Sistem Politik Islam Sistem Politik Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman
hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam menjalani persoalan
hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di dalam
pedoman tersebut. Bahkan dalam Al Qur’an dan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang
didalamnya. Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baik
politik luar negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
Prinsip-prinsip politik yang tertuang dalam Al Qur’an dan Al Hadist merupakan dasar politik islam
yang harus diaplikasikan kedalam system yang ada. Diantaranya prinsip-prinsip politik islam tersebut:
1. Keharusam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al Mu’min:52).
2. Keharusan menyelesaikan masalah ijtihadnya dengan damai (Al Syura:38 dan Ali Imran:159)
3. Ketetapan menunaikan amanat dan melaksanakan hukum secara adil (Al Nisa:58)
4. Kewajiban menaati Allah dan Rosulullah serta ulil amr (Al Nisa:59)
5. Kewajiban mendamaikan konflik dalam masyarakat islam (Al Hujarat:9)
6. Kewajiban mempertahankan kedaulatan negara dan larangan agresi (Al Baqarah:190)
7. Kewajiban mementingkan perdamain dari pada permusuhan (Al Anfal:61)
8. Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan (Al Anfal:60)
9. Keharusan menepati janji (An Nahl:91)

10. Keharusan mengutamakan perdamaian diantara bangsa-bangsa (Al Hujarat:13)
11. Keharusan peredaran harta keseluruh masyarakat (Al Hasyr:7)
12. Keharusan mengikuti pelaksanaan hukum
Menurut Abdul Halim Mahmud (1998) bahwa islam juga memiliki politik luar negeri. Tujuan dari
politik luar negeri tersebut adalah penyebaran dakwah kepada manusia di penjuru dunia,
mengamankan batas territorial umat islam dari fitnah agama, dan system jihad fisabilillah untuk
menegakkan kalimat Allah SWT. Jadi politik bermakna instansi dari negara untuk keamanan
kedaulatan negara dan ekonomi.
Sistem politik Islam didasarkan pada tiga prinsip, yaitu Tauhid , Risalah, dan Khilafah. Tanpa
memahami ketiga ini maka sulit bagi kita memahami aspek dari politik Islam.
Tauhid berarti bahwa hanya Allah sajalah yang diakui sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemilik alam
semesta dan segala isinya. Penyembahan dan kepatuhan hanya boleh ditujukan pada-Nya saja.
Kekuasaan segala sesuatu yang ada di dunia ini dan juga segala sesuatu itu sendiri tak ada yang kita
peroleh atas hak kita sendiri. Semua itu adalah anugerah Allah semata. Jadi bukanlah hak kita untuk
memutuskan batas-batas wewenang dunia kita, juga bukanlah hak orang lain untuk menetapkan itu.
Hak tersebut hanya pada Allah saja, yang telah memberi kita akal pikiran untuk menelaah itu semua.
Prinsip Tauhid sama sekali menghapuskan konsep kedaulatan hukum dan politik yang berada di tangan
manusia, kerajaan maupun ras yang mengangkat kedudukan dirinya ke atas wewenang itu. Hanya
Allah saja yang berhak menjadi penguasa dan perintah-perintah-Nya adalah hukum yang harus
dijalankan dalam Islam.

1

Media yang menyampaikan hukum Allah tersebut kepada kita adalah risalah (kerasulan). Kita telah
menerima dua hal dari ini. Pertama adalah Al-Qur’an, dimana Allah menyatakan hukum-hukumnya.
Kedua, yaitu sunnah merupakan penerapan hukum Allah oleh Rasulullah melalui ucapan, tindakannya.
Dalam prinsip-prinsip pokok diatas, semuanya telah dinyatakan dalam kitab Allah. Selanjutnya
Rasulullah sesuai ketentuan itu, telah menciptakan sistem kehidupan Islam dengan secara praktis
menerapkan hukum Allah tersebut dan memberikan perincian yang diperlukan. Kombinasi kedua
bentuk ini, dalam terminologi Islam disebut syari’ah.

