Studi Kelayakan Proyek Usahatani Cabe Ko

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah di Indonesia
yang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat membantu
pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura yang menjadi unggulan dalam
sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu
produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki
kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam
keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan yang akan
digunakan. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua
orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabai, sehingga tidak mengherankan
bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki

nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara
Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.
Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar,

2

cabai keriting, cabai rawit dan paprika. Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran
buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri
maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan
cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan
obatobatan merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai
merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di
Indonesia. Harga cabai yang tinggi memberikan keuntungan yang tinggi pula bagi
petani.
Keuntungan yang diperoleh dari budidaya cabai umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. Cabai pun kini mnejadi komoditas
ekspor yang menjanjikan. Namun, banyak kendala yang dihadapi petani dalam
berbudidaya cabai. Salah satunya adalah hama dan penyakit seperti kutu kebul,

antraknosa, dan busuk buah yang menyebabkan gagal panen. Selain itu, produktivitas
buah yang rendah dan waktu panen yang lama tentunya akan memperkecil rasio
keuntungan petani cabai. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan
vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1
dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat
digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri
makanan dan industri obat-obatan atau jamu. Cabai termasuk komoditas sayuran yang
hemat lahan karena untuk peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan
teknologi budidaya. Penanaman dan pemeliharaan cabai yang intensif dan dilanjutkan
dengan penggunaan teknologi pasca panen akan membuka lapangan pekerjaan baru.

3

Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi dalam usaha tani
cabai yang berwawasan agribisnis dan agroindustri.
Menurut (Dermawan, 2010), salah satu sifat tanaman cabai yang disukai oleh
petani adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat ditanam kapan
pun tanpa tergantung musim. Cabai juga mampu tumbuh di rendengan maupun
labuhan, itulah sebabnya cabai dapat ditemukan kapan pun di pasar atau di swalayan.
Penanaman cabai pada musim hujan mengandung resiko. Penyebabnya adalah

tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus menerus. Selain itu,
genangan air pada daerah penanaman bisa mengakibatkan kerontokan daun dan
terserang penyakit akar. Pukulan air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan bakal
buah berguguran. Sementara itu, kelembapan udara yang tinggi meningkatkan
penyebaran dan perkembangan hama serta penyakit tanaman.
Dengan berkembangnya ilmu bioteknologi di bidang pemuliaan tanaman,
para breeder berusaha merekayasa gen cabai biasa menjadi cabai unggul. Pada
dasarnya, tujuan umum pemuliaan cabai adalah mendapatkan kultivar yang lebih baik
dari kultivar yang sudah ada. Tipe cabai unggul yang diinginkan adalah memiliki
karakter masa pembungaan dan pembentukan buahnya cepat (umur panen genjah),
produktivitasnya tinggi, daya adaptasinya luas atau spesifik untuk daerah marginal
tertentu (kering rawa, pantai, gambut/asam), serta tahan terhadap hama penyakit.
Tidak hanya untuk memenuhi hasil secara kuantitas, perakitan cabai unggul juga
ditekankan pada kualitas hasil sesuai preferensi konsumen. Para konsumen
menginginkan karakter cabai antara lain tingkat kepedasan sesuai kebutuhan,

4

penampilan buah yang baik, mulus, dan warna yang terang, serta bebas dari penyakit
seperti antraknosa. Untuk industri pangan, seperti saus dan pasta, sifat- sifat cabai

yang diinginkan adalah mempunyai tingkat kepedasan tinggi, warna merah terang,
dan buahnya harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan industri
(kontinuitas terjaga). Salah satu tujuan pengembangan cabai adalah untuk
meningkatkan produktivitas tanaman cabai.
Peningkatan produktivitas tanaman cabai dilakukan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang terus meningkat dan efisiensi penggunaan lahan. Artinya,
diharapkan di lahan yang semakin sempit sekalipun tanaman cabai dapat berproduksi
tinggi. Dengan demikian, para petani yang memiliki lahan sempit (100-200 m2) dapat
menanam cabai dan memetik hasil yang tinggi. Begitu pula dengan orang- orang yang
ingin memanfaatkan halaman rumahnya untuk berbisnis cabai. Mereka dapat
menanam cabai di dalam pot dan memanen hasil yang tinggi pula.
1.2.

Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan magang ini antara lain :
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan di lapangan di bidang budidaya cabai merah.
b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dana aplikasinya,
permasalahan yang dihadapi serta cara penanganannya secara langsung
apabila timbul masalah di lapangan.


5

c. Mengetahui kondisi umum dari petani cabai di sidomulyo khususnya dan di
pekanbaru umumnya.
d. Mengetahui analisis kelayakan usaha budidaya cabai merah berdasarkan
criteria investasi, antara lain = NPV, Net Blc, IRR dan payback period
e. Mengetahui cara budidaya cabai, khususnya cabai merah.
f. Dapat melakukan kegiatan budidaya cabai merah secara langsung.
g. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya cabai
merah.
h. Mningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang rencana biaya, investasi
dalam melakukan suatu usaha.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.


Tanaman Cabai Merah
2.1.1 Sejarah Tanaman Cabai Merah
Cabai Merah Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika

dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus
menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam
tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun
SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk
negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan
Portugis (Dermawan, 2010). Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terongterongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp.
Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai
mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin,
karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung
mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin
berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak
akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin,
cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam
lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah


7

kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas,
dan gatal-gatal.
2.1.2

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai

termasuk kedalam :
1. Divisi : Spermatophyta
2. Sub divisi : Angiospermae
3. Kelas : Dicotyledoneae
4. Ordo : Solanales
5. Famili : Solanaceae
6. Genus : Capsicum
7. Spesies : Capsicum annum L
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi.
Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung

minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan
panas bila digunakan untuk rempahrempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam
dengan mudah sehingga bias dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus
membelinya di pasar ( Harpenas, 2010). Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai
mempunyaibagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

8

1. Akar
Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk
perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak
menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air
dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.
Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke
dalam tanah,berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ¡Ó 200 cm
serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang
tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang
berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat.
2. Batang
Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya

berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan
berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan
mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya
cabang beraturan secara 7berkesinambungan. Sedangkan menurut (Anonimb, 2009),
batang cabai memiliki Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang
bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Menurut (Tjahjadi, 1991)
tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh
setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan
beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan
diameter data 5-2 cm.

9

3. Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong, atau agak
bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006),
daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan
dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun.
Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan
bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan

lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai
(panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai
elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulanganmenyirip, panjang 1,512 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
4. Bunga
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil,
umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai
berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut
berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga,
mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga
berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu
bunga. Sedangkan menurut (Anonima, 2007) bunga cabai merupakan bunga tunggal,
berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun. (Tjahjadi, 2010)
menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung.

10

Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1- 1,5
cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning. 5. Buah dan Biji Buah cabai menurut
(Anonimc, 2010), buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau
bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin

mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas.
Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk
bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat,
berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat
mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya
untuk menambah nafsu makan.
2.1.3 Jenis-Jenis Tanaman Cabai
Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan
tanaman perdu dari famili terong-terongan Karena buahnya selain dijadikan sayuran
atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai
bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta
sebagai sumber vitamin C. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin
(A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan
lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor,
dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan (Anonimc, 2010). Menurut
(Djarwaningsih, 1984), jenis-jenis tanaman cabai antara lain:
1. Cabai Besar (Capsicum annum L)

11

Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm.
Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan
cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta
mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping
dengan cita rasa sangat pedas. Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain:
 Bentuk buah besar, panjang dan meruncing
 Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna merah
 Kulit buah agak tipis
 Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas
2. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengan diameter 0,40,7 cm. Cita rasa cabai rawit biasanya sangat pedas, walaupun ada yang tidak pedas.
Variasi warna cabai rawit dari kuning, oranye, dan merah. Tanaman cabai rawit
berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai
tinggi. Varietas cabai rawit juga dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.
3. Cabai Hibrida
Buah cabai hibrida dapat dikelompokkan kedalam kelompok cabai besar.
Cabai ini diperoleh dari persilangan benih-benih bibit yang diseleksi dengan metode
pemuliaan yang modern. Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan

12

produksi, keseragaman tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit. Cabai
hibrida yang cukup dikenal tetapi tidak banyak dibudidayakan karena tidak tahan di
lahan terbuka adalah paprika yang umum disebut sweet papper (cabai manis) dengan
bentuk yang agak memendek dan mengembung.
4. Cabai Hias (Capsicum spp)
Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman
cabai hias ini berbentuk buah menarik. Walaupun menarik, tetapi tidak dikonsumsi
oleh manusia.
2.1.4 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah sebagai berikut :
1. Iklim
Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap
tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-280 C. Pada suhu
tertentu seperti 150 C dan lebih dari 320 C akan menghasilkan buah cabai yang
kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu
dingin. (Tjahjadi, 1991) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim
kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki
untuk pertumbuhannya antara lain:
a. Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran
tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.

13

b. Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga
memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 8002000 mm/tahun.
c. Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun
suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam hari
130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%. Sedangkan suhu yang terdapat di
daerah riau, khususnya di pekanbaru cukup stabil dan bagus untuk pertumbuhan
tanaman cabai. Sedangkan kelembaban di pekanbaru mencapai 50-97 %
d. Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin
berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya. Kecepatan angin di areal
pekanbaru berkisar antara13 km/jam dengan arah angin timur dan tenggara.
2. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m
dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m
dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal
3. Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada
lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah

14

antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7.
Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) sangat
disukai (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991)
tanaman cabai dapat tum buh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok
adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsure N dan K, tanaman
cabai tidak suka dengan air yang menggenang.
2.1.5 Teknik Budi Daya Tanaman Cabai
1. Pengadaan Benih
Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli
benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara menbeli akan lebih
praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih
dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu
terjamin baik (Cahyono, 2003). Keberhasilan produksi cabai merah sangat
dipengaruhi oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh tingginya produksi,
ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih
baik membeli dari distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kemurnian dan daya kecambahnya (Tjahjadi, 1991). Namun
benih yang di gunakan oleh bapak sutris adalah ada 2 macam yaitu benih buatan
sendiri dan benih yang di beli dari toko pertanian sekitar.

15

2. Pengolahan Tanah
Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya
tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran udara di dalam
tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang
meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah.
Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas
meyerap zat-zat makanan di dalamnya (Anonim, 1992). Untuk tanaman sayuran
dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini :
a. Tanah harus gembur sampai cukup dalam.
b. Di dalam tanah tidak boleh banyak batu.
c. Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak
boleh mudah menjadi padat.
d. Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti
pembuangan air harus cukup baik.
Tujuan pembuatan bedengan dalam budi daya tanaman sayuran adalah :
a. Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan.
b. Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah.
c. Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan
bedengan.

16

d. Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat.
( Rismunandar, 1983 ).
3. Penanaman
Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman,
yang perlu dijalankan adalah :
a. Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya
benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu.
b. Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih
disebarkan menurut deretan secara merata.
c. Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk
kandang yang halus.
d. Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan
benih adalah pagi atau sore hari. (Anonim, 1992).
Penanaman cabai dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a. Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50-60 cm dari
lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar barisan 60-70 cm dibudidaya secara
monokultur tidak dicampur dengan tanaman lain.
b. Lubang dibuat dengan kedalaman 8-10 cm, dilakukan dengan cara menggali
tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai

17

dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar
sedikit daripada lubang tanam.
c. Polibag dibuka kemudian media bersama tanaman yang tumbuh disemai,
dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak pecah,
kedalaman pembuatan bibit sebatas leher akar media semai, tidak terlalu
dalam terkubur. (Hewindati, 2006). Bibit cabai dipersemaian yang telah
berumur 15-17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam
pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 3 hari sebelum
dipindah tanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat
setelah pindah tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau
pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan
diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam
(Dermawan, 2010).
4. Pemeliharaan Tanaman
Menurut (Hewindati, 2006) tanaman cabai yang telah ditanam harus selalu
dipelihara dengan teknik sebagai berikut:
a. Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit
yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu
pertama dan minggu kedua setelah tanam.

