Penetapan Perubahan RKPD 2015 Fix

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor

3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-undang Nomor 2, 3, 10 dan 11

Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

12. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 101);

13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan Wilayah Terpadu

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1563);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 470);

17. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah, (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2005 Nomor 3 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 3);

18. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 7);

19. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 2);

20. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012-2017 (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Nomor 8);

21. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

10 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Nomor 10);

22. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program/Kegiatan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006 Nomor 29);

23. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 69 Tahun 2013 tentang Tata Cara Koordinasi Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Nomor 69);

24. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 104 Tahun 2014 tentang Perubahan Target Pencapaian Sasaran Tahunan Rencana Jangka Menengah, Kebijakan Umum dan Program Pembangunan serta Indikator Kinerja Utama Gubernur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012-2017 (Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 Nomor 105);

25. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 106 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Nomor 107);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015.

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen Perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah.

3. Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah adalah Perubahan terhadap dokumen Perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan

Perubahan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah.

4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Daerah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.

6. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pasal 2

(1) Perubahan RKPD Tahun 2015 dan Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja

Perangkat Daerah Tahun 2015 dapat dilakukan apabila berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dalam tahun berjalan menunjukkan adanya Perangkat Daerah Tahun 2015 dapat dilakukan apabila berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dalam tahun berjalan menunjukkan adanya

dan kegiatan prioritas daerah;

b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan;

c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

d. pergeseran pagu kegiatan antar Satuan Kerja Perangkat Daerah, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau

pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.

(2) Perubahan RKPD Tahun 2015 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan. Bab II

: Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2014 dan Tahun 2015 Sampai Dengan Triwulan II.

Bab III : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Dalam Perubahan RKPD Tahun 2015. Bab VI

: Penutup. (3) Uraian rinci Perubahan RKPD Tahun 2015 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 3

(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan Perubahan RKPD Tahun 2015 ini.

(2) Perubahan RKPD Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memuat perubahan terhadap rancangan kerangka ekonomi nasional dan kerangka

ekonomi daerah, perubahan prioritas pembangunan daerah, perubahan rencana kerja dan pendanaannya, baik dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada rencana kerja pemerintah.

Pasal 4

Perubahan RKPD Tahun 2015 sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 menjadi dasar penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPASP) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.

Pasal 5

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 15 Juli 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TTD

HAMENGKU BUWONO X Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 15 Juli 2015

SEKRETARIS DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TTD ICHSANURI BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 42

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 2014 bahwa untuk menjamin tercapainya sasaran dan prioritas pembangunan nasional yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015, diperlukan pedoman penyusunan, pengendalian dan evaluasi hasil rencana kerja pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Terkait dengan aturan tersebut diatas, maka didalam kondisi RKPD Tahun 2015 tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan, maka RKPD Tahun 2015 dapat diubah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian didalam pencermatan perubahan RKPD Tahun 2015, yaitu terdapat sisa anggaran tahun sebelumnya yang menyebabkan perubahan pada saldo Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terdapat kebutuhan untuk melakukan pergeseran antar rekening belanja, antar program/kegiatan, antar sub kegiatan dan antar rekening, Penambahan/pengurangan Tolok Ukur Kinerja (berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan), penambahan kegiatan baru (karena kebutuhan mendesak atau ada ketentuan dari pusat), penyesuaian komposisi anggaran kegiatan dengan Standar Belanja Daerah (ASB dan SHBJ), pergeseran hibah dan bantuan sosial (penambahan, pergeseran, dan pengurangan), kebutuhan untuk melaksanakan efisiensi kegiatan maupun efisiensi dari dokumen pelaksanaan anggaran, belanja wajib mengikat, serta kebutuhan lainnya. Hal ini sejalan dengan Lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 didalam Perubahan RKPD Tahun 2015 dan Perubahan Renja SKPD Tahun 2015 dapat dilakukan apabila berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dalam

menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan, meliputi:

tahun berjalan

1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program, dan kegiatan prioritas daerah;

2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran

sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau

3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

4. Pergeseran pagu kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan;

5. Perubahan RKPD Tahun 2015;

6. Perubahan Renja SKPD Tahun 2015;

7. Dalam hal keadaan darurat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

8. Memperhatikan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara, Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD, maka untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, Perubahan RKPD Tahun 2015 yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah menjadi landasan penyusunan Perubahan KUA dan Perubahan PPAS untuk menyusun Perubahan APBD Tahun 2015.

