Studi Kelayakan Usaha Rice Processing Co

1

TIM PENYUSUN

Anas Iswanto Anwar (Ketua)
N. Ikawijaya (Anggota)
Meianty Suriyanti (Anggota)
Cindy Rewu (Anggota)

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya sehingga Study
Kelayakan Rice Processing Complex “C.V. Mitra Sentosa Cemerlang” di Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan dapat diselesaikan pada waktunya.
Study Kelayakan tentang Pabrik Penggilingan Padi Modern (Rice Processing Complex) di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan” ini bertujuan untuk: 1)Memberikan gambaran
umum bagi perbankan yang berminat untuk membiayai usaha ini, dengan skim kredit yang
sesuai dan cukup aman, karena pasar sudah terjamin, 2)Kredit yang disalurkan dapat mencapai
sasaran, 3)Pengembalian kredit diharapkan akan lancar, karena adanya keterlibatan berbagai
pihak terkait, dan 4)Menyediakan suatu referensi bagi perbankan tentang kelayakan usaha yang

ditinjau dari sisi prospek/kelayakan pasar, kelayakan teknis budidaya yang dilaksanakan dengan
penerapan teknologi yang lebih maju, kelayakan dari sisi keuangan.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga study dapat terselesaikan, terutama kepada calon investor atas
kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan study kelayakan ini, demikian
pula kepada para anggota tim, yang telah berupaya semaksimal mungkin sehingga laporan ini
dapat diselesaikan.
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi Rahmat dan Hidayah-Nya bagi
kita semua.
Amin.
Makassar, Juni 2011
Tim Konsultan,
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beras di samping berfungsi sebagai makanan pokok juga merupakan komoditas sosial politik yang
strategis, sehingga permasalahan perberasan menjadi suatu agenda yang sangat penting ketika
dihadapkan pada masalah ketersediaan, efisiensi, dan daya saing. Rendemen giling dari tahun ke
tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada
tahun 1985, 63,2 pada tahun 1999, dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan
di lapang di bawah 60%. Apabila 1 % penurunan rendemen maka kehilangan kuantitatif beras lebih
dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun
(asumsi produksi nasional 50 juta ton dan harga beras 235 USD/ton; KOMPAS,2001).
Di sisi lain, usaha penggilingan padi sebagai mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan
piranti suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia, dituntut untuk memberikan
kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu
usaha penggilingan padi perlu dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya, mengingat perannya
sebagai pusat pertemuan antara produksi, pengolahan dan pemasaran. Berdasarkan kenyataan ini,
penurunan rendemen giling merupakan salah satu masalah perberasan yang memerlukan
penanganan secara menyeluruh dan bertahap untuk mencegah semakin besarnya kerugian yang
terjadi maupun dalam menjaga keamanan pangan.

4

1.2. Tujuan

Tujuan pembuatan studi kelayakan proyek Rice Processing Complex ini adalah untuk :
1.

Memberikan gambaran umum bagi lembaga keuangan yang berminat untuk membiayai
usaha ini, dengan skim kredit yang sesuai dan cukup aman, karena pasar
sudah terjamin,

2.

Kredit yang disalurkan dapat mencapai sasaran,

3.

Pengembalian kredit diharapkan akan lancar, karena adanya keterlibatan berbagai pihak
terkait, dan

4.

Menyediakan suatu referensi bagi lembaga keuangan tentang kelayakan usaha ini yang
ditinjau dari sisi prospek/kelayakan pasar, kelayakan teknis dengan penerapan teknologi

yang lebih maju, serta kelayakan dari sisi keuangan,

5

BAB II

MERANGKAI POTENSI PASAR

PELUANG PASAR
Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di
Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi besar
(PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling unit (RMU),
1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan 13.178 unit
mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi usaha
penggilingan padi yang cukup besar.

6

Risiko Pasar
Risiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau tidak laku di pasar.

Produk telah menjadi kuno (absolensence) yang diperoleh terus menurun dan terjadi
kerugian. Akibatnya penerimaan (revenue) yang diperoleh terus menurun dan terjadi
kerugian. Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat usahanya sampai di
terminal alias gulung tikar.
Upaya yang dapat ditempuh pengusaha adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan inovasi (product innovation), yaitu membuat desain baru dari produk
yang disenangi calon pembeli. Dalam usaha pertanian terlihat pada budidaya kelinci,
lele dumbo, asparagus, dan sebagainya. Memang relatif sulit bagi usaha pertanian
mengadakan inovasi, tetapi hal ini akan dipermudah bila ada upaya ke arah argo
industri.
2. Mengadakan penelitian pasar (market research) dan memperoleh informasi pasar
secara berkesinambungan. Cara ini memerlukan dana yang besar dan hanya layak
untuk perusahaan besar. Contohnya pabrik mobil, tekstil, alat rumah tangga, dan
hiburan. Dalam bidang pertanian antara lain ukuran berat dalam setiap komoditi yang
dihasilkan yang diinginkan konsumen (ikan, udang, kubis, ternak, dan sebagainya).

7

BAB II


ASPEK PRODUKSI

3.1. Lokasi
Lahan Perkebunan Pabrik Tepung Ubi Kayu Maroangin terletak di Kecamatan
Maiwa, Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi tersebut berjarak
sekitar 210 km dari Kota Makassar dan sekitar 50 km dari Kota Pare-pare. Lahan
yang tersedia untuk perkebunan ubi kayu tersebut adalah seluas 3000 ha
(perpanjangan HGU tahun 2003). Lahan tersebut memiliki sumber air tanah yang
cukup banyak. Di dalam areal HGU tersebut mengalir sungai Salokorajae yang
mempunyai debit air 305,5 liter per detik (1.100 m3/jam) yang berlangsung pada
puncak musim kemarau bulan September.

8

a.

Keadaan Geografis
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur
Timur. Jarak dari ibu kota propinsi Selawesi Selatan (Kota Makassar) ke

Kabupaten Bulukumba dengan jalan darat ± 200 km.
Adapun batas-batas daerah Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
Sebelah Selatan: Laut Flores
Sebelah Timur: Teluk Bone
Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.

