DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAY

DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR ABSTRAK

Kepariwisataan di Bali khususnya, telah memberikan pengaruh nyata yang besar terhadap perekonomian regional. Sektor pariwisata akan tetap menjadi sektor terdepan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi daerah Bali di masa-masa mendatang. Untuk menyikapi hal tersebut maka Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya berupaya membenahi dan menata daya tarik wisata yang ada serta mengembangkan desa-desa yang memiliki potensi pariwisata, salah satunya adalah Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Berdasarkan kesepakatan bersama maka dibentuklah Desa Budaya Kertalangu yang diresmikan pada 22 Juni 2007. Sebagai usaha daya tarik wisata yang relatif baru, Desa Budaya Kertalangu memiliki misi konservasi, edukasi dan eksistensi budaya Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relatif baru di Kota Denpasar dari perspektif wisatawan yang berkunjung khususnya mengenai motivasi dan persepsi mereka. Penelitian dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, sebagai informan adalah Kepala Desa Kesiman Kertalangu, dan pengelola Desa Budaya Kertalangu beserta staf yang dilakukan dengan teknik purposive sampling . Sebagai responden adalah 30 orang wisatawan asing dan nusantara, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan potensi budaya dan alamiah yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sangat besar dan masih banyak yang bisa dikembangkan. Potensi-potensi inilah sebagai motivasi yang mendorong wisatawan untuk berkunjung, dimana didominasi oleh motivasi fisik (physical motivators) yaitu sebanyak 30% responden. Sedangkan persepsi wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari variabel atraksi-atraksi, indikator yang memperoleh penilaian Sangat Baik (SB) adalah pemandangan alam dengan skor 5,0 pertanian dengan skor 4,4 dan aktivitas masyarakat dengan skor 4,3. Ditinjau dari variabel aksesibilitas, indikator-indikator yang memperoleh penilaian Baik (B) adalah lokasi obyek dan kondisi jalan menuju lokasi dengan skor 4,0. Berikutnya dari variabel amenitas/fasilitas-fasilitas, indikator jogging track dan kolam pancing mendapatkan penilaian persepsi Sangat Baik (SB) dengan skor 4,6 dan 4,4. Dari variabel terakhir organisasi kepariwisataan/ pengelola, indikator yang memperoleh penilaian persepsi baik (B) yaitu keamanan dengan skor 4,0.

Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata secara keseluruhan mendapat penilaian persepsi yang baik, namun perlu segera ditindaklanjuti indikator-indikator yang dinilai buruk oleh para responden agar dapat meningkatkan penilaian persepsi dari para pengunjung serta dapat memberikan pengalaman wisata yang lebih berkesan.

Kata kunci: Potensi, Motivasi, Persepsi, Usaha Daya Tarik Wisata.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Dengan demikian, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerjasama antar negara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya (penjelasan UU No. 10 tahun 2009). Kepariwisataan di Bali khususnya telah memberikan pengaruh nyata yang besar terhadap perekonomian regional. Hal ini diperkuat oleh kajian tim konsultan dari Bali. Management Project and Comprehensive Tourism Development Plan for Bali, (Erawan, 1993: 12) menyimpulkan bahwa pariwisata telah menjadi generator bagi pembangunan Bali, paling tidak dalam dua dasa warsa terakhir. Lebih lanjut dikatakan bahwa sektor pariwisata akan tetap menjadi sektor terdepan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi daerah Bali di masa-masa mendatang.

Berdasarkan data Disparda Propinsi Bali tahun 2010, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami fluktuasi, khususnya dalam 6 tahun terakhir dimana perkembangan kepariwisataan di Bali mengalami tahun-tahun yang sulit diakibatkan berbagai faktor eksternal maupun internal. Tahun 2004 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali adalah 1.458.309 orang atau meningkat sebanyak 46,85 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 993.029 orang. Sedangkan tahun 2005, pariwisata Bali kembali dilanda bom 1 Oktober 2005 yang mengakibatkan jumlah kunjungan turun 4,93 % yaitu menjadi 1.386.449 orang.

Dampak bom di tahun 2005 masih berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisman ke Bali di tahun 2006 yang mengakibatkan penurunan lagi sebesar 9,10 % menjadi sebanyak 1.260.317 orang. Tanda ke arah pemulihan mulai terlihat di tahun

2007, ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Bali sebesar 31,10 % yaitu sebanyak 1.664.854 orang. Begitu juga di tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan yang sangat progresif yaitu sebesar 1.968.892 orang atau meningkat sebesar 18,26 %. Selanjutnya di tahun

2009 data menunjukkan peningkatan kembali sebesar 13,26% dengan jumlah kunjungan wisman 2.229.945 orang. Peningkatan kunjungan wisman tersebut kembali berlanjut pada tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak 2.493.058 orang atau meningkat sebesar 11,80%. Data historis menunjukkan bahwa tahun 2010 merupakan pencapaian jumlah kunjungan wisman terbanyak untuk Bali dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk menyikapi hal tersebut maka Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya berupaya membenahi dan menata obyek-obyek dan daya tarik wisata yang ada serta mengembangkan desa-desa yang memiliki potensi pariwisata di seluruh kabupaten di Bali. Agar keberlangsungan pariwisata di Bali tetap terjaga, seluruh komponen pendukung dan pemangku kebijakan pariwisata diharapkan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan budaya sebagai modal dasar pariwisata Bali, sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda No 3 tahun 1991 tentang pariwisata budaya yang diterapkan di Bali. Salah satu desa di Bali yang mengalami pengembangan untuk menjadi daya tarik wisata tersebut adalah Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.

