MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2 ASUHAN (1)
                                                                                MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI
Dosen Pembimbing : Dadang Kusbiantoro, S, Kep.Ns. M, Si
Oleh Kelompok 1
Nama Kelompok :
Andria Puji
Anik Retnosari
Benny Handika M.P
Buyung Kurnia R
Catur Suguharto
Cindy Mulyawati
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TAHUN 2014
KATA PENGATAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan pokok bahasan “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien amputasi.”
Makalah ini disusun atas kerja sama kelompok kami, dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris,S.kep.Ns, M.kes, selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Dadang Kusbiantoro S. Kep, Ns. M.Si selaku dosen pembimbing.
4. seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keerbatsan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena itu,
segala sesutu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal 2. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lamongan, Oktober 2014
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah asuhan keperawatan pada klien dengan Amputasi telah diperiksa
dan disetujui untuk Dipresentasikan Kepada Teman-Teman Mahasiswa Program S1
Keperawatan Semester V11A Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, Oktober 2014
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Ns. Dadang Kusbiantoro S.Kep,.M.Si
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB 1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.1 Pendahuluan ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan penuliasan
BAB 2 Tinjauan Teori .....................................................................................3
2.1 Definisi amputansi ?.................................................................................3
2.2 Etiologi /faktor predisposisi amputansi ?.................................................3
2.3 Bagaimana metode amputansi ?...............................................................3
2.4 Apa saja jenis jenis amputansi ?..............................................................4
2.5 Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?...............................................4
2.6 Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?.................................5
2.7 Bagaimana pencegahan amputansi ...........................................................5
2.8 Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?...............................................5
2.9 Bagaimana komplikasi amputansi ?..........................................................6
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1
Pengkajian ..............................................................................................8
3.2
Diagnosa Keperawatan ..........................................................................8
3.3
Rencana Keperawatan ............................................................................8
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di hadapi pasien
melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada
upaya memnuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha
untuk mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak
menimbulkan
komplikasi
fisik
selama
kegiatan
intraoperatif,
tidak
mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan
diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan
seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai
sebab
mengapa
dilakukan
amputasi.
70%
amputasi
dilakukan
karena
penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militu, 3%
amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya
tumior dan 5% lainnya karencacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien
dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi
yang sangat spesial .Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan
rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki
fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi
aktif dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan
penyusuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim
perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
citra diri permanen, yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa yang di maksud dengan amputansi ?
2.
Apa saja faktor predisposisi amputansi ?
1
3.
Bagaimana metode amputansi ?
4.
Apa saja jenis jenis amputansi ?
5.
Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
6.
Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?
7.
Bagaimana pencegahan amputansi
8.
Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?
9.
Bagaimana komplikasi amputansi ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien amputansi ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada
pasien amputasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui definisi amputansi
2. Mengetahui faktor predisposisi amputansi
3.
Mengetahui metode amputansi
4.
Mengetahui jenis jenis amputansi
5.
Mengetahui menifestasi klinik amputansi
6.
Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi
7.
Mengetahui pencegahan amputansi
8.
Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi
9.
Mengetahui komplikasi amputansi
10. Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi
BAB 2
2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan
“pancung”.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis
bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2.2 Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1.
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6.
Deformitas organ.
2.3 Metode Amputasi
Amputansi di lakukan sebagian kecil samapi dengan sebagian besar dari
tubuh dengan metode :
1) Metode terbuka guilottone amputasi ) metode ini di lakukan pada klien
dengan infeksi yang mengembang atau berat di mana pemotongan di
lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi
2) Metode tertutup di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode
ini kulit tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung
tulang dan di jahit pada daerah yang di amputansi
2.4 Jenis Amputasi
3
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001),
dibedakan menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah :
1. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami
amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
2.5 Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain ;
1. Nyeri akut
4
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom snydrom e
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien
cenderung berdiam diri
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :
a. Foto rongent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT san
Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan
jaringan setelah amputansi
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga
proses infeksi
2.7 Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain :
1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus dan
mengerjakan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Penggunaan mesin industri dengan prinsip k-3
2.8 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain :
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua
faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya
(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi
melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat
5
penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah
segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang
sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat
dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan
ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan
lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat
amputasi dapat dipasangi prostesis
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan
menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan
kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis
dan kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama
adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat
untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi
1. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya
sehingga distalnya iskemik
2. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal
sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
3. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut
tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
4. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau
berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut
5. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah
kostruktur lutut dan paha.