18

b. Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan bedengan
tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari
bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).
c. Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat
dilakukan sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang, 25-30 HST di
dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga
pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan
daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.
d. Pemupukan diberikan 10-14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai misalnya
Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk
kemiral red pada umur 35 HST.
e. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan
perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan
dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris.
Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada umur 90115 HST.
f. Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering.
Penyiraman dengan kocoran diterapakn jika tanaman sudah kuat. Sistem
terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air
dapat meresap ke perakaran.

19

g. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni pada
pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.
h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm
dibatas terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai berdaun
atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bamboo biasanya dipasang
tegak atau miring.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut (Harpenas 2010), salah satu faktor penghambat peningkatan produksi
cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil
produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak
daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan penerapan
pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang paling sering menyerang dan
mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun
mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan
ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan sehingga proses
fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang memakan daun cabai hingga
menyisakan tulang daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.

20

b. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan daun,
pucuk, tangkai bunga, dan bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan
daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya
rontok sehingga produksi cabai menurun.
c. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam
buah cabai. Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang
merusak buah cabai.
d. Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan
gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat
dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Trips ini kadang-kadang berperan
sebagai penular (vektor) penyakit virus. Menurut (Hewindati, 2006) selain hama,
musuh tanaman cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur
/cendawan ataupun bakteri.
Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:
a. Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf) Cendawan ini merusak daun
dan menyebabkan timbul bercak bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan
pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida tembaga misal vitagram
blue 5-10 gram/liter.

21

b. Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan busuk batang dengan
warna cokelat hitam. Dikendalikan dengan manual atau fungisida sanitasi
lingkungan.
c. Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang
meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih
bebas patogen, cabai yang terkena dibuang/ dimusnahkan, pemberian
fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi
1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.
d. Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm) Bakteri ini hidup
didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas,
tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan bedengan selalu
kering atau pencelupan bibit ke larutan bakterisida misal Agrymicin 1,2 gram/
liter.
e. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht) Cendawan ini
hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu tulang daun
sebelah

atas,

tangkai

menunduk. Dikendalikan

dengan pengupasan,

pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.
f. Rebah Semai (Phytium debarianum Hesse dan Rhizoctonia soloni Kuhu)
Menyebabkan bibit tidak berkecambah dan rebah lalu mati. Dikendalikan

22

dengan pembenaman bibit dengan furadan. Media semai diberikan Basamid
G, lalu disemprot fungisida (Vitagram Blue 0,5-1,0 gram/liter diselingi
Previcur N 1,0-1,5 ml/liter).
6. Panen dan Pasca Panen Pemanenan tanaman cabai
Menurut (Anonimc 2010) adalah pada saat tanaman cabai berumur 75 - 85 hst
yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabai siap
dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabai tergantung varietas yang
digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta
kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung
dari luas penanaman dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik
buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah
cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi
sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah
cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah
dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi
penguapan.
Masih menurut (Anonimb, 2009) penanganan pasca panen tanaman cabai
adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai yang sehat dan yang rusak,
selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabai tetap
segar .Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan
berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal
maupun pasar eksport. Setelah buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya,

23

maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabai dari kerusakan
selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan
memberikan ventilasi. Cabai siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan
cabai segar. Dengan penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang
benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat
meningkatkan produksi cabai yang saat ini banyak dibutuhkan.
2.2 Biaya
Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya investasi
dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam
pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, dan
biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek. Biaya modal kerja
dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan
proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost)
(Ibrahim, 2003:133).
Menurut Soekartawi (2006:56) biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai
biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya
variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh.