Berawal dari pertemuan intensif para tokoh masyarakat, kelian banjar adat, pemilik tanah, organisasi subak, beserta segenap aparat desa, dengan agenda pembahasan: “bagaimana

mempertahankan kawasan jalur hijau Desa Kesiman Kertalangu agar tetap hijau, namun memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekit ar,” maka lahirlah gagasan untuk mengembangkan kawasan menjadi obyek wisata baru, dengan nama: “Desa Budaya Kertalangu” (http://www.visitkertalangu.com diakses tanggal 10 Januari 2011).

Kawasan Desa Budaya Kertalangu berada di tengah lahan persawahan seluas 80 hektar yang terletak di kecamatan Denpasar Timur ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diresmikan pada tanggal 22 Juni 2007 lalu. Saat ini Desa Budaya Kertalangu dikelola oleh pihak swasta yaitu PT.Uber Sari yang bekerjasama dengan desa dinas dan desa adat setempat. Ketersediaan tempat rekreasi, apalagi dikelola swasta, biasanya tidak gratis meski sekadar berkunjung. Dari setiap pengunjung biasanya dipungut biaya karcis masuk. Namun, berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu hingga sejauh ini justru gratis. Mengenai biaya pemeliharaan dan biaya operasional lainnya, pihak manajemen mengakui estimasi awal segala produk dari Kertalangu akan langsung laku hingga mancanegara, termasuk bisa cepat mendapatkan donatur yang peduli terhadap pelestarian budaya pertanian Bali. Namun, dalam perjalanannya ternyata belum membuahkan hasil seperti diharapkan (Kompas online edisi 6 Juni 2008, diakses tanggal 31 September 2009).

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, produk Desa Budaya Kertalangu hingga saat ini masih menjadi kendala. Banyak atraksi dan fasilitas wisata yang ditujukan untuk pengunjung kondisinya saat ini kurang baik, seperti lintasan lari (jogging track) yang sudah banyak berlubang di beberapa tempat, kondisi venue yang kurang terawat, sampah-sampah plastik yang banyak berserakan di sekitar parit dan kolam pancing, papan nama Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, produk Desa Budaya Kertalangu hingga saat ini masih menjadi kendala. Banyak atraksi dan fasilitas wisata yang ditujukan untuk pengunjung kondisinya saat ini kurang baik, seperti lintasan lari (jogging track) yang sudah banyak berlubang di beberapa tempat, kondisi venue yang kurang terawat, sampah-sampah plastik yang banyak berserakan di sekitar parit dan kolam pancing, papan nama

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang, maka perumusan masalah sebagai dasar pengembangan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa potensi yang dimiliki oleh Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar?

2. Apa motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu pilihan usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar?

3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relatif baru di Kota Denpasar dari perspektif wisatawan yang berkunjung.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui potensi Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, antara lain: 1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu untuk mengoptimalkan produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber referensi ilmu pengetahuan, khususnya menyangkut produk desa budaya untuk menunjang kegiatan pariwisata di Bali.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Dalam sub bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, khususnya tentang persepsi wisatawan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian ini.

penelitian Kanca (2009) tentang “ Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Pelayanan Informasi Pada Tourist Information Center Dinas Pariwisata Kota Denpasar”, menyatakan bahwa dari hasil penelitian terhadap 85 sampel wisatawan mancanegara didapatkan persepsi wisatawan mancanegara terhadap pelayanan informasi pada TIC Dinas Pariwisata Kota Denpasar umumnya sudah memuaskan walaupun masih ada beberapa kendala seperti kendala bahasa, koordinasi antar dinas terkait belum begitu baik, serta pihak swasta yang berkompeten dalam bidang pariwisata belum berkoordinasi secara maksimal. Untuk itu pihak Dinas Pariwisata Kota Denpasar telah berupaya mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya untuk mengatasi permasalahan yang telah disebutkan di atas.

2.2 Konsep

Agar tidak terjadi salah tafsir dalam penelitian ini, dipandang perlu menjelaskan batasan pengertian judul dengan mengedepankan beberapa istilah yang bersifat operasional. Sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian ini sangat diperlukan sebagai sumber kritik agar nilai keilmuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan (credible) serta dapat diterima dan pantas (acceptable) sebagai karya ilmiah. Beberapa sumber kepustakaan yang relevan adalah sebagai berikut:

2.2.1 Potensi Wisata

Menurut Darmadjati (2001:128) mengemukakan bahwa yang dimaksud potensi wisata adalah segala hal dan keadaan baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa- jasa.