2.9 Komplikasi
6
Komplikasi
amputasi
meliputi
perdarahan
infeksi
dan
kerusakan
kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan
masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi
meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat
menyebabkan kerusakan kronik.
BAB 3
7
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AMPUTASI
3.1 Pengkajian
a) Biodata :
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
2. Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul masalah, riwayat
trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obatyang diminum,
dan cara penanggulangan
3. Riwayat
penyaklit
dahulu:Tanyakan
apakah
adanya
keleinan
musculoskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
c) Pemerikasaan fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
1. System integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk menijau tingkat hidrasi.lokasi
amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin
buruk, perdarahan atau kerusakn progesif. Kaji kondisi jaringan diatas
lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
2. System kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum
operasi
sebagai
salah
satu
indicator
fungsi
jantung.
Mengkaji
kemungkinan atherodklerosis melalui penilaian terhadap elastilitas
pembuluh darah.
3. System respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan
4. System urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna, serta bj urine
5. System neurologis
8
Mengkaji tingkat kesdaran klien, serta system pernafasan khususnya
system motoric dan sensorik daerah yang diamputasi
6. System mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi kelemahan secara umum,
keterbatasan rom dan masalah fungsi gerak lain.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1.
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
2. Berduka yang
antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi
2. Gangguan harga diri ( citra tubuh ) berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh
3.3 Rencana Keperawatan
Pre operasi
No
dx
1
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
kriteria hasil
Kecemasan
Setelah
1. Berikan
1.meningkatkan rasa
berhubungan
dilakukan
bantuan secara
aman dan
dengan kurang tindakan
fisik dan
meningkatkan rasa
pengetahuan
keperawatan
psikologis,
saling percaya.
tentang
selama 1x 24
memberikan
kegiatan
jam diharapakan
dukungan
perioperatif
Kecemasan pada
moral.
2.Meningkatkan/
klien berkurang. 2. Jelaskan
memperbaiki
Kriteria evaluasi
prosedur
pengetahuan/
:
operasi pada
persepsi klien.
-Sedikit
klien dengan
melaporkan
sebaik-baiknya.
3.Meningkatkan rasa
tentang gugup
aman dan
atau cemas.
3. Berikan HE
-Mengungkap
pada klien
memungkinkan
kanpemahaman
tentang
klien melakukan
tentang
mengurangi
komunikasi secara
operasi
kecemasan
lebih terbuka dan
klien .
lebih akurat.
Diagnosa
4. Kolaborasi
dengan tim
9
medis untuk
mengurangi
kecemasan.
2
4.untuk mengurangi
kecemasan pada klien
agar pasien lebih
tenang.
Berduka yang Tujuan : Klien
1.Anjurkan
1. Mengurangi rasa
antisipasi
mampu
klien untuk
tertekan dalam diri
(anticipated
mendemontrasik
mengekspresik
klien,
griefing)
an kesadaran
an perasaan
menghindarkan
berhubungan
akan dampak
tentang
depresi,
dengan
pembedahan
dampak
meningkatkan
kehilangan
pada citra diri.
pembedahan
dukungan mental.
akibat
Kriteria
pada gaya
amputasi.
evaluasi:
hidup.
mengungkapkan 2.Berikan
perasaan bebas,
informasi yang 2.Membantu klien
tidak takut.
adekuat dan
mengapai
Menyatakan
rasional
penerimaan terhadap
perlunya
tentang alasan
kondisinya melalui
membuat
pemilihan
teknik rasionalisasi.
penilaian akan
tindakan
gaya
hidup
pemilihan
yangbaru.
amputasi.
3.Berikan
informasi
3.Meningkatkan
bahwa
amputasi
dukungan mental.
merupakan
tindakan untuk
memperbaiki
kondisi klien
dan
merupakan
langkah awal
untuk
menghindari
ketidakmampu
an atau
kondisi yang
lebih parah.
4.berikan
dukungan
kepada pasien
tentang
kehilangan
4.untuk menigkatakan
akibat
adaptasi
terhadap
amputasi
perubahan citra diri
10
Post operasi
No
1
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
rasa nyama
Nyeri
berhubungan
dengan insisi
bedah
sekunder
terhadap
amputasi
Tujuan dan kriteria
Intervensi
hasil
Setelah dilakukan
1. Mengobervasi
tindakan
tingkat nyeri,
keperwatan
derajat nyeri,
diharapkan nyeri
klasifikasi nyeri.
hilang / berkurang.
