View of KEIMANAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

5
KEIMANAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

M. Shoffa Saifillah Al-Faruq *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
ahmadmuhammad593@gmail.com
Abstract
The purpose of education is based on faith should
lead to the realization of religious and moral
character, with the emphasis on the acquisition of
virtue and taqarrub to God. And not just to achieve a
high position or get the magnificence of the world.
Thus one that is very important to take precedence in
educating children, according to al-Ghozali is the
importance of planting the basics of education
manners either in accordance with the mind and the
Shari'a is done gradually, and Adaiah latian-latian
and habituation so evolving towards perfection. And
in the process must be done before the child is able to
think logically and understand things that are
abstract and have not been able to determine what is

good and bad, and what is wrong and right.
Tujuan pendidikan berdasarkan iman harus
mengarah pada realisasi karakter agama dan moral,
dengan penekanan pada akuisisi kebajikan dan
taqarrub kepada Allah. Dan bukan hanya untuk
mencapai posisi yang tinggi atau mendapatkan
kemegahan dunia. Jadi salah satu yang sangat
penting untuk diutamakan dalam mendidik anak,
menurut al-Ghozali adalah pentingnya penanaman
dasar-dasar tata krama pendidikan baik sesuai
dengan pikiran dan syariat dilakukan secara
bertahap, dan Adaya latian-latian dan pembiasaan
sehingga berkembang menuju kesempurnaan. Dan
dalam proses harus dilakukan sebelum anak mampu
berpikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 68

dan belum bisa menentukan apa yang baik dan buruk,
dan apa yang salah dan benar.

Keywords: Keimanan dan Pendidikan
Pendahuluan
Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia
telah diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat
pengaruh morenisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan
begitu rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh
kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis
dan sekuler. Martabat manusia berangsur-angsur telah dihancurkan
dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Modernisai adalah
merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negaranegara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring
kita pada kehancuran peradaban.
Kemajuan sains dan teknologi telah mencapai perkembangan
yang sangat pesat, termasuk di Negara kita Indonesia. Pembangunan
di Negara kita juga telah mencapai kemajuan yang demikian pesat,
terutama sejak bergulirnya era reformasi hingga saat ini. Karenanya,
seiring dengan itu, marilah kita umat Islam secara bersama-sama ikut
ambil bagian dengan secara aktif, terutama dalam pembangunan
mrntal spiritual, agar umat Islam tidak sekedar maju dalam segi fisik
saja, namun juga kokoh mentalnya, tidak mudah terjebak dalam
pemikiran yang merusak.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu
maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Qs.Al-A‟raf
7:96)
Sebagaimana telah kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari,
baik secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik,
mulai dari prilaku, gaya hidup, norma pergaulan dan tete kehidupan
yang dipraktekkan, dipertontonkan dan dicontohkan oleh orangorang Barat akhir-akhir ini semakin menjurus pada kemaksiatan. Apa
yang mereka suguhkan sangat berpengaruh terhadap pola piker umat
Islam. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan
menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah,
berbalik menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah
memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan
globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa
sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun ada tujuan
mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.

69


At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan
manusia. Sehingga tidak mengherankan ketika batas-batas moral,
etika dan nilai-nilai tradisional juga terlampaui. Modernisasi yang
berladangkan diatas sosial kemasyarakatan ini juga tidak bisa
mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri.
Peningkatan intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban
manusia dengan berbagai turunannya itu juga meningkatan
konstelasi sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun
level kolektif. Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju
keseimbangan baru searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini
tentu saja mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam
tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini. Hasrat bukanlah
sifat baru kemanusiaan. Namun hadir dalam jaman yang penuh
tawaran dan godaan dengan berbagai kesempatan dan kemampuan
untuk meraihnya dengan berbagai cara, telah menjadikan hasrat
manusia sebagai dalang utama berbagai kerusakan moral, etika dan
nilai-nilai. Berbagai peristiwa hukum dan kriminal baik di area
publik ataupun pemerintahan telah hadir sebagai limbah modernisasi

