Perencanaan Agregat Jadwal Induk Produks
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perencanaan Agregat adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi di masa yang akan datang. Perencanaan agregat juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Jadwal Produksi Induk (JPI) merupakan hasil disagregasi dari sebuah rencana agregasi yang menggabungkan produk-produk yang sama ke dalam kelompok produk, memecah permintaan dalam bulanan dan kadang-kadang menentukan kelompok/produk, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap produk individu dan pelayanan yang harus dijadwalkan secara spesifik pada setiap stasiun kerja. Rough Cut Capacity Planning (RCCP) merupakan suatu teknik yang mengonversi JPI ke dalam kebutuhan-kebutuhan kapasitas secara kasar dari sumber daya utama yang digunakan setiap produk individual yang terangkum dalam JPI.
Pada dasarnya tujuan perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Permasalahan strategis yang dapat diatasi diantaranya mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, dan memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Pada perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan untuk menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi. Sedangkan bagi perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
Pada praktikum ini dilakukan perencanaan agregat dengan menggunakan 2 metode yaitu First In First Out (FIFO) dan Least Cost. Melakukan penjadwalan produksi induk disagregasi dan menghitung perencanaan kebutuhan kapasitas kasar. Perhitungan kebutuhan kapasitas kasar dilakukan dengan pendekatan Bill of Labour.
Berikut ini adalah perumusan masalah yang terdapat pada praktikum ini :
1. Apa saja konsep mengenai agregat?
2. Bagaimana menyusun rencana agregat?
3. Apakah tujuan dan bagaimana sifat perencanaan agregat?
4. Bagaimana input dan output perencanaan agregat?
5. Apa saja ongkos-ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat?
6. Apakah strategi perencanaan agregat beserta keuntungan dan kerugiannya masing-masing?
7. Metode apa yang digunakan dalam menyusun rencana agregat?
8. Bagaimana mengaplikasikan teknik disagregasi yang ada untuk menyusun Jadwal Produksi Induk (JPI)?
9. Bagaimana membuat perencanaan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JPI dengan kapasitas produksi yang tersedia?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep mengenai agregat.
2. Mampu menyusun rencana agregat.
3. Mengetahui tujuan dan sifat perencanaan agregat.
4. Mengetahui input dan output perencanaan agregat.
5. Mengetahui ongkos-ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat.
6. Mengetahui strategi perencanaan agregat beserta keuntungan dan kerugiannya masing-masing.
7. Mengetahui metode dalam menyusun rencana agregat.
8. Mampu mengaplikasikan teknik disagregasi yang ada untuk menyusun Jadwal Produksi Induk (JPI).
9. Mampu membuat perencanaan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JPI dengan kapasitas produksi yang tersedia.
Berikut adalah batasan-batasan masalah dalam penulisan laporan pada praktikum ini :
1. Perencanaan untuk produksi yang dilakukan pada item truk, gandengan truk, dan mobil sedan mainan menggunakan Perencanaan Agregat, Jadwal Produksi Induk (JPI), dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) untuk periode 13 sampai 24.
2. Untuk perhitungan kapasitas produksi, pada Reguler Time digunakan jam kerja 7 jam/hari dan Overtime (OT) 30 % dari waktu Reguler Time (RT).
3. Data Ongkos yang dipakai untuk perencanaan agregat yaitu Ongkos Reguler Time , Ongkos Overtime, Ongkos Inventory, Ongkos KTTP (Kapasitas Tidak Terpakai), dan Ongkos Subkontrak.
4. Metode yang digunakan pada perhitungan perencanaan agregat :
a. First In First Out (FIFO)
b. Least Cost
5. Jadwal Produksi Induk (JPI) ditentukan dengan melakukan disagregasi perencanaan agregat yang terpilih.
6. Metode penentuan kapasitas kasar yang digunakan pada Rough Cut
Capacity Planning (RCCP) adalah pendekatan Bill of Labour.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahulan menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab pengumpulan data menguraikan tentang waktu baku untuk ketiga produk, data permintaan awal, data permintaan hasil konversi, data hasil peramalan terbaik, data ongkos, data hari kerja, data jam kerja per hari, data lead Pada bab pengumpulan data menguraikan tentang waktu baku untuk ketiga produk, data permintaan awal, data permintaan hasil konversi, data hasil peramalan terbaik, data ongkos, data hari kerja, data jam kerja per hari, data lead
BAB III ANALISIS
Pada bab analisis menguraikan tentang analisis dari Safety Stock , perbandingan ongkos total produksi metode FIFO dan Least Cost , proses disagregasi, perencanaan kebutuhan kapasitas kasar, dan analisa grafik perencanaan kebutuhan kapasitas kasar.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kesimpulan dan saran menguraikan tentang hasil dari data yang telah diolah dan dianalisis, sehingga dapat diperoleh ringkasan dari hasil praktikum.
BAB II PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan oleh seorang operator normal guna menyelesaikan satu unit pekerjaan dari hari ke hari tanpa menimbulkan akibat negatif kepadanya atau waktu yang diperlukan seorang pekerja yang bekerja dalam tempo yang wajar untuk mengerjakan suatu tugas yang spesifik dalam sistem kerja terbaik. Data waktu baku yang digunakan merupakan data waktu baku pada modul peramalan. Tabel 2.1 merupakan data waktu baku untuk produk truk (A), gandengan truk (B) dan mobil sedan (C).