Kriteria hasil :
-Menyatakan nyeri 2.Ajrkan klien
teknik relakasai
hilang.
nafas dalam
-Ekspresi
wajah
rileks
3 berikan HE
kepada klien
untuk
memberikan
tekanan lembut
dengan
menempatkan
puntung pada
handuk dan
menarik handuk
dengan berlahan.
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
analgesik
(kolaboratif ).
2
Gangguan
harga
diri(citra
tubuh)
berhubungan
dengan
kehilangan
bagian tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperwatan
diharapkan harga
diri pasien kembali.
Kriteria hasil :
- Pasien dapat
megekspresi
kan
perasaan
negatif,
mendapat
informasi.
Rasional
1. memantau
seberapa jauh
nyeri yang
dirasakan klien
2. untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan klien
3.Mengurangi
nyeri akibat
nyeri panthom
limb
4. Untuk
menghilangkan
nyeri
1. Memanatau
1. pasien yang
kesiapan pasien
memandang
dan pandagannnya amputasi
terhadap amputasi. sebagai
2. Dorong pasien
rekrotunsi
megekpresikan
hidup akan
perasaan negatif
menerima
dan kehilangan
dirinya yang
bagian tubuh
baru dengan
3. beri informasi
cepat.
yang adekuat
2.ekspresi
mengenai amputasi perasaan dapat
mulai dari pasca
membantu
11
-
atau post operasi
4. berikan motivasi
atau dukungan
pada pasien
pasien
menerima
kenyataan dan
realitas hidup
yang baru.
3. memberi
kesempatan
untuk
menayakan dan
memberikan
informasi dan
mulai
menerima
perubahan
gambaran diri
dan fungsi yang
dapat
membantu
penyembuhan
4. dukungan yang
cukup dapat
membantu
proses
rehabilitasi
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan
bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial
dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup
besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar
adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai
tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
amputasi.(anas)
13
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Daryadi.(2012). Askep Amputasi. http://www.nsyadi.blogspot.com (online), di askes:
29 oktober 2014
Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem
muskuloselektal. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn
Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
14
                                            
                ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI
Dosen Pembimbing : Dadang Kusbiantoro, S, Kep.Ns. M, Si
Oleh Kelompok 1
Nama Kelompok :
Andria Puji
Anik Retnosari
Benny Handika M.P
Buyung Kurnia R
Catur Suguharto
Cindy Mulyawati
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TAHUN 2014
KATA PENGATAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan pokok bahasan “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien amputasi.”
Makalah ini disusun atas kerja sama kelompok kami, dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris,S.kep.Ns, M.kes, selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Dadang Kusbiantoro S. Kep, Ns. M.Si selaku dosen pembimbing.
4. seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keerbatsan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena itu,
segala sesutu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal 2. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lamongan, Oktober 2014
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah asuhan keperawatan pada klien dengan Amputasi telah diperiksa
dan disetujui untuk Dipresentasikan Kepada Teman-Teman Mahasiswa Program S1
Keperawatan Semester V11A Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, Oktober 2014
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Ns. Dadang Kusbiantoro S.Kep,.M.Si
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB 1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.1 Pendahuluan ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan penuliasan
BAB 2 Tinjauan Teori .....................................................................................3
2.1 Definisi amputansi ?.................................................................................3
2.2 Etiologi /faktor predisposisi amputansi ?.................................................3
2.3 Bagaimana metode amputansi ?...............................................................3
2.4 Apa saja jenis jenis amputansi ?..............................................................4
2.5 Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?...............................................4
2.6 Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?.................................5
2.7 Bagaimana pencegahan amputansi ...........................................................5
2.8 Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?...............................................5
2.9 Bagaimana komplikasi amputansi ?..........................................................6
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1
Pengkajian ..............................................................................................8
3.2
Diagnosa Keperawatan ..........................................................................8
3.3
Rencana Keperawatan ............................................................................8
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di hadapi pasien
melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada
upaya memnuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha
untuk mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak
menimbulkan
komplikasi
fisik
selama
kegiatan
intraoperatif,
tidak
mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan
diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan
seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai
sebab
mengapa
dilakukan
amputasi.