2.2.2 Produk Wisata

Burkart dan Medlik (1976: 46) memberikan rumusan “tourist product” sebagai berikut;

“In the narrow sense the tourist product consists of what the tourist buys. In a wider sense the tourist product is an amalgam of what he does at the

destination and of services he uses to make it possible. Therefore, each destination has a particular product or products to offer”

Dikatakannya produk wisata dalam arti sempit meliputi apapun yang dibeli oleh wisatawan. Dalam arti luas, produk wisata adalah sebuah amalgam dari apa yang wisatawan lakukan di destinasi dan pelayanan yang digunakannya untuk membuatnya menjadi memungkinkan. Untuk itu, setiap destinasi memiliki sebuah produk khusus atau produk-produk yang ditawarkan.

Jadi pada hakikatnya produk wisata dapat kita gambarkan sebagai suatu rangkaian jasa pelayanan dan produk yang sifatnya nyata maupun tidak nyata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di destinasi wisata sebagai satu komponen yang mampu memberikan pengalaman bagi wisatawan tersebut serta memerlukan penilaian dari wisatawan sebagai konsumen yang terlibat di dalamnya.

2.2.3 DesaWisata (Wisata Pedesaan)

Muljadi (2009: 27), menjelaskan desa wisata sebagai suatu produk wisata yang melibatkan anggota masyarakat desa dengan segala perangkat yang dimilikinya. Desa wisata tidak hanya berpengaruh pada ekonominya, tetapi juga sekaligus dapat melestarikan lingkungan alam dan sosial budaya masyarakat terutama berkaitan dengan nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, dan lain-lain. Dengan demikian, kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melakukan perjalanan wisata.

Adapun Desa Budaya Kertalangu adalah merupakan salah satu bentuk penerapan dari konsep desa wisata, dimana penekanannya adalah pada pengenalan seni budaya sesuai dengan misi yang dibawa yaitu konservasi, edukasi dan eksistensi budaya Bali di tengah kawasan perkotaan. Istilah Desa Budaya yang dipergunakan bukan merupakan suatu konsep desa dalam arti sesungguhnya, melainkan merupakan sebuah brand yang digunakan sebagai nama pengenal dalam tujuan menjadi suatu usaha daya tarik wisata.

2.2.4 Usaha Daya Tarik Wisata

Ismayanti (2009: 147) memaparkan bahwa daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya tarik wisata Ismayanti (2009: 147) memaparkan bahwa daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya tarik wisata

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan beberapa teori-teori yang relevan dalam menganalisis persepsi wisatawan terhadap Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, adapun teori-teori yang digunakan adalah teori persepsi, teori motivasi dan teori the tourist qualities of a destination.

2.3.1 Teori Motivasi

Kabanoff dan Ryan dalam Williams (2003: 13), motivasi orang melakukan perjalanan ke suatu destinasi untuk liburan adalah; (a) keinginan untuk menghindar dari rutinitas, (b) mencari manfaat relaksasi dan kesehatan (penyembuhan), (c) rangsangan mental/ rasa enjoy, (d) menguatkan ikatan keluarga, (e) prestise/ status, (f) interaksi sosial, (g) kesempatan mendapat pengetahuan (educational), (h) memperoleh tantangan baru. Teori motivasi ini digunakan untuk menjawab pokok permasalahan mengenai motivasi wisatawan untuk memilih mengunjungi Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata.

2.3.2 Teori Persepsi

konsep persepsi dapat diartikan sebagai proses individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh indera untuk diberi makna atau arti secara subyektif dimana proses ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan dari luar individu tersebut.

2.4 Model Penelitian

Untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka konsep berpikir atau model penelitian. Penelitian ini diawali dengan pariwisata Bali yang mengalami fluktuasi karena berbagai peristiwa dan faktor internal maupun eksternal. Pemerintah terus berusaha menggiatkan kegiatan pariwisata hingga menyentuh desa-desa adat di Bali, salah satunya adalah Desa Adat Kertalangu yang terletak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar dengan nama Desa Budaya Kertalangu. dalam perjalanannya ternyata belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Produk Desa Budaya Kertalangu hingga saat ini masih menjadi kendala. Banyak atraksi-atraksi dan fasilitas wisata yang ditujukan untuk wisatawan kondisinya saat ini kurang baik dan kurang terawat.

Untuk menjawab permasalahan diatas, digunakan teori persepsi, teori motivasi dan teori The Tourist Qualities of a Destination. Penentuan sampel penelitian sebagai responden, dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan responden secara sengaja yang benar-benar memiliki kompetensi dan kaitan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk responden wisatawan, digunakan metode accidental sampling, yaitu teknik atau metode penarikan sampel secara kebetulan.