Tabel 2.1 Data Waktu Baku (menit)
Item
Waktu Baku
A 13,91 B 10,93
C 12,671
2.1.2 Data Permintaan
Data permintaan (demand) masa lalu diperlukan untuk meramalkan permintaan di masa yang akan datang. Tabel 2.2 merupakan data permintaan (demand aktual) masa lalu untuk masing-masing produk.
Tabel 2.2 Data Permintaan (unit)
Periode
Famili Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Konversi dilakukan dengan menggunakan waktu baku. Dalam hal ini waktu baku setiap item dikonversikan pada item C. Tabel 2.3 merupakan data permintaan (demand) yang telah dikonversikan untuk ketiga produk.
Tabel 2.3 Rekapitulasi Nilai Konversi (menit)
Item
Konversi
A 1,098 B 0,863
2.1.4 Data Permintaan Hasil Konversi
Data permintaan hasil konversi merupakan data yang diperoleh dari jumlah permintaan dan periode waktu tertentu untuk tiap item. Tabel 2.5 adalah tabel yang menunjukkan data permintaan (unit) yang telah dikonversikan.
Tabel 2.4 Data Permintaan Hasil Konversi (unit)
Periode
Famili Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2.1.5 Data Hasil Peramalan
Data hasil peramalan merupakan data peramalan yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan beberapa metode kemudian dianalisa dengan melakukan uji kesalahan peramalan dengan beberapa metode juga sehingga didapat hasil peramalan yang terbaik. Tabel 2.5 merupakan data hasil peramalan terpilih untuk
12 periode ke depan yaitu metode Regresi Linear.
Tabel 2.5 Data Hasil Peramalan (unit)
2.1.6 Data Ongkos
Ongkos (biaya) sangat mempengaruhi dalam suatu perencanaan produksi. Berikut adalah data ongkos yang dipakai untuk melakukan perhitungan- perhitungan pada modul ini, diantaranya :
a. Ongkos RT (Reguler Time) = Rp. 20.000,-/unit
b. Ongkos OT (Overtime) = 135% dari ongkos RT = Rp. 27.000,-/unit
Dengan asumsi OT dikerjakan dengan kekurangan produk.
c. Ongkos inventory = Rp. 250,-/unit c. Ongkos inventory = Rp. 250,-/unit
e. Ongkos Subkontrak = Rp. 40.000,-/unit
2.1.7 Data Hari Kerja
Data hari kerja merupakan waktu kerja per hari dalam suatu periode yang berlaku untuk periode tertentu. Tabel 2.6 merupakan data hari kerja untuk 12 periode ke depan.
Tabel 2.6 Data Hari Kerja
Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Hari Kerja
Jumlah pekerja untuk setiap stasiun kerja adalah 1 orang.
2.1.8 Jam Kerja Per Hari
Jam kerja yaitu waktu yang berlaku untuk melakukan suatu pekerjaan (aktivitas) dengan batasan jam yang telah ditentukan. Dibawah ini merupakan jam kerja untuk Reguler Time (waktu kerja biasa) dan jam kerja Overtime (waktu kerja lembur) :
a. Reguler time : 7 jam/hari
b. Overtime : 30% dari jam RT
2.1.9 Lead Time
Lead Time adalah periode yang didefinisikan sebagai jangka waktu yang diperlukan untuk sebuah aktivitas. Tabel 2.7 merupakan data Lead Time (bulan) untuk produk truk (A), gandengan truk (B), dan mobil sedan mainan (C).
Tabel 2.7 Data Lead Time (bulan)
Famili
Item
Lt
I A 1 B 1 II C 1
2.1.10 Inventory
Inventory adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan pada periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan bahan jadi. Tabel 2.8 merupakan jumlah persediaan yang ada untuk setiap item.
Tabel 2.8 Data Inventory (unit)
2.1.11 Waktu Operasi Masing-Masing Stasiun Kerja
Waktu operasi adalah waktu yang dihitung/digunakan untuk proses pembuatan sebuah produk pada mesin. Tabel 2.9 merupakan data rekapitulasi waktu operasi pada setiap stasiun kerja untuk item A (truk).
Tabel 2.9 Data Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja Untuk item A (menit)
Stasiun Kerja
Komponen
Waktu
Waktu Total
Alas
SK 1 (Pengukuran)
Box Truk
Ass Roda
SK 2 (Pembubutan)
Ass Roda
SK 3 (Pemotongan)
Box Truk
SK 4 (Pengeboran)
Ass Roda
SK 5 (Pengecatan)
Box Truk
Ass Roda
SK 6 (Pemeriksaan)
Box Truk
Ass Roda
SK 7 (Perakitan)
Box Truk
Tabel 2.10 merupakan data rekapitulasi waktu operasi pada setiap stasiun kerja untuk item B (gandengan truk).
Tabel 2.10 Data Rekapitulasi Operasi Setiap Stasiun Kerja Untuk item B (menit)
Stasiun Kerja
Komponen
Waktu
Waktu Total
Alas
SK 1 (Pengukuran)
Box Gandengan Truk
Ass Roda
SK 2 (Pembubutan)
Ass Roda
SK 3 (Pemotongan)
Box Gandengan Truk
SK 4 (Pengeboran)
Ass Roda
SK 5 (Pengecatan)
Box Gandengan Truk
Ass Roda
SK 6 (Pemeriksaan)
Box Gandengan Truk
Ass Roda
SK 7 (Perakitan)
Box Gandengan Truk
Tabel 2.11 merupakan data rekapitulasi waktu operasi pada setiap stasiun kerja untuk item C (mobil sedan).