“…Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul untukmu, maka ambillah, dan apa saja yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah…” (QS. Al Hasyr [59]: 7)
”Hendaklah kamu menetapkan hukum diantara mereka berdasarkan apa yang diturunkan
Allah” (QS. Al Maidah [5]: 49)
“Jika kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menghukum dengan adil”
(QS. An Nisa’[4]: 58)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar politik dalam islam
1.2.2 Jelaskanlah ciri-ciri politik dalam islam
1.2.3 Bagaimanakah perbandingan politik dalam islam dan politik indonesia

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan bagaimana konsep dasar politik dalam islam
1.3.2 Menjelaskan ciri-ciri politik dalam islam
1.3.3 Membandingkan bagaimana politik islam dan politik di indonesia

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Politik Dalam Islam
Konsep dasarnya dan yg menjadi obyek pembahasan system politik dalam islam
diantaranya :
1. Fikih modern (siyasah dusturiyah)
Dengan kata lain yaitu hukum tata Negara yang membahas hubungan pemimpin dengan rakyatnya
serta institusi yang ada di Negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan
pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri.
2. Hukum internasional dalam islam (siyasah dauliyah), diantaranya yaitu :
a. Kesatuan islam
Yang dimaksudkan disini adalah kesatuan seluruh umat islam di dunia yang satu jiwa dan

berpegang teguh pada hukum islam yang sudah tertuang dalam al-qur’an dan al-hadist.
b. Keadilan (al adalah)
Ini adalah menyangkut dengan keadilan social yang dijamin oleh system social dan system
ekomomi islam. Keadilan didalam bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa wujudnya
kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.
Didalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam system politik islam
meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku didalam kehidupan manusia, termasuk
keadilan diantara rakyat dan pemerintah, diantara dua pihak yang bersengketa dihadapan pihak
pengadilan, diantara pasangan suami istri dan diantara ibu bapak dan anaknya. Dikarenakan kewajiban
berlaku adil dan menjauhi perbuatan dzalim merupakan diantara asas utama dalam system sosial islam,
maka menjadi peranan utama system politik islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan
terhadap keadilan merupakan prinsip nilai sosial yang utama Karen a dengannya dapat dikukuhkan
kehidupan manusia dalam segaa aspeknya.
c. Persamaan (al musawah)
Persamaan disini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak persamaan dalam
memikul tanggung jawab menurut peringkat yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan
persamaan berda di bawah taklukan kekuasaan undang-undang.
d. Kehormatan manusia (karomah insaniyah)
e. Toleransi (al tasamuh)
f. Kerjasama kemanusiaan

Yang dimaksudkan adalah kerjasama yang dilakukan oleh antar umat seagama dan kerjasama antar
umat beragama.
g. Kebebasan, kemerdekaan (al akhlak al karomah)
Kebebasan yang dipelihara oleh system politik islam ialah kebebasan yang berterskan kepada ma’ruf
dan kebajikan.
Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya adalah diantara tujuan terpenting bagi system politik
dan pemerintahan islam serta asas bagi undang-undang perlembagaan Negara islam.
h. Musyawarah
Asas musyawarah diantaranya :
 Berkenaan dengan pemilihan ketua Negara dan orang-orang yang akan menjawati tugas-tugas utama
dalam pentadbiran ummah.
 Berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di alqur’an dan as-sunnah
3

 Berkenaan dengan jalan menentukan perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses
ijtihad.
i. Hak Menghisab Pihak Pemerintah
Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam
hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran Negara dan ummah.Hak rakyat untuk
disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran

dan menghapuskan kemungkaran. Hak ini dalam pengertian yang luas juga bererti hak untuk
mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.
Prinsip
ini
berdasarkan
kepada
firman
Allah
yang
mafhumnya:
"Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerosakan
padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan."

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.
i.