9

Berikut ini adalah peta geografis Kabupaten Enrekang.
Gambar 3.1.
Peta Kab. Enrekang

Lokasi Areal
Perkebunan Ubi Kayu

10

b. Kependudukan
Kemajuan suatu negara ataupun suatu daerah tergantung dari keadaan

penduduknya. Suatu penduduk dikatakan maju apabila tingkat keterampilan penduduk
tersebut tergolong tinggi. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk
Kabupaten Bulukumba sementara adalah 394.757 orang, yang terdiri atas 186.649
laki-laki dan 208.108 perempuan.
Tabel 3.1.
Distribusi Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Bulukumba tahun 2000-2010

Sumber: BPS Kabupaten Enrekang Tahun 2005

11

Tabel 3.2.
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kecamatan Kabupaten Bulukumba tahun 2010
Kecamatan

Penduduk
Laki-laki


Perempuan

Laki-Laki +
Perempuan

Sex
Ratio

Gantarang

34.072

36.994

71.066

92

Ujung Bulu


23.213

24.851

48.064

93

Ujung Loe

18.675

20.807

39.482

90

Bonto Bahari


10.783

13.162

23.945

82

Bonto Tiro

10.003

12.775

22.778

78

Herlang

10.907

13.190

24.097

83

Kajang

22.376

24.643

47.019

91

Bulukumba

24.333

26.437

50.770

92

Rilau Ale

17.789

19.971

37.760

89

Kindang

14.498

15.278

29.776

95

Bulukumba

186.649

208.108

394.757

90

Sumber: BPS Kabupaten Enrekang Tahun 2005

12

c. Angkatan Kerja
Yang tergolong dalam angkatan kerja adalah masyarakat usia produktif yaitu
berumur 15 s/d 59 tahun. Untuk lebih jelas dalam melihat usia produktif di
Kabupaten Enrekang, perhatikan tabel dibawah ini:
Tabel 3.2.
Penduduk Dirinci Menurut Daerah, Klasifikasi umur
di Kabupaten Bulukumba Tahun 2008
Golongan Umur

Daerah
Perkotaan

Jumlah

Pedesaan

15-19

4.777

15.591

20.368

20-24

4.528

16.008

20.536

25-29

3.970

23.716

27.686

30-34

4.669

19.806

24.475

35-39

4.849

23.778

28.627

40-44

2.862

15.822

18.684

45-49

3.092

14.139

17.231

50-54

3.024

12.099

15.123

55-59

1.436

9.363

10.799

60-64

980

8.911

9.891

1.208

8.170

9.378

35.395

167.403

202.798

≥ 65
Jumlah

13

3.3. Produksi
A. Persiapan Bahan Baku

Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang juga berkualitas.
Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan di panen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan
sampai kadar air 14%, baik melalui penjemmuran atau menggunakan alat pengering. Gabah yang sudah kering
sebaiknya dicegah tidak kehujanan karena dapat meningkatkan butir patah dan menir.

A. Proses Pemecahan Kulit

Tumpukan gabah (GKG) disiapkan didekan lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dan
mesin pemecah kulit

14

3.3. Produksi
A. Mesin-mesin Penggilingan Padi
• Mesin Pembersih Gabah (Paddy Cleaner)
Berfungsi untuk memisahkan kotoran/ benda asing yang bercampur di dalam gabah. Setelah melalui mesin ini
akan terjadi penyusutan berat yang besarnya sangat tergantung pada jumlah kotorannya.
• Mesin Pecah Kulit (Paddy Husker)
Berfungsi untuk mengupas kulit gabah. Pada mesin pecah kulit yang berkualitas baik, ratio pengupasan ditentukan
antara 85-90% gabah sudah terkupas dan 10-15% gabah belum terkupas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
ratio pengupasan adalah kualitas roll karet yang dipakai.

Separator
Berfungsi untuk memisahkan gabah yang bercampur dengan beras pecah kulit. Dengan adannya separator maka
daya tahan komponen utama pada mesin pemutih menjadi awet, karena proses pengelupasan kulit ari selama masih
di dalam ruang pemutihan, murni, hanya berdasarkan pergesekan antar beras pecah kulit.
Mesin Pemisah Batu (de-Stoner)
Berfungsi untuk memisahkan batu yang bercampur dengan beras pecah kulit.

15

Mesin Pemutih Batu (Abrassive)
Berfungsi sebagai pra-poles atau untuk mengawali proses pengelupasan lapisan kulit ari beras yang menutup biji beras
dari sistem pemutihan yang lebih dari satu pass. Dengan memakai mesin pemutih batu, disamping tingkat butir patah
dapat ditekan pada presentase yang terkecil juga tingkat drajat sosoh diatur sejak dari fase ini. Sehingga untuk fase
selanjutnya beban gaya gesek beras menjadi berkurang.

Mesin Pemutih Besi (Friction)
Berfungsi sebagai pemutih akhir dari rangkaian proses pemutihan beras 2 atau 3 kali proses/ pass pemutihan/
penyosohan.
Mesin Pengkilap (Rice Refiner)
Berfungsi untuk mencuci permukaan biji beras, dimana umumnya masih terdapat katul yang menempel. Beras yang
dihasilkan oleh mesin ini selain secara visual tampak kilap (bening kaca) dan bila disimpan dapat bertahan lama.
Mesin Pemecah Menir (Rice Sifter)
Berfungsi untuk memisahkan kandungan menir yang bercampur didalam beras kepala maupun beras patah.
Mesin Pemisah Antara Beras Kepala Dan Beras Patah (Rice Grader) Berfungsi untuk memisahkan Beras Kepala
(Head Rice) dari percampuran beras patah. Keberadaan mesin ini terutama diperuntukkan untuk membuat Beras
berkualitas eksport/super.

16

A. Mesin-mesin Penggilingan Padi
Rendemen dalam pengertian yang sederhana adalah presentase hasil bagi antara berat beras gilling yang
dihasilkan dengan berat gabah yang digilling. Dengan kata lain rendeman gilling merupakan keuntungan atau
kelebihan dalam pendapatan, sebagai akibat daripada usaha kerja. Rendeman dalam kaitannya dengan usaha
kerja penggilingan, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Berat Beras Yang dihasilkan (out put)
Rendeman (%) =

x 100%
Berat Gabah yang digiling (input)

17

KONFIGURASI ALAT MESIN PABRIK PENGGILINGAN PADI
Konfigurasi alat mesin penggilingan padi merupakan suatu konfigurasi/ rangkaian dari beberapa unit alat mesin yang
disusun secara terpadu dan terintegrasi, dimana dalam konfigurasi ini terdapat mesin-mesin utama dan mesin-mesin
pembantu, yang sifatnya untuk mendukung kelancaran dan fungsi operasional dari rangkaian mesin-mesin tersebut.
Mesin-mesin pembantu umumnya berfungsi untuk transformasi bahan yang diolah dan dihasilkan (baik hasil utama
maupun hasil samping), serta berfungsi sebagai penerus daya dari mesin-mesin yang digunakan. Mesin-mesin
pembantu ini diaantaranya : bucket elevator, screw conveyor, belt conveyor, pipa-pipa, blower, compressor, cyclone,
poros transmisi, dan lain-lain. Untuk unit mesin pengering padi dapat dirangkaikan secara terpadu maupun secara
terpisah dengan rangkaian alat mesin penggilingan padi yang ada sesuaai kondisi dan situasi yang diinginkan.
Dalaam menyusun konfigurasi sebuah unit penggilingan padi harus mengacu pada beberapa aspek yang telah
diuraikan sebelumnya. Konfigurasi alat mesin penggilingan padi dibuat berdasarkan jumlah kapasitas dan tuntutan
mutu yang diinginkan, yang tentunya hal ini akan berkaitan erat dengan biaya atau harga dari konfigurasi mesin
penggilingan padi yang dibuat. Konfigurasi alat mesin penggilingan padi secara umum adalah sebagai berikut :
Optional/ Tambahan