Tabel 2.11 Data Rekapitulasi Operasi Setiap Stasiun Kerja Untuk item C (menit)
Stasiun Kerja
Komponen
Waktu
Waktu Total
Alas
SK 1 (Pengukuran)
Ass Roda
SK 2 (Pembubutan)
Ass Roda
SK 3 (Pemotongan)
SK 4 (Pengeboran)
Ass Roda
SK 5 (Pengecatan)
Ass Roda
SK 6 (Pemeriksaan)
Ass Roda
SK 7 (Perakitan)
Roda
Tabel 2.12 merupakan rekapitulasi data waktu operasi pada setiap stasiun kerja untuk item A, B, dan C.
Tabel 2.12 Rekapitulasi Data Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja (menit)
Stasiun Waktu Operasi Per Item A B C SK 1
2.2 Pengolahan Data
2.2.1 Perhitungan Safety Stock Untuk Masing-masing Item
Tingkat kepercayaan diperoleh melalui kebijakan yangn ditetapkan oleh suatu perusahaan dengan mempertimbangkan keadaan diperusahaan dan mengikuti standarisasi yang ada. Adapun tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan nilai Z merupakan hasil interpolasi ;
X = 0,95
Z=?
X1 = 0,9505
Z = 1,65
X2 = 0,9495
Z = 1,64
−0,001Z + 0,00165
-0,001Z
= -0,001645
Standar deviasi untuk perhitungan Safety Stock produksi truk (A) sebagai berikut :
Diperoleh standar deviasinya 25,898. Berikut adalah perhitungan Ssi (Safety Stock ) untuk produksi truk (A).
Standar deviasi untuk perhitungan Safety Stock produksi gandengan truk (B) sebagai berikut :
Diperoleh standar deviasinya 19,353. Berikut adalah perhitungan Ssi (Safety Stock ) untuk produksi gandengan truk (B).
SS B = Z × SD B ×
= 31,835 ≈ 32 unit
Standar deviasi untuk perhitungan Safety Stock produksi mobil sedan (C) sebagai berikut :
Diperoleh standar deviasinya 20,614. Berikut adalah perhitungan Ssi (Safety Stock ) untuk produksi mobil sedan (C).
2.2.2 Perhitungan Kapasitas Produksi Perhitungan Kapasitas RT Untuk Masing-Masing Stasiun Kerja
Perhitungan kapasitas Reguler Time (RT) per periode sebagai berikut :
Kapasitas RT periode 13 = (hari kerja/bulan) × (jumlah jam kerja/hari)
= 21 × 7 × 60 = 8820 menit
Tabel 2.13 adalah tabel rekapitulasi kapasitas Reguler Time untuk periode
13 sampai dengan 24.
Tabel 2.13 Rekapitulasi Kapasitas Reguler Time (menit)
Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kap. RT
Perhitungan kapasitas Reguler Time (RT) masing-masing stasiun kerja per periode sebagai berikut : Kapasitas RT
= kapasitas RT per periode/waktu operasi
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 1 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820 / 1,943 = 4539,372 ≈ 4539 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820 / 1,397 = 6313,529 ≈ 6313 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820 / 1,622 = 5437, 731 ≈ 5437 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 2 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/0,958 = 9206,681 ≈ 9206 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/0,958 = 9206,681 ≈ 9206 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/0,958 = 9206,681 ≈ 9206 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 3 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/2,283 = 3863,338 ≈ 3863 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/1,577 = 5592,898 ≈ 5592 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/2,22 = 3972,973 ≈ 3972 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 4 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/1,276 = 6912,226 ≈ 6912 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/1,120 = 7875 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/1,276 = 6912,226 ≈ 6912 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 5 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/1,686 = 5231,317 ≈5231 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/1,390 = 6345,324 ≈ 6345 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/1,346 = 6552,749 ≈ 6552 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 6 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/0,868 = 10161,290 ≈ 10161 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/0,58 = 15206,897 ≈ 15206 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/0,797 = 11066,499 ≈ 11066 menit
Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 7 Kapasitas RT (Q*t A)
= 8820/1,533 = 5753,425 ≈ 5753 menit
Kapasitas RT (Q*t B)
= 8820/1,265 = 6972,332 ≈ 6972 menit
Kapasitas RT (Q*t C)
= 8820/1,358 = 6354,467 ≈ 6354 menit
Tabel 2.14 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 1 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.14 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 1 (unit)
Tabel 2.15 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 2 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.15 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 2 (unit)
Tabel 2.16 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 3 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.16 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 3 (unit)