Lebih lanjut perubahan RKPD Tahun 2015 ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan menjadi landasan penyusunan perubahan KUA dan perubahan PPAS untuk menyusun Perubahan RAPBD Tahun 2015. Program dan kegiatan yang tertuang di APBD Tahun 2015 dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Nomor 10) yang dijabarkan didalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 106 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Nomor 106).

1.2 Tujuan dan Sasaran Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ada, maka

penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2015 bertujuan untuk :

1. Memberikan gambaran atas perubahan asumsi-asumsi kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2015;

2. Menyesuaikan perubahan prediksi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain pendapatan yang sah;

3. Menyesuaikan penetapan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA);

4. Melakukan perubahan kebijakan pengganggaran terkait dinamika permasalahan yang timbul di masyarakat yang perlu mendapat penanganan secara cepat dengan memperhatikan prioritas nasional, regional dan daerah;

5. Melakukan penajaman prioritas kegiatan melalui pergeseran anggaran, penambahan alokasi anggaran dan penjadwalan ulang beberapa kegiatan dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015;

6. Melakukan penyesuaian penempatan kode rekening sesuai ketentuan yang berlaku.

1.3 Dasar Pertimbangan Perubahan Dasar pertimbangan dilakukannya Perubahan Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 disusun dengan memperhatikan hasil capaian kinerja pelaksanaan kegiatan APBD DIY Tahun Anggaran 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Hasil capaian kinerja tersebut menunjukkan terjadinya perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi-asumsi dalam Kebijakan Umum APBD DIY Tahun Anggaran 2015, diantaranya :

1. Perubahan asumsi makro ekonomi yang telah disepakati terhadap kemampuan fiskal daerah;

2. Penyesuaian sasaran dan hasil yang harus dicapai;

3. Perubahan kebijakan pusat;

4. Proyeksi belanja yang menjadi prioritas sesuai aspirasi masyarakat dan permasalahan aktual yang berkembang.

1.3.1 Dasar Pertimbangan Evaluasi RKPD Tahun 2014 dan Tahun 2015 sampai dengan Triwulan II

Berdasarkan hasil evaluasi RKPD Tahun 2015 (tahun lalu) yang dapat menjadi representasi sementara terhadap implementasi pelaksanaan RKPD Tahun 2015, bahwa :

1. Kinerja Pemerintah Daerah yang tercermin didalam Sasaran Strategis dengan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Triwulan IV Tahun 2014 menunjukkan capaian yang cukup baik, meskipun pada beberapa sasaran strategis masih belum tercapai, yaitu : 1. Kinerja Pemerintah Daerah yang tercermin didalam Sasaran Strategis dengan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Triwulan IV Tahun 2014 menunjukkan capaian yang cukup baik, meskipun pada beberapa sasaran strategis masih belum tercapai, yaitu :

b. Aksesibilitas pendidikan meningkat;

c. Harapan hidup masyarakat meningkat;

d. Pendapatanmasyarakat meningkat. (ADHK);

e. Kesenjangan pendapatan masyarakat menurun;

f. Lama tinggal wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara meningkat.

Kisaran ketercapaian pada beberapa indikator tersebut diatas adalah pada angka antara 52,54%sampai dengan 99,10%.

2. Untuk beberapa program dan kegiatan yang capaiannya belum mencapai 100% hingga triwulan IV hal tersebut dikarenakan terbentur masalah waktu, kendala administrasi dan ada beberapa program yang tidak dilaksanakan karena perubahan regulasi.

3. Tingkat kinerja program yang dapat dikategorikan tinggi tersebut mencerminkan bahwa kinerja SKPD secara umum baik. Tercapainya target atau kinerja yang tinggi tersebut juga mengindikasikan bahwa tidak ada program yang stagnasi. Artinya program-program dapat berjalan seperti yang direncanakan.

4. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program pendukung pencapaian sasaran dan tujuan maka terdapat beberapa indikator yang didukung oleh lebih dari satu urusan. Dalam pelaksanaannya, urusan tersebut dilakukan oleh beberapa SKPD sehingga seringkali menimbulkan permasalahan dalam koordinasi. Kesulitan untuk melakukan koordinasi yang menjadi permasalahan dalam dalam pelaksanaan program. Hal ini menyebabkan capaian kinerja pada indikator urusan tersebut menjadi rendah.

