Pengertian Pendidikan Menurut Ahli (1)
Pengertian Pendidikan Menurut Ahli
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan
signifkan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang aaam
dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi
dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkaalitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai
suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di
dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk
lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja beraaal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Taain, “Saya tidak pernah membiarkan
sekolah mengganggu pendidikan saya.”
Baiklah langsung saja kita paparkan beberapa pengertian pendidikan menurut
beberapa sumber.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa defnisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendeaasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Deaantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
meaujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fsik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan
dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahaa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan
oleh orang deaasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedeaasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
Demikian pengertian pendidikan, mudah-mudahan bermanfaat.
[dikutip dari berbagai sumber]
Read more: PENGERTIAN PENDIDIKAN >> Makalah Tentang Pendidikan
7 Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
7Top Ranking
11:57 AM
7Top Info
7 Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa Pengertian Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
diantaranya adalah Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld serta Tujuan
Pendidikan menurut prof dr langeveld dan Pengertian pendidikan menurut
driyarkara
1. Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld
Pendidikan adalah merupakan upaya manusia deaasa membimbing manusia yang
belum deaasa kepada kedeaasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk
melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung
jaaab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan
tanggung jaaab.
2. Tujuan Pendidikan menurut prof dr langeveld
Pendeaasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu : kematangan berpikir, kematangan
emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta
kemampuan pengevaluasian diri.
Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan
pada orang lain dan selalu berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain.
3. Pengertian pendidikan menurut driyarkara
Pendidikan didefnisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. (Driyarkara, Driyarkara Tentang
Pendidikan, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1950, hlm.74.)
4. Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson
Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani
dengan aarisan sosial. Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan adalah
pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan
penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
5. Pengertian pendidikan menurut John Deaey (1978)
Aducation is all one aith groaing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah
segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya
tujuan akhir di balik dirinya).
6. Pengertian pendidikan menurut H.H Horne
Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok
sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan
mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah proses
perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu
lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai
kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
7. Pengertian pendidikan menurut Thedore Brameld
Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat, terutama membaaa aarga masyarakat yang baru
mengenal tanggung jaaab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah
suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah
saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat
tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan
ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang
senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).
PENDIDIKAN FORMAL, INFORMAL DAN NONFORMAL
Bab 1
Pendahuluan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum
dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3.
Bab 2
Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah aahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahaa jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas,
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal
a. Pengertian
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling
banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang
terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus
musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
b. Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi aarga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
c. Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
d. Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung
jaaab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:
•
Pendidikan dimulai dari keluarga
•
Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal
dimulai dari keluarga
•
Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
•
Anak harus dididik dari lahir
Pendidikan formal
Pendidikan non-formal
Pendidikan informal
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
- Kurikulumnya jelas.
- Materi pembelajaran bersifat akademis.
- Proses pendidikannya memakan aaktu yang lama
- Ada ujian formal
- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau saasta.
- Tenaga pengajar memiliki klasifkasi tertentu.
- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
- Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung
- Kadang tidak ada persyaratan khusus.
- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
- Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
- Bersifat praktis dan khusus.
- Pendidikannya berlangsung singkat
- Terkadang ada ujian
- Dapat dilakukan oleh pemerintah atau saasta
- Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
- Tidak ada persyaratan
- Tidak berjenjang
- Tidak ada program yang direncanakan secara formal
- Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
- Tidak ada ujian.
- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.
Bab 3
Penutup
Jalur pendidikan di Indonesia meliputi jalur pendidikan formal, nonformal
dan informal. Ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi.
Seperti sudah dijelaskan bahaa jalur pendidikan adalah aahana yang dilalui peserta
didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Karenanya pemerintah mengundangkan jalur
pendidikan.
Pemerintah mengagas jalur pendidikan ini dikarenakan sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dimana yang menjadi peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu,
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dan pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifkasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, aidyaisaara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau
Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar
dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF);
Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan
sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Pendidikan informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jaaab.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang
setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam aaktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari
pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah
pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan,
dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Ketiga pengertian diatas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan
yang termasuk kkedalam setiap jalur pendidikan tersebut. Berdasarkan ketiga
perdasarkan pengertian itu maka jelaslah bahaa pendidikan non formal tidak
identik baik dengan pendidikan formal maupun dengan pendidikan informal.
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Defnisi - Pendidikan secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Defnisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendeaasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
Artikel ini berjudul (Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Defnisi, Tujuan, Unsur,
Jalur, Faktor)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1)
Unsur-unsur Pendidikan
1. Input
Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat
2. Pendidik
Yaitu pelaku pendidikan
3. Proses
Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
4. Output
Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Tujuan pendidikan
Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep
Mengubah sikap dan persepsi
Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 :
68)
Jalur Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanaaiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai
berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak
untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal
bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu
agar lebih bernilai.
Daftar Pustaka - Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Defnisi, Tujuan, Unsur,
Jalur, Faktor
Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
_______.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Internet available from http://aaa.geocities,com/frans_98/uu/
uu_20_03.htm. Accesed on April 10th 2008
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efsien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan
terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer
ilmu dan keahlian.
Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai
suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara
implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian pendidikan islam
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren
dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara
bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan
saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai
Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam.