Tabel 2.17 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 4 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.17 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 4 (unit)
Item
Periode
A 6912 6253
6912 6912 6912 B 7875
7875 7875 7875 C 6912
Jumlah 21699 19631
Tabel 2.18 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 5 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.18 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 5 (unit)
Tabel 2.19 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 6 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.19 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 6 (unit)
Tabel 2.20 merupakan tabel perhitungan kapasitas RT (Reguler Time) pada stasiun kerja 7 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.20 Perhitungan Kapasitas Reguler Time Pada Stasiun Kerja 7 (unit)
Tabel 2.21 merupakan tabel rekapitulasi perhitungan kapasitas RT (Reguler Time ) stasiun kerja 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.21 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas Reguler Time (time)
Kapasitas
Periode
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 SK 1
SK 2
SK 3
SK 4
SK 5
Perhitungan Kapasitas OT Untuk Masing-Masing Stasiun Kerja
Perhitungan kapasitas Over Time (OT) untuk masing-masing stasiun kerja sebagai berikut. Kapasitas OT masing-masing stasiun = 30% dari kapasitas RT
Kapasitas OT masing-masing SK untuk periode 13 Stasiun Kerja 1 Kapasitas OT
= 30% × 16289 = 4886,7 ≈ 4886 menit
Stasiun Kerja 2 Kapasitas OT
= 30% × 27618 = 8285,4 ≈ 8285 menit
Stasiun Kerja 3 Kapasitas OT
= 30% × 13427 = 4028,1 ≈4028 menit
Stasiun Kerja 4 Kapasitas OT
= 30% × 21699 = 6509,7 ≈ 6509 menit
Stasiun Kerja 5 Kapasitas OT
= 30% × 18128 = 5438,4 ≈ 5438 menit
Stasiun Kerja 6 Kapasitas OT
= 30% × 36433 = 10929,9 ≈ 10929 menit
Stasiun Kerja 7 Kapasitas OT
= 30% × 19079 = 5723,7 ≈ 5723 menit
Tabel 2.22 merupakan rekapitulasi perhitungan kapasitas Overtime pada stasiun 1 sampai stasiun 7 untuk periode 13 sampai dengan 24.
Tabel 2.22 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas Overtime (unit)
2.2.3 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi di masa yang akan datang.
Perhitungan Persediaan Persediaan = Inventory × konversi per item Item A
= 130 × 1,098 = 142,74 Item B
= 100 × 0,863 = 86,3 Item C
Total = 349,04 ≈ 349 unit
2.2.3.1 Metode First In First Out
First In First Out adalah metode yang menganalisis bahan untuk menentukan aliran harga perolehan bahan. Tabel 2.23 menunjukkan tabel perencanaan agregat dengan menggunakan metode FIFO.
Tabel 2.23 Perencanaan Agregat Metode FIFO
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 KTTP KT AP Persediaan
SC Demand
Keterangan : KTTP : Kapasitas Tidak Terpakai KT
: Kapasitas Tersedia PA
: Perencanaan Agregat
Perhitungan Ongkos Total Produksi (OTP)
OTP = Ongkos Produksi RT + Ongkos Kapasitas Tidak Terpakai
Ongkos Total Produksi Periode 13
a. Ongkos Produksi RT = (234 × Rp.20.000) + (599 × Rp.20.250) + (615 × Rp.20.500) + (631 × Rp.20.750) + (645 × Rp.21.000) + (663 × Rp.21.250) + (679 × Rp.21.500) + (695 × Rp.21.750) + (711 × Rp.22.000) + (727 × Rp.22.250) + (743 × Rp.22.500) + (758 × Rp.22.750)
= Rp. 165.638.750
b. Ongkos KTTP
= 5727 × Rp.150 = Rp. 859.050
Ongkos Total Produksi = Ongkos Produksi RT + Ongkos KTTP = Rp. 165.638.750 + Rp. 859.050 = Rp. 166.497.800
Tabel 2.24 menunjukkan tabel rekapitulasi perhitungan ongkos total produksi dengan metode FIFO.
Tabel 2.24 Rekapitulasi Perhitungan Ongkos Total Produksi Metode FIFO
Periode RT
OT
SC
KTTP Ongkos Total
Ongkos Persediaan
2.2.3.2 Metode Least Cost
Metode Least Cost adalah metode yang menganalisis proses dengan mempertimbangkan ongkos yang terkecil. Tabel 2.25 menunjukkan tabel perencanaan agregat dengan menggunakan metode Least Cost.
Tabel 2.25 Perencanaan Agregat Metode Least Cost
Sumber
Periode
KTTP KT AP
SC Demand
Keterangan : KTTP : Kapasitas Tidak Terpakai KT
: Kapasitas Tersedia PA
: Perencanaan Agregat
Perhitungan Ongkos Total Produksi (OTP)
OTP = Ongkos Produksi RT + Ongkos Kapasitas Tidak Terpakai
Ongkos Total Produksi Periode 13
a. Ongkos Produksi RT = 234 × 20.000 = Rp. 4.680.000
b. Ongkos KTTP = 13193 × 150 = Rp. 1.978.950
Ongkos Total Produksi = Ongkos Produksi RT + Ongkos KTTP = Rp. 4.680.000 + Rp. 1.978.950 = Rp. 6.658.950
Tabel 2.26 menunjukkan tabel rekapitulasi perhitungan ongkos total produksi dengan metode Least Cost .
Tabel 2.26 Rekapitulasi Perhitungan Ongkos Total Produksi Metode Least Cost
Periode RT
OT
SC
KTTP Ongkos Total
Ongkos Persediaan ONGKOS TOTAL PRODUKSI
Tabel 2.27 merupakan tabel perbandingan ongkos total produksi metode tabular antara FIFO dan Least Cost.