yang tersaji transparan di sepan publik. Sebut saja KKN di
pemerintahan, kriminal, kejahatan sexual dan berbagai
penyimpnagan lainnya. Seolah-olah pakem moral, etika dan aturanaturan yang berlaku tidak lagi menjadi hal penghalang bagi berbagai
penyimpangan-penyimpangan
tersebut.
Kekhawatiran
atas
pergeseran itu telah mencajadi wacana hangat diseluruh lapisan
masyarakat. Namun laju modernisasi dengan berbagai turunan dan
efek negatifnya terus saja mengalami percepatan seakan tak peduli
dengan kecemasan itu.
Modernisai dengan konotasi itu merupakan penghambaan dan
penjajahan terhadap bangsa-bangsa di dunia agar tunduk pada
prinsip-prinsip barat yang rusak dan menyesatkan. Globakisasi
merupakan program yang bertujuan untuk mendayagunakan
teknologi sebagai alat untuk mengokohkan kedudukan kepentingan
Negara adidaya, memperbudak bangsa-bangsa lemah, menyedot
sumber daya alamnya, meneror rakyatnya, manghambat
perjalanannya, memadamkan kekuatannya, menghapus identitasnya
dan mengubur keasliannya, reformasinya serta pembangunan

peradabannya. Dengan kata lain globalisasi merupakan gurita yang
menelikung dan mencekik leher dunia Islam.
Bentuk kebudayaan dan peradaban masyarakat modern
mengikuti pola kehidupan, cara, ukuran, dan konsep Barat, termasuk
teori, partai, perspektif pemikiran ideologis, dan politiknya.
Masyarakat modern merupakan cetak biru masyarakat Barat,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan mereka meninggalkan
model masyarakat tradisional, bahkan berlawanan. Meskipun

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 70

struktur dan elemen-elemen masyarakat modern lemah dan rapuh
dibandingkan dengan masyarakat tradisional, namun mereka
mendominasi sektor-sektor terpenting dan strategis. Mereka
berkepentingan mewujudkan persatuan dua bentuk masyarakat yang
ada dengan mengkondisikan masyarakat tradisional untuk menerima
modernisasi. Maka terjadilah kontradiksi-kontradiksi antar keduanya
secara mendalam dan esensial. Masyarakat modern cenderung agresif
dan otoriter dalam menghadapi masyarakat tradisional. Mereka
menggunakan pendekatan apa saja yang memungkinkan untuk

menyodorkan modernisasi kepada masyarakat tradisional.
Masyarakat modern lebih mengutamakan alternatif-alternatif Barat
daripada kembali ke pandangan hidup masyarakat tradisional. Akan
tetapi, sikap tersebut tidak dapat mencegah hal sebaliknva dari
masyarakat tradisional dalam keimanan, perasaan nasionalisme,
kemerdekaan, dan kehormatan.
Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan
peradaban merupakan prasyarat bagi perubahan ekonomi, politik,
dan sebagainya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat
mengakomodasikan apa yang tersedia di lingkungannya, mereka
memilih alternatif atau model dari negara imperialis yang menjadi
pusat-pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada
negara-negara tersebut. Terbukalah kemungkinan konfrontasi antara
kekuatan eksternal dengan kekuatan internal (kekuatan Islam) bila
Islam hendak ditampilkan sebagai kekuatan nyata.
Melihat strategi yang dicanangkan Barat dalam isu globalisasi
di atas sungguh amat busuk. Mereka mempunya agenda terselubung
dalam mengikis habis ajaran Islam yang dianut bangsa timur.
Penyebaran itu mereka lakukan melalui penyebaran informasi
dengan sistem teknologi moderennya yang dapat mengirim informasi