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahaa pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu
proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan
sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan
kandungan pendidikan tersebut.1
Dari defnisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu
adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu
” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.
Jadi defnisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan aujud
dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada defnisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan
untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib,
karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian
pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam
istilah ini mancakup juga pendidikan kepada heaan. Menurut Al-Attas Adabun
berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahaa pengetahuan dan aujud
bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan
derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya
dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual,
maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari
pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat
sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan
tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan
adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka.
Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal
tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan
kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok,
komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya
harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang
selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif,
dipujikan serta terpuji.2
Tujuan pendidikan islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakaa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. AlDzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakaa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik
dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang
dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifk menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya
tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan
kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam
tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah teraujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu
menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat
56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Jalal menyatakan bahaa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah
Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua
amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah.
Aspek ibadah merupakan keaajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia
dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat,
tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat,
memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Kesimpulan
Dengan pemaparan defnisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahaa
defnisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia
kepribadian islam yang luhur. Bahaa pendidikan islam bertujuan untuk
menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni
beribadah kepada Allah sat.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi
agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam
rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56
dapat diaplikasikan secara kontiniu…
Pendidikan formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau
Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar
dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF);
Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan
sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Pendidikan informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jaaab.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang
setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam aaktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari
pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah
pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan,
dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Ketiga pengertian diatas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan
yang termasuk kkedalam setiap jalur pendidikan tersebut. Berdasarkan ketiga
perdasarkan pengertian itu maka jelaslah bahaa pendidikan non formal tidak
identik baik dengan pendidikan formal maupun dengan pendidikan informal.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam
berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat
dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari
cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari
berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai
tendensi, emosi, subyektiftas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih,
logis dan obyektif.
Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar,
tidak keliru. Sebelum kita pelajari masalah-masalah mantiq, ada baiknya kita
mengetahui apa yang dimaksud dengan "berpikir". Berpikir adalah proses
pengungkapan sesuatu yang misteri (majhul atau belum diketahui) dengan
mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita (dzihn)
sehingga yang majhul itu menjadi ma'l�m (diketahui).
Faktor-Faktor Kesalahan Berpikir
Hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar.
Susunan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah mantiq
yang benar.
Argumentasi (proses berpikir) dalam alam pikiran manusia bagaikan sebuah
bangunan. Suatu bangunan akan terbentuk sempurna jika tersusun dari bahanbahan dan konstruksi bangunan yang sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila
salah satu dari dua unsur itu tidak terpenuhi, maka bangunan tersebut tidak akan
terbentuk dengan baik dan sempurna. Pada makalah ini saya akan menjelaskan
tentang Defnisi ( Ta’rif ) tentang Ilmu logika atau disebut juga Mantiq
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Ta’rif ( Defnisi ))
2.
Ada berapa macam atau bagian dari Ta’rif )
3.
Apa Syarat-syarat Ta’rif )
4.
Bagaimana Ta’rif (Defnisi) Dalam Wacana Para Ahli Logika dan Filosof )
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TA’RIF (DEFINISI)
Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Takrif
disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian,
takrif menyangkut adanya sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan
cara menjelaskannya.
Al-Jurzani menjelaskan pengertian takrif sebagai berikut:
َ ْئ
آخ ٍر
َ عِ َب
ٍ ْئ َتسْ َت ْل ِز ُم َمعْ ِر َف ْت ُه َمعْ ِر َف َة َشي
ٍ ارةٌ َعنْ ِذ ْك ِر َشي
“Takrif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya
akan melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif juga disebut al-had, yaitu
ْئ
ِ َق ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِه َي ِة ال َشي
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami
maknanya dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang
menjadi pokok bahasan mantik. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan
pembentukan takrif, yaitu kulliyah al-Khams.
Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif atau defnisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara
jelas dan terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu
mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif
tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan dan defnisi.
B.
PEMBAGIAN TA’RIF
Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1)
Ta’rif Had
Ta’rif dengan had, adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz kulli jins dan
fashl. Contoh: Manusia adalah heaan yang berfkir.
Heaan adalah jins dan berfkir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had ada 2, yaitu ta’rif had tam dan ta’rif had naqish
a)
Ta’rif Had Tam
ْن
َ س َو ْال َف
ِ ص ِل ال َق ِر ْي َبي
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis qarib
dan fashal qarib.”
Contoh: Manusia adalah heaan yang dapat berfkir (al-insan hayaaan al-nathiq)
Heaan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di baaahnya.
Sedangkan dapat berfkir adalah fashal qarib baginya.
b)
Ta’rif Had Naqish
ب َف َق ْط
ِ ص ِل ال َق ِر ْي
ِ ص ِل ال َق ِر ْي
َ ب اَ ْو ِب ْال َف
َ س ال َب ِع ْي ِد َو ْال َف
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis ba’id
dan fashal qarib, atau hanya fashal qarib.”
Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfkir ( al-insan jism al-nathiq).
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan
dapat berfkir adalah fashl qarib baginya.
Contoh: Manusia adalah yang dapat berfkir (hanya fashal qarib saja).