Tabel 2.27 Perbandingan Ongkos Total Produksi Metode Tabular
Least Cost Ongkos Total Produksi
Metode Tabular
FIFO
Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut, metode Least Cost dipilih sebagai metode terbaik karena memiliki ongkos total produksi terkecil yaitu Rp. 176.438.650. Tabel 2.28 adalah hasil perencanaan agregat dari metode terbaik yaitu metode Least Cost.
Tabel 2.28 Hasil Perencanaan Agregat dari Metode Least Cost
Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 AP
2.2.4 Persentase Masing-masing Item
Persentase masing-masing item untuk produk truk (A), gandengan truk (B), mobil sedan (C) dibawah ini merupakan persentase masing-masing item dari demand hasil konversi.
Item A = × 100%
Item B = × 100%
Item C = × 100%
Keterangan : DA : Jumlah demand hasil konversi untuk item A DB : Jumlah demand hasil konversi untuk item B DC : Jumlah demand hasil konversi untuk item C
Tabel 2.29 merupakan tabel rekapitulasi persentase masing-masing item A,
B, dan C yang diperoleh dari demand hasil konversi.
Tabel 2.29 Rekapitulasi Persentase Masing-masing Item
Item
Persentase
A 36,122 % B 27,461 % C 36,417 %
2.2.5 Permintaan Konversi Masing-masing Item
Permintaan konversi masing-masing item merupakan permintaan konversi dengan data yang berasal dari demand peramalan terpilih (terbaik). Dari data yang telah dianalisis, Regresi Linear adalah metode hasil peramalan terbaik, dengan demikian demand yang digunakan adalah demand peramalan dari Regresi Linear.
Item A
Permintaan konversi item A periode 13 = % item A × demand
= 36,122 × 583 = 210,591 unit
Permintaan konversi item A periode 14 = % item A × demand
= 36,122 × 599 = 216,370 unit
Permintaan konversi item A periode 15 = % item A × demand
= 36,122 × 615 = 222,150 unit
Permintaan konversi item A periode 16 = % item A × demand
Permintaan konversi item A periode 17 = % item A × demand
= 36,122 × 645 = 232,986 unit
Permintaan konversi item A periode 18 = % item A × demand
= 36,122 × 663 = 239,488 unit
Permintaan konversi item A periode 19 = % item A × demand
= 36,122 × 679 = 245,268 unit
Permintaan konversi item A periode 20 = % item A × demand
= 36,122 × 695 = 251,047 unit
Permintaan konversi item A periode 21 = % item A × demand
= 36,122 × 711 = 256,827 unit
Permintaan konversi item A periode 22 = % item A × demand
= 36,122 × 727 = 262,606 unit
Permintaan konversi item A periode 23 = % item A × demand
= 36,122 × 743 = 268,386 unit
Permintaan konversi item A periode 24 = % item A × demand
= 36,122 × 758 = 273,804 unit
Item B
Permintaan konversi item B periode 13 = % item B × demand
= 27,461 × 583 = 160,097 unit
Permintaan konversi item B periode 14 = % item B × demand
= 164,491 unit
Permintaan konversi item B periode 15 = % item B × demand
= 27,461 × 615 = 168,885 unit
Permintaan konversi item B periode 16 = % item B × demand
= 27,461 × 631 = 173,278 unit
Permintaan konversi item B periode 17 = % item B × demand
= 27,461 × 645 = 177,123 unit
Permintaan konversi item B periode 18 = % item B × demand
= 27,461 × 663 = 182,066 unit
Permintaan konversi item B periode 19 = % item B × demand
= 27,461 × 679 = 186,460 unit
Permintaan konversi item B periode 20 = % item B × demand
= 27,461 × 695 = 190,853 unit
Permintaan konversi item B periode 21 = % item B × demand
= 27,461 × 711 = 195,247 unit
Permintaan konversi item B periode 22 = % item B × demand
= 27,461 × 727 = 199,641 unit
Permintaan konversi item B periode 23 = % item B × demand
= 27,461 × 743 = 204,035 unit
Permintaan konversi item B periode 24 = % item B × demand
= 27,461 × 758 = 208,154 unit
Item C
Permintaan konversi item C periode 13 = % item C × demand
= 36,417 × 583 = 212,311 unit
Permintaan konversi item C periode 14 = % item C × demand
= 36,417 × 599 = 218,137 unit
Permintaan konversi item C periode 15 = % item C × demand
= 36,417 × 615 = 223,964 unit
Permintaan konversi item C periode 16 = % item C × demand
= 36,417 × 631 = 229,791 unit
Permintaan konversi item C periode 17 = % item C × demand
= 36,417 × 645 = 234,889 unit
Permintaan konversi item C periode 18 = % item C × demand
= 36,417 × 663 = 241,444 unit
Permintaan konversi item C periode 19 = % item C × demand
= 36,417 × 679 = 247,271 unit
Permintaan konversi item C periode 20 = % item C × demand
= 36,417 × 695 = 253,098 unit
Permintaan konversi item C periode 21 = % item C × demand
= 36,417 × 711 = 258,924 unit
Permintaan konversi item C periode 22 = % item C × demand
Permintaan konversi item C periode 23 = % item C × demand
= 36,417 × 743 = 270,578 unit
Permintaan konversi item C periode 24 = % item C × demand
= 36,417 × 758 = 276,040 unit
Tabel 2.30 merupakan tabel rekapitulasi permintaan masing-masing item A,
B, dan C dalam satuan konversi dengan jumlah yang didapat dari setiap periode penjumlahan A, B, dan C sama dengan nilai demand peramalan terbaik.