Paddy
Cleaner

Paddy
Husker

Paddy
Sparator

Rice
Polisher

Rice
Sifter

Rice
Grader

Rice
Refiner

18

Faktor yang mempengaruhi rendemen
Permasalahan rendemen dan mutu giling juga tidak terlepas dari aspek budidaya padi
(good farming practice) yang meliputi sifat genetic (varietas) dan perlakuan saat budidaya
(benih, pupuk, penyiapan lahan, pemberantasan hama dan gulma, irigasi) yang pada
kenyataannya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap rendemen yang
dihasilkan. Oleh karena itu, posisi penggilingan padi menjadi strategis dalam masalah
perberasan mengingat pada titik ini merupakan muara aliran produksi padi di hulu dan
memprosesnya menjadi olahan primer di hilir, sehingga industri penggilingan padi terutama
skala kecil (PPK) juga merupakan simpul industri pedesaan. Disamping itu penggilingan
padi juga merupakan penentu atas ketersediaan dan mutu pangan, tingkat harga dan
pendapatan petani, serta peluang penyediaan lapangan kerja pedesaan. Dengan demikian
menjadi sangat strategis apabila PPK menjadi target pemberdayaan di pedesaan untuk
menolong petani kecil yang selalu berposisi tawar lemah. [ Rudi…]

19

20

b. Teknologi Pengolahan Padi
Pengolahan padi menjadi beras, secara prinsip, melibatkan tahapan yang sederhana yakni (i)
pemisahan kotoran, (ii) pengeringan dan penyimpanan padi, (iii) pengupasan kulit (husking),
(iv) penggilingan (milling), dan (v) pengemasan dan distribusi (lihat Gambar 3). Pemisahan
kotoran dari padi hasil panen di sawah dilakukan karena masih banyak terbawa kotoran lain
seperti jerami, daun, batang bahkan benda lain yang tidak lazim seperti batu dan pasir. Kotoran
ini akan mengganggu proses pengeringan terutama penyerapan kalori dan penghambatan
proses pergerakan padi pada tahapan berikutnya.
Kadar air padi hasil panen sangat bervariasi antara 18–25%, bahkan dalam beberapa kasus
dapat lebih besar. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air sampai sekitar 14%
sehingga memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam penyosohan dan proses
selanjutnya. Kadar air yang terlalu tinggi menyulitkan pengupasan kulit dan menyebabkan
kerusakan (pecah atau hancur) karena tekstur yang lunak.
Penyosohan adalah pengupasan kulit padi yang merupakan tahapan paling penting dari
keseluruhan proses. Penglupasan kulit adalah transformasi padi menjadi beras yang
secara prinsip sudah dapat dimasak untuk dimakan. Proses selanjutnya hanyalah
penyempurnaan dari penyosohan dan untuk meningkatkan kebersihan. Gabungan dari
sosoh serta kebersihan dan keutuhan biji adalah ukuran mutu beras putih.
Tahapan penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan pelepasan lapisan
penutup butir beras. Teknologi penggilingan sudah sangat berkembang untuk menghasilkan
beras putih yang baik. Proses ini dibagi lagi menjadi penyosohan, pemutihan (whitening) dan
pengkilapan (shining). Walaupun demikian, inti proses ini adalah untuk memisahkan lapisan
penutup semaksimal mungkin.
21

Tahapan penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan pelepasan lapisan
penutup butir beras. Teknologi penggilingan sudah sangat berkembang untuk menghasilkan beras
putih yang baik. Proses ini dibagi lagi menjadi penyosohan, pemutihan (whitening)
dan
pengkilapan (shining). Walaupun demikian, inti proses ini adalah untuk memisahkan lapisan
penutup semaksimal mungkin.
Selain proses utama tersebut ada beberapa tambahan yakni operasi pemisahan yang
dimaksudkan untuk mendapatkan beras putih utuh dan murni. Oleh karena itu, proses pemisahan
terdiri dari pemisahan kotoran atau bahan asing (seperti batu, daun dan benda asing lainnya) dan
pemisahan beras yang kurang baik (muda, busuk, berjamur, berwarna dan rusak/pecah).
Perkembangan permintaan beras tanpa kerusakan yang meningkat mendorong perkembangan
teknologi yang semakin canggih. Dalam konteks inilah berkembang teknologi pemisah batu,
pemisah beras berdasarkan warna (color sorter), pemisah biji pecah (rotary shifter) dan pemisah
biji menurut panjang (lenght grader).
Tahap akhir dari proses pengolahan adalah pengemasan yang ditujukan untuk memudahkan
pengangkutan dan distribusi. Perkembangan terkini di bidang pengemasan menambah atribut
maksud yakni estetika, dayatarik, informasi produk dan perbaikan daya simpan. Sebagai proses
tambahan, dahulu kala pengemasan tidak berkembang karena selain volume pengolahan yang
sangat kecil juga atribut mutu (sebagai perwujudan dari permintaan pembeli) masih sangat sedikit.
Dewasa ini, teknologi pengemasan beras sudah sangat canggih yang meliputi keragaman bentuk,
rupa, ukuran dan cara/metoda.

22

Padi Kering Panen
105 %

3% :Kotoran (merang, butir muda, batu, pasir, debu)
Pengeringan & Penyimpanan
102 %

2%:Susut Simpan
Padi
100 %
Husker

17%:Sekam

Beras PK
83 %
11%:Dedak (9.99%), Beras Rusak (0.76%),
Beras Berwarna (0.25%)

Miller
Beras Putih
72.00%

Gambar

Tahapan Utama Proses Pengolahan Beras

23

c. Proses Produksi
Salah satu faktor yang menentukan dalam peningkatan hasil dan mutu pertanian
adalah faktor produksi. Faktor produksi dimaksud adalah lahan, modal, tenaga
kerja dan teknologi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi
berbanding lurus dengan peningkatan hasil produksi. Oleh sebab itu, maka sangat
dibutuhkan pengelolaan faktor-faktor produksi yang tepat.

1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
6. 

Persiapan bibit tanaman
Penyiapan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemupukan
Panen

24

BAB IV

ASPEK KEUANGAN
Tabel 4.2. Rincian Kebutuhan Tenaga dan Sarana untuk
Masing-Masing Kegiatan (Per Hektar).
No
I

Uraian

Harga Satuan Total Biaya
(Rp)
(Rp)

Biaya Persiapan Lahan Per Hektar

1 Perbaikan Infrastruktur
Perbaikan jalan kebun (127,5 km x R.p
80.000.000,- / 6000 ha)
2 Sewa Lahan
3 Land Clearing
- Sewa Peralatan (Buldozer)
- Tenaga Kerja
- Operator Alat
Sub Total
4 Bajak
- Sewa Peralatan (Traktor)
- Tenaga Kerja
- Operator Alat
Sub Total
Total Biaya Persiapan Lahan
II Biaya Penanaman Per Hektar
1 Tenaga Kerja
- Tenaga Kerja Tanam
- Tenaga Kerja Pemotongan Bibit
- Transport (Truk Hartop)
Sub Total
2 Sarana Produksi
- Bibit
- Transport
Sub Total
Total Biaya Penanaman
III Biaya Pemeliharaan Tanaman Per Hektar
1 Tenaga Kerja
- Ongkos Kerja Pemupukan
- Tenaga Kerja Tabur Pupuk (2x)
- Tenaga Pengawas
- Perawatan (per ha/musim)
Sub Total
2 Sarana Produksi (Truk Colt Diesel + Truk Hartop)
Pupuk :
- TSP (150 kg @ Rp 1.435,-)
- Urea (300 kg @ Rp 1.130,-)
- KCL (150 kg @ Rp 2.680,-)
Sub Total
Total Biaya Pemeliharaan
Total Biaya Budidaya
IV Biaya Panen
1 Cabut dan Muat ke Truck (35.000 kg @ Rp 50,-)
2 Angkutan Hasil panen (35.000 kg @ Rp 30,-)
Total Biaya Panen
Total Biaya Budidaya dan Panen

750,000
500,000
340,000
160,000
100,000
600,000
1,400,000
220,000
100,000
1,720,000
3,570,000

250,000
150,000
170,000
570,000
520,000
900,000
1,420,000
1,990,000

770,000
670,000
100,000
1,000,000
1,770,000

215,250
339,000
402,000
956,250
2,726,250
8,286,250
1,750,000
1,050,000
2,800,000
11,086,250

25

4.3. Kelayakan Financial
Pendekatan yang digunakan untuk melihat kelayakan proyek ini dari segi financial
adalah dengan menggunakan kriteria investasi yang meliputi proyeksi arus kas dan
proyeksi laba–rugi
4.3.1. Analisa Proyeksi Arus Kas
Di dalam proyeksi aliran kas (Cash Flow) dapat dilihat perkembangan sumber
penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas berasal dari Kredit Modal Kerja
PNM, pinjaman dari pihak ketiga, dan dari hasil penjualan, sedangkan pengeluaran
kas adalah pengeluaran untuk Kegiatan Operasional, Pelunasan Pinjaman,
pembayaran Bunga Kredit, Iuran Anggota & simpanan pokok petani ke koperasi,
dan keuntungan yang dibagi kepada Petani.
Modal Kerja yang digunakan pada proyek ini (6000 Hektar) yaitu sebesar Rp
50.000.000.000,00 dari pinjaman kredit PNM dan Rp 6.000.000.000,00 dari PT
Prima Putra Kinerja Lestari Mandiri (selaku pihak ketiga). Adapun analisa cash Flow
Tahunan dapat dilihat pada Tabel 4.3.1.

26

Tabel 4.3.1.
Proyeksi Laba - Rugi Ubi Kayu Dengan Dengan Tingkat Bunga 12% Per Tahun

No

Tahun I

Keterangan
1 Ha

A
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Biaya Budi Daya
Perbaikan Infrastruktur
Land Clearing
Biaya Bajak
Biaya Bibit
Biaya Penanaman
Biaya Ongkos Kerja Pemupukan
Biaya Perawatan
Biaya Pupuk
Sewa Lahan
Total Biaya Kebutuhan Modal Usaha dari PNM

B Biaya Panen
1 Biaya Cabut dan Muat ke Truck
2 Biaya Transport
Total Biaya dari Pihak Ketiga
Total Kebutuhan Modal Kerja Usaha

Per Anggota
6 Ha

Per KK
12 Ha

6000 Ha
(Rp)

750,000
600,000
1,720,000
1,420,000
570,000
770,000
1,000,000
956,250
500,000
8,286,250

4,500,000
3,600,000
10,320,000
8,520,000
3,420,000
4,620,000
6,000,000
5,737,500
3,000,000
49,717,500

9,000,000
7,200,000
20,640,000
17,040,000
6,840,000
9,240,000
12,000,000
11,475,000
6,000,000
99,435,000

4,500,000,000
3,600,000,000
10,320,000,000
8,520,000,000
3,420,000,000
4,620,000,000
6,000,000,000
5,737,500,000
3,000,000,000
49,717,500,000

1,750,000
1,050,000
2,800,000
11,086,250

10,500,000
6,300,000
16,800,000
66,517,500

21,000,000
12,600,000
33,600,000
133,035,000

10,500,000,000
6,300,000,000
16,800,000,000
66,517,500,000

27

4.3.2. Analisa Proyeksi Rugi Laba

Tabel 4.3.2.
Proyeksi Arus Kas Tahunan
dengan Tingkat Bunga 12% Per Tahun.

Rp. Juta
TARGET
PRODUKSI
RENCANA TANAM (Ha)
PENERIMAAN
Hasil Penjualan
Pinjaman
Pinjaman dari Pihak Ketiga
JUMLAH PENERIMAAN
PENGELUARAN
Biaya Persiapan Lahan
Perbaikan Infra struktur
Biaya Sewa Lahan
Land Clearing
Bajak

1

2

3

4

5

6000

6000

6000

6000

6000

84,000

73,500

73,500

73,500

84,000

73,500

73,500

73,500

50,000
6,000
56,000

4,500
3,000
3,600
10,320

3,000

3,000

3,000

3,000

10,320

10,320

10,320

10,320

Biaya Penanaman
Tenaga Kerja
Bibit

3,420
8,520

3,420
3,000

3,420
3,000

3,420
3,000

3,420
3,000

Biaya Pemeliharaan
Tenaga Kerja Tabur & Tenaga Pengawas
Perawatan oleh petani
Pupuk TSP, UREA, KCL

4,620
6,000
5,738

4,620
6,000
5,738

4,620
6,000
5,738

4,620
6,000
5,738

4,620
6,000
5,738

10,500
6,300

10,500
6,300

10,500
6,300

10,500
6,300

3,840
18,000
6,000
240
3,000

2,040
15,000

17,000

-

240
3,000

240
3,000

240
3,000

55,958

83,978

73,178

73,138

56,138

43

43
65

65
388

388
750

750
18,113

Biaya Panen
Cabut & muat ke Truk
Biaya Angkut
Biaya Lain-lain
Biaya Bunga
12%
Pengembalian Kredit Bank
Pengembalian Pihak Ketiga
Iuran Anggota
Keuntungan Yang dibagi ke Petani
JUMLAH PENGELUARAN
SALDO BULAN SEBELUMNYA
SALDO AKHIR