Dapat dikatakan sebagai representasi Tahun 2015, mengingat program/kegiatan tersebut bersifat reguler dan didalam skema penganggaran yang terjadi, kasus tersebut dapat terjadi kembali pada Tahun 2016. Berdasarkan hasil evaluasi RKPD Tahun 2015 sampai dengan Triwulan ke II terdapat beberapa program yang belum terlihat angka capaiannya. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa indikator program dan kegiatan yang pengukurannya tidak dapat diterjemahkan dengan mekanisme triwulanan, melainkan hanya dapat diterjemahkan angka capainnya berdasarkan perhitungan angka capaian tahunan.

1.3.2 Dasar Pertimbangan Asumsi Ekonomi Makro di DIY Asumsi ekonomi makro DIY berdasarkan hasil analisis yang dilakukan

Tahun 2015 menunjukkan perubahan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan dari hasil analisis pertumbuhan PDRB, inflasi, serta ICOR. Kondisi demikian tentunya akan mempengaruhi kapasitas fiskal DIY dalam penganggaran dan belanja daerah ke depan. Kait dengan asumsi ekonomi makro tersebut adalah, sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi pada Tahun 2015 di Daerah Istimewa Yogyakarta secara prinsip berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 adalah sebesar 5,83 persen dan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk menyusun Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 dilakukan perhitungan kembali proyeksi angka pertumbuhan ekonomi dengan hasil bahwa tidak terdapat perubahan terhadap angka pertumbuhan ekonomi tersebut.

2. Kondisi inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami perubahan, dimana berdasarkan perhitungan angka inflasi pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 angka inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 adalah sebesar 7,45 persen , sedangkan pada penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk menyusun Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 adalah sebesar 5.16 persen.

3. Angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) berdasarkan hasil perhitungan pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 adalah sebesar 4,15 persen, sedangkan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 untuk penyusunan Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 adalah sebesar 5.37 persen.

4. Kondisi ketenagakerjaan Tahun 2015 berdasarkan hasil proyeksi pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 diprediksikan penduduk bekerja akan mencapai 1.881.271 orang, sedangkan pengangguran terbuka adalah sejumlah 80.147 orang, serta jumlah angkatan kerja diproyeksikan sejumlah 1.961.418 orang. Lebih lanjut berdasarkan hasil perhitungan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 untuk penyusunan Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta diprediksikan untuk penduduk bekerja akan mencapai 1.947.286 4. Kondisi ketenagakerjaan Tahun 2015 berdasarkan hasil proyeksi pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 diprediksikan penduduk bekerja akan mencapai 1.881.271 orang, sedangkan pengangguran terbuka adalah sejumlah 80.147 orang, serta jumlah angkatan kerja diproyeksikan sejumlah 1.961.418 orang. Lebih lanjut berdasarkan hasil perhitungan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 untuk penyusunan Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta diprediksikan untuk penduduk bekerja akan mencapai 1.947.286

5. Angka Kemiskinan Tahun 2015 berdasarkan hasil perhitungan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 angka kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 mencapai 15,91 persen, sedangkan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 untuk penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 angka kemiskinan pada Tahun 2015 mengalami perubahan yang diprediksikan mencapai 14.52 persen.

6. Ketimpangan Regional Tahun 2015 berdasarkan hasil perhitungan pada Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 diproyeksikan sebesar 0,534 yang merupakan angka indeks williamson, sedangkan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 mengalami perubahan perhitungan angka indeks williamson menjadi sebesar 0,452.

7. Ketimpangan Pendapatan Tahun 2015 pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 adalah sebesar 0,353 yang merupakan angka hasil perhitungan indeks gini di Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan pada penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 indeks gini di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami perubahan menjadi sebesar 0,485.

1.3.3 Dasar Pertimbangan Perubahan Kebijakan Pusat Dasar pertimbangan perubahan kebijakan pusat menjadi landasan didalam

perubahan APBD Tahun Anggaran 2015. Perubahan kebijakan pusat dalam hal ini akan terkait dengan :

1. Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan (Lembaran Negara Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);

2. Berlakunya Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015- 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

3. Berlakunya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 540);

4. Sisa alokasi dana earmarking yang harus dibelanjakan oleh daerah, seperti Dana Alokasi Khusus (DAK), dana yang bersumber dari cukai tembakau, serta dana yang bersumber dari pajak rokok.

1.3.4 Dasar Pertimbangan Kebijakan di Daerah Dasar pertimbangan kebijakan perubahan Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) Tahun 2015 di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan :

1. Penyesuaian Belanja wajib dan mengikat pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Daerah Istimewa Yogyakarta;

2. Penyesuaian dengan kebijakan Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017;

3. Pergeseran pagu kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan;

4. Memenuhi kebutuhan penambahan penyertaan modal Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Daerah Istimewa Yogyakarta;

5. Mempersiapkan pemberlakuan Struktur Organisasi Tata Kelola (SOTK) baru di Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilaksanakan mulai Tahun 2016.