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan saran untuk menangani permasalahan yang ada, serta dapat mendukung pengembangan produk wisata Desa Budaya Kertalangu di masa yang akan datang. Berdasarkan model penelitian diatas maka digambarkan pada Gambar 2.1:

Pariwisata Bali

Desa Budaya Kertalangu

Produk Desa Budaya Kertalangu

Potensi Desa Budaya Kertalangu

Motivasi wisatawan yang

Persepsi wisatawan sebagai salah satu usaha daya

berkunjung ke Desa Budaya

terhadap produk Desa

tarik wisata di Kota Denpasar. Kertalangu sebagai salah satu usaha Budaya Kertalangu. daya tarik wisata di Kota

Teori :

Konsep :

1. Teori Persepsi 1. Potensi Wisata

2. Teori Motivasi 2. Produk Wisata

Hasil Pembahasan

Rekomendasi dan saran-saran

Gambar 2.1 Model Penelitian Desa Budaya Kertalangu Sebagai Usaha Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan dukungan data kualitatif dan kuantitatif karena dalam menentukan nilai persepsi, ukuran persepsi dari responden diukur melalui Skala Likert. Skala ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif, untuk menunjukkan tingkat penilaian terhadap pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya unsur penilaian tersebut diberikan ranking untuk masing-masing variabel persepsi. Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan baik secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (dalam bentuk naratif).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Budaya Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Kawasan Desa Budaya Kertalangu berada di tengah lahan persawahan seluas 80 hektar yang terletak di kecamatan Denpasar Timur ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diresmikan pada Juni 2007 lalu. Pemilihan kawasan ini sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut; (1). Diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relative baru di Kota Denpasar, (2). Adanya permasalahan yang menarik untuk dianalisis mengenai motivasi dan persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai sebuah usaha daya tarik wisata yang masih relatif baru di Kota Denpasar, (3). Belum pernah ada penelitian serupa oleh peneliti sebelumnya di Desa Budaya Kertalangu.

Gambar 3.1: Peta Lokasi Penelitian

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif,

a. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan bentuk numerik atau angka, misalnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tahun (2004-2010), data persepsi wisatawan, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk keterangan- keterangan dan uraian-uraian baik dari pihak pengelola Desa Budaya Kertalangu, wisatawan yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini dan data lainnya.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu:

a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber- sumber utama yang dijadikan responden dalam penelitian ini, seperti data persepsi wisatawan maupun hasil wawancara secara langsung.

b. Data sekunder, yaitu sumber data yang tidak diperoleh secara langsung melainkan bersumber dari data-data pendukung hasil publikasi, jurnal atau penelitian dari berbagai pihak, seperti data jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan lainnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui secara jelas aktivitas, perilaku, lingkungan dan gambaran umum lokasi penelitian.

2. Penyebaran angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner terstruktur.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan informan kunci, pihak-pihak yang berkompeten, dan responden lainnya secara terstruktur.

4. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti makalah, brosur tentang Desa Budaya Kertalangu, publikasi lewat media cetak dan lainnya.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan baik nusantara maupun asing yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu selama proses penelitian ini. Populasi tersebut memiliki karakteristik heterogen yang diambil dari pengunjung yang secara kebetulan mengunjungi Desa Budaya Kertalangu, dan sudah dapat dianggap mewakili populasi dari karakteristiknya masing-masing. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Accidental Sampling Yaitu teknik pengambilan sampel secara tidak sengaja/ kebetulan dengan

cara memberikan kuisioner (daftar pertanyaan) kepada wisatawan sebagai responden yang secara kebetulan berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu. Menurut Harini dan Kusumawati (2007: 100), sebenarnya tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besarnya anggota sampel yang disyaratkan suatu penelitian. Demikian pula batasannya bahwa sampel itu besar atau kecil. Mutu suatu penelitian tidaklah ditentukan oleh besarnya anggota sampel yang digunakan, sesungguhnya tidak ada anggota sampel yang 100 persen representative, kecuali anggota sampelnya sama dengan anggota populasinya (total sampling). Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, biaya dan tingkat kesulitan pencarian responden, maka penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 30 orang yang dipandang cukup representatif untuk penelitian kualitatif. Jadi jumlah wisatawan yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang meliputi wisatawan nusantara dan asing yang dipilih secara aksidental.

b. Purposive Sampling Yaitu teknik pengambilan sampel yang secara sengaja dilakukan dengan

penentuan sampel para informan kunci atau responden yang ahli dan sangat berkaitan dengan penelitian ini, antara lain wawancara dengan Kepala Desa/ Lurah Kertalangu, pimpinan PT.Uber Sari selaku pengelola kawasan Desa Budaya Kertalangu, tokoh masyarakat setempat dan responden utama lainnya.