Tabel 2.30 Rekapitulasi Permintaan Masing-masing Item Dalam Satuan Konversi (unit)
Famili Item
I A 210,591 216,370
199,641 204,035 208,154 II C 212,311
2.2.6 Permintaan Masing-masing Item
Permintaan masing-masing item diperoleh dari perbandingan demand satuan konversi dengan nilai konversi per item. Nilai konversi untuk masing- masing item terdapat pada Tabel 2.3.
Item A
Permintaan item A periode 13 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 210,591 / 1,098 = 191,795 ≈ 192 unit
Permintaan item A periode 14 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 216,370 / 1,098 = 197,058 ≈ 197 unit
Permintaan item A periode 15 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 222,150 / 1,098 = 202,322 ≈ 202 unit
= 227,929 / 1,098 = 207,585 ≈ 208 unit
Permintaan item A periode 17 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 232,986 / 1,098 = 212,191 ≈ 212 unit
Permintaan item A periode 18 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 239,488 / 1,098 = 218,112 ≈ 218 unit
Permintaan item A periode 19 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 245,268 / 1,098 = 223,377 ≈ 223 unit
Permintaan item A periode 20 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 251,047 / 1,098 = 228,640 ≈ 229 unit
Permintaan item A periode 21 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 256,827 / 1,098 = 233,904 ≈234 unit
Permintaan item A periode 22 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 262,606 / 1,098 = 239,167 ≈ 239 unit
Permintaan item A periode 23 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 268,386 / 1,098 = 244,431 ≈ 244 unit
Permintaan item A periode 24 = Demand satuan konversi / nilai konversi A
= 273,804 / 1,098 = 249,366 ≈ 249 unit
Item B
Permintaan item B periode 13 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 160,097/ 0,863 = 185,512 ≈ 186 unit
Permintaan item B periode 14 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 190,603 ≈ 191 unit
Permintaan item B periode 15 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 168,885 / 0,863 = 195,695 ≈ 196 unit
Permintaan item B periode 16 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 173,278 / 0,863 = 200,785 ≈ 201 unit
Permintaan item B periode 17 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 177,123 / 0,863 = 205,241 ≈ 205 unit
Permintaan item B periode 18 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 182,066 / 0,863 = 210,968 ≈ 211 unit
Permintaan item B periode 19 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 186,460 / 0,863 = 216,060 ≈ 216 unit
Permintaan item B periode 20 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 190,853 / 0,863 = 221,150 ≈ 221 unit
Permintaan item B periode 21 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 195,247 / 0,863 = 226,242 ≈ 226 unit
Permintaan item B periode 22 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 199,641 / 0,863 = 231,333 ≈ 231 unit
Permintaan item B periode 23 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 204,035 / 0,863 = 236,425 ≈ 236 unit
Permintaan item B periode 24 = Demand satuan konversi / nilai konversi B
= 208,154 / 0,863 = 241,198 ≈ 241 unit
Item C
Permintaan item C periode 13 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 213,311 / 1 = 213,311 ≈ 213 unit
Permintaan item C periode 14 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 218,317 / 1 = 218,317 ≈ 218 unit
Permintaan item C periode 15 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 223,964 / 1 = 223,964 ≈ 224 unit
Permintaan item C periode 16 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 229,791 / 1 = 229,791 ≈ 230 unit
Permintaan item C periode 17 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 234,889 / 1 = 234,889 ≈ 235 unit
Permintaan item C periode 18 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 241,444 / 1 = 241,444 ≈ 241 unit
Permintaan item C periode 19 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 247,271 / 1 = 247,271 ≈ 247 unit
Permintaan item C periode 20 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 253,098/ 1 = 253,098 ≈ 253 unit
Permintaan item C periode 21 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 258,924 / 1 = 258,924 ≈ 259 unit
Permintaan item C periode 22 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 264,751 ≈ 265 unit
Permintaan item C periode 23 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 270,578 / 1 = 270,578 ≈ 271 unit
Permintaan item C periode 24 = Demand satuan konversi / nilai konversi C
= 276,040 / 1 = 276,040 ≈ 276 unit
Tabel 2.31 merupakan tabel rekapitulasi permintaan dari masing-masing item untuk periode 13 sampai dengan periode 24.
Tabel 2.31 Rekapitulasi Permintaan Masing-masing Item (unit)
Famili Item
I A 191,795 197,058
231,333 236,425 241,198 II C 212,311
Tabel 2.32 merupakan tabel rekapitulasi permintaan dari masing-masing item untuk periode 13 sampai dengan periode 24.
Tabel 2.32 Rekapitulasi Permintaan Masing-masing Item (Pembulatan Ke Atas) (unit)
Famili Item
2.2.7 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi
Penentuan famili yang akan diproduksi dipengaruhi oleh Demand, Inventory, Safety Stock, Exp. Demand untuk mengetahui apakah status item tersebut akan diproduksi atau tidak.