keseluruh penjuru dunia. Melalui jalur ini mereka menguasai public
opini yang tidak jarang berisi serangan, hinaan, pelecehan dan
hujatan terhadap Islam dan mengesankan agama Islam sebagai
teroris. Perang yang mereka lancarkan bukan hanya perang senjata
namun juga perang agama. Mereka berusaha meracuni dan menodai
kesucian Islam lewat idiologi sekuler, politik, ekonomi, sosbud,
teknologi, komunikasi, keamanan dan sebagainya. Dengan berbagai
cara mereka berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya. Secara
perlahan-lahan tapi pasti mereka menggerogoti Islam dari dalam dan
tujuan akhirnya adalah melenyapkan Islam dari muka bumi.
Morernisasi bagi umat Islam tidak perlu diributkan, diterima
ataupun ditolak, namun yang paling penting dari semua adalah
seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju
tatanan dunia baru yang lebih maju dan beradab. Bagi kita semua,
ada atau tidaknya istilah modernisasi dan globalisasi tidak menjadi

71

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81


masalah, yang penting ajaran Islam sudah benar-benar diterima
secara global, secara mendunia oleh segenap umat manusia,
diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam
berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur
dari modernnya pakaiannya, perhiasan dan penampilan, namun
moderen bagi umat Islam adalah moderen dari segi pemikiran,
tingkah laku, pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,
social budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah,
dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera
dalam naungan ridha Allah SWT.
Masyarakat modern tidak mempunyai program revolusi,
melainkan mempunyai program dominasi kekuasaan. Ini karena
masyarakat modern tidak mengambil model perubahan dari
bangsanya, tetapi dari Barat. Padahal suatu revolusi tidak akan
berhasil kecuali bila berasal dari dalam (bangsa). Dengan kata lain,
tidak ada revolusi dalam rangka perubahan positif dan mendasar
yang dapat mempersatukan dan membebaskan umat, melenyapkan
kezaliman, serta memotivasi orang-orang untuk bekerja, mengajar,
dan berkreasi, melainkan yang bersumber pada ajaran Islam.

Modernisasi yang memperkuat daya produktifitas dan
komsumtifitas adalah penguatan langsung pada kapasitas dan
intensitas kehidupan manusia modern dari aspek materialistik. Dalam
teory ekology baik organisasi atau kemasayrakatan, komunitas akan
selalu berjalan kearah titik equalibirium (kesetimbangan) nya. Ketika
modernisasi secara umum yang dipersepsikan selama ini
mengembangkan aspek materialistik manusia, maka aspek non
material seperti spiritual akan mengikuti perkembangan nya demi
keseimbangan yang semestinya. Sehingga gejala kembali ke Agama
dan spiritual adalah arus utama modernisasi yang mesti terjadi. Jika
tidak modernisasi tak akan pernah lengkap. Jadi kembali keagama
dengan menyemarakan kehidupan spritual bukanlah gerakan
tradisional, konsrvatif atau kontra modernisasi. Namun
sesungguhnya gejala itu adalah atribut modernisasi juga. Sehingga
tak akan lengkap kemodern-an seseorang atau komunitas jika laju
spiritualnya tak berkembang menyimbangi laju materialistik.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah
metode deskriptif analitis, maksudnya menggambarkan atau
melukiskan keimanan sebagai landasan pedidikan berbagai teori dan

analisis. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif,
yang tidak membutuhkan angka-angka.

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 72

1.

Konsep Keimanan
amana - yu‟minu – imanan
secara
harfiyah
(etimologis)artinya percaya dengan yakin 1. Iman adalah akidah
Islamiyah, yakni sistem keyakinanatau kepercayaan dalam Islam.
Akidah („aqoda – ya‟qidu – „aqdan/aqad artinya ikatan,yakni ikatan
hati atau jiwa alias keyakinan atau kepercayaan.Secara maknawi
(terminologis) iman adalah percaya dengan yakin akan adanya
AllahSWT, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya,
Hari Akhirat, serta Qadhadan Qadar. Percaya dengan yakin kepada
keenam hal itu disebut Arkanul Iman atau Rukun Iman. Sebutan
untuk orang yang percaya dengan yakin atas Arkanul Imanitudisebut
mukmin (orang beriman).“Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan-Nya
kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya
terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya”(Q.S.
4:136)
Iman adalah masalah mendasar dalam Islam. Iman menjadi
titik-tolak permulaanseseorang menjadi pemeluk Islam (Muslim).
Seseorang yang menyatakan diri memeluk Islam harus mengikrarkan
dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan
danMuhammad sebagai Rasul-Nya.Al-Quran menggambarkan, orang
yang menyatakan beriman (mukmin) ibarat melakukantransaksi jualbeli dengan Allah SWT. Orang tadi “membeli” surga dengan jiwaraganya,atau “menjual” jiwa, raga, dan hartanya pada Allah SWT
dengan bayaran keridaan-Nya.
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri
dan harta mereka denganmemberi imbalan surga pada mereka.”
(Q.S. at-Taubah:111)
“Dan sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka
untuk mendapatkankeridaan Allah…”(Q.S. al-Baqarah:107)
Mukmin yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap
menyerahkan segala yangada padanya pada Allah SWT. Ia siap
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhisegala laranganNya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian dariNya,untuk menunjukkan kesungguhan keimanannya.
2.