3.6 Identifikasi Variabel

Untuk dapat menjawab pokok permasalahan tentang motivasi wisatawan menggunakan teori motivasi dari Mc. Intosh (1977) dan Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) dalam Pitana dan Gayatri (2005: 58), serta untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, maka variabel-variabel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari persepsi wisatawan terhadap produk wisata yang merupakan implementasi dari teori The Tourist Qualities of a Destination oleh Burkart dan Medlik (1976: 44), mengenai pembagian motivasi dan persepsi dibagi menjadi empat kelompok yang dapat diuraikan dalam Tabel 3.1:

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikatornya

Variabel

Indikator Variabel

Indikator

Motivasi Persepsi

1. Pertanian.

Motivasi fisik

1. Relaksasi

2. Keunikan arsitektur.

2. Kesehatan

3. Lanskap/ pemandangan alam.

4. Pertunjukkan kesenian.

Motivators) 4. Berpartisipasi

(Attractions) 5. Acara-acara hiburan.

dalam kegiatan

6. Fotografi.

olahraga

7. Pony ride

5. Bersantai 8. Taman anggrek. 9. Mempelajari budaya tradisional

bali (paket budaya dan edukasi). 10. Workshop demonstration. 11. Aktivitas budaya masyarakat

setempat.

Motivasi

1. Keinginan untuk

1. Lokasi yang strategis.

2. Jarak tempuh dari bandara.

budaya, adat,

(Accessibility) 3. Kondisi jalan menuju lokasi.

(Cultural

tradisi dan

4. Transportasi menuju lokasi.

Motivators) kesenian daerah lain.

1. Mengunjungi

1. Jogging track.

teman dan

3. Salon & Spa

Motivasi

2. Bertemu dengan

4. Kolam pancing.

orang-orang baru/

Pasar oleh-oleh.

interaksi sosial.

Sarana

6. Fasilitas Outbound.

(Interpersonal

3. Melakukan

7. Pesraman Budaya Bali.

Motivators) pelarian dari

(Amenities) 8. Warung Telaga.

situasi yang

9. Bale bengong.

membosankan. 10. Toilet.

11. Parkir.

Motivasi Status

1. Kegiatan bisnis.

Organisasi

1. Promosi.

dan Prestise

2. Pemenuhan hobi.

2. Kebersihan.

Kepariwistaan/

(Status and

4. Informasi untuk wisatawan.

Motivators) 5. Memperoleh

5. Pelayanan staff

tantangan baru. (Tourist

Organization)

Sumber : Hasil pengolahan data

3.7 Analisis Data

Penelitian ini menganalisis persepsi wisatawan terhadap Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan konversi data melalui Skala likert.

Sugiono (1997: 73) mengemukakan bahwa Skala Likert merupakan skala pengukuran yang diberikan pembobotan secara gradasi dari nilai yang positif hingga negatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sekumpulan atau seseorang tentang fenomena sosial yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Sangat Baik/ Very Good

Baik/ Good

Cukup/ Fair

Buruk/ Poor

Sangat Buruk/ Very Poor

Dalam mengklasifikasikan dan membantu interpretasi hasil penelitian, maka digunakan Skala Likert yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dimana nilai interval kelas diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

I = Skor Tertinggi- Skor Terendah Jumlah Kelas I= 5-1

I = 4 = 0,8

Nilai rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan akan dikonfirmasikan oleh Tabel

3.2 sehingga dapat diklasifikasikan pada suatu kategori persepsi.

Tabel

3.2 Skala Likert

No.

Skala Persepsi Wisatawan

1. Sangat Baik

1 1,0 < 1,8 Sumber: Hasil Modifikasi Skala Likert

5. Sangat Buruk

3.8 Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan secara formal (dalam bentuk tabel) dan secara informal (dalam bentuk naratif). Hasil analisis mengenai persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar disajikan dalam bentuk tabel yang didukung oleh penjelasan-penjelasan secara formal dan informal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi dan Obyek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Kesiman Kertalangu

Desa Kesiman Kertalangu terletak ± 15 km ke arah timur dari jantung Kota Denpasar. Desa Kesiman Kertalangu berada dalam posisi yang sangat strategis, karena terletak diantara pusat pariwisata Sanur dengan Kabupatan Gianyar, dan berada pada jalur transportasi ekonomi produktif (Jalan By Pass Ngurah Rai), dengan batas wilayah di sebelah utara Desa Penatih Dangin Puri, di sebelah selatan Samudra Indonesia, di sebelah timur Kabupaten Gianyar, dan di sebelah barat Desa Kesiman Petilan.

Desa Kesiman Kertalangu merupakan bagian dari wilayah Kota Denpasar yang terletak di antara 08°35¨31´ - 08°44¨49´ Lintang Selatan dan 115°10¨23´- 115°16¨27´ Bujur Timur. Ditinjau dari topografi keadaan medan Desa Kesiman Kertalangu merupakan wilayah dataran rendah yang mempunyai ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut, dengan temperatur suhu udara rata-rata 32° C, dengan curah hujan berkisar antara 1430 mm per tahun, serta mengalami dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (Profil Desa Kesiman Kertalangu, 2007).