1.4 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat

kerakyatan, inovatif dan kreatif merupakan salah satu misi RPJMD 2012 – 2017. Misi itu dimaknai sebagai misi yang diemban untuk meningkatan daya saing pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Lebih lanjut, sisi ini juga dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas rakyat agar rakyat lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran, serta membangkitkan daya saing agar makin kompetitif. Pelaksanaan upaya mencapai misi tersebut membutuhkan arah kebijakan ekonomi daerah yang tepat. Selanjutnya, upaya untuk mewujudkan misi kerakyatan, inovatif dan kreatif merupakan salah satu misi RPJMD 2012 – 2017. Misi itu dimaknai sebagai misi yang diemban untuk meningkatan daya saing pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Lebih lanjut, sisi ini juga dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas rakyat agar rakyat lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran, serta membangkitkan daya saing agar makin kompetitif. Pelaksanaan upaya mencapai misi tersebut membutuhkan arah kebijakan ekonomi daerah yang tepat. Selanjutnya, upaya untuk mewujudkan misi

1.4.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

1.4.1.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pada APBD Murni Tahun 2015 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015 lalu laju

pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 diperkirakan mampu tumbuh positif dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 meskipun masih berkisar dibawah 1 persen. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 5,68 persen, tahun 2015 pada kisaran 5,83 persen, dan untuk tahun 2016 pada kisaran 5,97 persen. Angka tersebut diambil dari hasil perhitungan angka optimis. Pertumbuhan positif ekonomi DIY tahun 2014- 2016 didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: pertama, terus berjalannya pembangunan di DIY, baik di sektor publik maupun swasta; kedua, tren positif kondisi perekonomian DIY akan semakin menarik adanya investasi yang lebih besar lagi baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN); ketiga, semakin bertambahnya tenaga terampil dan pemanfaatan teknologi yang optimal berakibat pada meningkatnya kinerja sektor perindustrian; keempat, faktor proses politik lokal dan nasional sebagai dampak peralihan kekuasaan baik di eksekutif maupun legislatif sebagai hasil dari pemilu dan pilpres yang diharapkan membawa perubahan melalui visi dan misi pembangunan ekonomi yang lebih baik.

1.4.1.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pada Perubahan APBD Tahun 2015

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada Tahun 2015 terjadi beberapa perubahan pertumbuhan ekonomi, dimana pada Tahun 2014 hasil perhitungan terakhir angka pertumbuhan ekonomi diperkiran akan mencapai 5,14 persen, sedangkan pada Tahun 2015 mencapai 5,83 persen, dan Tahun 2016 mencapai 6,07 persen. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Perubahan Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Asumsi

Asumsi Tahun

No. Pertumbuhan Ekonomi (Tahun) Perubahan 2015 Murni (%) Tahun 2015 (%)

Sumber: Analisa Makro Ekonomi DIY Tahun 2014 dan Tahun 2015, Bappeda DIY

Perubahan angka pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi sebagai dampak dari perubahan perhitungan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dilakukan pada Tahun 2015. Berdasarkan data perhitungan makro ekonomi yang dilakukan pada Tahun 2014 didapat kondisi bahwa pada tahun 2014 PDRB DIY yang disumbangankan oleh sembilan sektor usaha diperkirakan menyentuh nilai 25,897,544 juta rupiah pada tahun 2014, pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 27,407,014 juta rupiah, dan untuk tahun 2016 diperkirakan sebesar 29,042,373 juta rupiah. Proyeksi PDRB DIY atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.2 Proyeksi PDRB DIY ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2016 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha

1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas & Air Bersih 244,770 260,333 277,279

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

7. Pengangkutan & Komunikasi

8. Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa

4,758,239 5,055,105 PDRB

Sumber: Analisa Makro Ekonomi DIY Tahun 2014, Bappeda DIY

Berdasarkan kondisi Tahun 2015 asumsi pertumbuhan ekonomi yang didapat dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) didapat kondisi capaian pada tahun 2014, bahwa peranan sektor berturut-turut dari yang tinggi ke rendah setelah sektor perdagangan dan hotel, sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor kontruksi, sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik gas dan air bersih, dan yang terendah adalah sektor penggalian. Sektor

Perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa mempunyai kontribusi lebih dari seperlima PDRB, sementara itu dua sektor terkecil yaitu listrik, gas dan air bersih serta pertambangan dan penggalian mempunyai kontribusi di bawah dua persen dari total PDRB. Proporsi kontribusi tersebut relatif sama pada tahun 2014 di mana proyeksi kontribusi antar sektor tidak berubah secara signifikan dibandingkan tahun 2013.