(Al-Baqarah:205)
"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut hawa nafsu,
kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat
daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan."
(Sad: 26)
Siyasah Maliyah
Prinsip-prinsip kepemilikan harta
Tanggung jawab sosial yang kokoh tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
sebaliknya
Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah
Khoroj
Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris
Jizyah (harta temuan)
Ghoniyah (harta rampasan perang)
Bea cukai barang impor
Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

2.2 Ciri-ciri politik dalam islam
Mengenai ciri – ciri politik islam dapat kita batasi dengan tujuh ciri :
2.2.1

Kekuasaan dipegang penuh oleh umat .

Umat ( rakyat ) yang menentukan piilihan terhadap jalannya kekuasaan, dan persetujuannya
merupakan syarat bagi kelangsungan orang – orang yang menjadi pilihannya . Mayoritais Ahlu –
Sunnah, Mu’taszilah, Khowarij, dan Najariyah mengatakan :” Sesungguhnya cara penetapan Imamah
atau kepemimpinan adalah melalui pemilihan dari umat “ 1.
Dengan demikian, umat merupakan pemilik kepemimpinan secara umum, dia berhak memilih dab
menncabut jabatan Imam ( pemimpin ). Dengan kata lain, umat adalah pemilik utama kekuasaan
tersebut .2
Hal yang sama juga diungkapkan oleh beberapa ulama’ Usul Fiqh kenamaan. Diantaranya, ungkapan
yang ditulis Dr. Muhammad Yusuf Musa ,” Sesugguhnya sumber otoritas adalah umat dan bukan
pemimipin ( penguasa ) , karena pemimipin hanya sebagai wakilnya dalam menangani masalah –
masalah agam dan mengatur arusannya sesuai dengan syariat Allah Swt. Dengan demikian, seorang
pemimpin mendapatkan kekuasaan dari umat, dan umat dapat menasehati, memberikan pengarahan,
dan mengkritik bila hal itu dibutuhkan. Bahkan dia berhak mencabut kekuasaan yang diberikan
4


kepadanya apabila dia mendapatkan alasan pencabutannya. Jadi, logikannya yang menjadi sumber
otoritas adalah orang yang mewakilkan dan bukan orang yang mewakilinya .3
2.2.2

Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawab .

Penegakan agama,pemakmuran dunia, serta pemaliharaan atas semua kemaslahatan umum merupakan
tanggung jawab umat dan bukan hanya tanggung jawab penguasa saja 4. Dalil yang memperkuat hal
itu adalah bahwa Al – Qur’an telah berbicira tentang peran atau ( tugas ) tersebut kepada umat manusia
dalam beberapa ayat, diantaranya :
“ Hai orang – orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang – orang yang selalu
menegakkan ( kebenaran ) kakrena Allah, menjadi saksi dengan dalil” ( Qs. Al – Maidah : 8 ).
Ayat Qur’an diatas memerintahkan pembentukan masyarakat yang anggotanya saling memenuhi
kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya serta mengerahkan semua kekuatannya untuk
melakukan perbaikan dan reformasi, yaitu melalui pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar. Pelaksanaan
amar ma’ruf nahi munkar merupakan sesuatu yang dapat membendung semua aktifitas dan gerak
masyarakat dari kemungkaran – kemungakaran yang terjadi dijalan – jalan, dipasar – pasar , sampai
kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa dan bawahannya . Sampai – sampai Imam Ghazali
menganggapnya ( amar ma’ruf nahi munkar ) sebagai kutub agama yang terbesar dalam agama.

2.2.3

Kebebasan adalah hak bagi semua orang .