Desa Kesiman Kertalangu adalah merupakan desa yang paling selatan di wilayah Kecamatan Denpasar Timur, yang diapit oleh dua sungai besar yaitu: Sungai Ayung dan Sungai Palirang. Pada desa ini juga terdapat/ dialiri oleh sungai kecil yaitu sungai (Telabah). Jadi desa ini juga merupakan daerah pinggiran pantai (Pantai Biaung) yang merupakan muara dari aliran sungai yang ada dan membawa arti penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat petani. Irigasi untuk lahan pertanian di wilayah ini dikelola oleh subak yaitu Subak Padanggalak (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011).

Luas wilayah Desa Kesiman Kertalangu adalah 405 hektar, dengan komposisi pemanfaatan lahan untuk sawah irigasi ½ teknis 112 hektar, tanah sawah untuk pengembangan Desa Budaya Kertalangu seluas 80 hektar, tanah kering tegal/ ladang 20 hektar, pemukiman penduduk 230, 84 hektar, tanah fasilitas umum dalam bentuk lapangan seluas 3 hektar, perkantoran pemerintah 3 hektar, dan lainnya 1 hektar (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011).

4.1.2 Kondisi Demografis Desa Kesiman Kertalangu

Jumlah penduduk Desa Kesiman Kertalangu pada tahun 2010 tercatat sebanyak 10.870 orang, bila dilihat dari komposisi jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 5.741 orang, dan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 5.129 orang. Sedangkan ditinjau dari komposisi jumlah penduduk usia produktif yaitu yang berumur 15 sampai 54 tahun terdapat sebanyak 7.521 orang, yang terdiri dari 3.957 orang berjenis kelamin laki-laki, dan 3.545 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk usia non produktif yang terdapat di Desa Kesiman Kertalangu berumur 55 sampai 59 tahun dan 0 sampai 14 tahun adalah sebanyak 3.349 orang, yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.784 orang, dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.584 orang. Desa Kesiman Kertalangu tergolong cukup padat, hal ini ditinjau dari pengamatan tingkat kepadatan penduduk dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk sebesar 10.870 orang serta luas lahan/ wilayah seluas 405 hektar, maka tingkat kepadatannya adalah sebesar 26, 83 % (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011).

Dari segi ekonomi, mata pencaharian masyarakat Desa Kesiman Kertalangu cukup bervariasi, antara lain sebagai petani sebanyak 247 orang, serta sebagai buruh tani sebanyak 165 orang. Masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh/ swasta/ pariwisata sebanyak 4.188 orang, dan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 1.893 orang. Mata pencaharian yang lain adalah pengrajin sebanyak 89 orang, pedagang sebanyak 721 orang, peternak sebanyak 78 orang, montir sebanyak

86 orang, dan dokter sebanyak 54 orang. Sedangkan mata pencaharian sebagai nelayan kurang diminati warga sehingga tidak ada yang bermata pencaharian ini di Desa Kesiman Kertalangu. Adapun keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel

4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Kesiman Kertalangu Menurut Mata Pencaharian

No. Penduduk Menurut

Persentase Mata Pencaharian

2. Buruh tani

165

0,015

3. Buruh/ swasta/ pariwisata

4.188

0,39

4. Pegawai Negeri Sipil

0 0 Sumber : Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011

10. Nelayan

4.1.3 Sejarah Berdirinya Usaha Daya Tarik Wisata Desa Budaya Kertalangu

Usaha daya tarik wisata Desa Budaya Kertalangu berdiri di kawasan seluas 80 hektar yang termasuk dalam wilayah administratif Desa Kesiman Kertalangu. Sejarah berdirinya Desa Budaya Kertalangu seperti telah dipaparkan pada Bab 1, tidak lepas dari peranan para tokoh masyarakat Desa Kesiman Kertalangu yang mencetuskan gagasan pembentukan usaha daya tarik wisata ini. Berawal dari pertemuan intensif para tokoh masyarakat, kelian banjar adat, pemilik tanah, organisasi subak, beserta segenap aparat desa, dengan agenda pembahasan: “bagaimana mempertahankan

kawasan jalur hijau Desa Kesiman Kertalangu agar tetap hijau, namun memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar,” maka lahirlah gagasan untuk mengembangkan kawasan menjadi usaha daya tarik wisata baru, dengan nama: “Desa Budaya Kertalangu” (http://www.visitkertalangu.com diakses tanggal 10 Januari

2011).

Pendirian Desa Budaya Kertalangu mengalami proses perijinan yang cukup panjang dimulai dari permohonan rekomendasi pembuatan jogging track (lintasan lari santai) kepada Bapak Walikota Denpasar saat itu yaitu Bapak A.A Puspayoga, dan permohonan tersebut disetujui dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Denpasar dengan nomor SK.503/10272/TKB tertanggal 10 Oktober 2005. Hingga diresmikan menjadi usaha daya tarik wisata seperti saat ini pada tanggal 22 Juni 2007 langsung oleh Walikota Denpasar Bapak A.A Puspayoga. Penetapan Desa Kesiman Kertalangu Kecamatan Denpasar Timur sebagai desa budaya dikukuhkan dengan penerbitan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 25 Tahun 2008. Dalam surat keputusan tersebut menyebutkan mengenai pengembangan Desa Kertalangu sebagai desa budaya terdiri dari penyiapan sarana jalan setapak sebagai jogging track; program pertanian sebagai atraksi wisata; penyediaan tempat wisata budaya dan pentas seni tradisional; sentra industri kerajinan rakyat; sarana kolam pancing dan pembibitan ikan (Mina Padi); program wisata kuliner dan masakan desa; dan fasilitas lain sebagai pendukung desa budaya.