70%
amputasi
dilakukan
karena
penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militu, 3%
amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya
tumior dan 5% lainnya karencacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien
dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi
yang sangat spesial .Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan
rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki
fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi
aktif dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan
penyusuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim
perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
citra diri permanen, yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa yang di maksud dengan amputansi ?
2.
Apa saja faktor predisposisi amputansi ?
1
3.
Bagaimana metode amputansi ?
4.
Apa saja jenis jenis amputansi ?
5.
Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
6.
Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?
7.
Bagaimana pencegahan amputansi
8.
Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?
9.
Bagaimana komplikasi amputansi ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien amputansi ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada
pasien amputasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui definisi amputansi
2. Mengetahui faktor predisposisi amputansi
3.
Mengetahui metode amputansi
4.
Mengetahui jenis jenis amputansi
5.
Mengetahui menifestasi klinik amputansi
6.
Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi
7.
Mengetahui pencegahan amputansi
8.
Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi
9.
Mengetahui komplikasi amputansi
10. Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi
BAB 2
2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan
“pancung”.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis
bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2.2 Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1.
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6.
Deformitas organ.
2.3 Metode Amputasi
Amputansi di lakukan sebagian kecil samapi dengan sebagian besar dari
tubuh dengan metode :
1) Metode terbuka guilottone amputasi ) metode ini di lakukan pada klien
dengan infeksi yang mengembang atau berat di mana pemotongan di
lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi
2) Metode tertutup di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode
ini kulit tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung
tulang dan di jahit pada daerah yang di amputansi
2.4 Jenis Amputasi
3
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001),
dibedakan menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah :
1. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami
amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
2.5 Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain ;
1. Nyeri akut
4
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom snydrom e
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien
cenderung berdiam diri
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :
a. Foto rongent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT san
Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan
jaringan setelah amputansi
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga
proses infeksi
2.7 Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain :
1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus dan
mengerjakan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Penggunaan mesin industri dengan prinsip k-3
2.8 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain :
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua
faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya
(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi
melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat
5
penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah
segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang
sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat
dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan
ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan
lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat
amputasi dapat dipasangi prostesis
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan
menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan
kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis
dan kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama
adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat
untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi
1. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya
sehingga distalnya iskemik
2. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal
sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
3. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut
tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
4. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau
berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut
5. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah
kostruktur lutut dan paha.
2.9 Komplikasi
6
Komplikasi
amputasi
meliputi
perdarahan
infeksi
dan
kerusakan
kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan
masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi
meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat
menyebabkan kerusakan kronik.
BAB 3
7
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AMPUTASI
3.1 Pengkajian
a) Biodata :
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
2. Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul masalah, riwayat
trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obatyang diminum,
dan cara penanggulangan
3. Riwayat
penyaklit
dahulu:Tanyakan
apakah
adanya
keleinan
musculoskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
c) Pemerikasaan fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
1. System integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk menijau tingkat hidrasi.lokasi
amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin
buruk, perdarahan atau kerusakn progesif. Kaji kondisi jaringan diatas
lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
2. System kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum
operasi
sebagai
salah
satu
indicator
fungsi
jantung.
Mengkaji
kemungkinan atherodklerosis melalui penilaian terhadap elastilitas
pembuluh darah.
3. System respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan
4. System urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna, serta bj urine
5. System neurologis
8
Mengkaji tingkat kesdaran klien, serta system pernafasan khususnya
system motoric dan sensorik daerah yang diamputasi
6. System mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi kelemahan secara umum,
keterbatasan rom dan masalah fungsi gerak lain.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1.
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
2. Berduka yang
antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi
2. Gangguan harga diri ( citra tubuh ) berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh
3.3 Rencana Keperawatan
Pre operasi
No
dx
1
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
kriteria hasil
Kecemasan
Setelah
1. Berikan
1.meningkatkan rasa
berhubungan
dilakukan
bantuan secara
aman dan
dengan kurang tindakan
fisik dan
meningkatkan rasa
pengetahuan
keperawatan
psikologis,
saling percaya.
tentang
selama 1x 24
memberikan
kegiatan
jam diharapakan
dukungan
perioperatif
Kecemasan pada
moral.
2.Meningkatkan/
klien berkurang. 2. Jelaskan
memperbaiki
Kriteria evaluasi
prosedur
pengetahuan/
:
operasi pada
persepsi klien.
-Sedikit
klien dengan
melaporkan
sebaik-baiknya.