2)
Ta’rif Rasm
Ta’rif dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh:
Manusia adalah heaan yang dapat tertaaa.
Heaan adalah jins dan tertaaa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm ada 2, yaitu ta’rif rasm tam dan ta’rif rasm naqish
a)
Ta’rif Rasm Tam
ص ِة
َ ب َو ْال َخا
ِ س ال َق ِر ْي
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis qarib
dan khashah.”
Contoh: Manusia adalah heaan yang mampu belajar kitab.
Heaan adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan
mampu belajar kitab adalah khashah baginya.
b)
Ta’rif Rasm Naqish
ص ِة َف َق ْط
َ ص ِة اَ ْو ِب ْال َخا
َ س ال َب ِع ْي ِد َو ْال َخا
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis ba’id
dan khashah atau dengan khashah saja.”
Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketaaa.
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan
bisa tertaaa adalah khashah baginya.
Contoh: Manusia adalah yang tertaaa.(dengan khashah saja)
3)
Ta’rif dengan Lafadz
ض ُح ِم ْن ُه
َ ْئ ِبالَ ْفظِ اَ ْو
ِ َتب ِْييْنُ ال َشي
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan kata
muradif (sinonim) yang lebih jelas dari mu’arraf.”
Contoh:
ْال َي َر ُع ه َُو ْال َق َل ُم
“Sesuatu yang menyerupai bambu runcing adalah pena.”
ْال َغ َن َف ُر ه َُو الَ َس ُد
“Singa jantan adalah singa.”
4)
Ta’rif dengan Mitsal
ََْئ ِب ِم َثالِ ِه
ِ ب ِْييْنُ ال َشي
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan
contohnya.”
Contoh: subjek (fail) itu seperti “mahasisaa” dalam ucapan “mahasisaa telah
datang”.
C.
SYARAT-SYARAT TA’RIF
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi, antara
lain:
1)
Ta’rif harus jami’ mani’ (muththarid mun’akis)
Secara lughaai, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ adalah melarang. Dalam
ilmu mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang dita’rifkan ke dalam
ta’rif. Sedangkan mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari
yang dita’rifkan ke dalam ta’rif tersebut. Oleh Karena itu, ta’rif tidak boleh lebih
umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh:
Manusia adalah heaan yang berakal.
2) Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an yakuna audlah min al-mu’raf).
3) Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif
tidak dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (defnisi), jika
keadaannya tidak sama dengan yang didefnisikan.
4) Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan
oleh yang dita’rif (an yakuna khaliyan min al-daaar).
5) Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazi dan kata yang mngandung banyak
makna (an yakuna khaliyan min al-majaz aa al-musytarakat).
D.
TA’RIF (DEFINISI) DALAM WACANA PARA AHLI LOGIKA DAN FILOSOF
Dalam kaitannya dengan klasifkasi ta’rif (defnisi) dan kriterianya seperti tersebut
di atas, maka para ahli logika berpendapat bahaa hal-hal yang tidak boleh
dimasukkan ke dalam ta’rif (defnisi) adalah sebagai berikut:
1)
Masalah hukum
Hal ini tidak bisa dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif (defnisi) had, baik ta’rif had
tam maupun had naqish. Contoh:
Tarkib HAL ( )حالadalah isim yang dibaca nashab yang menjelaskan tentang prilaku
dan keadaan.
Defnisi seperti ini, tidak dibenarkan oleh para ahli logika, sebab nashob adalah
masalah hukum dari suatu struktur kalimat atau tarkib dalam istilah ilmu nahau.
2)
Masalah lafal AW ()او, yang biasa dipakai untuk pembagian (taqsim / ( ِل َت ْقسِ ي ٍْم َو َت َن ُو ٍع
Hal ini tidak boleh dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif (defnisi) had, baik ta’rif had
tam maupun had naqish. Akan tetapi boleh dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif
(defnisi) rosm, baik rosm tam maupun rosm naqish. Contoh:
i). lafal AW tidak boleh masuk ailayah ta’rif had, seperti:
manusia adalah binatang atau heaan yang berfkir atau tertaaa atau bisa
berbicara.
ii). Lafal AW dalam ta’rif rosm, seperti:
manusia adalah heaan yang bisa tertaaa atau menangis atau berfkir.
Dengan demikian, para ahli logika berpendapat bahaa defnisi yang dianggap
paling sempurna adalah ta’rif had tam. Sekalipun demikian, para flosof
berpendapat bahaa untuk mendapatkan defnisi had tam dari segala sesuatu itu,
harus mengenal lebih dahulu esensi segala sesuatu tersebut, sebab apa saja yang
dianggap sebagai had tam, misalnya dalam mendefnisikan manusia dan
sebagainya, tidak akan terlepas dari berbagai macam kemungkinan sebagai salah
satu pilihan dan kelonggaran.
Oleh sebab itu, criteria yang telah dibuat oleh para ahli logika tentang had tam
akan kehilangan nilai yang sebenarnya, lantaran sifat pesimistis para flosof
terhadap had tam yang hakikatnya menjadi tanggung jaaab mereka.
BAB III
KESIMPULAN
a.
Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu.