Pengekspresian manusia akan kebebasan dirinya merupakan wajah lain dari akidah Tauhid.
Pengucapan dua kalimat Syahadat yang menjadi ikrar pengabdian dirinya hanya untuk Allah Swt
semata, dan juga kebebasan dirinya dari segala macam kekuasaaan manusia.” Allah Swt telah
membuka jalan kepada kita menuju kehendak – Nya saja , tapi Dia tidak memaksa kita untuk berjalan
sesuai dengan kehendak tersebut . Dia memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih. Dengan
demikian , jika menghendaki kita dapat memilih jalan sesuai dengna syari’at , sebagaimana kita juga
dapat menempuh jalan yang bertentangan dengan perintah – Nya seta mengabaikan syari’at – Nya .
Tetapi kita akan menanggung akibat dari semua tindakan kita tersebut, karena bagaimanapun wujud
pilihan tersebut akan berakibat kepada kita.
Diantara pengekspresian kebebasan yang terpenting adalah kebebasan memilih dan berpendapat . Jadi,
menurut Al –Qur’an tidak ada paksaan, sebagaimana tertuang dalam beberapa ayat yang berbunyi :
“ Tidak ada paksaan untuk ( memasuki ) agama ( Islam) sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat . “ ( Qs. Al – Baqarah : 256 ).
Dengan demikian, ketentuan islam tentang kebebasan berkeyakinan adalah larangan bagi manusia
untuk mempersempit seseorang hanya karena ia berakidah lain dan berusaha untuk melaksanakan
akidahnya kepada orang tersebut . Pemakasaan suatu akidah merupakan suatu hal yang mustahil dan

penghinaan tehadap orang lain karena akidahnya merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima sama
sekali. ·
Dengan deikian, kebebasan politik merupakan istilah modern , tidak lain kecuali hanya cabang dari
pokok kebebasan universal yang diberikan islam, yaitu kebebasan manusia dalam kedudukannya
sebagai manusia, yang telah ditetapkan dengan nash – nash baik dalam Al – Qur’an maupun dalam
Hadist. Sebagai dalil yang memperkuat hal tersebut, kita dapat sebutkan sebuah Hadist Rasulullah Saw
. Yang disampaiakan kepada para sahabatnya, “ Janganlah sekali – kali salah seorang diantara
5

kalian tidak berpendirian, ia mengatakan aku bersama – sama dengan banyak orang, apabila
mereka baik , maka aku baik Dan apabila mereka jelek, maka akupun jelek ·.“

2.2.4

Persamaan diantara semua manusia.

“Sesungguhnya nenek moyang kita adalah satu. Kesemuanya diciptakan min nafsin wahidah
( dari diri yang satu)” ( Qs. An- Nisa’ : 1 ).
Dan semuanya mendapat perlindungan dan penghormatan yang telah ditetapkan dalam Al – Qur’an
tanpa melihat kepada agama atau ras . Rasulullah Saw . sendiri pada khutbah Wada’ telah
mengisyaratkan kepada makna kesatuan asal manusia . Beliau bersabda,” Ketahuilah, sesungguhnya
Tuhan kalian adalah satu, dan ketahuilah bahwa Bapak kalian juga satu .” Sedangkan di Al- Qur,an
juga difirmankan :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang kaki- laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku supaya kamu saling
mengenal . Ssesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
mengenal” ( Qs. Al – Hujurat : 13 ) .
Secara lahiriyah, ayat tersebut ditujukan kepada seluruh umat manusia. Ayat tersebut diberikan
komentar oleh Ustadz Muhammad Izzah dalam bukunya Al – Dustur Al – Qur’ni. Dia mengatakan,
Ayat tersebut dimaksudkan sebagai ketetapan tidak adanya perbedaan diantara sekaian manusia,
dengan sebab apapun.·
Sedangkan takwa yang diisyaratkan ayat diatas sebagai suatu keutamaan sebagin manusia atas yang
lainnya tidak mempunyai pengaruh terhadap dasar persamaan dalam kehidupan manusia didunia,
karena pengutamaan dengan takwa tersebut akan diperhitungkan diakhirat dan bukan didunia,
dihadapan Allah Swt. Dan bukan diantara manusia yang demikian itu tidak dapat digambarkan
bahwasannya hal itu memiliki dampak terhadp aplikasi kaidah – kaidah syariat dalanm kehidupan
seluruh manusia. Dengan kata lain, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap penerapan dasar – dasar
persamaan dihadapan hukum yang telah ditetapkan oleh nash – nash syariat .·
2.2.5

Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas.