6,000

240

28

4.4.1 Net Present Value (NPV)
Untuk analisis kegiatan usaha menunjukkan dicapainya nilai NPV Rp
15.395.089.286,00 untuk tahun pertama. Analisa sensivitas dilakukan untuk
mengetahui jika terjadi perubahan baik pada naiknya biaya operasional maupun
penurunan pendapatan masing–masing 10%, menunjukkan bahwa proyek budidaya
ubi kayu ini masih bisa bertahan atau “Layak” untuk dibiayai. Ketika pendapatan
turun sebesar 10%, NPV yang diperoleh selama tahun pertama yaitu Rp
7.895.089.286,00 dan ketika biaya operasional naik sebesar 10% nilai NPV yang
dicapai yaitu Rp 8.920.312.500,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di 4.4.1.
4.4.2. Benefit Cost Ratio (B/C)
Analisa Benefit Cost Ratio (B/C) tahun pertama menunjukkan sebesar 1,16. Untuk
Nilai B/C > 1 berarti bahwa proyek investasi “layak” dibiayai. Analisa sensivitas
menunjukkan bahwa ketika pendapatan turun sebesar 10%, B/C yang diperoleh
yaitu 1,04 dan ketika biaya operasional naik sebesar 10% nilai B/C yang dicapai
sebesar 1,05. Untuk lebih jelasnya lihat di Tabel 4.4.2.
Melalui analisa keuangan dan analisa ekonomi dengan menggunakan kriteria Cash
Flow, Laba – Rugi, Net Present Value (NPV), dan Benefit Cost Ratio (B/C) maka
proyek budidaya ubi kayu seluas 6000 ha atas prakarsa milik Koperasi Cassava
dengan mitranya PT Prima Putra Kinerja Lestari Mandiri di Maroangin, Kabupaten
Enrekang, Propinsi Sulawesi Selatan dan di Keera Kabupaten Wajo dengan
pembiayaan bersumber dari kredit Permodalan Nasional Madani (PNM), adalah
“Layak” untuk dilaksanakan.
29

4.4.1 Analisis Net Present Value (NPV) Budidaya Ubi Kayu Kondisi Normal
4.4.1. Analisis Net Present Value (NPV) Budidaya Ubi Kayu Kondisi Normal
No

Keterangan

2
73.500.000.000

Tahun Ke3
73.500.000.000

4
73.500.000.000

5
73.500.000.000

A

PENDAPATAN USAHA

1
84.000.000.000

B
C
D

BIAYA OPERASIONAL
Iuran Anggota & Simpanan pokok
Laba (Rugi) Bersih

72.517.500.000
240.000.000
11.242.500.000

56.737.500.000
240.000.000
16.522.500.000

54.937.500.000
240.000.000
18.322.500.000

52.897.500.000
240.000.000
20.362.500.000

52.897.500.000
240.000.000
20.362.500.000

E

Bunga

6.000.000.000

3.840.000.000

2.040.000.000

0

0

F
G
H

Proceeds
Discount Factor
PV dari Proceeds

17.242.500.000
0,893
15.395.089.286

20.362.500.000
0,797
16.232.860.332

20.362.500.000
0,712
14.493.625.296

20.362.500.000
0,636
12.940.736.872

20.362.500.000
0,567
11.554.229.350

*) Discount Factor 12%

15.395.089.286 16.232.860.332 14.493.625.296
1,16
1,30
1,34

NPV
B/C

12.940.736.872 11.554.229.350
1,39
1,39
14.493.625.297,49

4.4.2 Analisis Net Present Value (NPV)
Budidaya Ubi Kayu Kondisi Pendapatan Turun 10%
4.4.2. Analisis Net Present Value (NPV) Budidaya Ubi Kayu Kondisi Pendapatan Turun 10%
No

Keterangan

2
66.150.000.000

Tahun Ke3
66.150.000.000

4
66.150.000.000

5
66.150.000.000

A

PENDAPATAN USAHA

1
75.600.000.000

B
C
D

BIAYA OPERASIONAL
Iuran Anggota & Simpanan pokok
Laba (Rugi) Bersih

72.517.500.000
240.000.000
2.842.500.000

56.737.500.000
240.000.000
9.172.500.000

54.937.500.000
240.000.000
10.972.500.000

52.897.500.000
240.000.000
13.012.500.000

52.897.500.000
240.000.000
13.012.500.000

E

Bunga

6.000.000.000

3.840.000.000

2.040.000.000

0

0

F
G
H

Proceeds
Discount Factor
PV dari Proceeds

8.842.500.000
0,893
7.895.089.286

13.012.500.000
0,797
10.373.485.332

13.012.500.000
0,712
9.262.040.475

13.012.500.000
0,636
8.269.678.995

13.012.500.000
0,567
7.383.641.960

7.895.089.286 10.373.485.332
1,04
1,17

9.262.040.475
1,20

8.269.678.995
1,25

7.383.641.960
1,25

*) Discount Factor 12%
NPV
B/C

30

BAB V

ASPEK MANAJEMEN

PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) sebagai lembaga Pengelola Dana PKBL
(Program Kemitraan Bina Lingkungan) badan usaha milik negara (BUMN) berminat
untuk membantu mengakses permodalan maupun mendampingi pengelolaan usaha
budidaya ubi kayu dengan suatu konsep jaringan kerja dan organisasi yang telah
disiapkan oleh tim PNM.
Perlu diketahui, menanam ubi kayu adalah merupakan hal sudah biasa dilakukan
oleh para petani, namun dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga saat ini
Indonesia masih tetap mengimport tapioka dengan jumlah 150.000, ton / tahun.
Artinya, bahwa produksi kita bisa dikatakan gagal panen atau produksi berlimpah
namun tidak memenuhi standart kualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan tepung
tapioca ataukah aspek manajemen perusahaan itu sendiri yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya

31

Gambar 5.1.
Skema Jaringan Kerja

PNM

KOPERASI

MADANI MART

LKM

UNIT. PRODUKSI UBI KAYU

MODAL KERJA

PETANI (a,b,c,d)
SAPROTAN

Pe

Me

ra

m e
li

PEMBINA 1

wa
ha

ta n

PENGAWAS (1,2,3)

ra

LAHAN
Land clearance
Bajak
Tanam
Pemupukan
Pa

PEKERJA (1,2,3)

n
ne

PROSES PRODUKSI
SAMPAI SELESAI

32

5.1. ORGANISASI
Organisasi adalah syarat utama adanya manajemen, tanpa organisasi manajemen
tidak dapat berfungsi dengan baik. Untuk mewujudkan suatu organisasi yang baik,
efektif, efisien serta sesuai dengan kebutuhan, secara selektif harus didasarkan
pada azas (prinsip) organisasi.
Koperasi dalam menjalankan roda organisasi didasarkan atas kecakapan, keahlian
dan keterampilan serta bertanggung jawab terhadap bidang pekerjaan. Mengingat
industri pengelolaan ini cukup besar menyerap tenaga kerja inti dan petani diwilayah
setempat yakni sebesar 1.000 KK dengan luas ereal garapan 6000 ha, maka pihak
manajemen melakukan silang control antara pembina, petani, pengawas dan
pekerja lapangan sehingga hasil panen dapat dicapai secara maksimal.
Adapun pengorganisasian yang dilaksanakan oleh Koperasi adalah dengan jalan
menentukan jadwal pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas – tugas
dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan atau pekerja, penempatan bidang
atau departemen serta penentuan hubungan dalam organisasi.