Takrif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan) atau al-had, yaitu
ْئ
ِ َق ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِه َي ِة ال َشي
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Sedangkan ta’rif secara mantiki adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan
maupun lisan, yang dengannya diperoleh yang jelas tentang sesuatu yang
diterangkan / diperkenalkan.
b.
Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ta’rif had (tam dan naqish), ta’rif rasm
(tam dan naqish), ta’rif dengan lafadz dan ta’rif dengan mitsal.
c.
Syarat-syarat ta’rif, yaitu harus jami’ mani’, harus lebih jelas dari yang
dita’rifkan, harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan, tidak berputarputar, bebas dari penggunaan kata majazi dan kata yang mngandung banyak
makna.
d.
Dalam kaitannya dengan klasifkasi ta’rif (defnisi) dan kriterianya seperti
tersebut di atas, maka para ahli logika berpendapat bahaa hal-hal yang tidak boleh
dimasukkan ke dalam ta’rif (defnisi), yaitu masalah hukum dan masalah lafal AW (
)او, yang biasa dipakai untuk pembagian (taqsim / ( لِ َت ْقسِ ي ٍْم َو َت َنوُ ٍع.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Secara Umum dan Dalam Pandangan
Islam
BAB I
DEFINISI PENDIDIKAN
A.
Definisi Pendidikan Secara Umum
Defnisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
1) Menurut Juhn Deaey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan
orang deaasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini
melibatkan pengaaasan dan perkembangan dari orang yang belum deaasa dan
kelompok dimana dia hidup.
(A. Yunus, 1999 : 7)
2)
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang
secara fsik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
(A. Yunus, 1999 : 7)
3)
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan
yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan
behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang
dilakukan oleh sesorang.
(A. Yunus, 1999 : 7-8)
4)
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi
adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang deaasa dengan anak-anak
merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
(A. Yunus, 1999 :
B.
Definisi Pendidikan Menurut Islam
1. Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu
adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan
adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi
suatu ilmu bukanlah hanya teori.
(Nur Uhbiyati, 1998)
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan
fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang
untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
(petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai
fenomena adalah peristiaa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau
keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian
ini harus bernafaskan atau dijiaai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber
dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
2.
a.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan
pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang
nyata.” (Q.S 31:13)
Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak)
1)
Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan)
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut,
bertingkah laku positif.
Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R
Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan
kepadanya.” (H.R Ibnu Babaaaih dan Ibnu Asakir)
2)
Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin
Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan
katakan bahaa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti
beli roti.
3)
Memanfaatkan momen religious
Seperti Sholat bersama, taraaih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum
bareng.
4)
Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah
Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “
anak yang jujur disayang Allah”.
5)
Beri teladan
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan
orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
6)
Kreatif dan terus belajar
Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan
pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak
malah kita harus dengan bijaksana menjaaab segala pertanyaannya dengan
mengikuti perkembangan anak.
b.
Pendidikan Akhlak
Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
Rasulullah saa bersabda:
”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh
tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh
tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak :
1)
Penuhilah kebutuhan emosinya
Dengan mengungkapkan emosi leaat cara yang baik. Hindari mengekspresikan
emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying
sepenuhnya, agar anak merasakan bahaa ia mendapatkan dukungan.
Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R
Bukhari)
2)
Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42)
Seperti bahaa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin
itu baik.
3)
Memenuhi janji
Hadits Rasulullah :”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah
janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi
rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)
4)
Meminta maaf jika melakukan kesalahan
5)
Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.
6)
Mengajak anak mengunjungi kerabat
c.
Pendidikan intelektual
Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses
kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.
Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut
Piagetseorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang
terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode
dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu:
1)
Periode 1, 0 tahun - 2 tahun (sensori motorik)
Mengorganisasikan tingkah laku fsik seperti menghisap, menggenggam dan
memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat
suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah.
2)
Periode 2, 2 tahun - 7 tahun (berpikir Pra Operasional)
Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan
mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.
Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya.
3)
Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional)
Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik
Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT
tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.
4)
Periode 4, 11 tahun- Deaasa (Formal Operasional)
Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep
d.
Pendidikan fsik
Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi aaktu tidur dan
aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fsiknya baik dan mampu melakukan
aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah
“ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR.
Thabrani)
e.
Pendidikan Psikis
“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.” (QS. 3:139)
1)
Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying,
pengertian, berperilaku santun dan bijak.
2)
Menumbuhkan rasa percaya diri
3)
Memberikan semangat tidak melemahkan
C.
Definisi Pendidikan Menurut Perseektif Nasional
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk menstranfer
sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek
didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem
pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu.
Rumusan pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang
Dasar dan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundangundangan itu pandangan flosofs suatu bangsa di antaranya tercermin dalam
sistem pendidikan yang dijalankan.
Bagi bangsa Indonesia, pandangan flosofs mengenai pendidikan dapat dilihat pada
tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 paragraf keempat. Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian secara terperinci dipertegas lagi
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN
A.
Tujuan Pendidikan Pancasila
Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan UndangUndang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983
merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan ,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
(A. Yunus, 1998 : 165)
B.
Tujuan Umum Pendidikan Manusia
1.
Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) T
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan
signifkan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang aaam
dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi
dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkaalitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai
suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di
dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk
lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja beraaal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Taain, “Saya tidak pernah membiarkan
sekolah mengganggu pendidikan saya.”
Baiklah langsung saja kita paparkan beberapa pengertian pendidikan menurut
beberapa sumber.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa defnisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendeaasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Deaantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
meaujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fsik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan
dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahaa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan
oleh orang deaasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedeaasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
Demikian pengertian pendidikan, mudah-mudahan bermanfaat.
[dikutip dari berbagai sumber]
Read more: PENGERTIAN PENDIDIKAN >> Makalah Tentang Pendidikan
7 Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
7Top Ranking
11:57 AM
7Top Info
7 Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa Pengertian Defnisi Pendidikan Menurut Para Ahli
diantaranya adalah Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld serta Tujuan
Pendidikan menurut prof dr langeveld dan Pengertian pendidikan menurut
driyarkara
1. Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld
Pendidikan adalah merupakan upaya manusia deaasa membimbing manusia yang
belum deaasa kepada kedeaasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk
melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung
jaaab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan
tanggung jaaab.
2. Tujuan Pendidikan menurut prof dr langeveld
Pendeaasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu : kematangan berpikir, kematangan
emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta
kemampuan pengevaluasian diri.
Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan
pada orang lain dan selalu berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain.
3. Pengertian pendidikan menurut driyarkara
Pendidikan didefnisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. (Driyarkara, Driyarkara Tentang
Pendidikan, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1950, hlm.74.)
4. Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson
Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani
dengan aarisan sosial. Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan adalah
pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan
penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
5. Pengertian pendidikan menurut John Deaey (1978)
Aducation is all one aith groaing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah
segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya
tujuan akhir di balik dirinya).
6. Pengertian pendidikan menurut H.H Horne
Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok
sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan
mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah proses
perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu
lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai
kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
7. Pengertian pendidikan menurut Thedore Brameld
Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat, terutama membaaa aarga masyarakat yang baru
mengenal tanggung jaaab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah
suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah
saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat
tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan
ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang
senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).
PENDIDIKAN FORMAL, INFORMAL DAN NONFORMAL
Bab 1
Pendahuluan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum
dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3.
Bab 2
Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah aahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahaa jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas,
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal
a. Pengertian
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling
banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang
terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus
musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
b. Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi aarga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
c. Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
d. Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung
jaaab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:
•
Pendidikan dimulai dari keluarga
•
Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal
dimulai dari keluarga
•
Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
•
Anak harus dididik dari lahir
Pendidikan formal
Pendidikan non-formal
Pendidikan informal
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
- Kurikulumnya jelas.
- Materi pembelajaran bersifat akademis.
- Proses pendidikannya memakan aaktu yang lama
- Ada ujian formal
- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau saasta.
- Tenaga pengajar memiliki klasifkasi tertentu.
- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
- Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung
- Kadang tidak ada persyaratan khusus.
- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
- Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
- Bersifat praktis dan khusus.
- Pendidikannya berlangsung singkat
- Terkadang ada ujian
- Dapat dilakukan oleh pemerintah atau saasta
- Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
- Tidak ada persyaratan
- Tidak berjenjang
- Tidak ada program yang direncanakan secara formal
- Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
- Tidak ada ujian.
- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.
Bab 3
Penutup
Jalur pendidikan di Indonesia meliputi jalur pendidikan formal, nonformal
dan informal. Ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi.
Seperti sudah dijelaskan bahaa jalur pendidikan adalah aahana yang dilalui peserta
didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Karenanya pemerintah mengundangkan jalur
pendidikan.
Pemerintah mengagas jalur pendidikan ini dikarenakan sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dimana yang menjadi peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu,
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dan pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifkasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, aidyaisaara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau
Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar
dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF);
Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan
sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Pendidikan informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jaaab.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang
setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam aaktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari
pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah
pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan,
dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Ketiga pengertian diatas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan
yang termasuk kkedalam setiap jalur pendidikan tersebut. Berdasarkan ketiga
perdasarkan pengertian itu maka jelaslah bahaa pendidikan non formal tidak
identik baik dengan pendidikan formal maupun dengan pendidikan informal.
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Defnisi - Pendidikan secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Defnisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendeaasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
Artikel ini berjudul (Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Defnisi, Tujuan, Unsur,
Jalur, Faktor)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk meaujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1)
Unsur-unsur Pendidikan
1. Input
Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat
2. Pendidik
Yaitu pelaku pendidikan
3. Proses
Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
4. Output
Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Tujuan pendidikan
Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep
Mengubah sikap dan persepsi
Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 :
68)
Jalur Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanaaiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai
berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak
untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal
bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu
agar lebih bernilai.
Daftar Pustaka - Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Defnisi, Tujuan, Unsur,
Jalur, Faktor
Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
_______.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Internet available from http://aaa.geocities,com/frans_98/uu/
uu_20_03.htm. Accesed on April 10th 2008
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efsien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan
terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer
ilmu dan keahlian.
Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai
suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara
implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian pendidikan islam
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren
dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara
bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan
saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai
Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam.
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahaa pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu
proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan
sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan
kandungan pendidikan tersebut.1
Dari defnisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu
adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu
” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.
Jadi defnisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan aujud
dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada defnisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan
untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib,
karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian
pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam
istilah ini mancakup juga pendidikan kepada heaan. Menurut Al-Attas Adabun
berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahaa pengetahuan dan aujud
bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan
derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya
dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual,
maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari
pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat
sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan
tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan
adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka.
Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal
tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan
kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok,
komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya
harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang
selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif,
dipujikan serta terpuji.2
Tujuan pendidikan islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakaa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. AlDzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakaa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik
dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang
dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifk menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya
tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan
kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam
tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah teraujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu
menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat
56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Jalal menyatakan bahaa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah
Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua
amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah.
Aspek ibadah merupakan keaajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia
dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat,
tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat,
memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Kesimpulan
Dengan pemaparan defnisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahaa
defnisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia
kepribadian islam yang luhur. Bahaa pendidikan islam bertujuan untuk
menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni
beribadah kepada Allah sat.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi
agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam
rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56
dapat diaplikasikan secara kontiniu…
Pendidikan formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau
Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar
dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF);
Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan
sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Pendidikan informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jaaab.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang
setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam aaktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari
pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah
pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan,
dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Ketiga pengertian diatas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan
yang termasuk kkedalam setiap jalur pendidikan tersebut. Berdasarkan ketiga
perdasarkan pengertian itu maka jelaslah bahaa pendidikan non formal tidak
identik baik dengan pendidikan formal maupun dengan pendidikan informal.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam
berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat
dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari
cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari
berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai
tendensi, emosi, subyektiftas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih,
logis dan obyektif.
Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar,
tidak keliru. Sebelum kita pelajari masalah-masalah mantiq, ada baiknya kita
mengetahui apa yang dimaksud dengan "berpikir". Berpikir adalah proses
pengungkapan sesuatu yang misteri (majhul atau belum diketahui) dengan
mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita (dzihn)
sehingga yang majhul itu menjadi ma'l�m (diketahui).
Faktor-Faktor Kesalahan Berpikir
Hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar.
Susunan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah mantiq
yang benar.
Argumentasi (proses berpikir) dalam alam pikiran manusia bagaikan sebuah
bangunan. Suatu bangunan akan terbentuk sempurna jika tersusun dari bahanbahan dan konstruksi bangunan yang sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila
salah satu dari dua unsur itu tidak terpenuhi, maka bangunan tersebut tidak akan
terbentuk dengan baik dan sempurna. Pada makalah ini saya akan menjelaskan
tentang Defnisi ( Ta’rif ) tentang Ilmu logika atau disebut juga Mantiq
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Ta’rif ( Defnisi ))
2.
Ada berapa macam atau bagian dari Ta’rif )
3.
Apa Syarat-syarat Ta’rif )
4.
Bagaimana Ta’rif (Defnisi) Dalam Wacana Para Ahli Logika dan Filosof )
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TA’RIF (DEFINISI)
Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Takrif
disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian,
takrif menyangkut adanya sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan
cara menjelaskannya.
Al-Jurzani menjelaskan pengertian takrif sebagai berikut:
َ ْئ
آخ ٍر
َ عِ َب
ٍ ْئ َتسْ َت ْل ِز ُم َمعْ ِر َف ْت ُه َمعْ ِر َف َة َشي
ٍ ارةٌ َعنْ ِذ ْك ِر َشي
“Takrif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya
akan melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif juga disebut al-had, yaitu
ْئ
ِ َق ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِه َي ِة ال َشي
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami
maknanya dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang
menjadi pokok bahasan mantik. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan
pembentukan takrif, yaitu kulliyah al-Khams.
Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif atau defnisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara
jelas dan terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu
mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif
tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan dan defnisi.
B.
PEMBAGIAN TA’RIF
Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1)
Ta’rif Had
Ta’rif dengan had, adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz kulli jins dan
fashl. Contoh: Manusia adalah heaan yang berfkir.
Heaan adalah jins dan berfkir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had ada 2, yaitu ta’rif had tam dan ta’rif had naqish
a)
Ta’rif Had Tam
ْن
َ س َو ْال َف
ِ ص ِل ال َق ِر ْي َبي
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis qarib
dan fashal qarib.”
Contoh: Manusia adalah heaan yang dapat berfkir (al-insan hayaaan al-nathiq)
Heaan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di baaahnya.
Sedangkan dapat berfkir adalah fashal qarib baginya.
b)
Ta’rif Had Naqish
ب َف َق ْط
ِ ص ِل ال َق ِر ْي
ِ ص ِل ال َق ِر ْي
َ ب اَ ْو ِب ْال َف
َ س ال َب ِع ْي ِد َو ْال َف
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis ba’id
dan fashal qarib, atau hanya fashal qarib.”
Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfkir ( al-insan jism al-nathiq).
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan
dapat berfkir adalah fashl qarib baginya.
Contoh: Manusia adalah yang dapat berfkir (hanya fashal qarib saja).
2)
Ta’rif Rasm
Ta’rif dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh:
Manusia adalah heaan yang dapat tertaaa.
Heaan adalah jins dan tertaaa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm ada 2, yaitu ta’rif rasm tam dan ta’rif rasm naqish
a)
Ta’rif Rasm Tam
ص ِة
َ ب َو ْال َخا
ِ س ال َق ِر ْي
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis qarib
dan khashah.”
Contoh: Manusia adalah heaan yang mampu belajar kitab.
Heaan adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan
mampu belajar kitab adalah khashah baginya.
b)
Ta’rif Rasm Naqish
ص ِة َف َق ْط
َ ص ِة اَ ْو ِب ْال َخا
َ س ال َب ِع ْي ِد َو ْال َخا
ِ اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْال ْ ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan jenis ba’id
dan khashah atau dengan khashah saja.”
Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketaaa.
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan
bisa tertaaa adalah khashah baginya.
Contoh: Manusia adalah yang tertaaa.(dengan khashah saja)
3)
Ta’rif dengan Lafadz
ض ُح ِم ْن ُه
َ ْئ ِبالَ ْفظِ اَ ْو
ِ َتب ِْييْنُ ال َشي
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan kata
muradif (sinonim) yang lebih jelas dari mu’arraf.”
Contoh:
ْال َي َر ُع ه َُو ْال َق َل ُم
“Sesuatu yang menyerupai bambu runcing adalah pena.”
ْال َغ َن َف ُر ه َُو الَ َس ُد
“Singa jantan adalah singa.”
4)
Ta’rif dengan Mitsal
ََْئ ِب ِم َثالِ ِه
ِ ب ِْييْنُ ال َشي
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefnisikan) dengan menggunakan
contohnya.”
Contoh: subjek (fail) itu seperti “mahasisaa” dalam ucapan “mahasisaa telah
datang”.
C.
SYARAT-SYARAT TA’RIF
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi, antara
lain:
1)
Ta’rif harus jami’ mani’ (muththarid mun’akis)
Secara lughaai, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ adalah melarang. Dalam
ilmu mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang dita’rifkan ke dalam
ta’rif. Sedangkan mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari
yang dita’rifkan ke dalam ta’rif tersebut. Oleh Karena itu, ta’rif tidak boleh lebih
umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh:
Manusia adalah heaan yang berakal.
2) Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an yakuna audlah min al-mu’raf).
3) Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif
tidak dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (defnisi), jika
keadaannya tidak sama dengan yang didefnisikan.
4) Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan
oleh yang dita’rif (an yakuna khaliyan min al-daaar).
5) Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazi dan kata yang mngandung banyak
makna (an yakuna khaliyan min al-majaz aa al-musytarakat).
D.
TA’RIF (DEFINISI) DALAM WACANA PARA AHLI LOGIKA DAN FILOSOF
Dalam kaitannya dengan klasifkasi ta’rif (defnisi) dan kriterianya seperti tersebut
di atas, maka para ahli logika berpendapat bahaa hal-hal yang tidak boleh
dimasukkan ke dalam ta’rif (defnisi) adalah sebagai berikut:
1)
Masalah hukum
Hal ini tidak bisa dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif (defnisi) had, baik ta’rif had
tam maupun had naqish. Contoh:
Tarkib HAL ( )حالadalah isim yang dibaca nashab yang menjelaskan tentang prilaku
dan keadaan.
Defnisi seperti ini, tidak dibenarkan oleh para ahli logika, sebab nashob adalah
masalah hukum dari suatu struktur kalimat atau tarkib dalam istilah ilmu nahau.
2)
Masalah lafal AW ()او, yang biasa dipakai untuk pembagian (taqsim / ( ِل َت ْقسِ ي ٍْم َو َت َن ُو ٍع
Hal ini tidak boleh dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif (defnisi) had, baik ta’rif had
tam maupun had naqish. Akan tetapi boleh dimasukkan ke dalam ailayah ta’rif
(defnisi) rosm, baik rosm tam maupun rosm naqish. Contoh:
i). lafal AW tidak boleh masuk ailayah ta’rif had, seperti:
manusia adalah binatang atau heaan yang berfkir atau tertaaa atau bisa
berbicara.
ii). Lafal AW dalam ta’rif rosm, seperti:
manusia adalah heaan yang bisa tertaaa atau menangis atau berfkir.
Dengan demikian, para ahli logika berpendapat bahaa defnisi yang dianggap
paling sempurna adalah ta’rif had tam. Sekalipun demikian, para flosof
berpendapat bahaa untuk mendapatkan defnisi had tam dari segala sesuatu itu,
harus mengenal lebih dahulu esensi segala sesuatu tersebut, sebab apa saja yang
dianggap sebagai had tam, misalnya dalam mendefnisikan manusia dan
sebagainya, tidak akan terlepas dari berbagai macam kemungkinan sebagai salah
satu pilihan dan kelonggaran.
Oleh sebab itu, criteria yang telah dibuat oleh para ahli logika tentang had tam
akan kehilangan nilai yang sebenarnya, lantaran sifat pesimistis para flosof
terhadap had tam yang hakikatnya menjadi tanggung jaaab mereka.
BAB III
KESIMPULAN
a.
Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu.
Takrif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan) atau al-had, yaitu
ْئ
ِ َق ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِه َي ِة ال َشي
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Sedangkan ta’rif secara mantiki adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan
maupun lisan, yang dengannya diperoleh yang jelas tentang sesuatu yang
diterangkan / diperkenalkan.
b.
Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ta’rif had (tam dan naqish), ta’rif rasm
(tam dan naqish), ta’rif dengan lafadz dan ta’rif dengan mitsal.
c.
Syarat-syarat ta’rif, yaitu harus jami’ mani’, harus lebih jelas dari yang
dita’rifkan, harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan, tidak berputarputar, bebas dari penggunaan kata majazi dan kata yang mngandung banyak
makna.
d.
Dalam kaitannya dengan klasifkasi ta’rif (defnisi) dan kriterianya seperti
tersebut di atas, maka para ahli logika berpendapat bahaa hal-hal yang tidak boleh
dimasukkan ke dalam ta’rif (defnisi), yaitu masalah hukum dan masalah lafal AW (
)او, yang biasa dipakai untuk pembagian (taqsim / ( لِ َت ْقسِ ي ٍْم َو َت َنوُ ٍع.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Secara Umum dan Dalam Pandangan
Islam
BAB I
DEFINISI PENDIDIKAN
A.
Definisi Pendidikan Secara Umum
Defnisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
1) Menurut Juhn Deaey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan
orang deaasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini
melibatkan pengaaasan dan perkembangan dari orang yang belum deaasa dan
kelompok dimana dia hidup.
(A. Yunus, 1999 : 7)
2)
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang
secara fsik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
(A. Yunus, 1999 : 7)
3)
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan
yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan
behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang
dilakukan oleh sesorang.
(A. Yunus, 1999 : 7-8)
4)
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi
adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang deaasa dengan anak-anak
merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
(A. Yunus, 1999 :
B.
Definisi Pendidikan Menurut Islam
1. Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu
adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan
adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi
suatu ilmu bukanlah hanya teori.
(Nur Uhbiyati, 1998)
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan
fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang
untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
(petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai
fenomena adalah peristiaa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau
keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian
ini harus bernafaskan atau dijiaai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber
dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
2.
a.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan
pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang
nyata.” (Q.S 31:13)
Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak)
1)
Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan)
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut,
bertingkah laku positif.
Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R
Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan
kepadanya.” (H.R Ibnu Babaaaih dan Ibnu Asakir)
2)
Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin
Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan
katakan bahaa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti
beli roti.
3)
Memanfaatkan momen religious
Seperti Sholat bersama, taraaih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum
bareng.
4)
Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah
Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “
anak yang jujur disayang Allah”.
5)
Beri teladan
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan
orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
6)
Kreatif dan terus belajar
Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan
pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak
malah kita harus dengan bijaksana menjaaab segala pertanyaannya dengan
mengikuti perkembangan anak.
b.
Pendidikan Akhlak
Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
Rasulullah saa bersabda:
”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh
tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh
tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak :
1)
Penuhilah kebutuhan emosinya
Dengan mengungkapkan emosi leaat cara yang baik. Hindari mengekspresikan
emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying
sepenuhnya, agar anak merasakan bahaa ia mendapatkan dukungan.
Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R
Bukhari)
2)
Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42)
Seperti bahaa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin
itu baik.
3)
Memenuhi janji
Hadits Rasulullah :”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah
janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi
rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)
4)
Meminta maaf jika melakukan kesalahan
5)
Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.
6)
Mengajak anak mengunjungi kerabat
c.
Pendidikan intelektual
Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses
kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.
Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut
Piagetseorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang
terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode
dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu:
1)
Periode 1, 0 tahun - 2 tahun (sensori motorik)
Mengorganisasikan tingkah laku fsik seperti menghisap, menggenggam dan
memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat
suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah.
2)
Periode 2, 2 tahun - 7 tahun (berpikir Pra Operasional)
Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan
mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.
Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya.
3)
Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional)
Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik
Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT
tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.
4)
Periode 4, 11 tahun- Deaasa (Formal Operasional)
Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep
d.
Pendidikan fsik
Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi aaktu tidur dan
aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fsiknya baik dan mampu melakukan
aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah
“ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR.
Thabrani)
e.
Pendidikan Psikis
“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.” (QS. 3:139)
1)
Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying,
pengertian, berperilaku santun dan bijak.
2)
Menumbuhkan rasa percaya diri
3)
Memberikan semangat tidak melemahkan
C.
Definisi Pendidikan Menurut Perseektif Nasional
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk menstranfer
sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek
didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem
pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu.
Rumusan pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang
Dasar dan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundangundangan itu pandangan flosofs suatu bangsa di antaranya tercermin dalam
sistem pendidikan yang dijalankan.
Bagi bangsa Indonesia, pandangan flosofs mengenai pendidikan dapat dilihat pada
tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 paragraf keempat. Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian secara terperinci dipertegas lagi
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN
A.
Tujuan Pendidikan Pancasila
Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan UndangUndang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983
merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan ,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
(A. Yunus, 1998 : 165)
B.
Tujuan Umum Pendidikan Manusia
1.
Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) T