24

2.3. Penerimaan dan Pendapatan
Soekartawi dkk (1986:76) menjelaskan bahwa penerimaan adalah nilai uang
yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud tiga hal, yaitu
hasil penjualan produk yang akan dijual, hasil penjualan produk sampingan, dan
produk yang dikonsumsi rumah tangga selama melakukan kegiatan usahatani.
Menurut Soekartawi (2006:57) pendapatan adalah selisih antara penerimaan
dan semua biaya. Data pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat
apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan. Berdasarkan data pendapatan itu
pula kita dapat melihat sampai seberapa besar keuntungan atau kerugiaan usaha
tersebut.
2.4 Analisis Kelayakan Finansial
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008: 6), pengertian analisis kelayakan adalah
penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan.
Selanjutnya Kasmir dan Jakfar (2008: 15) menjelaskan bahwa kelayakan
finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat
pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali.
Tujuan menganalisis kelayakan finansial, menurut Umar (2007: 178) adalah
untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana

25

tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat
dikembangkan selanjutnya.
2.5. Investasi dan Reinvestasi
Menurut Suratman (2001:6) investasi adalah penggunaan sumber keuangan
atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan
darinya. Salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal, sebab
penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana di masa yang akan datang
yang diharapkan akan memperoleh keuntungan.
Investasi secara umum dapat diartikan sebagai “penanaman” seperti dalam
bidang ilmu (pendidikan, training), pembelian tanah, gedung, penanaman modal dan
sebagainya. Secara khusus dapat diartikan sebagai “Penanaman Modal” seperti
investasi tetap, modal kerja, surat-surat berharga dan saham. Sedangkan penanaman
modal kembali disebut reinvestasi (Z dan Rozalina, 2004:194).
2.6. Break Event Point (BEP)
Soeharto (1999:13) menyatakan bahwa break even point adalah titik di mana
total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa
tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya
produksi yang dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi
adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas.
Berdasarkan grafik pada Gambar 1 terlihat bahwa perusahaan dengan biaya
tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk untuk sampai

26

pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih rendah (Soeharto,
1999:115).

Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sumber: Soeharto, 1999:116)

Sutiyoso (2004: 93) menjelaskan bahwa Break Event Point (BEP) merupakan
titik impas karena pada titik tersebut usaha tidak memperoleh keuntungan dan tidak
pula rugi. Ada dua cara perhitungan BEP, yaitu BEP produksi dan BEP harga.
Total Biaya
BEP produksi = Harga rata−rata/kg
BEP harga

Total Biaya
= Total Produksi

2.7. Net Present Value (NPV)
Samryn (2002:241) menjelaskan net present value (NPV) atau nilai sekarang
merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan pendapatan, arus kas,

27

atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan akan diperoleh pada masa
yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan saat ini, berdasarkan
pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu uang.
Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas
dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan initial
investment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto adalah suatu
angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau penghematan biaya dari
investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan nilai kas tersebut pada saat
investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang berlaku. Bunga modal biasanya
dianggap sebagai rate of return minimal yang harus dicapai dari suatu investasi
(Samryn, 2002:240)
Umar (2005 : 200) menjelaskan Net Present Value (NPV) merupakan selisih
antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaanpenerimaan
kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan
datang . Rumus NPV adalah sebagai berikut:
n

CFt
NPV = ∑ ¿ ¿ ¿ - I0
t =1
dimana :
CFt

= aliran kas per tahun pada periode t

I0

= investasi awal pada tahun 0

K

= suku bunga (discount rate)

Kriteria penilaian :
- jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima

28

- jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap waktu usulan proyek diterima ataupun ditolak.
2.8. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah metode untuk menghitung tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih
besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka
investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugikan. IRR ini
dapat dihitung dengan menemukan DF yang dapat menjadikan NPV sama dengan nol
(Husnan dan Suwarsono, 2000:210).
Menurut Umar (2005 : 198) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang, atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.
Rumus IRR adalah sebagai berikut:
n

CFt
I0 = ∑ ¿ ¿ ¿
t =1
Dimana :
t

= tahun ke

n

= jumlah tahun

I0

= nilai investasi awal

CF

= arus kas bersih

IRR

= tingkat bunga yang dicari harganya

29

Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of
return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.
2.9. Profitability Indeks (PI)
Variasi lain dari kriteria NPV adalah profitability indeks, yang menunjukkan
kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi (Soeharto, 1999:115).
Menurut Husnan dan Suwarno (2000:211) Profitability Indeks (PI) adalah metode
yang membandingkan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa datang dengan nilai sekarang investasi. Apabila nilainya lebih besar dari satu
maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi jika kurang tidak menguntungkan.
Menurut Umar (2005 : 201) Pemakaian metode profitability index (PI) ini
caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang ditanamkan. Jadi,
profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk
dengan PV kas keluar. Rumus PI adalah sebagai berikut:
PV kas masuk
PI = PV kas keluar
Kriteria penilaiannya adalah:
1. Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan.
2. Jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.