Sejak diputuskannya kesatuan dasar kemanusiaan dan ditetapkannya kehormatan bagi setiap orang
didalm Al – Qur’an, setiap orang lain ( yang berbeda paham ) berhak mendapatkan perlindungan dan
legalitas sebagai manusia, ketika Nabi Muhammad Saw berdiri sebagai penghoormatan atas seorang
mayat yang diusung dihadapan beliau, dikatakan kepada beliau bahwa mayat yang diusun dihadapn
beliau adalh orang Yahudi, maka beliau menjawab, “ Bukankah ia manusia ?” Demikian halnya ketika
Ali bin Abi Thalib r.a mengirim surat kepada gubernurnya di Mesir, Malik Al Asytar, beliau menulis
dalam surattersebut :” Tanamkanlah dalam hatimu kasih sayang, cinta, dan kelembutan kepada
rakyatmu ……. Sesungguhnya mereka ada dua golongan, baik meeka sebagai saudara dalam agama,
atau mitramu sesama makhluk.
2.2.6

Kezaliman mutlak tidak diperbolehkan dan usaha meluruskannya adalah wajib.

Dalam islam, kezaliman tidak hanya termasuk dalam kemungkaran dan dosa terbesar saja, juga tidak
hanya merusak kemakmuran, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Khaldun. Tetapi lebih dari itu,
6

kezaliman merupakan tindakan yang memperkosa hak Allah Swt dan menghancurkan nilai – nilai
keadilan yang meerupakan tujuan dari diutusnya Rasul dan Nabi.
Allah Swt berfirman :” Agar memberi peringatan orang – orang yang zalim dan memberi kabar
gembira kepada orang – orang yang berbuat baik”. ( Qs. Al – Ahqaf : 12 ).
Nabi Muhammad Saw bersabda :
” Seutama – utama jihad adalah mengatakan yang hak kepada penguasa zalim”.
2.2.7

Undang – undang diatas segalanya .

Legalitas kekuasaan dinegara islam tegak dan berlangsung dengan usaha mengimplementasikan sistem
undang – undang islam secara keseluruhan, tanpa membedakan antara hukum –hukumnya yang
mengatur tingkah laku seorang muslim dalam kedudukannya sebagai anak bangsa dan hakim dengan
nilai – nilai pokok dan tujuan – tujuannya yang mulia, yang telah disebutkan didalam Al – Qur’an dan
Hadist.
Pada tingkat yang lebih tinggi, norma – norma syariat dan ketundukan semua orang terhadapnya, baik
dari pihak penegak maupun pelaku hukum itu sendiri harus mendapatkan tempat yang lebih tinggi dari
undang – undang, kemandirian referensi syariat pada kekuasaan negara dan penegak hukum
memerikan jaminan penting dalam melawan kesewenang – wenangan kekuasaan eksekutif, khususnya
dinegar – negara berkembang, dimana kekuasaan tersebut adalah pengambil keputusan parlemen serta
menjalankannya demi tercapainya keinginan
2.3 Perbandingan Politik Islam Dan Politik di Indonesia
Menurut Dhiyauddin ar Rais, ada tiga hal yang membedakan Islam dan demokrasi. Pertama, dalam
demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas wilayah, iklim, darah,
suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan kata lain, demokrasi selalu diiringi
pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun menurut Islam, umat
tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan
akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara Islam
terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain. Dengan demikian, pandangan Islam
sangat manusiawi dan bersifat internasional. Kedua, tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau
demokrasi yang ada pada tiap masa adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi,
demokrasi ditujukan hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan
kebutuhan dunia yang ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun
demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan spiritual
yang lebih utama dan fundamental. Ketiga, kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah
sebuah kemutlakan. Jadi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan,
kezaliman atau kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan
terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi batasanbatasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.
Menurut Islam, kekuasaan tertinggi bukan di tangan penguasa karena Islam tidak sama dengan paham
otokrasi. Kekuasaan bukan pula di tangan tokoh-tokoh agamanya karena Islam tidak sama dengan
teokrasi. Begitupun bukan di tangan UU karena Islam tidak sama dengan nomokrasi atau di tangan
umat karena Islam bukan demokrasi dalam pengertian yang sempit. Jawabannya, kekuasaan tertinggi
dalam Islam sangat nyata sebagai perpaduan dua hal, yaitu umat dan undang-undang atau syariat
Islam. Jadi, syariat pemegang kekuasaan penuh dalam negara Islam. Dr. Dhiyauddin ar Rasi
7