33

Gambar 5.2.
STRUKTUR ORGANISASI UNIT OTONOM

GENERAL
MANAGER

MANAGER
KEUANGAN

MANAGER
OPS

Kaba g Ma dani Mart/Toko

Kab ag Lembag a Keua ngan Mikro

KABAG UMUM

KABAG KEBUN

PETANI (a,b,c,d)

DST

PEMBINA 1

PEMBINA 2

Pengawas (1,2,3,4)

Pengawas (1,2,3,4)

Pekerja (1,2,3,4)

Pekerja (1,2,3,4)

PEMBINA 3

DST

GUDANG

BENGKEL

UMUM

34

Berdasarkan fungsi organisasi dalam hal ini Usaha Penggilingan Padi maka
departemen atau bidang yang terdapat dalam organisasi perusahaan ini, meliputi :
1. Sub Bidang Keuangan / Saprotan/Madani Mart.
2. Sub Bidang Lembaga keuangan Mikro
3. Bidang Operasional
4. Sub Bidang Bagian Kebun
5. Sub Bidang Bagian Umum
Untuk setiap bidang dipimpin oleh sorang manajer yaitu : Manajer keuangan dan
Manajer Operasional sedangkan koordinatornya oleh General Manajer. Dalam
pencapaian tujuan organisasi, para manajer memiliki tugas yang cukup kompleks
dan saling mempengaruhi antara bidang yang satu dengan bidang yang lain.
Manager Operasional terlibat langsung dalam proses produksi, mulai dari proses
tanam sampai kepada proses pengangkutan ubi kayu ke pabrik tepung Ubi kayu,
serta melakukan pengawasan terhadap + 1.000 petani dan pekerja/staff inti dalam
melakukan proses tanam hingga panen.
Sedangkan Manager Keuangan mempunyai tugas pokok pengelolaan keuangan
(cash in-out).

35

5.2. TENAGA TEKNIS DAN ADMINISTRASI

Tenaga teknis dan administrasi yang dipekerjakan untuk mengelola unit usaha
penggilingan padi akan menggunakan tenaga supervisor yang sesuai kualitasnya
baik tenaga lokal maupun didatangkan dari daerah lain memberikan arahan dan
tutunan bagi tenaga kerja hasil rekruitmen daerah ini.
Selama masa orientasi, tenaga kerja terampil yang sudah berpengalaman ini akan
melakukan bimbingan terhadap karyawan / staff baru bergabung dalam perusahaan
ini. Proses induksi akan terjadi dimana karyawan baru akan mampu menyerap
pengetahuan tentang teknis dan sistim administrasi usaha penggilingan padi
tersebut.

36

5.3. KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN

Berbicara mengenai kemampuan dan keterampilan tenaga kerja tidak terlepas dari
managemen sumber daya manusia yang terampil dan mampu membawa sukses
perusahaan.
Berdasarkan cara kerja dan siklus pemerosesan usaha Penggilingan Padi tersebut
dapat digambarkan bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri ini adalah
orang yang memiliki keterampilan serta kemampuan berdasarkan pengalaman yang
dimiliki sebelumnya.
Oleh sebab itu, supply tenaga kerja yang dilakukan pihak perusahaan untuk back up
management adalah mereka yang memiliki Sumber daya manusia yang dapat di
andalkan dan tidak diragukan kemampuannya dalam mengelola usaha tersebut.

37

5.4. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Wewenang dan tanggung jawab adalah merupakan fungsi manajemen yang
ditetapkan oleh perusahaan atau pihak manejerial yang peruntukannya adalah
kepada karyawan / pekerja untuk selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan
perusahaan baik secara internal maupun secara eksternal.
a. Wewenang
b. Tanggungjawab
Untuk itu, Pihak manejerial Usaha Penggilingan Padi mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan perusahaan berdasarkan
pembidangan kerja. Salah satu tugas pokok direktur utama perusahaan karena
terkait dengan lingkungan social kemasyarakatan adalah harus bertanggung jawab
terhadap pemilik perusahaan (pemegang saham), karyawan perusahaan serta
pemerintah dan masyarakat. Penempatan para Manajer Operasional oleh pihak
management Koperasi adalah merupakan langkah kongkrit yang sudah teruji
kemampuan mereka sebelumnya.

38

5.5. PELATIHAN
Pelatihan (training) karyawan perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
aktifitas kerjanya. Pelatihan adalah suatu proses pendidikan yang menggunakan
prosedur secara sistimatis dan terorganisasi, yang dalam kesempatan itu
karyawan / staff belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian tertentu.
Sebagai perusahaan yang telah berpengalaman serta memahami pentingnya
makna efiiensi dan efektifitas kerja, Usaha Penggilingan Padi setiap saat akan
memberikan pelatihan terutama pada saat tanam. Petani local akan diberikan
pengetahuan langsung dilapangan tentang proses penanaman, serta pemeliharaan
tanaman yang baik dan benar. Proses ini berlangsung secara terus menerus dan
petani akan didampingi oleh tenaga kerja inti yang setiap saat dapat memberikan
masukan kepada petani.
Begitu pula tenaga kerja yang ditempatkan dipabrik sebagai pengawas maupun
sebagai operator mesin, mereka adalah tenaga kerja yang didatangkan dari
lampung untuk dikombinasikan dengan pekerja local yang direkrut didaerah ini.
Dengan adanya pembauran seperti ini, semua pekerja baik staff maupun karyawan
baru akan mendapatkan bimbingan sekaligus pelatihan kepada mereka.

39

BAB VI

ASPEK HUKUM

6.1. Rekomendasi Usaha Perusahaan Penggilingan Padi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 1971 dan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 865/Kpts/TP.250/11/98 untuk : mendirikan /
memindah-kan tempat usaha / memperluas / mengganti mesin-mesin (rehabilitasi / up
grading) / memindahkan hak izin usaha / memindahkan hak kepemilikan.
Berdasarkan Peratusan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 65 Tahun 1971
(Lembaran Negara RI Nomor : 865/Kpts/TP.250/11/98 tanggal 4 Nopember 1998)
tentang Pedoman Pembinaan Perusahaan Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan
Beras.

40

BAB VII

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Usaha Penggilingan Padi terletak di Kabupaten Bulukumba memberikan dampak sosial dan
ekonomi yang baik bagi masyarakat setempat dan mendorong peningkatan pendapatan,
serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan
Adapun aspek sosial dari munculnya usaha Penggilingan Padi ini adalah:

Proyek penggilingan ini akan membeli GKP dari kelompok tani wilayah sekitar, yang
1. 

2. 

3. 