Diketahui : • Perencanaan Agregat
• Konversi item A
• Konversi item B
• Demand item A
• Demand item B
• Demand item C
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 13
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 173 – 192 = - 19
Tabel 2.33 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 13
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
Status
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t
Produksi I B 186
Produksi II C 213
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
= 819,628 Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈
dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 513,628 + 306 = 819,628 Total LB = LB I + LB II = 142,294 + 93 = 235,294
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 234
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 141,512 ≤ [1,098(192 + 43 – 173 )] + [0,863(186 + 32 – 132)] 141,512 ≤ 142,294
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 92,488 ≤ [1(213 + 34 – 154)] 92,488 ≤ 93
E = 93 - 92,488 = 0,511
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
= (213 + 34 – 154) - ( ( ) )
= 93 - ( ) = 93 – 0,511
Posisi Inventory Periode 13
Tabel 2.34 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 13.
Tabel 2.34 Posisi Inventory Periode 13 (unit)
Inventory Inventory Famili
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 14
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 198 = - 155
Tabel 2.35 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 14
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 198
Produksi I B 191
43 43 -155
Produksi II C 219
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
LB II =∑ ∀∈ [0,
= [0;1 (219 -34 + 34)] = 219
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 764,474 + 438 = 1202,474 Total LB = LB I + LB II = 382,237 + 219 = 601,237
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 380,815 ≤ [1,098(198 + 43 – 43 )] + [0,863(191 + 32 – 32)] 380,815 ≤ 382,237
E = 382,237 – 380,815 = 1,422
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
= (191 + 32 –32) - (
= 191 - (
= 190,3 ≈191 unit
Untuk famili II Untuk N = 1 218,185 ≤ [1(219 + 34 – 34)] 218,185 ≤219
E = 219 – 218,185 = 0,815
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
Posisi Inventory Periode 14
Tabel 2.36 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 14.
Tabel 2.36 Posisi Inventory Periode 14 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 15
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 38 - 203 = - 165
Tabel 2.37 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 15
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
Status
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t
A 203
Produksi I B 196
43 43 -165
Produksi II C 224
32 32 -159
34 34 -195
Produksi
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 615 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka > X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 784,084+ 448 = 1232,084 Total LB = LB I + LB II = 392,042 + 224 = 616,042
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 615
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 391,379 ≤ [1,098(203 + 43 – 43 )] + [0,863(196 + 32 – 32)] 391,379 ≤392,042
E = 392,042– 391,379 = 0,663
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 223,621 ≤ [1(224 + 34 – 34)] 223,621 ≤224
E = 224 – 223,621 = 0,379
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
= (224 + 34 – 34) - (
= 224 - ( ) = 224 – 0,379
= 223,622 ≈ 224 unit
Posisi Inventory Periode 15
Tabel 2.37 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 15.
Tabel 2.37 Posisi Inventory Periode 15 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diprodukis Untuk Periode 16
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 – 208 = - 165
Tabel 2.35 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 14
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 208
Produksi I B 201
43 43 -165
Produksi II C 230
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 803,694 + 460 = 1263,694 Total LB = LB I + LB II = 401,847 + 230 = 631,847
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 631
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 401,308 ≤ [1,098(208 + 43 – 43 )] + [0,863(201 + 32 – 32)] 401,308 ≤401,847
E = 401,847 – 401,308 = 0,539
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 229,692 ≤ [1(230 + 34 – 34)] 229,692 ≤ 230
E = 230 – 229,692 = 0,308
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
Posisi Inventory Periode 16
Tabel 2.38 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 16.
Tabel 2.38 Posisi Inventory Periode 16 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 17
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 213 = - 170
Tabel 2.39 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 17
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
Produksi I B 206
A 213
43 43 -170
Produksi II C 235
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
LB II =∑ ∀∈ [0,
= [0;1 (235 -34 + 34)] = 235
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 823,304 + 470 = 1293,304
Total LB = LB I + LB II = 411,652+ 235 = 646,652
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 645
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 410,600 ≤ [1,098(213 + 43 – 43 )] + [0,863(206 + 32 – 32)] 410,600≤411,652
E = 411,652– 410,600 = 1,052
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
= (206 + 32 –32) - (
= 206 - (
= 205,474 ≈206 unit
Untuk famili II Untuk N = 1 234,400 ≤ [1(235 + 34 – 34)] 234,400 ≤ 235
E = 235 – 234,400 = 0,6
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
= (235 + 34 – 34) - ( ( ) ) = 235 - ( )
= 235 – 0,6 = 234,4 ≈ 235 unit
Posisi Inventory Periode 17
Tabel 2.40 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 17.
Tabel 2.40 Posisi Inventory Periode 17 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penetuan Famili yang Akan Diproduksi Pada Periode 18
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 219 = - 155
Tabel 2.41 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 18
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 219
Produksi I B 211
43 43 -176
Produksi II C 242
32 32 -179
34 34 -208
Produksi
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 665 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 845,11 + 484 = 1329,11 Total LB = LB I + LB II = 422,555 + 242 = 664,555
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 663
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 421,566 ≤ [1,098(219 + 43 – 43 )] + [0,863(211 + 32 – 32)] 421,566 ≤422,555
E = 422,555 – 421,566 = 0,995
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 241,434 ≤ [1(242 + 34 – 34)] 241,434 ≤ 242
E = 242 – 241,434 = 0,566
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
= (242 + 34 – 34) - (
= 242 - ( ) = 242 – 0,566
= 241,434 ≈242 unit
Posisi Inventory Periode 18
Tabel 2.42 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 18.
