MATA KULIAH KOMUNIKASI BUDAYA LOKAL

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH
KOMUNIKASI BUDAYA LOKAL
Dosen: Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si,
Artikel: Komunikasi Lintas Budaya, Solusi Kegaduhan Bangsa

NAMA

: SIDIK PRAMONO

NIM

: 157 1600 319

PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
2016
0

Komunikasi Lintas Budaya, Solusi Kegaduhan Bangsa

(Sidik Pramono/Mahasiswa Mikom UBL/157 1600 319)
Belakangan ini permasalahan bangsa Indonesia tidak pernah surut dari dua hal yakni
masalah konflik dan korupsi. Setiap hari di berbagai media massa, dua hal itu selalu muncul
dan kerap ditonjolkan. Pasalnya, dua hal tersebut menjadi bacaan dan tontotan yang hangat
dan bahkan bisa menjadi trending topic di berbagai media sosial. Bahkan kedua hal itu
seakan mengabaikan masalah bangsa lainnya yang sebenarnya tidak kalah menarik seperti
masalah kemiskinan dan pengangguran.
Berita-berita konflik menjadi hal yang menarik ketika yang menjadi isu sentral
konflik tersebut ialah pejabat pemerintah yang satu dan yang lainnya. Bahkan, tidak jarang
pada berita-berita konflik itu dibumbui hal-hal yang membuat konflik semakin meningkat
dan membawa emosi pada tiap-tiap pendukungnya. Yang ekstrem lagi, konflik-konflik yang
muncul itu juga dibumbui dengan isu-isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Kasus konflik yang masih hangat dan baru-baru ini terjadi misalnya konflik antara
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Aziz dan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Konflik itu bermula dari adanya dugaan korupsi pada kasus
rumah sakit (RS) Sumber Waras oleh kebijakan Ahok. Itu berdasarkan pemeriksaan BPK
terhadap RS Sumber Waras yang menyatakan akibat penggelembungan, telah terjadi
kerugian negara sekitar Rp191 miliar. Atas dugaan tersebut, Ahok pun kemudian dipanggil
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk diperiksa. (Media Indonesia, 13 April
2016)

Dalam kasus itu, Ahok berbantahan dengan Ketua BPK Harry Azhar Azis sehingga
terjadi konflik hingga beberapa kali pada media massa. Ahok sempat mengeluarkan
statement bahwa audit BPK itu ngaco. Dia menilai pemeriksaan BPK terhadap RS Sumber
Waras yang menyebutkan terjadi kerugian negara sekitar Rp191 miliar tidak dapat dipercaya.
Harry Azhar Azis pun meradang, dan ia menantang Ahok untuk membuktikan hasil laporan
pemeriksaan audit investigasi pengadaan lahan di RS Sumber Waras yang dikatakan ngaco
tersebut di pengadilan.
Hal kedua yang juga jadi masalah sekarang ini yaitu permasalahan korupsi. Korupsi
rasanya sudah begitu membudaya dan menggurita di kalangan masyarakat Indonesia hampir
pada semua level. Bahkan setiap bulan, selalu saja ada pejabat baik pejabat di pusat maupun

1

pejabat di daerah yang ditangkap oleh KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT) secara
mendadak.
Terakhir misalnya, masih terkait dengan DKI Jakarta yakni OTT yang dilakukan oleh
KPK terhadap Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta yang juga Ketua Komisi D
DPRD DKI M Sanusi pada Kamis (31/3) malam. Sanusi menerima suap di sebuah pusat
perbelanjaan dengan barang bukti Rp1,140 miliar dan Rp140 juta. Suap yang diterima dari
pihak swasta PT Agung Podomoro Land (APL) itu terkait dengan pembahasan rancangan

peraturan daerah (Raperda) zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada bagian pantai
utara Jakarta dan Raperda Tata Ruang Strategis Jakarta Utara. Kasus korupsi ini semakin
santer karena digadang-gadang bisa menyeret para pejabat di lingkungan Pemprov DKI
Jakarta dan DPRD DKI.
Dari kedua hal tersebut, seakan bangsa Indonesia lupa terhadap kondisi bangsa
Indonesia sekarang ini. Meski pertumbuhan ekonomi kelihatan membaik saat ini di tangan
Presiden Joko Wido dan Wapres Jusuf Kalla, kita tidak menutup mata terhadap kondisi sosial
bangsa Indonesia belakangan ini yaitu kemiskinan dan pengangguran. Ini misalnya,
terungkap ketika terjadi penggusuran oleh Gubernur DKI Jakarta Ahok di kawasan Pasar
Ikan, Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 14 April 2016.
Di situ sangat terlihat dengan jelas kondisi masyarakat Indonesia di tengah hiruk
pikuk konflik pejabat dan korupsi yang membudaya, ternyata masih banyak yang di bawah
garis kemiskinan. Ketika rumah tempat mereka bermukim hingga puluhan tahun akhirnya
dibumiratakan dalam waktu seharian. Banyak dari warga di sekitar Pasar Ikan yang menjerit
dan menangis sedih. Pasalnya, hanya itulah tempat mereka berlindung dari hujan dan terik
panas. Mereka akhirnya terpaksa harus tidur di perahu-perahu nelayan lantaran tidak
mendapatkan tempat tinggal di rumah susun akibat tidak memiliki KTP DKI Jakarta. Di
antara mereka pun, banyak kehilangan pekerjaan akibat penggusuran tersebut, karena
kehilangan tempat usaha. Itu menunjukkan bahwa masalah kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi bangsa Indonesia.

Kalau melihat dari beberapa kasus di atas dan permasalahan bangsa yang ada,
sebenarnya ada hal-hal yang perlu dilakukan agar masalah-masalah bangsa tersebut dapat
diantisipasi dan berkurang. Di antaranya, menggunakan perspektif dari ilmu komunikasi pada
bangku perguruan tinggi yang bisa diterapkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat saat ini.

2

Konteks komunikasi
Istilah komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication, serta dari
bahasa latin communicatus, yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama.
Komunikasi diartikan sebagai proses sharing di antara pihak-pihak yang melakukan aktifitas
komunikasi tersebut.
Definisi lainnya menyebutkan bahwa komunikasi ialah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti
kata, gambar, angka, dan lain-lain. (Berelsondan Stainer, 1964)
Adapun menurut Lasswell, komunikasi pada dasarnya ialah suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa
atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
(Lasswell, 1960)

Dengan kata lain, hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar-manusia. Yang
dinyatakan adalah pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalur. Artinya, manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari
manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan anggota keluarga,
tetangga, dan rekan sejawat. Pada saat berbicara dengan diri sendiri, meyakinkan diri dalam
memutuskan sesuatu, manusia melakukan komunikasi intrapribadi. Pada sebuah organisasi,
manusia memecahkan masalah atau mengembangkan ide atau inovasi, saling berinteraksi
dalam komunikasi kelompok atau organisasi. Apabila berinteraksi dengan pihak lain yang
mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka manusia sudah melakukan komunikasi
antarbudaya.
Isi dari interaksi antarmanusia itulah yang disebut komunikasi. Dua orang dikatakan
melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang
dilakukan oleh manusia itu bisa dilakukan oleh perseorangan, kelompok, atau pun sebuah
organisasi.
Berdasarkan sejumlah definisi di atas, komunikasi bisa menjadi solusi dalam
menghadapi permasalahan bangsa Indonesia saat ini. Pasalnya, konflik, korupsi,
pengangguran, dan kemiskinan, sebenarnya bisa muncul lantaran adanya perbedaan
kepentingan dan komunikasi yang tersendat. Apabila perbedaan itu dapat dijembatani dengan
komunikasi yang baik, paling tidak agar gangguan yang muncul bisa ditekan atau bahkan
dikurangi.

Itu juga dijelaskan oleh Shannon dan Weaver (Fiske, 2011) bahwa secara umum ada
tiga level masalah dalam komunikasi. Pertama, masalah teknis, yaitu bagaimana simbol3

simbol komunikasi dapat ditransmisikan secara akurat. Kedua, masalah simantik, yaitu
bagaimana simbol-simbol yang ditransmisikan secara persis menyampaikan makna yang
diharapkan. Dan, ketiga masalah keefektifan yaitu masalah bagaimana makna yang diterima
secara efektif mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan.
Dalam praktiknya, itu dapat diterapkan pada realitas kehidupan sehari-hari. Pada
masalah konflik yakni kita melihat telah terjadi masalah simantik yang dialami antara
Gubernur DKI Ahok dan Ketua BPK Harry Azhar Azis. Kenapa masalah semantik? Pasalnya
hingga saat ini belum ada pihak yang mempertemukan kedua belah pihak atas perdebatan
yang terjadi. Masing-masing ngotot dengan pendirian mereka dan itu hanya melalui corong
media massa yang memiliki kepentingan berbeda-beda pula.
Kedua, masalah korupsi, yang menjerat oknum anggota DPRD DKI oleh KPK. Hal
ini membuktikan sosialisasi dan komunikasi penegakan hukum yang dilakukan oleh
pemerintah belum memberikan efek jera kepada sejumlah pihak untuk menghentikan
perbuatan atau tindakan korupsi. Korupsi bagi sebagian kalangan itu bersifat wajar dan tidak
terlalu dipikirkan. Itu artinya pada tingkatan ini telah terjadi masalah keefektifan dalam
penegakan hukum. Di sisi lain, masih minimnya peranan lembaga keagamaan dan lembaga
masyarakat menyuarakan antikorupsi dan menegaskan bahwa korupsi itu haram. Hal ini juga

bukti telah terjadi ketidakefektifan penyampaian nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama yang
berkembang di masyarakat.
Begitu juga dengan masalah kemiskinan dan pengangguran. Ada masalah teknis dan
masalah keefektifan dalam komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Misalnya,
program-program yang dijalankan oleh pemerintah tidak bisa memberikan peningkatan
kesejahteraan bagi masyarakat miskin dan para pengangguran. Itu terjadi karena programprogram yang dijalankan oleh pemerintah tidak tepat sasaran. Itu artinya pula, pemerintah
kurang bisa menjalin kerja sama dan komunikasi yang baik dengan tokoh masyarakat dan
lembaga-lembaga di masyarakat setempat agar program pemerintah bisa berjalan. Bahkan,
dalam kasus penggusuran di beberapa wilayah termasuk belakangan ini di kawasan Pasar
Ikan menjadi bukti kurangnya komunikasi antara pemprov DKI Jakarta dan masyarakat
setempat.
Program komunikasi
Dari keempat masalah pelik yakni, konflik, korupsi, kemiskinan, dan pengangguran
tersebut, maka bisa dibedah bagaimana program komunikasi dan metode yang tepat untuk

4

mengantisipasinya. Salah satunya upaya itu setidaknya dapat dilakukan dengan metodemetode komunikasi lintas budaya.
Pertama, dalam mengelola konflik antara pejabat satu dan pejabat yang lainnya ialah
dengan menumbuhkan sikap toleransi terhadap semua orang dengan latar belakang budaya

berbeda. Di samping itu, mereka juga harus menumbuhkan sikap terbuka yaitu dengan
menilai pesan secara objektif, berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber,
bersifat profesional serta mencari pengertian dari pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya. (Rakhmat, 2009)
Selain itu, seseorang juga perlu mengenal lawan bicara mereka. Jadi, sebelum
seseorang menyampaikan pesan hendaknya terlebih dahulu mengenali pada siapa pesan
tersebut akan disampaikan, dengan demikian ia cenderung menggunakan bahasa dan intonasi
yang tepat.
Terhadap masalah korupsi, semestinya, menurut Adler (1991), manusia terutama para
pejabat meningkatkan budaya kesadaran diri. Budaya kesadaran diri penting agar bisa
mengantisipasi keinginan-keinginan di alam bawah sadar untuk selalu memiliki semua hal.
Untuk menumbuhkan rasa kesadaran diri tersebut, maka dibutuhkan peranan lembaga agama
dan adat yang bisa menyisipkan pesan-pesan moral kepada umat dan anggota masyarakat di
lingkungan mereka.
Adapun

untuk

masalah


kemiskinan

dan

pengangguran,

pemerintah

mesti

memunculkan rasa percaya. Secara ilmiah percaya didefenisikan sebagai mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan
dalam situasi yang penuh resiko. Percaya akan meningkatkan komunikasi interpersonal
karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi,
serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya (Rakhmat, 2009). Dalam
hal ini, bisa diterjemahkan bahwa pemerintah bisa menjalankan program-program bagi
masyarakat dengan mengandalkan kepada masyarakat bahwa program yang diberikan
tersebut akan bisa berjalan dengan baik.
Di sisi lain, pemerintah juga harus beradaptasi secara baik dengan lembaga-lembaga
masyarakat. Sehingga, program pemerintah bisa tepat sasaran dan setidaknya bisa

mengurangi kemiskinan dan pengangguran di segenap lapisan masyarakat di Indonesia.
Terakhir, selain dari berbagai komunikasi lintas budaya itu, perlu juga dikembangkan
komunikasi media yang santun dan tidak melahirkan politik pecah belah atau adu domba.
Alat komunikasi seperti koran, majalh, televisi, radio, dan internet hendaknya bisa digunakan
oleh pemilik media sebagai media penyampaian informasi yang tepat untuk mencegah
5

terjadinya konflik berkepanjangan. Di sisi lain, bisa juga menjadi sumber inspirasi bagi
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran antikorupsi, dan inspirasi untuk menumbuhkan
potensi yang ada pada masyarakat dalam hal budaya bekerja keras, serta menjadi pengawas
jalannya program pemerintah di lapangan.
Prinsip komunikasi
Selain program dan metode komunikasi yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan bangsa Indonesia, juga perlu dikembangkan prinsip-prinsip komunikasi yang
nantinya menjadi pedoman.
Prinsip komunikasi sendiri, menurut Deddy Mulyana Ph.D, ada 12 prinsip yaitu,
komunikasi adalah suatu proses simbolik, tiap perilaku memiliki potensi komunikasi,
komunikasi memiliki dimensi isi dan hubungan, komunikasi berlangsung dalam berbagai
tingkat kesengajaan, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, dan komunikasi
melibatkan prediksi peserta komunikasi.

Selanjutnya, prinsip ketujuh, komunikasi bersifat sistemik, semakin mirip latar
belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi, komunikasi bersifat nonsekuensial,
komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional, komunikasi bersifat irreversible,
dan komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Berdasarkan ke-12 prinsip komunikasi itu, dapat digarisbawahi bahwa prinsip
komunikasi yang perlu dikembangkan untuk mengurangi masalah bangsa yang ada saat ini
ialah komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Di sini diartikan bahwa pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal
disesuaikan dengan tempat, kapan, dan kepada siapa pesan itu dikirimkan. Hal ini penting
agar konflik yang ada bisa dicegah. Ini juga bisa dilakukan dalam menyuarakan pentingnya
penegakan hukum. Penting sekali kepada KPK, lembaga agama, dan lembaga adat
menyisipkan pesan-pesan moral kepada masyarakat agar tidak berbuat korupsi.
Prinsip komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu pun penting dikedepankan
oleh pemerintah dalam sosialisasi program pengentasan kemiskinan dan penyerapan lapangan
pekerjaan di masyarakat. Dalam hal ini, pesan ataupun program-program pemerintah harus
tepat sasaran. Dengan begitu, bisa membantu mengatasi masalah kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia. Juga dalam hal ini, media massa sebagai pilar demokrasi
keempat setidaknya harus bisa menjadi watch dog dalam mengawasi program-program
pemerintah tersebut.
6

Kesimpulan
Di akhir artikel ini, saya menyimpulkan, masalah konflik, korupsi, pengangguran dan
kemiskinan sebenarnya dapat diantisipasi dengan menggunakan perspektif ilmu komunikasi.
Dalam hal ini, komunikasi bisa menjembatani perbedaan kepentingan di masyarakat yang
antara lain memicu keempat masalah bangsa di atas. Apalagi, masalah komunikasi bisa
terjadi di berbagai level, mulai dari masalah teknis, semantik, hingga keefektifan.
Salah satu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan
metode-metode komunikasi lintas budaya. Metode-metode komunikasi lintas budaya ini
antara lain menekankan pada upaya menumbuhkan sikap toleransi, meningkatkan budaya
kesadaran diri, dan memunculkan rasa percaya.
Namun yang juga penting, bagaimana pemerintah melibatkan lembaga-lembaga
agama dan adat/masyarakat untuk menyisipkan pesan-pesan moral dan pesan agama kepada
masyarakat agar masyarakat bisa menghindari konflik, korupsi, dan mau bekerja atau
berusaha keras.
Terlepas dari itu, perlu juga ditumbuhkan komunikasi media msasa yang santun untuk
mencegah konflik berkepanjangan, menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat, menjadi
pengawas jalannya program pemerintahan di lapangan. Dengan begitu, kesejahteraan
masyarakat Indonesia akhirnya bisa meningkat dan bangsa Indonesia pun akhirnya menjadi
bangsa yang berbudaya. (****)

7

Dokumen yang terkait

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

BUDAYA KEMISKINAN BURUH NELAYAN DESA KILENSARI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

2 53 6

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA AKUNTAN PENDIDIK (DOSEN AKUNTANSI)

14 74 125

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78