4. 
5. 

tentunya akan membantu kelompok tani untuk menyalurkan hasil panen yang pada
akhirnya akan membantu kelompok tani ini untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
mereka.
Proyek dengan kapasitas penggilingan sekitar 200.000 Ton GKP per tahun ini nanDnya akan
menyerap tenaga kerja untuk membantu produksi. Di masa depan proyek ini akan
memperkerjakan sekitar 50 orang tenaga kerja dan 100 orang buruh harian
Di masa depan melalui kerja sama dengan balai – balai peneliDan proyek ini dapat
memberikan pelaDhan kepada petani untuk meningkatkan produkDvitas dan kualitas GKP,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar
Di masa depan proyek ini dapat meningkatkan hasil produksi beras nasional sehingga turut
mensukseskan program swasembada pangan nasional
Di masa depan proyek ini dapat menghasilkan beras dengan kualitas premium untuk
diekspor sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional
41

7.1. Manfaat terhadap pemerintah setempat
Manfaat komoditas padi ini bagi pemerintah setempat adalah sebagai berikut:
1.  Dari sudut pengembangan wilayah, keberadaan usaha penggilingan padi ini akan
menjadi salah satu pusat perekonomian subsektor tanaman pangan yang tentunya akan
memberikan dampak posiDf bagi perkembangan kegiatan pembangunan wilayah.
2.  Keberhasilan usaha penggilingan padi ini akan meningkatkan pendapatan daerah. Pajak
yang diperoleh dari hasil usaha seDap tahunnya merupakan kontribusi yang cukup
besar bagi usaha menunjang pembangunan daerah pada umumnya.
3.  Lembaga keuangan dan Koperasi mampu dikembangkan sebagai lembaga untuk
mendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan, sehingga memacu
pengembangan ekonomi di Kabupaten Bulukumba.
4.  Padi merupakan komoditas strategis dan merupakan pangan pokok bangsa Indonesia
dan dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor maupun subsidi import, sehingga
dengan demikian akan memberikan kontribusi bagi pendapatan dan devisa Negara.
5.  InsenDf dalam keperpihakan pemerintah pada petani diharapkan mampu memberikan
spirit dan moDvasi sehingga akhirnya petani bergairah lagi menanam padi.

42

7.2. Manfaat terhadap perekonomian
Padi merupakan bahan pangan pokok terbesar di indonesia, mengingat Jadi sebenarnya,
kalau sektor pertanian khususnya agribisnis dan agroindustri itu ditangani secara serius
maka dampaknya terhadap perekonomian nasional sangat besar.
Sayangnya penanganan sektor agribisnis dan agroindustri ini sering Ddak konsisten,
terputus-putus, dan mengikuD arus, arDnya kadang-kadang ditangani secara serius, tetapi
sering pula dilupakn begitu saja.
Untuk mengembangkan budi daya ubi kayu dalam waktu yang relaDf lama dan
berkelanjutan, adapun upaya-upaya yang perlu ditempuh dan dipakai sebagai instrument
kebijakan agar budidaya tersebut mampu:

1. 
2. 
3. 
4. 

melakukan penyesuaian terhadap perubahan global
meningkatkan pertumbuhan melalui inovasi, investasi dan perdagangan.
menghilangkan factor-faktor yang menghambat pertumbuhan
meningkatkan efisiensi di semua sector yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perkembangan budidaya ubi kayu lebih lanjut
5.  meningkatkan kualitas manajerial melalui peningkatan kualitas SDM , dan
6.  mampu mandiri dengan Ddak begitu menggantungkan diri pada pihak lain.

43

7.3. Penggunaan sumber dalam negeri
Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian pada saat ini adalah upaya
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam negeri.
Konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk,
karena sampai saat ini upaya diversifikasi pangan pokok (sumber karbohidrat)
belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan..
Dari sisi lain pertumbuhan produksi padi nasional mulai menunjukkan gejala
stagnan. Pada era tahun 2000-an ini, hanya meningkat rata-rata kurang dari 1% per
tahun. Lebih rendah dibandingkan pada dasawarsa 90-an yang rata-rata meningkat
1,47% per tahun dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode tahun 80-an,
dimana pertumbuhan produksi rata-rata mencapai 4,34% per tahun.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki lahan
sawah yang cukup luas , dimana sebagian besar penduduknya menyandarkan
kebutuhan hidup di bidang pertanian , sehingga pembangunan pertanian di daerah
ini banyak ditekankan pada pembangunan pertanian tanaman pangan sebagai
prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi.

44

BAB VIII

ASPEK LINGKUNGAN

Dalam proses produksi (baik biologis atau teknis) senantiasa disertai oleh produksi limbah dan hasil
samping karena terjadi transformasi input menjadi output (bahan baku ke produk). Proses transformasi
dalam semua sistem tidak terjadi secara sempurna tetapi dengan tingkat efisiensi tertentu. Dalam
produksi pertanian, efisiensi berkisar pada rentang 5-40 persen. Hal ini terjadi pada indutri pengolahan
padi, selain menghasilkan beras juga limbah (sekam dan dedak) dan hasil samping (menir).

Pendekatan terpadu dalam pengolahan padi, yakni menggunakan semua bagian bahan baku untuk
menghasilkan berbagai produk dalam satu lini, dapat mengurangi persoalan lingkungan sekaligus
meningkatkan manfaat ekonomi. Makalah ini membahas berbagai konsepsi dan dampak lingkungan,
teknologi pengolahan padi, dan pemanfaatan hasil samping sebagai satu industri terpadu.

PENGOLAHAN PADI TERPADU BERWAWASAN LINGKUNGAN

45

8.1. PENGOLAHAN PADI TERPADU BERWAWASAN LINGKUNGAN

Pengolahan padi terpadu bukanlah sesuatu yang sulit pada tingkat praktek. Residu yang diahasilkan
dalam jumlah yang besar hanyalah sekam dan dedak. Residu yang lain dalam bentuk daun kering,
tangkai atau bahan lain jumlahnya relatif kecil dan dapat ditangani dengan mudah (dibakar atau
dikomposkan). Dua residu ini harus ditangani lebih lanjut melalui pengolahan (pemanfaatan ulang)
atau dibuang dengan cara yang memenuhi persyaratan pembuangan limbah. Pembuangan sebagai
limbah menghadapi berbagai kesulitan yaitu keterbatasan tempat dan persoalan lingkungan. Dedak
yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan bau dan mengotori tempat pembuangan. Dedak,
karena mengandung unsur hara, juga menjadi media pertumbuhan mikroba baik yang
menguntungkan maupun yang berbahaya bagi kesehatan.

Sekam
Volume sekam yang dihasilkan adalah 17% dari Gabah kering giling (GKG). Untuk penggilingan
padi yang berkapasitas 5 ton/jam beras putih atau sekitar 7 ton GKG/jam akan dihasilkan sekam
sekitar 0.85 ton/jam atau sekitar 8.5 ton/hari. Berat ini setara dengan sekitar 25 m3/hari atau 7500
m3/tahun. Volume yang besar ini akan menjadi masalah serius dalam jangka panjang apabila tidak
ditangani dengan baik.
Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang terikat dengan struktur
pengikat yang menyerupai kait. Sel-sel sekam yang telah masak mengandung lignin dan silica
dalam konsentrasi tinggi. Kandungan silica diperkirakan berada dalam lapisan luar (De Datta,
1981) sehingga permukaannya keras dan sulit menyerap air, mempertahankan kelembaban, serta
memerlukan waktu yang lama untuk mendekomposisinya (Houston, 1972). Silica sekam dalam
bentuk tridymite dan crytabolalite yang mempunyai potensi sebagai bahan pemucat minyak nabati
(Proctor dan Palaniappan, 1989). Komposisi sekam dapat dilihat pada Tabel 2.
46