Konsep Pendidikan
a. Pengertian Konsep Pendidikan
Konsep adalah rancangan sedang pendidikan adalah
penanaman tabiat yang baik agar anak anak mempunyai sifat yang
1

Mahmud Yunus “kamus Arab-Ind”PT Mahmud Yunus ,Jakarta 2013

73

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

baik2 ada juga
yang mengatakan pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia3. Dari beberapa
pengertian tersebut konsep pendidikan yang dimaksud adalah
merupakan suatu rancangan yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan , pengendalian diri , kepribadian , kecerdasan , akhlaq
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan harus mengarah kepada realisasi tujuan
keagamaan dan akhlaq, dengan titik penekanannya pada perolehan
keutamaan dan taqarrub kepada Allah. Dan bukan hanya untuk
mencapai kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan
dunia. Rumusan tujuan pendidikan ini didasarkan pada firman Allah
SWT.
”tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar
beribadah kepadaku” (QS. Al-Dzariyat:56)
Dalam UU No. 2 tahun 1985, tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskn kehidupn bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kpribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatn dan bangsa.
MPRS No. 2 Tahun 1960 yang berbunyi tujuan pendidikan
ialah membentuk manusia pancasilais sejati berdasarkan ketentuanketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi
UUD 1945.
Jadi berdasarkan hal di atas Sasaran pendidikan yang
berlandaskan keimanan adalah kesempurnaan insani didunia dan
diakhirat. Dan manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan
itu hanya dengan menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu, dan
menguasai ilmu adalah bagian dari tujuan pendidikan.
c. Pendidik
Didalam Buku Mencetak Generasi Rabbani disebutkan
sepuluh karakter yang harus dimiliki oleh Pendidik dalam mendidik
adalah :
1) Ikhlas

Drs H zuhairini dkk “Metodik Khusus Pendidikan agama” usaha
Nasional, surabaya 1983 hlm. 127.
3
Masnur Muslich “Pendidikan karakter “ Bumi Aksara Jakarta, 2011
hlm. 67.
2

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 74

Rawatlah dan didiklah dengan penuh ketulusan dan niat
ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Ta‟ala.
Cangkangkan niat semata-mata untuk Allah Ta‟ala dalam
seluruh aktivitas edukatif,baik berupa perintah, larangan,
nasehat, pengawasan maupun hukuman.
2) Bertakwa
Hiasi diri anda dengan ketakwaan, sebab, pendidik adalah
contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama
dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.
3) Berilmu
Sebuah keharusan bahwa kedua orangtua harus
mempunyai perbekalan ilmu yang memadai. Orangtua
harus mengetahui konsep-konsep dasar pendidikan dalam
islam. Mengetahui halal dan haram, prinsip-prinsip etika
islam serta memahami secara global peraturan-peraturan
dan kaidah-kaidah syari‟at islam.
4) Bertanggung jawab
Memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidik.
5) Sabar dan Tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik.
Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak
tantangan dan ujian.
6) Lemah lembut dan tidak kasar
Sifat lemah lembut ini akan membuat seseorang (peserta
didik) menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima
pengajaran.
7) Penyayang
Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat
suasana dan menjadi proses pengajaran menjadi nyaman
dan menyenangkan.
8) Lunak dan Fleksibel
Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak
tegas. Namun harus dipahami secara luas dan menyeluruh.
Maksudnya disini lebih mengarah pada sikap
mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya.
9) Tidak mudah marah
Sifat
mudah
marah
merupakan
bagian
dari
sifat negative dalam pendidikan. Jika seorang pendidik
mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya,
maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya
dan peserta didiknya.
10) Dekat namun berwibawa
Pendidik yang sukses adalah pendidik yang benar-benar
dekat dihati peserta didik. mereka selalu merindukannya