Tabel 2.42 Posisi Inventory Periode 18 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Pada Periode 19
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 224 = - 181
Tabel 2.43 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 19
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 224
Produksi I B 217
43 43 -181
Produksi II C 248
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 679 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 866,223 + 496 = 1362,446 Total LB = LB I + LB II = 433,223 + 248 = 681,223
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 431,809 ≤ [1,098(224 + 43 – 43 )] + [0,863(217 + 32 – 32)] 431,809 ≤433,223
E = 433,223 – 431,809 = 1,414
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 247,191 ≤ [1(248 + 34 – 34)] 247,191 ≤ 248
E = 248 – 247,191 = 0,809
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
Posisi Inventory Periode 19
Tabel 2.44 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 19.
Tabel 2.44 Posisi Inventory Periode 19 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 20
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 229 = - 186
Tabel 2.45 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 20
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
Produksi I B 222
A 229
43 43 -186
Produksi II C 254
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
LB II =∑ ∀∈ [0,
= [0;1 (254 -34 + 34)] = 254
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 695 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 886,056 + 508 = 1394,056
Total LB = LB I + LB II = 443,028 + 254 = 697,028
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 695
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 441,739≤ [1,098(229 + 43 – 43 )] + [0,863(222 + 32 – 32)] 441,739 ≤443,028
E = 443,028 – 441,739 = 1,289
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
= (222 + 32 –32) - ( , ( ) , ( ) )
= 222 - (
= 221,354 ≈222 unit
Untuk famili II Untuk N = 1 253,261 ≤ [1(254 + 34 – 34)] 253,261 ≤ 254
E = 254 – 253,261 = 0,739
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
Posisi Inventory Periode 20
Tabel 2.46 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 20.
Tabel 2.46 Posisi Inventory Periode 20 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Untuk Periode 21
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 234 = - 191
Tabel 2.47 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 21
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 234
Produksi I B 227
43 43 -191
Produksi II C 259
32 32 -195
34 34 -225
Produksi
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 711 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 905,864 + 518 = 1423,604 Total LB = LB I + LB II = 452,833 + 259 = 711,833
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 711
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 452,303≤ [1,098(198 + 43 – 43 )] + [0,863(191 + 32 – 32)] 452,303 ≤452,883
E = 452,883 – 452,303 = 0,53
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
Untuk famili II Untuk N = 1 258,697 ≤ [1(259 + 34 – 34)] 258,697 ≤259
E = 259 – 258,697 = 0,303
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
= (259 + 34 – 34) - ( ( ) )
= 258,697 ≈ 259 unit
Posisi Inventory Periode 21
Tabel 2.48 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 21.
Tabel 2.48 Posisi Inventory Periode 21 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Pada Periode 22
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 - 240 = - 197
Tabel 2.49 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 22
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t Status
A 240
Produksi I B 232
43 43 -197
Produksi II C 265
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
LB II =∑ ∀∈ [0,
= [0;1 (265 -34 + 34)] = 265
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 727 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈
> X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah, tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stock out maka penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat risiko back order dengan rumus :
Jika Σ ∀ < X⃰ maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas atas, dengan rumus :
Sehingga Σ ∀ ≤ X⃰ ≤ Σ ∀
Menghitung Jumlah Famili yang Akan Diproduksi Dengan Menggunakan Penyesuaian
Total UB = UB I + UB II = 927,472 + 530 = 1457,472 Total LB = LB I + LB II = 463,736 + 265 = 728,736
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 599
Jumlah Masing-masing Item
Untuk famili I Untuk N =1 462,631 ≤ [1,098(240 + 43 – 43 )] + [0,863(232 + 32 – 32)] 462,631 ≤463,736
E = 463,736 – 462,631 = 1,105
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item A
Untuk Item B
= (232 + 32 –32) - ( , ( ) , ( ) )
= 232 - ( )
= 232 – 0,553 = 231,447 ≈232 unit
Untuk famili II Untuk N = 1 264,369 ≤ [1(265 + 34 – 34)] 264,369 ≤ 265
E = 265 – 264,369 = 0,631
Jumlah Masing-masing Item
Untuk Item C
Posisi Inventory Periode 22
Tabel 2.50 merupakan posisi inventory item A, B dan C untuk periode 22.
Tabel 2.50 Posisi Inventory Periode 22 (unit)
Inventory Famili
Inventory
Item
Demand Produksi
Penentuan Famili yanng Akan Diproduksi Pada Periode 23
Exp. Quantity untuk item A = I 0 – Demand = 43 – 245 = - 202
Tabel 2.51 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 14
Famili Item Demand Inventory Safety Stock Exp. Demand
Status
D ij,t
I ij(t-1)
S Sij,t
Qij = Iij(t-1) D ij,t
A 245
Produksi I B 237
43 43 -202
Produksi II C 271
32 32 -205
34 34 -237
Produksi
Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)
LB I =∑ ∀∈ [0,
Asumsikan : Perhitungan UB sampai n = 2 UB I =∑ ∀∈
Asumsi : Perhitungan UB sampai n=2 UB II =∑ ∀∈
X⃰ (Perencanaan Agregat) = 743 ∑ ∀∈
Karena X⃰ tidak terdapat pada range ∑ ∀∈ dan ∑ ∀∈ , melainkan ∑ ∀∈
> X⃰ maka diperlukan penyesuaian. Jika ∑ ∀∈