30

2.10. Payback Period
Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah
selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun. Periode pengembaliaan biasanya
dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Soeharto, 1999:134).
Menurut Umar (2005 : 197) Payback period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment)
dengan menggunakan aliran kas. Rumus PBP adalah sebagai berikut:
Nilai investasi
Payback Period = Kas Masuk Bersih x 1 tahun
Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya dari
maximum umur proyek-nya maka usulan investasi dapat diterima.
2.11. Analisis Sensitivitas
Gittinger (1986:250) menjelaskan analisis sensitivitas adalah analisis yang
dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubahubah. Analisis ini dapat melihat kembali kepekaan manfaat sekarang netto, atau
terhadap biaya-biaya operasional yang terus meningkat. Di bidang pertanian, proyekproyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama diantaranya harga,
keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. Untuk mengukur perubahan
yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahanperubahan yang terjadi itu
hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).

31

BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pengamatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2010.
Bertempat di areal penanaman cabai bapak Sutrisno jl. Kartama, kelurahan maharatu.
3.2. Cara Pelaksanaan
1. Penentuan Lokasi pengamatan yang disesuaikan dengan bidang kajian yakni
budidaya cabai, sehingga penulis dapat memperoleh pengetahuan, informasi dan
pengalaman berdasarkan pengamatan untuk membuat laporan tugas akhir
perencanaan dan evaluasi proyek yang dikuliahkan. Dengan adanya pengalaman
dan pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan pengamatan, diharapkan
mahasiswa dapat membuat laporan Tugas ini sebagai salah satu pengalaman yang
dapat di terapkan dan dilakukan dengan baik.
2. Metode Pengumpulan Data yang digunakan dalam pelaksanaan
 Wawancara
Suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab
dengan responden. Responden dalam hal ini adalah langsung dengan petani
cabai tersebut yaitu bapak Sutris dan istrinya sehingga diperoleh informasi
yang diperlukan dengan mudah dan jelas.

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kelayakan finansial budidaya cabai merah merupakan suatu analisis
yang didasarkan pada harga-harga riil dari apa yang sebenarnya terjadi di lokasi
budidaya cabai merah di jl. Sidomulyo. Hal yang akan dianalisis adalah biaya dari
kegiatan budidaya cabai merah. Selain itu, analisis finansial juga akan memberikan
gambaran penilaian kinerja petani serta prospek usaha di masa akan datang. Analisis
finansial akan memberikan informasi sejauh mana posisi budidaya cabai merah
terhadap perubahan-perubahan biaya dan pendapatan yang terjadi.
4.1 Struktur Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan pada usaha budidaya cabai merah terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Untuk menghitung analisis kelayakan finansial
(NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period) menggunakan Cash flow perhitungan
selama 5 tahun yaitu dari tahun 2015 sampai dengan 2019 yang didasarkan pada sewa
lahan.
4.1.1 Biaya Investasi
Biaya Invetasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan
proyek dalam jumlah yang cukup besar. Pada usaha budidaya cabai merah, biaya investasi
meliputi sewa

traktor, drum untuk pestisida, hand sprayer, sumur bor, cangkul. Biaya

investasi yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 9,019,500.00,-. Rincian Biaya Investasi terdapat
pada Tabel 1 berikut ini :

33

Tabel 1. Biaya Investasi Budidaya cabai merah
NO

Jenis Investasi

UNIT

Rp/Unit

COST / HA (Rp)

1

Traktor

2

Drum pestisida

2

100.000.00

200,000.00

3

Sprayer

4

120.000.00

480,000.00

4

Alat-alat pembersih
1. Cangkul
2. Ember
3. Meteran
Pembuatan jalan
Sumur bor
Mesin air
Pipa PVC 1
Stop kran
Tee pvc
Lem pipa
Pondok
Angkong