75

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

mereka merasa gembira dan bahagia bersamanya. Ya,
pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Peserta didik bukan
takut padanya, namun mereka sayang,hormat dan segan
melanggar perintah dan kata-katanya4
d. Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang menjalani pendidikan dan
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu kesempurnaan insani dengan
mendekatkan diri pada allah dan kebahagian didunia dan diakhirat
maka jalan untuk mencapainya diperlukan belajar dan belajar itu juga
termasuk ibadah, juga suatu keharusan bagi peserta didik untuk
menjahui sifat-sifat dan hal-hal yang tercela, jadi peserta didik yang
baik adalah peserta didik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;
1) peserta didik harus memuliakan pendidik
2) peserta didik harus bersikap rendah hati dan tidak
takabbur dan menjahui sifat-sifat yang hina (bersih
jiwanya )
3) peserta didik harus meras satu bangunan dengan peserta
didik yang lain dan sebagai suatu bangunan maka peserta
didik harus saling menyayangi dan menolong serta
berkasih sayang sesamanya.
4) peserta didik hendaknya mempelajri ilmu secara bertahap
5) peserta didik hendaknya mendahulukan mempelajari ilmu
yang wajib
6) peserta didik tidak hanya mempelajri satu ilmu yang
bermamfaat melainkan dia juga harus mempelajari ilmu
yang lain dan sungguh-sunguh ketika mempelajarinya
7) peserta didik hendaknya juga mengenal nilai setiap ilmu
yang dipelajrinya 5
e. Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa
Arab, media adalah perantara ( ‫ ) وسا ئل‬atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.
Grlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara laebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali inforasi visual atau
4

Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, MENCETAK
GENERASI RABBANI,darul ilmi publishing,2013, hlm. 47-59.
5
Syekh Zarnuji Terjamahan taklim, Mutiara Ilmu, Surabaya 2009 hlm.
27.

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 76

verbal.6 media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan dari
beberapa sumber saluran ke penerima pesan.
Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara
lain: pertama, media grafis atau media dua dimensi, seperti gambar,
foto, diagram. Kedua, media model solid atau media tiga dimensi,
seperti model-model benda ruang dimensi tiga, diorama, dan
sebagainya. Ketiga, media proyeksi, seperti film, filmstrip,
OHP. Keempat, media
informasi,
computer,
internet. Kelima, lingkungan.7
Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari
segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow dibagi dalam
dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan
teknologi mutakhir.
1. Pilihan media tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan
1) Proyeksi opaque (tak tembus pandang)
2) Proyeksi overhead
3) Slides
4) filmstrip
b. Visual yang tak diproyeksikan
1) Gambar, poster
2) Foto
3) Chart, grafik, diagram
4) Pameran, papan info, papan bulu
c. Audio
1) Rekaman piringan
2) Pita, kaset, reel, catridge
3) Penyajian multimedia
d. Penyajian multimedia
1) Slide plus suara (tape)
2) Multi-image
e. Visual dinamis yang diproyeksikan
1) Film
2) Televisi
3) Radio
f. Cetak
1) Buku teks
2) Modul, teks terprogram
3) Workbook
4) Majalah ilmiah, berkala
5) Lembaran lepas (hand-out)
6

alzhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 2.
7
Ibid, hlm. 3.

