstansi yang mengacu pada dua hal yang dikemukakan oleh Seniati, Yulianto dan Setiadi (2005), yakni :

(1) Konstansi kondisi

Konstansi kondisi merupakan usaha peneliti dalam menyamaratakan kondisi tempat berlangsungnya penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara menyamaratakan kondisi penelitian yang dialami oleh partisipan penelitian yaitu dari awal sampai akhir dari penelitian ini, ruangan yang digunakan adalah ruang kelas VII-1 dan VII-3 SMP Negeri 17 Medan. Adapun kondisi ruangan seperti suhu, susunan meja dan bangku, serta pencahayaan di dalam ruang kelas adalah relatif sama dari hari pertama sampai hari terakhir penelitian ini berlangsung.


(59)

Konstansi karakteristik partisipan merupakan usaha peneliti dalam menyamaratakan karakteristik partisipan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara menyetarakan/menyamakan karakteristik dan jumlah partisipan penelitian, seperti menggunakan 20 orang siswa kelas VII-1 sebagai kelompok kontrol dan 20 orang siswa kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen.

E. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel E.1 Populasi

Populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah semua individu yang dapat dikenai generalisasi dalam kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini populasi yang peneliti gunakan adalah siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan.

E.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000). Menurut Arikunto (1992) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang merupakan representatif dari populasi yang diteliti. Sementara itu, menurut Hadi (2000), sampel adalah bagian dari populasi. Sampel juga harus memilki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan generalisasi. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah :


(60)

a. Bersekolah di SMPN 17 Medan b. Sedang menduduki kelas VII

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII-1 sebagai kelompok kontrol.

c. Mengikuti proses belajar mengajar bahasa Indonesia di kelas dengan guru yang sama

d. Partisipan belum mendapatkan materi yang akan disampaikan

E.3 Metode Pengambilan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan cluster sample

dimana peneliti mendapatkan informasi melalui pihak sekolah bahwa kelas VII terkhusus VII-1 sampai VII-3 memiliki hasil belajar yang tidak cukup memuaskan dibanding dengan kelas lainnya sehingga populasi penelitian yang diambil yaitu kelas VII dan sampel diambil dengan sistem undian yang dimaksudkan agar setiap kelas VII mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis KK (kelompok control) dan KE (kelompok eksperimen) sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.


(61)

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar bahasa Indonesia bab IX.

Tes ini disusun berdasarkan tujuan instruksional yang terpapar dalam buku bahasa Indonesia kelas VII Asep Yuda Wirajaya yang digunakan pada proses pembelajaran siswa kelas VII SMPN 17 Medan (lihat Tabel 1). Tugas subjek adalah memberi tanda silang pada jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Tabel 3. Blue Print Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia kelas VII Bab IX Sebelum Uji Coba

No Sub Topik Tujuan pembelajaran No Soal Jumlah 1 Puisi Merefleksikan isi puisi/tema

yang dibacakan dan bagian-bagian dalam puisi

Mengetahui makna, latar, dan suasana puisi

1, 2, 4, 13, 18, 25, 28,

7, 10, 11, 17, 22, 23, 26, 29

15 soal

2 Memo Mengetahui makna memo dan bagian-bagian memo Memahami letak susunan dan kalimat memo yang tepat

6, 8, 9, 12, 14, 16, 19, 24, 3, 5, 15, 20, 21, 27, 30

15 soal

Total 30 soal

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan menunjukkan kecermatan


(62)

pengukuran (Azwar, 2000). Uji coba dilaksanakan kepada responden yang menyerupai karakteristik subjek penelitian. Jawaban diskor kemudian dihitung reliabilitasnya menggunakan Cronbach’s Alpha Coeffecient yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0 Aitem-aitem yang

reliable akan digunakan untuk mengukur hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII.

1. Uji Validitas

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Validitas alat ukur dalam penelitian ini dikaji berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi.

Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasarkan derajat representatif alat ukur bagi hasil yang akan diukur. Validitas isi ditentukan melalui pendapat professional judgement dalam proses telah aitem. Professional judgement disini adalah dosen pembimbing. Analisa logis akan dilakukan dengan menggunakan spesifikasi tujuan instruksional pada bab IX yang tercantum dalam buku yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan representatif terhadap apa yang dimaksudkan untuk diukur.


(63)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu Cronbach’s Alpha Coeffecient. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0.Reliabilitas memiliki rentang 0 s/d 1, semakin mendekati angka 1 maka akan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, apabila semakin mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

3. Parameter-Parameter Aitem a. Indeks Kesukaran Aitem

Hasil tes setelah diperiksa di beri skor untuk jawaban benar (1) dan untuk jawaban salah (0). Bila ada butir soal yang hampir tidak ada peserta tes yang menjawab benar maka butir soal tersebut dikatakan butir yang sukar, dan sebaliknya bila hampir semua peserta tes menjawab benar maka butir tersebut dikatakan mudah. Batas sulit dan mudah dibuat klasifiksasi sebagai berikut. 1) Butir dengan indeks kesukaran 0,00-0,30 tergolong sukar. 0,31-0,70 sedang, 0,71-1,00 mudah,. Butir soal


(64)

dengan kategori mudah dan sukar dibuang. Rumus untuk menghitung indeks kesukaran:

P = ni / N

Ket: ni = Banyaknya siswa yang menjawab aitem dengan benar

N = Banyaknya siswa yang menjawab

Dari hasil perhitungan indeks kesukaran maka kemungkinan tidak semua soal dapat terambil. Soal yang mempunyai indeks kesukaran sedang yang dapat di ambil.

b. Indeks Diskriminasi Aitem

Suatu butir soal harus dapat membedakan kelompok yang pandai dengan kelopok yang lemah dalam hal ini kelompok atas dan kelompok bawah. Klasifikasi daya beda adalah sebagai berikut: 1) daya beda ≤ 0 (negatif), 2) 0,00-0,20 jelek 3) 0,21-0,20 cukup, 4) 0,41-0,71 baik, 0,71-1,00 baik sekali. Soal-soal dengan klasifikasi daya beda jelek dan negatif dibuang, yang di ambil klasifikasi cukup,baik, dan baik sekali. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda adalah sebagai berikut:

D = niT / NT –niR / NR

niT = Banyaknya penjawab aitem dengan benar dari kelompok Tinggi

NT = Banyaknya penjawab dari kelompok tinggi


(65)

NR = Banyaknya penjawab dari kelomok rendah

Setelah diadakan perhitungan daya beda maka dari sejumlah soal yang disusun kemungkinan tidak semuanya dapat terambil. Soal yang dapat terambil adalah soal yang mempunyai daya beda cukup, baik dan baik sekali.

Tabel 4. Hasil Uji Daya Diskriminasi dan Daya Beda Aitem

No. Aitem

Indeks Kesukaran

Ket Daya

Diskrimanasi ( - )

Ket

1 0,26 Susah 0,40 Bagus Sekali

2 0,27 Susah 0,37 Lumayan Bagus

3 0,47 Baik 0,43 Bagus Sekali

4 0,43 Baik 0,45 Bagus Sekali

5 0,60 Baik 0,31 Lumayan Bagus

6 0,54 Baik 0,52 Bagus Sekali

7 0,58 Baik 0,46 Bagus Sekali

8 0,94 Mudah -0,15 Belum

Memuaskan

9 0,77 Mudah 0,06 Belum

Memuaskan

10 0,60 Baik 0,40 Bagus Sekali

11 0,56 Baik 0,54 Bagus Sekali

12 0,58 Baik 0,32 Lumayan Bagus

13 0,57 Baik 0,34 Lumayan Bagus

14 0,53 Baik 0,49 Bagus Sekali

15 0,58 Baik 0,43 Bagus Sekali

16 0,58 Baik 0,37 Lumayan Bagus

17 0,56 Baik 0,40 Bagus Sekali


(66)

Berdasarkan tabel 4. diatas dapat diketahui bahwa soal yang layak untuk menjadi soal pretest dan posttest dalam penelitian ini berjumlah 20 soal. 10 soal tidak dapat dipakai karena memiliki indeks diskriminasi yang belum memuaskan dan tidak memuaskan serta memiliki indeks kesukaran yang terlalu mudah dan terlalu susah. Sehingga hanya ada 20 soal yang dapat memenuhi criteria dalam pembuatan soal yang baik.

H. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Uji coba tes hasil belajar dilakukan pada tanggal 22 Mei 2012 terhadap 70 orang siswa-siswi di MTsN 2 Medan. Hasil uji coba tes hasil belajar bahasa Indonesia menunjukkan koefisien reliabilitas rxx = 0,727. Jumlah aitem yang diuji cobakan

adalah 30 aitem, dan dari 30 aitem terdapat 20 aitem yang memiliki daya diskriminasi

19 0,60 Baik 0,35 Lumayan Bagus

20 0,36 Baik 0,31 Lumayan Bagus

21 0,60 Baik 0,35 Lumayan Bagus

22 0,60 Baik 0,32 Lumayan Bagus

23 0,33 Susah - 0,15 Belum

Memuaskan

24 0,67 Mudah 0,46 Bagus Sekali

25 0,74 Mudah 0,34 Lumayan Bagus

26 0,54 Baik 0,52 Bagus Sekali

27 0,57 Baik 0,09 Belum

Memuaskan

28 0,47 Baik 0,43 Bagus Sekali

29 0,44 Baik 0,45 Bagus Sekali

30 0,28 Susah 0,23 Belum


(67)

aitem yang tinggi (rit ≥ 0,3). Tabel 5 menunjukkan blueprint tes hasil belajar bahasa

Indonesiasetelah uji coba.

Tabel 5 Blueprint tes hasil belajar setelah ujicoba :

No Sub Topik Tujuan pembelajaran No Soal Jumlah 1 Puisi Merefleksikan isi puisi/tema

yang dibacakan dan bagian-bagian dalam puisi

Mengetahui makna, latar, dan suasana puisi

4, 13, 18, 28, 7, 10, 11, 17, 22, 29

10 soal

2 Memo Mengetahui makna memo dan bagian-bagian memo

Memahami letak susunan dan kalimat memo yang tepat

6, 12, 14, 16, 19 3, 5, 15, 20, 21,

10 soal

Total 20 soal

Hasil uji coba tes hasil belajarsetelah aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah dibuang (rit < 0.3), sehingga menjadi 20 aitem yang menunjukkan koefisien

reliabilitas rxx= 0,821. Setelah dilakukan uji coba, maka peneliti melakukan

penomoran kembali pada setiap aitem untuk digunakan sebagai pretest dalam penelitian, seperti yang tertera pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6 : Blueprint Pretest Penelitian


(68)

1 Puisi Merefleksikan isi

puisi/tema yang dibacakan dan bagian-bagian dalam puisi

Mengetahui makna, latar, dan suasana puisi

2, 9, 14, 19,

5, 6, 7, 13, 18, 20

10 soal

2 Memo Mengetahui makna memo dan bagian-bagian memo Memahami letak susunan dan kalimat memo yang tepat

4, 8, 10, 12, 15 1,3, 11, 16, 17,

10 soal

Total 20 soal

Lalu untuk posttest, peneliti mengacak kembali aitem-aitem tersebut dengan tujuan untuk mengurangi efek belajar pada siswa. Adapun blueprint untuk aitem


(1)

19. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu lakukan dalam memahami makna puisi kecuali…

A. Menambahkan Tanda-Tanda Baca

B. Menambahkan Kata-Kata Tertentu C. Mengubah Susunan Baris Puisi D. Mengartikan Kata-Kata Kias

20. Makna yang tersirat dalam puisi dapat ditentukan melalui, kecuali… A. Kearifan C. Kreatifitas Penafsiran Kata B. Ketajaman Rasa D. Ketelitian


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmawati, 2008. Bahasa Indonesia Bersastra dan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan


(3)

KELOMPOK KONTROL


(4)

(5)

KELOMPOK EKSPERIMEN


(6)