Selanjutnya mengenai persyaratan teknis pengembangan Desa Budaya Kertalangu ditetapkan perbandingan antara kawasan terbangun dengan ruang terbuka hijau diijinkan sebesar 10% dari luas areal yang dikembangkan yaitu seluas 80 hektar. Sedangkan mengenai persyaratan teknis bangunan penunjang kawasan dapat dibangun dengan memperhatikan ketentuan teknis yang berlaku, tidak bertingkat serta tetap mencerminkan arsitektur tradisional Bali, dan untuk bangunan penunjang wisata jogging track dapat dibangun bangunan tempat berteduh pada tempat-tempat tertentu dengan ukuran 2 x 2 meter tanpa dinding. Mengenai daya tarik pertanian pada Desa Budaya Kertalangu, dalam surat keputusan walikota tersebut juga ditegaskan untuk tetap mempertahankan sistem Subak sebagai pola pengairan tradisional Bali.

Dari segi operasionalnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Kesiman Kertalangu Ida Bagus Bima Putra, saat ini Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik di Kota Denpasar secara keseluruhan berada dalam pengawasan tiga komponen utama, yaitu pihak masyarakat Desa Kesiman Kertalangu, Pemerintah Kota Denpasar, dan investor yang menanamkan modal dan membangun usaha di dalam kawasan Desa Budaya Kertalangu. Namun dari segi Dari segi operasionalnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Kesiman Kertalangu Ida Bagus Bima Putra, saat ini Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik di Kota Denpasar secara keseluruhan berada dalam pengawasan tiga komponen utama, yaitu pihak masyarakat Desa Kesiman Kertalangu, Pemerintah Kota Denpasar, dan investor yang menanamkan modal dan membangun usaha di dalam kawasan Desa Budaya Kertalangu. Namun dari segi

Mengenai kepemilikan lahan sawah yang digunakan sebagai kawasan Desa Budaya Kertalangu adalah lahan milik masyarakat Desa Kesiman Kertalangu yang diikat dengan perjanjian sewa menyewa dengan PT.Uber Sari selaku pengelola kawasan. Adapun perjanjian yang disepakati adalah pengikatan sewa menyewa untuk jangka waktu yang bervariasi antara 5 sampai 30 tahun. Perolehan pendapatan yang didapat dari operasional Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata disepakati sebanyak 5% diterima oleh Desa Kesiman Kertalangu, sedangkan sisanya dipergunakan untuk biaya operasional dan lain-lain.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu selama durasi penelitian yaitu bulan Oktober 2011. Sampel penelitian ditentukan dengan metode accidental sampling, dan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik wisatawan tersebut akan dipaparkan berdasarkan jenis kelamin, daerah asal, tingkat usia, pekerjaan, lama tinggal, frekuensi kunjungan, dan lokasi tinggal selama berada di Bali.

4.2.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa jumlah wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu yang berjenis kelamin perempuan lebih dominan, yaitu sebanyak 18 orang (60%). Sedangkan wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

12 orang (40%). Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang 12 orang (40%). Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang

Tabel 4.2 arakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Responden

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Jumlah

30 orang

4.2.2 Daerah Asal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu berasal dari berbagai daerah, yaitu; Denpasar sebanyak 10 orang (33,3%), Surabaya sebanyak 3 orang (10%), Surakarta sebanyak 2 orang (6,7%), Jakarta sebanyak 2 orang (6,7%), Malang sebanyak 3 orang (10%), Bandung sebanyak 3 orang (10%), Gianyar sebanyak 2 orang (6,6%), Perancis sebanyak 1 orang (3,3%), Belanda sebanyak 2 orang (6,7%), Jerman sebanyak 2 orang (6,7%). Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal

Daerah Asal

Jumlah Responden

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Jumlah

30 orang

4.2.3 Tingkat Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa bila ditinjau dari tingkat usia wisatawan diperoleh hasil wisatawan dari tingkat usia 15-29 tahun sebanyak 11 orang (36,6%), wisatawan dari tingkat usia 30-44 tahun sebanyak 9 orang (30%), tingkat usia 45-64 tahun sebanyak 8 orang (26,7%), dan wisatawan yang berusia diatas 65 tahun sebanyak 2 otang (6,7%). Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia Tingkat Usia

Persentase (Tahun)