77

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

g. Permainan
1) Teka-teki
2) Simulasi
3) Permainan papan
h. Realia
1) Model
2) Spicemen (contoh)
3) Manipulatif (peta, boneka)
2. Pilihan media teknologi mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi, antara lain: Teleconference
dan kuliah jarak jauh
b. Media berbasis mikroprosesor, antara lain: Computer-assisted
instruction,Permainan computer, Sistem tutor, intelejen,
Interaktif, Hypermedia, Compact (video)8
3.

Aspek- aspek pendidikan dalam islam
Dalam pandangan islam aspek-aspek pendidikan tidak hanya
dengan memperhatikan aspek akhlaq saja tetapi juga harus
memperhatikan aspek- aspek yang lain dan mewujudkan aspekaspek itu secara utuh dan terpadu. Aspek- aspek tersebut diantanya
adalah:
a. Aspek pendidikan keimanan
1) Iman menurut al-ghazali
Iman menurut al-ghazali adalah mengucapkan dengan
lidah mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan
dengan angauta. dari definisi ini bisa kita fahami bahwa
pendidikan keimanan meliputi tiga prinsip;
 Ucapan lidah atau mulut karena lidah adalh
penerjemah dari hati
 Pembenaran hati, dengan cara i‟tiqat dan taqlid bagi
orang awam dan manusia pada umumnya, sedang cara
kasyaf (membuka hijab hati ) bagi mereka yang
khawas (aulia illah)..
 Amal perbuatan yang dihitung dari sebagian iman,
karena ia melengkapi dan menyempurnakan iman
sehingga bertambah dan berkurangnya imam
seseorang adalah dari amal perbuatan9.
Dari beberapa prinsip pendidikan keimanan tersebut semuanya
harus didasarkan pada pada syahadatain (pengesaan pada eksistensi
Allah dan pembenaran nabi muhammad sebagai utusan Allah). Alghazali juga menegaskan bahwa pendidikan iman harus didasarkan
8

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran... hlm. 33-34.
. Zainuddin dkk.,Seluk beluk Pendidikan dari Al-ghazali, Jakarta: Bumi
Aksara,1991 hlm. 14.
9

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 78

pada empat rukun yang, pertama mengenai ma‟rifat kepada dzat
allah, sifat-sifat Allah, af‟al Allah, syariat Allah.
b. Pendidikan keimanan bagi anak
Al-ghazali menganjurkan agar pendidikan keimanan
mengenai aqidah harus diberikan kepada anak sejak dia masih dini
supaya dia menghafal, memahami, beriktiqat, mempercayai,
kemudian membenarkan sehingga keimanan pada anak akan hadir
secara sedikit-demi sedikit hingga sempurna, kokoh dan menjadi
fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya dan bisa
mempengaruhi segala perilakunya mulai pola pikir, pola sikap,
polabertindak, dan pandangan hidupnya.
c. Aspek Pendidikan Yang Berlandaskan Keimanan
1) Akhlaq
Akhlaq adalah ibarat (sifat atau keadaan )dari perilaku yang
konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa dari padanya tumbuh
perbuatan- perbuatan dengan wajar dan mudah tampa memerlukan
pikiran dan pertimbangan. Sedang akhlaq menurut Dr. ahmad Amin
ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia. Yang
baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau
yang batil. Dan ulama‟-ulama‟ ahli ada yang mendefinisikan akhlaq
sebagai berikut, akhlaq adalah gambaran jiwa yang tersembunyi yang
timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan –perbuatan yang
tidak dibuat- buat atau dipaksa- paksakan.
Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa akhlaq
adalah sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya,tidak dibuatbuat dan perbuatan yang dapat kita lihat sebenarnya adalah
merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.
Menurut pengertian diatas maka hakikat akhlaq harus mencakup dua
syarat:
1) Perbuatan itu harus konstan, yaitu harus dilakukan berulang
kali kontinu dalam bentuk yang sama sehingga dapat menjadi
kebiasaan.
2) Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai
wujud reflektif dari jiwanya tampa pertimbangan dan
pemikiran.
d. Pendidikan akhlaq bagi anak
Sebelum anak dapat berfikir logis dan memahami hal-hal
yang abstrak serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan
yang buruk, dan mana yang salah dan benar maka latihan-latihan dan
pembiasaan, dan penanaman dasar-dasar pendidikan akhlaq yang
baik (yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat Islam) secara
beransur-ansur hingga berkembang menuju kesempurnaan berperan
sangat penting.diantara beberapa akhlaq yang baik adalah;
1) Kesopanan dan kesederhanaan