Tabel 1.3 Kontribusi PDRB Sektoral DIY Berdasarkan Lapangan Usaha (Harga Konstan 2000), Tahun 2013-2017 (%)

Lapangan Usaha

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

7. Pengangkutan dan dan Komunikasi

8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan

17,36 17,41 PDRB

9. Jasa-jasa

100 100 Keterangan: * adalah angka proyeksi Sumber: BRS BPS DIY No 11/02/34/Th.XVI &Penyusunan Makro Ekonomi DIY Tahun 2012 – 2018

Pola struktur PDRB DIY pada tahun 2015 diproyeksikan akan terus berlanjut di masa mendatang sampai tahun 2017, mengingat perekonomian DIY masih bertumpu pada jasa pendidikan, pariwisata dan budaya. Kegiatan ekonomi di sektor tersebut menciptakan permintaan di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang terus tinggi. Sementara itu, sektor perdagangan DIY pada beberapa tahun mendatang akan didorong kuat oleh perdagangan internasional dengan kegiatan ekspor dan impor karena beberapa hal berikut: a) Proses pemulihan krisis ekonomi global yang terus berlanjut mendorong geliat ekonomi pasar global yang menjadi tujuan ekspor produk-produk DIY; b) Permintaan ekspor yang terus meningkat melalui perluasan pasar dan peningkatan daya saing, sehingga diharapkan mampu mendorong investasi jangka panjang dan; c) Proyeksi kinerja ekonomi nasional untuk satu dasawarsa mendatang berada pada tren meningkat dengan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tinggi dan pembentukan modal kerja (investasi) pada momentum era golden age angkatan kerja Indonesia.

Secara sektoral pertumbuhan PDRB menunjukkan dinamika di hampir semua sektor. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling lambat adalah sektor pertanian yang proyeksi pertumbuhannya selalu di bawah tiga persen tiap tahunnya. Trend tersebut menunjukkan perlunya perhatian Secara sektoral pertumbuhan PDRB menunjukkan dinamika di hampir semua sektor. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling lambat adalah sektor pertanian yang proyeksi pertumbuhannya selalu di bawah tiga persen tiap tahunnya. Trend tersebut menunjukkan perlunya perhatian

Komponen terbesar dalam PDRB riil adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, sementara yag paling kecil adalah perubahan inventori. Pada tahun 2013, nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah sebesar Rp11,94 trilyun yang meningkat terus menjadi Rp14,47 trilyun di tahun 2016. Sementara itu perubahan inventori justru mengalami penurunan dari Rp677 milyar di tahun 2013 menjadi Rp314,02 milyar di tahun 2016. Sementara itu, komponen-komponen penggunaan lain PDRB nilai konstan secara umum selalu mengalami kenaikan. Komponen ekspor mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2013 – 2016, namun mengalami tren menaik setelah tahun 2014. Gambaran komposisi seluruh komponen penggunaan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013-2016 Menurut Penggunaan (dalam juta rupiah)

2015 2016 Pengeluaran konsumsi rumah

Jenis Penggunaan

13.299.458 14.189.053 14.468.970 tangga Pengeluaran konsumsi lembaga

986.152 1.034.991 swasta nirlaba Pengeluaran konsumsi pemerintah

5.757.181 5.838.785 Pembentukan modal tetap domestik

7.302.539 7.358.908 bruto

Perubahan Inventori

462.415 314.016 Diskrepansi Statistik

-376.320 -888.226 Ekspor barang-barang dan jasa-jasa

10.631.980 11.023.754 12.963.936 Dikurangi : Impor barang-barang dan jasa-jasa

11.565.680 12.215.385 12.341.807 PDRB

Sumber : BPS dan Diolah Keterangan: Angka tahun 2013 adalah angka sangat sementara Angka tahun 2014 – 2016 adalah hasil olahan berdasarkan tren