menambahkan, jika harus memakai istilah demokrasi tanpa mengabaikan perbedaan substansialnya
sistem itu dapat disebut sebagai demokrasi yang manusiawi, menyeluruh (internasional), religius, etis,
spiritual, sekaligus material. Boleh pula disebut sebagai demokrasi Islam atau menurut al Maududy
demokrasi teokrasi.
Demokrasi seperti itulah yang dipahami aktivis Islam termasuk Ikhwanul Muslimun saat terjun di
dalam kehidupan politik dan bernegara di negara demokrasi. Ustadz Mamun al Hudhaibi hafizhahullah
pernah ditanya pandangan Ikhwan tentang demokrasi dan kebebasan individu. Katanya, Jika
demokrasi berarti rakyat memilih orang yang akan memimpin mereka, Ikhwan menerima demokrasi.
Namun, jika demokrasi berarti rakyat dapat mengubah hukum-hukum Allah Swt dan mengikuti
kehendak mereka, Ikhwan menolak demokrasi. Ikhwan hanya mau terlibat dalam sistem yang
memungkinkan syariat Islam diberlakukan dan kemungkaran dihapuskan. Menolong, meskipun
sedikit, masih lebih baik daripada tidak menolong. Mengenai kebebasan individu, Ikhwan menerima
kebebasan individu dalam batas-batas yang dibolehkan Islam. Namun, kebebasan individu yang
menjadikan muslimah memakai pakaian pendek, minim dan atau seperti pria adalah haram dan Ikhwan
tidak akan toleran dengan hal itu.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan.
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa
pedoman, keyakinan hokum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik islam berisi:
mewujudka persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum
secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulill Amr
(pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas
mengenai politik yang menghalalkan segala cara. Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan
yang menekan dan memaksakn kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat
melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan
yang tidak mengabdi pada rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah
otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar
negerinya islam menganjurakan dan menjaga adanya perdamain. Walaupun demikan islam juga
memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena mengancam
kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum
yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju
kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.
3.2 Saran
Sebaiknya para pemimpin ataupun pemerintah yang ada diIndonesia menggunakan sistem politik
Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Insya allah dengan cara ini rakyat Indonesia akan
hidup rukun dan makmur.

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Al – Baghdadhi, Ushuluddin, halaman 279

2. Dr. M. Dyiauddin Ar – raisi , An- Nazhariyat , Al – Siyasyah al – Islamiyah halaman 217

3 Dr. M. Yusuf Musa Nizhamu Al – Huku fi Al – Islam halaman 124

4 Dr. M. Yusuf Musa Nizhamu Al – Huku fi Al – Islam halaman 124

· M. Asad, Minhaju Al – Islam fi Al – Hukm, yang diberikan pendahuluan oleh M. Mansur Madli,
hal 19
· M. sayid Musthafawi Huququ Al – Insan fi Al – Islam , Teheran halaman 24
· Dr. M. Salim Al – Uwa fi Al – Nizham Al – Siyasi Al – Daulah Al – Islamiyah halaman 215
· Dhafir Al – Qasimi , Nizhamu Al – Hukm fi al – Syari’ah wa Tarikhi Juz 1 halaman 85
· https://aditeguhone.wordpress.com/2012/03/04/sistem-politik-islam/
https://fillah.wordpress.com/2007/06/25/persamaan-dan-perbedaan-sistem-politik-islam-dandemokrasi/
· Dr. Muhammad Salim Al – Uwa fi Al – Nizham Al – Siyasi Al – Daulah Al – Islamiyah , halaman
229

9