79

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

 Kesopanan dan kesederhanaan makan
 Kesopanan da kesederhanaan pakaian
 Kesederhanaan tidur
2) Kesopanan dan kedisiplinan
 Kesopanan dan kedisiplinan duduk
 Kesopanan dan kedisiplinan berludah
 Kesopanan dan kedisiplinan berbicara
3) Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjahui perbuatan
yang tercela
 Suka bersumpah
 Suka meminta
 Suka membangakan diri
 Berbuat dengan cara sembunyi-sembunyi
 Menjahui segala sesuatu yang tercela
4) Latihan beribadah dan mempejari syariat islam
Bagi anak yang sudah tamyis dan berumur 10 tahun maka
anak itu jangan sekali-kali diberi kesempatan untuk meninggalkan
bersuci secara agama, salat, puasa dan sebagainya.dan juga al-ghazali
menyarankan agar anak anak mepelajari ilmu agama seperti al-qur‟an
hadist, hikayah dan lain sebagainya. 10
e. Aspek Pendidikan Akliyah
Al-ghazali menjelaskan Akal adalah sebagai sumber ilmu
pengetahuan tempat terbit dan sendi-sendinya. Dalam ilmu
pengetahuan itu berlaku dari akal sebagaimana berlaku buah dari
pohon, sinar dari matahari penglihatan dari mata. Akal dan
kemauanlah yang memberkan karakteristik kepada manusia dengan
akal pikiran dapat memberikan kepada manusia ilmu pengetahuan
yang dipakainya sebagai pedoman dalam usaha dan aktifitas hidunya,
sedang kemauan menjadi pendorong perbuatan manusia11 .dengan
demikian antar pendorong perbuatan dan pedoman perbuatan (usaha
dan aktivitas hidup) terdapat hubungan yang saling mempengaruhi
„interktion yang erat sekali. Oleh karena itu pendidikan akliyah
sangat erat sekali untuk mengembangkan hazanah ilmu pengetahuan,
mencerdaskan pikiran, mengembangkan intelegensi manusia ,secara
optima, cakap, mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperolehnya
dan memberikan pedoman pada segala macam perbuatan manusia.
f. Aspek Pendidikan Sosial
Islam memberikan petunjuk kepada orang tua dan para guru
agar anak dalam pergaulan memiliki sikap dan sifat yang mulia dan
10

Dr said Bin Ali “ Tarbiyatul Aulad”, Solo Zam zam 2013 hlm.134-

11

Dr M solihin “Al Ghozali Epistimologi, Bandung, Pustaka Setia 2001

139.
hlm. 47.

