Created by : Tr SMK N 4

MODUL KIMIA

KOLOID
Nama
Kelas
No
Jurusan

XI
Semeater Genap

: Tri Mulyono
: XI RPL 1
: 33
: Rekayasa Perangkat Lunak

SMK N 4 KENDAL
Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
Tahun diklat 2010/2011
SMK N 4 KENDAL

-1-

MAKALAH KIMAI
”KOLOID”

Disusun oleh :
Nama : Tri Mulyono
Kelas : XI RPL 1
No
: 33

SMK N 4 KENDAL
Tahun diklat 2010/2011

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-2-

PENGERTIAN KOLOID

Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem
koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran
partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem
koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan
cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 104 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid
emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing
mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikelpartikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang
sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari

molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
• Perbedaan Larutan, Koloid, Suspensi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan
dalam Tabel 1
Tabel 1 Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-3-

Jenis - Jenis Koloid
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase
terdispersi
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh
aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat
cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan

aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat
: perunggu, kuningan, permata (gem).
Macam macam sol :
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut
emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut
emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi
air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh

emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi
padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun
dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran
stabil yang disebut emulsi.
Macam macam Emulsi :
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-4-

c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan

sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih
digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn.
Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat :
lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung
pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih
tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan
alkohol.
Macam macam Buih
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi
sama- sama berupa gas, campurannya tergolong larutan

5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah
kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.

Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab
semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-5-

Sifat-Sifat Koloid Sol

1.

Efek Tyndall

Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut

tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2.

Gerak Brown

Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut
dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan

yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-6-

3.


Adsorpsi koloid

Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam
zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas
tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut.
Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam
sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol
padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
4.

Muatan Koloid Sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya
sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini
mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan

kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan
bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ionion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah
penjelasannya:
a.

Sumber Muatan Koloid Sol

Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
a.i.

Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap
partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi
bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap
apakah anion atau kation.
Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol
Fe(OH) 3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif)
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-7-

Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol
AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan
bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan
anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif.

a.ii.

Proses Ionisasi Gugus Permukaan Partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang
ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid
sabun/ deterjen.
a.ii.a.

Pada koloid protein:

Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (COOH) dan basa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan
pada molekul-molekul protein.
Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan menerima
proton (H+) dan membentuk gugus –NH3+
NH2

+

H+

à

-NH3+

Pada pH tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H+ dan membentuk
gugus –COOCOOH +

H+

à –COO-

Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan
negatif pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan
netral karena muatan -NH3+ –COO- saling meniadakan menjadi netral.
a.ii.b.

Pada koloid sabun / deterjen

Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada
konsentrasi relatif pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikelpartikel berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam
suatu fase pendispersi dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid disebut
koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam air
partikel ini akan terionisasi.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-8-

R-COO-Na+ à R-COO- + Na+
Anion
Anion-anion R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut
dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO- larut dalam air
sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.
b.

Kestabilan Koloid

Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolakmenolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat
gaya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan
besar dalam menjaga kestabilan koloid.
c.

Lapisan Bermuatan Ganda

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai
muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang
diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam
larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan
system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan
yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.
Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion
dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua
berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel
koloid. Model lapisan berganda tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya
lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat
netral.
d.

Elektroforesis

Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka
partikel ini akan bergerak dalam medan listrik.
Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas,
mari kita lihat tabung berikut di samping.
Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel
koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode
negatif. Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode
positif.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
-9-

e.

Koagulasi

Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka
akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh
gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut
koagulasi. Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan
4 cara, yaitu :

1.Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang
bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai
elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
2.Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif,
maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.
3. Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu
juga sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit.
Dari adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4.Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikelpartikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan
elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan.
f. Koloid pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob
yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid
liofil.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 10 -

Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit,
tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
-

Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik
yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh,
disperse kanji, sabun, deterjen.

-

Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarikmenarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi
dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 11 -

Koloid liofil dan Koloid liofob
Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium
pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis.
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif
besar disebut koloid liofil. Sedangkan sistem koloid dimana partikel terdispersinya
mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut koloid liofob. Koloid liofil
bersifat lebih stabil, sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil yang
berfungsi sebagai koloid pelindung.
Koloid Liofil (suka cairan) : koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup
besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contohnya, dispersi kanji, sabun, deterjen, dan protein dalam air
Koloid liofob (tidak suka cairan) : koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang
lemah atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdsipersi dan medium
pendispersinya. Contohnya, dispersi emas, Fe (OH)3, dan belerang dalam air.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Jika medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah
koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Koloid hidrofil : Contoh, protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Koloid hidrofob : Contoh, susu, mayonnaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol
sulfide, dan sol-sol logam.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 12 -

Beberapa perbedaan sifat -sifat koloid liofil / hidrofil dan liofob / hidrofob, khususnya
sol dalam medium pendispersi cair diberikan berikut ini.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 13 -

Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan
iystem koloid sol, yaitu :




1. Metode kondensasi
merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid
2. Metode dispersi
merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid

1. METODE KONDENSASI
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikelpartikel berukuran koloid. Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya
dilakukan dengan cara kimia


a. Dekomposisi Rangkap
Misalnya:
* Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) ? As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-).
* Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
HCl encer;
AgNO3 (aq) + HCl(aq) ? AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalanya :
* Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) ? Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
* Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) ? Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 14 -

c. Reaksi Reduksi - Oksidasi (redoks)
Misalnya :
* Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) ?2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
* Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ;
2H2S(g) + SO2 (aq) ? 3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi
yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
>> Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi
air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai
jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga
belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
o >> Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mulamula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan
tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah
koloid kalsium asetat
o

2. METODE DISPERSI
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid
yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam
metode ini, yaitu :
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat
yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam :
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen, dsb
o - Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna
o - Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas
o
o

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 15 -

Sistem kerja alat penggilingan koloid :
Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikelpartikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja
tersebut. Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang
kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk
sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, sol
belerang dsb.
\
b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit
khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang
baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian
dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
o - Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan
membnetuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
o
o
o

o

KEGUNAAN SISTEM KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri
Industri makanan
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
Industri cat
Industri kebutuhan rumah tangga
Industri pertanian
Industri farmasi

Contoh aplikasi
Keju, mentega, susu, saus salad
Krim, pasta gigi, sabun
Cat
Sabun, deterjen
Peptisida dan insektisida
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 16 -

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1.

Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid
tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.

Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di
protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah
dilakukan.
3.

Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O

à Al(OH)3 +

3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

Created by : Tri Mulyono
XI RPL 1
SMK N 4 KENDAL
- 17 -