3.Meningkatkan rasa
tentang gugup
aman dan
atau cemas.
3. Berikan HE
-Mengungkap
pada klien
memungkinkan
kanpemahaman
tentang
klien melakukan
tentang
mengurangi
komunikasi secara
operasi
kecemasan
lebih terbuka dan
klien .
lebih akurat.
Diagnosa
4. Kolaborasi
dengan tim
9
medis untuk
mengurangi
kecemasan.
2
4.untuk mengurangi
kecemasan pada klien
agar pasien lebih
tenang.
Berduka yang Tujuan : Klien
1.Anjurkan
1. Mengurangi rasa
antisipasi
mampu
klien untuk
tertekan dalam diri
(anticipated
mendemontrasik
mengekspresik
klien,
griefing)
an kesadaran
an perasaan
menghindarkan
berhubungan
akan dampak
tentang
depresi,
dengan
pembedahan
dampak
meningkatkan
kehilangan
pada citra diri.
pembedahan
dukungan mental.
akibat
Kriteria
pada gaya
amputasi.
evaluasi:
hidup.
mengungkapkan 2.Berikan
perasaan bebas,
informasi yang 2.Membantu klien
tidak takut.
adekuat dan
mengapai
Menyatakan
rasional
penerimaan terhadap
perlunya
tentang alasan
kondisinya melalui
membuat
pemilihan
teknik rasionalisasi.
penilaian akan
tindakan
gaya
hidup
pemilihan
yangbaru.
amputasi.
3.Berikan
informasi
3.Meningkatkan
bahwa
amputasi
dukungan mental.
merupakan
tindakan untuk
memperbaiki
kondisi klien
dan
merupakan
langkah awal
untuk
menghindari
ketidakmampu
an atau
kondisi yang
lebih parah.
4.berikan
dukungan
kepada pasien
tentang
kehilangan
4.untuk menigkatakan
akibat
adaptasi
terhadap
amputasi
perubahan citra diri
10
Post operasi
No
1
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
rasa nyama
Nyeri
berhubungan
dengan insisi
bedah
sekunder
terhadap
amputasi
Tujuan dan kriteria
Intervensi
hasil
Setelah dilakukan
1. Mengobervasi
tindakan
tingkat nyeri,
keperwatan
derajat nyeri,
diharapkan nyeri
klasifikasi nyeri.
hilang / berkurang.
Kriteria hasil :
-Menyatakan nyeri 2.Ajrkan klien
teknik relakasai
hilang.
nafas dalam
-Ekspresi
wajah
rileks
3 berikan HE
kepada klien
untuk
memberikan
tekanan lembut
dengan
menempatkan
puntung pada
handuk dan
menarik handuk
dengan berlahan.
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
analgesik
(kolaboratif ).
2
Gangguan
harga
diri(citra
tubuh)
berhubungan
dengan
kehilangan
bagian tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperwatan
diharapkan harga
diri pasien kembali.
Kriteria hasil :
- Pasien dapat
megekspresi
kan
perasaan
negatif,
mendapat
informasi.
Rasional
1. memantau
seberapa jauh
nyeri yang
dirasakan klien
2. untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan klien
3.Mengurangi
nyeri akibat
nyeri panthom
limb
4. Untuk
menghilangkan
nyeri
1. Memanatau
1. pasien yang
kesiapan pasien
memandang
dan pandagannnya amputasi
terhadap amputasi. sebagai
2. Dorong pasien
rekrotunsi
megekpresikan
hidup akan
perasaan negatif
menerima
dan kehilangan
dirinya yang
bagian tubuh
baru dengan
3. beri informasi
cepat.
yang adekuat
2.ekspresi
mengenai amputasi perasaan dapat
mulai dari pasca
membantu
11
-
atau post operasi
4. berikan motivasi
atau dukungan
pada pasien
pasien
menerima
kenyataan dan
realitas hidup
yang baru.
3. memberi
kesempatan
untuk
menayakan dan
memberikan
informasi dan
mulai
menerima
perubahan
gambaran diri
dan fungsi yang
dapat
membantu
penyembuhan
4. dukungan yang
cukup dapat
membantu
proses
rehabilitasi
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan
bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial
dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup
besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar
adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai
tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
amputasi.(anas)
13
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Daryadi.(2012). Askep Amputasi. http://www.nsyadi.blogspot.com (online), di askes:
29 oktober 2014
Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem
muskuloselektal. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn
Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
14