1.4.2 Proyeksi Inflasi

1.4.2.1 Proyeksi Inflasi Pada APBD Murni Tahun 2015 Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi inflasi DIY tahun 2014-2016 pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015 menunjukkan kondisi yang masih cenderung fluktuatif dan masih tergolong rendah dengan peningkatan setiap tahunnya kurang dari 1%. Salah satu faktor rendahnya inflasi adalah pengendalian moneter dan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang efektif. Inflasi di tahun 2014 diperkirakan sebesar 6,88 persen, tahun 2015 meningkat sebesar 7,45 persen dan pada tahun 2016 meningkat lagi sebesar 8,02 persen. Proyeksi inflasi DIY tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.5 Proyeksi Inflasi DIY Tahun 2014-2016 Pada APBD Murni Tahun 2015

Inflasi (%) Tahun

Optimis 2014

Moderat

Sumber: Analisa Makro Ekonomi DIY Tahun 2014, Bappeda DIY

Kecenderungan peningkatan inflasi di DIY sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi DIY dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka pendapatan masyarakat akan meningkat dan kegiatan ekonomi semakin besar yang berarti masyarakat cenderung membelanjakan uangnya sehingga berakibat pada meningkatnnya tingkat inflasi. Kebijakan suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) berpengaruh pula terhadap kecenderungan masyarakat dalam membelanjakan uang. Apabila suku bunga yang ditetapkan naik maka masyarakat cenderung menginvestasikan dananya pada tabungan sehingga akan mempengaruhi jumlah uang beredar dan pada akhirnya akan berpengaruh menurunkan inflasi. Sebaliknya apabila suku bunga yang ditetapkan turun maka masyarakat cenderung membelanjakan uangnya daripada menginvestasikannya di tabungan sehingga hal tersebut dapat mendorong terjadinya inflasi.

Di samping itu keberhasilan pengendalian harga sembilan bahan pokok juga akan dapat mempengaruhi tingkat inflasi di DIY. Pengendalian harga bahan pokok khususnya kelancaran supply dan distribusinya perlu diperhatikan karena iklim yang kurang mendukung dan kondisi jalan yang kurang baik akan kurang dapat menjamin kestabilan harga sembilan bahan pokok di DIY. Beberapa faktor yang di level nasional dan internasional yang dapat mendorong inflasi antara lain adalah masih terus meningkatnya Di samping itu keberhasilan pengendalian harga sembilan bahan pokok juga akan dapat mempengaruhi tingkat inflasi di DIY. Pengendalian harga bahan pokok khususnya kelancaran supply dan distribusinya perlu diperhatikan karena iklim yang kurang mendukung dan kondisi jalan yang kurang baik akan kurang dapat menjamin kestabilan harga sembilan bahan pokok di DIY. Beberapa faktor yang di level nasional dan internasional yang dapat mendorong inflasi antara lain adalah masih terus meningkatnya

1.4.2.2 Proyeksi Inflasi Pada Perubahan APBD Tahun 2015 Berdasarkan hasil perhitungan angka inflasi yang telah dilakukan pada

perubahan Tahun 2015 didapat kondisi, bahwa perkembangan data Inflasi tahun 2008-2014 dan proyeksi inflasi tahun 2015-2017 mengalami perubahan dan perkembangan fluktuatif, dimana untuk nilai proyeksi inflasi DIY cenderung mengalami penurunan. Sedangkan nilai inflasi pada tahun 2008-2014 cenderung fluktuatif dengan inflasi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 9,88%.

Sumber: BPS Provinsi DIY

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Inflasi DIY dan Nasional Tahun 2008- 2017

Inflasi di DIY mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 5,16% kemudian menurun pada tahun 2016 sebesar 5.03% dan kembali menurun pada tahun 2017 sebesar 4.93%. Penurunan tingkat inflasi ini disebabkan oleh efek tekanan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah dicabut. Meskipun harga BBM saat ini mengalami fluktuatif, TPID telah melakukan antisipasi agar inflasi stabil. TPID DIY memastikan pasokan dari Pertamina aman, koordinasi dengan pihak Kepolisian untuk mencegah Inflasi di DIY mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 5,16% kemudian menurun pada tahun 2016 sebesar 5.03% dan kembali menurun pada tahun 2017 sebesar 4.93%. Penurunan tingkat inflasi ini disebabkan oleh efek tekanan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah dicabut. Meskipun harga BBM saat ini mengalami fluktuatif, TPID telah melakukan antisipasi agar inflasi stabil. TPID DIY memastikan pasokan dari Pertamina aman, koordinasi dengan pihak Kepolisian untuk mencegah

Tabel 1.6 Proyeksi Inflasi DIY, Tahun 2015-2016 (%) Tahun

2017 indikator

Optimis Moderat Optimis Moderat Optimis Moderat Inflasi (%)

Sumber: Analisis Makro Ekonomi DIY 2015, Bappeda DIY

1.4.3 Proyeksi ICOR

1.4.3.1 Proyeksi ICOR Pada APBD Murni Tahun 2015 Proyeksi ICOR di tahun 2014-2016 berdasarkan perhitungan pada yang

dilakukan pada penyusunan APBD Murni Tahun 2015 mengalami tren yang menurun, hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya efisiensi dalam penggunaan investasi untuk menghasilkan output di DIY. Pada tahun 2014 ICOR diproyeksikan sebesar 4,62; tahun 2015 ICOR sebesar 4,15; dan pada tahun 2016 ICOR sebesar 3,68. Proyeksi ICOR DIY tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.7 Proyeksi Nilai ICOR DIY Tahun 2014-2016 Pada APBD Murni Tahun 2015

Inflasi

Tahun

Optimis 2014

Moderat

Sumber: Analisa Makro Ekonomi DIY Tahun 2014, Bappeda DIY

1.4.3.2 Proyeksi ICOR Pada Perubahan APBD Tahun 2015 Hasil penghitungan koefisien ICOR berdasarkan hasil perhitungan pada

Perubahan APBD Tahun 2015 dengan asumsi investasi yang ditanam pada tahun tertentu baru akan menghasilkan output yang diinginkan setelah satu tahun dan dua tahun berikutnya. Secara total koefisian ICOR dengan Perubahan APBD Tahun 2015 dengan asumsi investasi yang ditanam pada tahun tertentu baru akan menghasilkan output yang diinginkan setelah satu tahun dan dua tahun berikutnya. Secara total koefisian ICOR dengan

Dalam melakukan penentuan nilai ICOR Total dilakukan dengan melakukan penentuan nilai ICOR melalui metode standar Lag 2. Dalam hal ini dilakukan dengan justifikasi bahwa ditinjau menurut kelompok sektor, rata-rata porsi investasi terbesar terjadi pada kelompok sektor tersier, yaitu 78,69 persen, diikuti kelompok sektor sekunder (20,50 persen), dan sektor primer (0,82 persen). Sektor primer meliputi sektor pertanian dan penggalian; sektor sekunder terdiri dari sektor industri, listrik dan konstruksi. Sedangkan sektor tersier mencakup sektor perdagangan, pengangkutan dan komunikasi; keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Dominasi sektor tersier dan sekunder mengindikasikan bahwa proses produksi yang dilakukan oleh kebanyakan unit usaha di DIY tidak langsung menghasilkan produk pada tahun yang sama dengan waktu investasi dilakukan atau ada lag waktu antara proses realisasi investasi dengan saat output dihasilkan. Secara lebih jelasnya data dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.8 ICOR Sektoral Metode Standar Lag=0, Lag=1, Lag=2, dengan Pendekatan Investasi = PMTB + Perubahan Inventori, Tahun 2010-2014

Sektor/Subsektor

Lag-1 Lag-2 (1)

Lag-0

1. Pertanian

a. Tanaman Bahan Makanan

b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya

d. Kehutanan

e. Perikanan

2. Pertambangan & Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas & Air Bersih

a. Listrik

b. Air Bersih

Sektor/Subsektor

Lag-1 Lag-2 (1)

Lag-0

5. Konstruksi

6. Perdag., Hotel & Restoran

a. Perdagangan Besar & Eceran

b. Hotel

c. Restoran

7. Pengangkutan & Komunikasi

a. Pengangkutan

b. Komunikasi

8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan

a. Bank

b. Lainnya

9. Jasa-Jasa

a. Pemerintahan Umum

2,74 2,86 PDRB

b. Swasta

5,78 5,58 Sumber : Analisis ICOR DIY, Tahun 2015

Proyeksi ICOR DIY untuk tahun 2015 hingga 2017 mengalami penurunan, yaitu masing-masing 5.37; 5.17 dan 4.97. Penurunan angka ICOR ini menunjukkan bahwa terjadi efisiensi dalam penggunaan investasi untuk menghasilkan output di DIY. Hal ini menunjukkan juga bahwa ketika ICOR rendah maka dengan investasi yang sama akan dapat menghasilkan output yang lebih besar sehingga nilai PDRB akan dapat naik. Jika nilai PDRB naik maka dapat mendorong terjadinya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Faktor-faktor lain yang akan dapat menentukan ICOR antara lain adalah besarnya penambahan Investasi dan komposisi atau alokasi investasi menurut sektor produksi yang tepat.

Nilai ICOR DIY mengalami penurunan, meskipun demikian nilai ICOR di DIY cenderung tinggi. Banyak hal yang menyebabkan nilai ICOR masing cenderung tinggi meskipun setiap tahunnya menurun, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi DIY yang relatif kecil di antara pulau Jawa, penggunaan teknologi yang masih rendah karena DIY lebih dominan industri UMKM. Kemudian dengan semakin gencarnya pertumbuhan investasi di DIY seperti pembangunan hotel-hotel, mall dan apartemen, diharapkan akan menurunkan nilai ICOR DIY.

Gambar 1.2 Grafik ICOR DIY Tahun 2008-2017 Grafik di atas terlihat ICOR tahun 2008-2013 dan proyeksi ICOR tahun

2015-2017. Grafik di atas menunjukkan nilai ICOR yang mengalami penurunan baik nilai realisasi maupun proyeksi.

Tabel 1.9 Proyeksi ICOR DIY Tahun 2015-2017 Tahun

2017 Indikator

Optimis Moderat Optimis Moderat Optimis Moderat ICOR

Sumber : Analisis ICOR DIY, Tahun 2015

Terkait dengan hasil perhitungan dan analisis nilai ICOR di DIY tersebut, maka terdapat beberapa strategi pembangunan DIY kedepan kaitannya dengan pengembangan investasi wilayah maupun peningkatan efisiensi sektoral, diantaranya :

1. Peningkatan efisiensi pada beberapa sektor dapat dikurangi dengan melancarkan transportasi dan komunikaskasi agar proses produksi dapat berjalan lebih lancar dan efisien. Peningkatan infrastruktur transportasi dan komunikasi merupakan upaya pembangunan yang tepat dengan disertai ketepatan lokasi alokasinya;

2. Mengingat nilai ICOR yang masih cukup tinggi dan dominasi usaha mikro kecil pada sruktur usaha di DIY maka perlu rekayasa teknologi tepat guna yang efisien dan efektif yang bisa diadopsi oleh kalangan pengusaha mikro kecil sehingga proses produksi mereka menjadi semakin efisien. Selain itu diperlukan pembinaan manajerial dalam 2. Mengingat nilai ICOR yang masih cukup tinggi dan dominasi usaha mikro kecil pada sruktur usaha di DIY maka perlu rekayasa teknologi tepat guna yang efisien dan efektif yang bisa diadopsi oleh kalangan pengusaha mikro kecil sehingga proses produksi mereka menjadi semakin efisien. Selain itu diperlukan pembinaan manajerial dalam

1.4.4 Proyeksi Ketenagakerjaan

1.4.4.1 Proyeksi Ketenagakerjaan Pada APBD Murni Tahun 2015 Proyeksi ketenagakerjaan DIY tahun 2014-2016 dilihat dari faktor

angkatan kerja akan mengalami kenaikan. Naiknya angkatan kerja tersebut diimbangi dengan meningkatnya jumlah orang yang bekerja dan diiringi dengan menurunnya jumlah pengangguran terbuka. Angkatan kerja di tahun 2014 diperkirakan berjumlah 1.953.928 dengan komposisi jumlah orang yang bekerja sebanyak 1.869.643 dan jumlah pengangguran terbuka sejumlah 84.285. Pada tahun 2015 jumlah angkatan kerja diprediksi naik menjadi 1.961.418 dengan komposisi jumlah orang bekerja sebanyak 1.881.271 dan jumlah pengangguran terbuka sebanyak 80.147. Pada tahun 2016 jumlah angkatan kerja masih diprediksi naik menjadi 1.968.909 dengan komposisi jumlah orang yang bekerja sebesar 1.892.900 dan jumlah pengangguran terbuka sejumlah 76.009. Proyeksi ketenagakerjaan DIY tahun 2014-2016 berdasarkan kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.10 Proyeksi Ketenagakerjaan DIY, Tahun 2014-2016 Pada Penyusunan APBD Tahun 2015

2016 Indikator

Tahun

Optimis Moderat Bekerja

Optimis

Moderat

Optimis

Moderat

1.869.643 1.589.197 1.881.271 1.599.080 1.892.900 1.608.964 Pengangguran

76.009 64.607 Terbuka Jumlah

1.953.928 1.660.839 1.961.418 1.667.206 1.968.909 1.673.572 Angkatan Kerja

Sumber: Analisa Makro Ekonomi DIY Tahun 2014, Bappeda DIY

1.4.4.2 Proyeksi Ketenagakerjaan Pada Perubahan APBD Tahun 2015