3
2
1
1
1
1
1
2
6
3
1
2

80.000,00
7.000,00
20.000,00
2.000.000,00
1.000.000,00
2.000.000,00
350.000,00
30.000,00
5.500,00
7.500,00
1.000.000,00
300.000,00

240.000,00
14.000,00
20.000,00
2.000.000,00
1.000.000,00
2.000.000,00
350.000,00
60.000,00
33.000,00
22.500,00
1.000.000,00
600.000,00

5
6
7
8
9
10
11
12
13

1.000,000.00

Total Biaya Investasi

9.019.500,00

4.1.2 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur
proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume
kegiatan tertentu, penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi,
meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya. Biaya
operasional yang harus dikeluarkan selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 51.890.000,-.
Rincian Biaya Operasional terdapat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Rincian Biaya Operasional cabai merah

34

4.2 Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Cabai merah
Penerimaan budidaya cabai merah diperoleh dari jumlah produksi cabai merah
yang terjual ke pedagang pengumpul (volume penjualan) dalam satu tahun dikalikan
dengan harga jual yang sudah ditentukan oleh petani. Pendapatan budidaya cabai
merah diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya.
4.3 Analisis Kelayakan Finansial
Hasil perhitungan kelayakan finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C
rasio dan Payback Period dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Budidaya cabai merah dengan Discount
factor 12 %
No

Alat Analisis

Hasil Analisis

Kriteria

Keterangan

1

NPV

42,194,822.2
1



1

Layak

2

IRR

53.5



12 %

Layak

(1.00)

=

1

Layak

5 Tahun



1

Layak

7
3

Net B/C

4

Payback Period

Hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa
budidaya semangka memiliki NPV sebesar Rp. 42,194,822.21 yang berarti usaha
ini akan menerima keuntungan sebesar Rp. 42,194,822.21 selama 5 tahun
menurut nilai waktu sekarang. Menurut kriteria NPV, maka semangka sebesar Rp.
42,194,822.21 dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

35

Net B/C = 1 yang berarti usaha ini berada dititik impas dari setiap satu satuan
biaya yang dikeluarkan. Menurut criteria Net B/C, Maka proyek tersebut layak untuk
dilaksanakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang telah di analisis, pembudidayaan cabai merah di
jalan kartama marpoyan pekanbaru saat ini layak untuk di kembangkan meskipun
modal masih dari orang lain. Dari analisis perencanaan tersebut, modal yang akan di

36

keluarkan sebesar Rp. 58.830.000 termask saprodi, alsintan dan upah tenaga kerja
yang di gunakan oleh petani. Dengan keuntungan kotor perkiraan mencapai Rp.
108.000.000 dengan harga cabai Rp. 12.000/kg, keuntungan bersih mencapai Rp.
56.110.000 serta keuntungan bagi hasil mencapai Rp. Rp.29.415.000/ orang (investor
dan petani).
Jadi munurut pendapat dari kelompok kami pembudidayaan cabai merah di
pekanbaru umumnya dan di areal kartama khususnya layak untuk dikembangkan,
namun alangkah baiknya manajemen yang di kelolah dapat di rubah dan di susun
dengan baik sehingga proses pembiayaan atau permodalan lebih jelas dan detail
5.2. Saran
1. Perawatan tanaman perlu ditingkatkan agar tanaman yang dibudidayakan
dapat tumbuh dengan baik, khususnya pencegahan terhadap hama dan
penyakit. Karena keterlambatan dalam penanganan serangan hama dan
penyakit merupakan salah satu faktor kegagalan budidaya cabai merah
(Capsicum annum L) di tempat bapak sutris
2. Dalam budidaya tanaman cabai merah (Capsicum annum L) seharusnya
memperhatikan musim agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.

37

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai).Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Djarwaningsih, T. 1984. Jenis- jenis Cabai di Indonesia, dalam Penelitian
Peningkatan Pendayagunaan Sumber Daya Alam, hlm 232-235.
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.

38

Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.
Rismunandar. 1983. Bertanam Sayur ¡V sayuran. Terate. Bandung.
Sunaryono, H., dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran
Penting Di Indonesia. CV. Sinar Baru. Bandung.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.