Jumlah Responden

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu berasal dari berbagai kalangan profesi. Adapun detailnya adalah sebagai berikut; jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha/ pebisnis sebanyak 5 orang (16,7%), guru/ dosen sebanyak 5 orang (16,7%), seniman/ artis sebanyak 2 orang (6,7%), dokter sebanyak 1 orang (3,3%) orang, pelajar/mahasiswa sebanyak 7 orang (23,3%), pegawai swasta sebanyak 7 orang (23,3%), pensiunan Pegawai Negeri Sipil 2 orang (6,7%), dan ibu rumah tangga sebanyak 1 orang (3,3%). Perbandingan responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) Pengusaha 5 16,7 Guru/ Dosen 5 16,7

Seniman/ Artis 2 6,7 Dokter 1 3,3

Pelajar/Mahasiswa 7 23,3 Pegawai Swasta 7 23,3

Pensiunan PNS 2 6,7 Ibu Rumah Tangga 1 3,3

Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian 2011

4.2.5 Frekuensi Kunjungan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa dilihat dari frekuensi kunjungan responden ke Desa Budaya Kertalangu, sebanyak 9 orang (30%) menyatakan kunjungannya yang pertama kali, 14 orang (46,7%) telah berkunjung sebanyak 2 sampai 5 kali, dan sebanyak 7 orang (23,3%) telah berkunjung lebih dari 5 kali. Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan

Jumlah Responden

2-5 kali

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Jumlah

30 orang

4.2.6 Lama Tinggal (length of stay)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal (length of stay)

Lama Tinggal

Jumlah Responden

Kurang dari 1 minggu

Lebih dari 1 minggu

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Jumlah

30 orang

4.2.7 Lokasi Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa bila ditinjau dari lokasi tinggal selama berada di Bali, maka diperoleh hasil sebagai berikut; 13 orang (43,3%) tinggal di kawasan Denpasar, 5 orang (16,7%) tinggal di kawasan Kuta, 4 orang (13,3%) tinggal di kawasan Nusa Dua, 6 orang (20%) tinggal di kawasan Sanur, dan 2 orang (6,7%) tinggal di kawasan Gianyar. Perbandingan responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari lokasi tinggal selama berada di Bali, dapat dilihat pada Tabel

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Tinggal Lokasi Tinggal

Jumlah Responden

5 16,7 Nusa Dua

100% Sumber: Hasil penelitian 2011

Jumlah

30 orang

4.3 Potensi Desa Budaya Kertalangu Sebagai Usaha Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar

Potensi yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, dapat kita tinjau dari segala hal dan keadaan, baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan. Hal ini sesuai dengan konsep yang diberikan oleh Damardjati yang kemudian dipertegas kembali menjadi dua garis besar sesuai dengan pendapat Pendit, menjadi potensi budaya dan potensi alamiah.

4.3.1 Potensi Budaya

Adapun potensi budaya yang terdapat di Desa Budaya Kertalangu dapat kita lihat dari beberapa fasilitas penunjang serta produk wisata yang dikemas dalam bentuk program-program edukasi bagi para pengunjung untuk menambah wawasan mengenai budaya Bali, khususnya budaya masyarakat Desa Kesiman Kertalangu. Berdasarkan teori the tourist qualities of a destination oleh Burkart & Medlik, potensi budaya tersebut dapat dikategorikan dalam kategori atraksi-atraksi, berupa produk- produk wisata berikut :

a). Seni Arsitektur b). Pementasan seni c). Aktivitas Budaya

Dari hasil wawancara dengan pengelola Desa Budaya Kertalangu, Bapak Dewa Ngurah Rai, mengungkapkan:

“Potensi budaya yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sesungguhnya sangat besar, namun ada beberapa kendala yang kita hadapi. Misalnya untuk kegiatan pertunjukan seni dan lain-lain, belum berjalan sebagaimana mestinya (secara reguler), karena terkendala pasar dan tempat yang kurang representa tif.”

Selanjutnya beliau juga menambahkan mengenai tujuan awal pendirian Desa Budaya Kertalangu sebagai berikut:

“Tujuan kita membuat Desa Budaya (ini) adalah berawal dari pemikiran sederhana yaitu dari cita-cita melakukan konservasi budaya Bali di tengah-

tengah Kota Denpasa r.”

4.3.2 Potensi Alamiah

Desa Budaya Kertalangu memiliki potensi alamiah yang menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para pengunjungnya. Adapun definisi konsep dari potensi alamiah tersebut adalah potensi yang ada di masyarakat, yang berupa potensi fisik dan geografi seperti alam. Potensi alamiah yang sangat jelas terlihat dan menjadi andalan dalam pengemasan produk wisata di Desa Budaya Kertalangu, adalah pertanian dan bentang alam. Pengunjung dapat menikmati potensi alamiah berupa pertanian dan bentang alam dalam berbagai aktivitas yang dikemas dalam produk- produk wisata yang berbentuk atraksi wisata maupun fasilitas yang melengkapinya, seperti:

a). Jogging Track dan menunggang kuda pony. b). Fasilitas Outbound dan lahan edukasi pertanian c). Bale Bengong (gazebo) Potensi yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya