Jenis Jenis Pertumbuhan Tanaman. doc

Jenis – Jenis Pertumbuhan Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Ilham Budi Susilo
Yudi Imawan

Deni Syaifur A
Athfin Rosyid
Rizky Handayani
Annas Miftahrurrahman
Okki Putra M
Ibnur Ridlo J
Dewi Aamalia
Dela Dias P
Diana C
Ade Pratama

(151510501037)
(151510501045)
(151510501097)
(151510501122)
(15151050125)
(151510501153)
(151510501133)
(151510501140)
(151510501259)

(151510501158)
(151510501244)
(151510501198)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh mahluk hidup yang ada dibumi pasti akan mengalami perubahanperubahan. Proses perubahan tersebut ialah pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan merupakan suatu proses bertambahnya ukuran tubuh yang meliputi
tinggi, berat, volume tubuh yang bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke
bentuk awal). Pertumbuhan bersifat kuantitatif atau mempunyai nilai yang dapat
dikonversikan kedalam bentuk angka. Setiap mahluk hidup yang hidup akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Baik perkembangan secara
morfologi, anatomi, maupun fisiologi termasuk tumbuhan. Saat proses
pertumbuhan, mahluk hidup akan mengalami perubahan ukuran, bentuk, maupun

volume. Tidak terkecuali pada tanaman, tanaman juga mengalami pertumbuhan.
Pada rentan waktu tertentu, biji akan memunculkan akar, batang, dan daun.
Hingga akhirnya bentuk tersebut berubah menjadi tumbuhan dewasa yang
lengkap dengan bagian akar, batang, daun. Bahkan bisa sampai menghasilkan
bunga dan buah. Oleh karena itu, ada suatu proses yang menyebabkan perubahan
tersebut.
Tidak hanya mengalami pertumbuhan, tanaman juga mengalamu fase
perkembangan. Perkembangan merupakan proses-proses dari pertumbuhan yang
mengalami perubahan struktur dan fungsi yang dialami mahluk hidup, begitu pula
dengan tumbuhan. Tumbuhan tumbuh dengan melakukan pembelahan sel,
pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Pertumbuhan pada tanaman dimulai dengan
proses perkecambahan. Perkecambahan didahului dengan menyerapnya air
kedalam sel-sel imbibiban (biji yang berkecambah) atau imbibisi. Proses ini
terjadi apabila kadar air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air dalam biji
melalui proses imbibisi Jika proses imbibisi sudah optimal maka

dimulailah

proses kehidupan pertama pada tumbuhan yang berupa kecambah. Radikula
adalah struktur pertama yang mucul dan menembus selaput kulit biji. Kemudian

muncul epikotil atau calon batang.
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan plumula
dari benih/biji. Proses perkecambahan berdasarkan letaknya, terbagi menjadi dua
yaitu epigeal dan hipogeal. Jenis perkecambahan epigeal ditandai dengan
hipokotil yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon melakukan
proses pembelahan bentuk daun. Contoh tanaman yang berjenis epigeal
diantaranya adalah bawang merah, kedelai dan kacang hijau. Jenis perkecambahan
hipogeal ditandai dengan bakal batang (epikotil) yang keluar ke permukaan tana,

sedangkan kotiledon tetap tertinggal di dalam tanah. Kedua jenis perkecambahan
itu ialah tanda awal bahwa biji akan memulai kehidupannya. Selama proses
perkecambahan, biji mendapat nutrisi makanan dari kotiledon. Kotiledon
merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga terbentuknya
daun sehingga dapat melakukan fotosintesis sendiri. Mempelajari jenis-jenis
pertumbuhan ini dapat membantu kita memudahkan pemahaman dalam
mempelajari ilmu pertanian
1.2 Tujuan
Supaya mahasiswa dapat memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan
tanaman, serta dapat membedakan jenis-jenis pertumbuhan berdasarkan morfologi
dan fungsinya.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Seluruh mahluk hidup akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
baik itu tumbuhan, hewan maupun manusia. Untuk tumbuh dan berkembang,
mahluk hidup seperti manusia tentu saja memerlukan makanan atau nutrisi, salah
satunya ialah tanaman. Tanaman merupakan mahluk hidup yang bisa
memproduksi makananya sendiri (Nurwardani, 2008). Saat proses kehidupan,
tanaman mengalami dua fase, yaitu fase pertumbuhan (vegetatif) dan

perkembangan (generatif). Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses
pertambahan volume, massa, ukuran, jumlah sel yang bersifat irreversible.
Irreversible ini berarti suatu keadaan yang tidak berubah kembali ke asal atau
tidak dapat balik ke bentuk semula. Mahluk hidup bersel lebih dari satu atau
multiseluler, pertumbuhanya dimulai dengan sel yang bertambah besar dan
panjang serta peningkatan jumlah sel. Sedangkan untuk mahluk hidup bersel satu
atau uniseluler ditandai dengan penambahan ukuran sel saja. Pertumbuhan itu
bersifat kuantitatif atau dapat diukur dengan angka berdasarkan jumlah dan
banyaknya. Pertumbuhan tanaman di tanah pertanian dipengaruhi oleh banyak
faktor biotik (tumbuhan lain, hama, penyakit dan manusia) dan abiotik (tanah dan
iklim) (Saharan and Nehra, 2011).

Proses pertumbuhan pada tanaman dapat diukur dari ujung akar sampai
pangkal daun. Untuk menumbuhkan tanaman secara maksimal bisa dilakukan
beberapa langkah, seperti pengairan, penyiangan maupun pemupukan. Namun
apabila dosis pupuk yang diberikan berlebihan maka akan menurunkan laju
pertumbuhan tanaman (Hayati, 2012). Selain itu, penggunaan pupuk kimia tentu
saja memberi efek buruk bagi ekosistem. Pupuk kimia bisa memengaruhi
organisme lain yang menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem (Pandey et al,
2014). Penyiangan juga perlu dilakukan karena gulma tentu sangat mengurangi
unsur hara yang ada di sekitar tanaman utama. Gulma ialah organisme
pengganggu tanaman yang memersulit pertumbuhan, perkembangan dan
produktivitas tanaman (Palijama dan Wattimena, 2012). Menurut Silahooy (2013)
bahwa kesesuain lahan juga memengaruhi pertumbuhan tanaman di suatu tempat.
Kesesuain tanaman merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
pemakaian tertentu.
Jaringan meristem merupakan jaringan yang sel-selnya aktif membelah diri.
Pertumbuhan meristem pucuk menyebabkan pertumbuhan yang memanjang pada
organ tumbuhan (Sri Hayati, 2006).Beberapa biji akan berkecambah jika berada
dilingkungan yang cocok. Tidak semua biji akan berkecambah, beberapa biji yang
lain berada dalam masa dormansi. Artinya, biji tersebut tidak tumbuh serta
berkembang. Biji berada pada masa dormansi karena kondisi lingkungan yang

tidak sesuai untuk berkecambah. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan

masuknya air ke dalam biji atau imbibisi. Muncul dan berkembangnya radikula
dan plumula dari biji atau benih disebut perkecambahan (Marthen dkk, 2013).
Perkecambahan merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam
kehidupan tanaman yang menentukan efisiensi penggunaan nutrisi dan sumber
daya air yang tersedia bagi tanaman (Aguilar-Benítez et al, 2014). Benih bisa
berkecambah di bawah cahaya putih (neon), merah, hijau, kuning dan biru
(Anchalee, 2011). Hasil perkecambahan ialah munculnya tumbuhan kecil dari biji.
Tumbuhan kecil tersebut ialah radikula, radikula adalah calon akar primer.
Radikula merupakan bagian dari hipokotil. Setelah radikula muncul, struktur yang
selanjutnya muncul adalah calon batang, atau biasa disebut epikotil.
Berdasarkan letak kotiledon, perkecambahan dibagi menjadi dua tipe. Tipe
yang pertama adalah hipogeal. Hipogeal merupakan perkecambahan yang terjadi
secara memanjang dari epikotil yang menyebabkan keluarnya plumula sehingga
menembus kulit biji dan mucul di atas tanah sementara kotiledon tetap tinggal di
dalam tanah. Contoh tanaman hipogeal ialah jagung. Tipe kedua perkecambahan
ialah epigeal. Epigeal adalah proses perkecambahan yang terjadi saat hipokotil
tumbuh memanjang akibatnya plumula dan kotiledon terdorong naik ke
permukaan tanah, contohnya adalah tanaman kacang hijau. Adapun faktor yang

memengaruhi perkecambahan ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, serta daya serap biji terhadap
air. Sementara faktor eksternal diantaranya yaitu intentitas cahaya, suhu, dan air.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum jenis-jenis pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari
Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 11.00 sampai 12.00 WIB, bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah)

2. Benih tanaman monokotil hypogeal (jagung)
3. Benih tanaman dikotil epigeal (kedelai)
4. Benih tanaman dikotil hypogeal (kacang polong)
3.2.2 Alat
1. Media tanam (pasir)
2. Bak pengecambah
3. Beaker glass
4. Kertas label

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi
bak pengecambah.
3. Membuat lajur secara berurutan dengan tanda menggunakan kertas label pada
setiap jenis benih dan pengulangannya.
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak pengecambah.
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari.
7. Melakukan pengamatan akhir.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tabel pengamatan jenis-jenis pertumbuhan tanaman.
N
o

Jenis
Tana


H7
Ul

Man
1

1

Bawang 2
merah
3

Gambar

H 14

Hipo
kotil

Epi

kotil

Keca
mbah

Hipo
kotil

Epi
kotil

Keca
mbah

-

2 cm

-

1,5
cm

4,5
cm

6 cm

-

2 cm

-

1,5
cm

2,5
cm

4 cm

-

-

-

2,5
cm

4 cm 6,5 cm

1

2

Jagung

2
3
1

3

Kedelai

2
3
1

4

Alpukat

-

19
cm

-

8 cm

31
cm

39 cm

-

19
cm

-

8,4
cm

24
cm

32,4
cm

-

14,5
cm

-

7,5
cm

24,6
cm

32,1
cm

-

3 cm

-

14,8
cm

20,5
cm

35,3
cm

-

2 cm

-

14
cm

22,5
cm

36,5
cm

-

-

-

9,4
cm

18,8
cm

28,2
cm

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum jenis-jenis pertumbuhan tanaman
yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember. Media tanam yang digunakan adalah pasir. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, kedelai, bawang merah dan
biji alpukat. Hasil pengamatan disebutkan bahwa semua tanaman mengalami
pertumbuhan setiap harinya, namun tidak terdapat tanda-tanda pertumbuhan pada
biji buah alpukat.
Hal ini disebabkan beberapa faktor. Menurut Andrian, dkk (2014), ada
beberapa faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik faktor biotik
maupun abiotik. Adapula faktor internal dari benih maupun faktor eksternal dari
lingkungan tanaman. Faktor interfal adalah faktor dari dalam, meliputi gen dan

hormon. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar, meliputi nutrisi, suhu,
cahaya, air, kelembaban, media tanam dan lain sebagainya.
Tabel pengamatan tersebut menunjukkan bahwa jagung dan bawang merah
merupakan tanaman monokotil hipogeal karena kotiledon jagung dan bawang
merah tertinggal di dalam tanah. Tabel pengamatan juga menunjukkan bahwa
kedelai dan alpukat merupakan dikotil.
Kuatnya benih dalam menghadapi kondisi pada media tanam dinilai kurang.
Perkecambahan dimulai dari proses penyerapan air atau bisa disebut imbibisi.
Benih akan menyerap air dari lingkungan sekitar tempat tanaman tumbuh.
Hadirnya air akan mengaktifkan sejumlah hormon dalam tanaman. Air akan
digunakan sebagai energi dalam pembelahan sel. Setelah proses penyerapan,
pembelahan akan berlangsung dan bagian-bagian dalam benih akan tumbuh dan
berkembang.
Benih perlu direndam selama 30 menit, hal itu bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan pada benih. Perkecambahan lebih mudah saat setelah
direndam. Perendaman tersebut dapat membantu air akan membantu merangsang
enzim yang ada di endosperm untuk mengaktifkan bakal pucuk dan bakal akar.
Tipe perkecambahan ada dua jenis, dapat dilihat dari letak posisi keping benih
atau biasa disebut kotiledon pada permukaan tanah. Tipe-tipe tersebut adalah tipe
epigeal dan tipe hipogeal. Kedua tipe tersebut ditentukan dari kekuatan kotiledon
keatas tanah.

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Media tanam pasir dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.
Jagung, kedelai, bawang merah dan biji alpukat. Seluruh tanaman menunjukkan
pertumbuhan tapi tidak pada biji alukat karena perkecmbahan alpukat
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada tanaman lain. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh berbagai jenis faktor. Faktor tersebut adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Menurut Andrian, dkk (2014), ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik faktor abiotik dan faktor
biotik.
Kualitas benih dinilai kurang dalam menghadapi kondisi pada media
tanaman. Perkecambahan dimulai dari proses penyerapan air. Air digunakan
sebagai energi untuk memulai perkecambahan. Setelah roses penyerapan,
pembelahan dan bagian-bagian pada benih akan tumbuh. Pertumbuhan pada
tanaman berlangsung lebih cepat karena sebelum penanaman, benih direndam
selama 30 menit.

5.2 Saran
Tanaman memerlukan pemenuhan kebutuhan untuk memaksimalkan
pertumbuhan atau perkecambahan pada tanaman. Maka dari itu, masyarakat
diharapkan

mengetahui

kebutuhan

pada

tumbuhan

dan

mampu

untuk

memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang maksimal

dapat meningkatkan produktivitas pada tanaman tersebut. Pemerintah juga
diharapkan dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan pertanian untuk petani.

DAFTAR PUSTAKA
Alameda, and R. Villar. 2012. Lingking Root Traits to Plant Physiology and
GrowthIn Flaxinus Angustifolia Vahl. Seedlings Under Soil Compaction
Condition. Environmental and Experimental Botany,79: 49-57.
Andrian., Supriadi., dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan
Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell.
Arg.) di Kebun Hapesong Ptpn III Tapanuli Selatan. Agroteknologi, 2(3):
981-989
Gardner, F. P. Pearce, R. B, dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Duku
(Lansium domesticum Curr.). program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.1(4): 23-31.
Kumar, and Saurabh Sharma. 2012. Effect of Light and temperature on seed
germination of important medicinal and aromatic plants in north western
Himalayas. Int. J. Med. Arom. Plant, 2(3): 468-475.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Mistian, D. Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respon Perkecambahan Benih Pinang
(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam
Giberalat. Agroteknolog,1(1):15-25.
Narsih. Yunianta, and Harijono. 2012. The Study of Germination and Soaking
Time to Improve Nutritional Quality of Sorghum Seed. International food
Research Journal, 19(4): 1429-1432.

Noor, Aidi. Lubis, Iskandar. Ghulamahdi, Munif. Chozin, M. A. Anwar, Khairil,
dan Desta Wisnas. 2012. Pengaruh Konsentrasi Besi dalam Larutan Hara
terhadap Gejala Keracunan Besi Dan Pertumbuhan Tanaman Padi. Argon
Indonesia. 40(2): 91-98.
Sihombing, Apriyana. Fatonah, Siti, dan Fetmi Silviana. 2012. Pengaruh Alelopati
Calopogonium Mucunuides Desv. Terhadp Perkecambahan Dan
Pertumbuhan Anakan Gulma Asystasia Gangetica (L.) T. Anderson.
Biospecies. 5(2): 5-11.
Suk, Jinweon., Seokhoon Kim and Intae Ryoo. 2011. Non-Contact Plant Growth
Measurement Method and System Based on Ubiquitous Sensor Network
Technologies. Sensors, 11:4312-4334.

DAFTAR PUSTAKA
Alameda, and R. Villar. 2012. Lingking Root Traits to Plant Physiology and
GrowthIn Flaxinus Angustifolia Vahl. Seedlings Under Soil Compaction
Condition. Environmental and Experimental Botany,79: 49-57.
Andrian., Supriadi., dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan
Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell.
Arg.) di Kebun Hapesong Ptpn III Tapanuli Selatan. Agroteknologi, 2(3):
981-989
Gardner, F. P. Pearce, R. B, dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Duku
(Lansium domesticum Curr.). program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.1(4): 23-31.
Kumar, and Saurabh Sharma. 2012. Effect of Light and temperature on seed
germination of important medicinal and aromatic plants in north western
Himalayas. Int. J. Med. Arom. Plant, 2(3): 468-475.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Mistian, D. Meiriani, dan E. Purba. 2012. Respon Perkecambahan Benih Pinang
(Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam
Giberalat. Agroteknolog,1(1):15-25.
Narsih. Yunianta, and Harijono. 2012. The Study of Germination and Soaking
Time to Improve Nutritional Quality of Sorghum Seed. International food
Research Journal, 19(4): 1429-1432.

Noor, Aidi. Lubis, Iskandar. Ghulamahdi, Munif. Chozin, M. A. Anwar, Khairil,
dan Desta Wisnas. 2012. Pengaruh Konsentrasi Besi dalam Larutan Hara
terhadap Gejala Keracunan Besi Dan Pertumbuhan Tanaman Padi. Argon
Indonesia. 40(2): 91-98.
Sihombing, Apriyana. Fatonah, Siti, dan Fetmi Silviana. 2012. Pengaruh Alelopati
Calopogonium Mucunuides Desv. Terhadp Perkecambahan Dan
Pertumbuhan Anakan Gulma Asystasia Gangetica (L.) T. Anderson.
Biospecies. 5(2): 5-11.
Suk, Jinweon., Seokhoon Kim and Intae Ryoo. 2011. Non-Contact Plant Growth
Measurement Method and System Based on Ubiquitous Sensor Network
Technologies. Sensors, 11:4312-4334.