Keimanan Sebagai Landasan Pendidikan – M. Shoffa Saifillah Al-Faruq 80

etika pergulan yang baik sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.sifat-sifat itu adalah:
1) Saling menhormati sesama
2) Merendahkan hati dan lemah lembut
3) Membentuk sikap dermawan
4) Membatasi pergaulan anak (kepada anak yang tidak
sopan,sombong, dan boros.12
g. Aspek Pendidikan Jasmaniyah
Adapun pendidikan jasmaniyah bagi anak dan orang dewasa
yaitu;
a. Pendidikan kesehatan dan kebersihan
b. Membiasakan makan makanan yang baik dan tidak
berlebihan
c. Bermain dan berolah raga 13
Penutup
Tujuan pendidikan yang berlandaskan keimanan harus
mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlaq, dengan
titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada
Allah. Dan bukan hanya untuk mencapai kedudukan yang tinggi atau
mendapatkan kemegahan dunia. Sehingga dengan demikian salah
satu yang sangat penting untuk lebih diutamakan dalam mendidik
anak menurut al-ghozali adalah pentingnya penanaman dasar-dasar
pendidikan akhlaq yang baik yang sesuai dengan akal pikiran dan
syariat yang dilakukan secara berangsur-angsur, serta adaya latianlatian dan pembiasaan sehingga berkembang menuju kesempurnaan.
Dan dalam prosesnya harus dilakukan sebelum anak dapat berfikir
logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup
menentukan mana yang baik dan yang buruk, dan mana yang salah
dan benar.
Selain hal tersebut dalam konsep pendidikan Islam
menganjurkan agar pendidikan keimanan mengenai aqidah harus
diberikan kepada anak sejak dia masih dini supaya dia dapat
menghafal, memahami, beriktiqad, mempercayai, kemudian
membenarkan sehingga keimanan pada anak akan hadir secara
sedikit-demi sedikit hingga sempurna, kokoh dan menjadi fundamen
dalam berbagai aspek kehidupannya dan bisa mempengaruhi segala
perilakunya mulai pola pikir, pola sikap, polabertindak, dan
pandangan hidupnya
Dari beberapa konsep dan metode tersebut kiranya tidak salah
ketika al-ghazali merumuskan beberapa sifat yang harus dimiliki
Hasan Masudi “Taisirul kholak”Toha Putra , Semarang 2011 hlm. 5.
Sujana S Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Produktion,2004.
Hlm. 17-18.
12
13

81

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 67-81

oleh pendidik diantaranya adalah guru harus cerdas, sempurna
akalnya.dan baik akhlaqnya, dengan kesempurnaan akal seorang
guru dapat memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan
akhlaq yang baik dia dapat memberi contoh dan teladan bagi
muridnya.
Bibliografi
Alzhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003
Dr M solihin “Al Ghozali Epistimologi, Bandung, Pustaka Setia
2001
Dr said Bin Ali “ Tarbiyatul Aulad”, Solo Zam zam 2013
Drs H zuhairini dkk “Metodik Khusus Pendidikan agama” usaha
Nasional, surabaya 1983
Hasan Masudi Taisirul kholak, Toha Putra , Semarang 2011
Mahmud Yunus “kamus Arab-Ind” Jakarta, PT Mahmud Yunus Wal
dzuriyat 2013
Masnur Muslich “Pendidikan karakter “ Bumi Aksara Jakarta, 2011
Sujana S Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Produktion,2004.
Syekh Zarnuji Terjamahan taklim, Mutiara Ilmu, Surabaya 2009
Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, MENCETAK
GENERASI RABBANI,darul ilmi publishing,2013
Zainuddin dkk.,Seluk beluk Pendidikan dari Al-ghazali, Jakarta:
Bumi Aksara, 1991.

Dokumen yang terkait

View of Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Badawiyyah li Taṭawwur al-Taqaddum ‘al al-Daulah al-Umawiyyah; al-Dirâsah al-Taḥlîliyyah Hîlâl al-Manhaj wa al-Ṭarîqah

0 1 28

View of PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

0 1 14

6 ASPEK SOSIAL DALAM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Abdul Mutalib Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian abdulmutalibmpdigmail.com Abstract - View of ASPEK SOSIAL DALAM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

0 0 21

5 PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI) DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG HARI JAMBI Ansori Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ansori1183yahoo.co.id Abstract - View of PERAN PENGA

0 0 14

View of KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19

0 0 16

3 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI Dodi Harianto Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian infostai-muarabulian.ac.id Abstract - View of PERAN GURU DALAM MENANAMK

0 1 9

2 PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SEBAGAI MITRA SEJAJAR LAKI-LAKI Amiruddin Dosen Tetap Prodi Manajemen Pendidikan Islam STAI Muara Bulian infostai-muarabulian.ac.id Abstract - View of PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SEBAGAI MITRA SEJAJAR LAKI

0 0 23

View of STRATEGI PROMOSI PERPUSTAKAAN KELILING BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI JAMBI DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA

0 2 18

View of PEMBELAJARAN DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK KEJIWAAN PESERTA DIDIK

0 0 10

View of KARAKTER KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK

0 0 10