Tabel 2. Komposisi Sekam
Kandungan
C-organik
N-total
P-total
K-total
Mg-total
SiO3

Persentase
45.06
0.31
0.07
0.28
0.16
33.01

Dari komposisi kimia sekam (Tabel 2) dapat diketahui potensi penggunaannya terbatas sebagai
sumber C-organik tanah dan media tumbuh (dari kandungan karbon organik yang tinggi) serta
bahan pemurnian dan bahan bangunan (dari kandungan silica yang tinggi). Karbon yang tinggi
juga mengindikasikan banyaknya kandungan kalori sekam. Proses yang diperlukan untuk
pemanfaatan tersebut adalah:
Pelunakan Tekstur dan Pengembangan Permukaan
Pelunakan ditujukan untuk memperbaiki dayaserap (absorption), pengurangan volume
(kekambaan), dan lebih apseptis karena diperoses dengan panas dan tekanan tinggi. Sekam
yang telah lunak dan mengembang dapat digunakan untuk media gundukan tanaman padi,
palawija, dan persemaian (padi, cabai), bedengan tomat, bahan kompos, dan lapisan tidur
ternak. Proses dekomposisi nenjadi lebih mudah. Alat untuk pelunakkan sudah dipasarkan
secara komersial (Lihat Gambar 4).
47

Pengarangan (Carbonizing)
Pengarangan adalah proses pembakaran dengan oksigen terbatas. Arang padi mempunyai
beberapa kegunaan, antara lain:
•  mempertahankan kelembaban: apabila arang ditambahkan ke dalam tanah akan dapat
mengikat air dan melepaskannya jika tanah menjadi kering,
• 
mendorong pertumbuhan (proliferation) mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan
tanaman,
• penggembur tanah: menghindari pengerasan tanah karena sifatnya yang ringan,
• pengatur pH: arang dapat mengatur pH dalam situasi tertentu,
• menyuburkan tanah: kandungan mineral arang adalah hara tanaman,
• membantu melelehkan salju karena arang yang disebarkan di atas salju akan menyerap panas
yang dapat mencairkan salju, dan
• menyerap kotoran sebagai bahan pemurnian dalam pengolahan air, minyak, sirup dan sari
buah.
• Dalam proses pengarangan juga dihasilkan cairan hasil kondensasi asap yang disebut wood
vinegar yang mengandung konsentrasi formaldehid tinggi sehingga dapat dugunakan sebagai
pengawet pangan (ikan, tahu, dan bakso).
Pembakaran
Kandungan karbon yang tinggi juga mengindikasikan bahwa sekam mempunyai kalori yang
tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber enerji panas. Banyak penggilingan padi
menengah dan besar munggunakannya sebagai bahan bakar pengering padi. Penggunaan
yang sama juga dapat dijumpai pada pembakaran batu bata.
Abu sisa pembakaran mengandung SiO2 sekitar 85% sehingga baik digunakan untuk
pembuatan bahan bangunan (seperti papan semen) dan bahan pemurnian minyak (kelapa). Abu
sekam memperbaiki daya serap air, kerapatan, perubahan panjang dan konduktifitas panas
papan semen pulp. Penggunaan abu dalam pemucatan minyak kelapa dapat memperbaiki
kejernihan.
48

Dedak
Persentase dedak mencapai 10% dari GKG. Penggilingan dengan kapasitas beras putih
sebesar 5 ton/jam akan menghasilkan dedak sebanyak 0.7 ton/jam atau sekitar 7 ton/hari.
Jumlah ini terlau besar untuk diabaikan. Volume dedak sekitar 600 liter/ton, maka akan
dihasilkan sekitar 12 m3 dedak setiap harinya.
Dedak adalah bagian padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi seperti minyak,
vitamin, protein dan mineral. Pada kadar air 14%, dedak mengandung pati sebesar 13.8%,
serat 23.7-28,6%, pentosan 7.0-8.3%, hemiselulosa 9.5-16.9%, selulosa 5.9-9.0%, asam
poliuronat 1.2%, gula bebas 5.5-6.9% dan lignin 2.8-3.0% (Juliano dan Bechtel, 1985). Dari
kandungan ini maka dedak telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti
sumber minyak, pakan ternak dan bahan makanan.
Berbasis pada kandungan bahannya, maka dedak dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan.
Minyaknya dapat diambil dengan ekstraksi menggunakan pelarut, protein dan vitaminnya
berguna sebagai nutrisi makanan. Namun demikian, upaya pemanfaatan tersebut secara
ekonomi belum menguntungkan. Ekstraksi minyak melibatkan investasi yang besar dan hanya
layak pada skala yang besar pula. Ini berarti pengolahan terintegrasi pada penggilingan tidak
dapat dilakukan.
Sejauh ini, dedak bukan lagi sebagai limbah tetapi telah menjadi hasil samping yang
mempunyai pasar tersendiri. Pemanfaat utama adalah industri pakan ternak. Pemanfaatan
lain yang telah berkembang dan peralatannya sudah dijual secara komersial adalah
mengolahnya menjadi pellet. Kandungan hara yang tinggi menjadikan pellet dedak dapat
digunakan untuk makan ternak terutama unggas dan pupuk organic. Bahkan dalam kondisi
aplikasi awal, pellet dedak dapat menghambat pertumbuhan gulma apabila disebarkan pada
permukaan tanah.

49

MODEL PENGOLAHAN PADI TERINTEGRASI

Pengolahan padi yang telah berkembang hanya beraslah produk yang harus dihasilkan.
Selebihnya dipandang sebagai limbah. Pola berpikir seperti inilah yang menyebabkan industri
penggilingan padi menghadapi banyak persoalan lingkungan. Pendekatan terpadu memandang
semua bagian bahan baku adalah bahan yang harus dimafaatkan untuk menghasilkan produk
yang bernilai (ekonomi dan lingkungan).
Dengan pendekatan terpadu maka produk yang dapat dihasilkan dalam pengolahan terpadu
dapat bermacam-macam. Beberapa model dapat dikembangkan:
1. Model terpadu yang menghasilkan pellet dedak dan sekam lunak,
2. Model tepadu menghasilkan pellet dedak, arang sekam dan wood vinegar,
3. Model terpadu yang menghasilkan produk turunan dedak, arang sekam atau sekam lunak,
4. Model terpadu yang mengembangkan kombinasi berbagai produk berbasis sekam dan dedak,
dan
5. Model terpadu menghasilkan berbagai produk berbasis dedak dan pemakaian sekam sebagai
sumber enerji panas.
Semua proses ini dapat diintegrasikan dalam proses pengolahan padi beskala menengah dan
besar (minimum 1 ton beras putih/jam). Secara keseluruhan, model terpadu yang layak
dikembangkan dengan pertimbangan teknis dan ekonomis ditunjukkan dalam Gambar 7.
Pengolahan terpadu mempunyai beberapa keuntungan antara lain tidak mencemari
lingkungan, mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku dan memperoleh manfaat ekonomi total
(baik langsung maupun tidak).

50

Abu
Sekam
Pemeleta
n
Dedak

GKP

Pengeringa
n

Penyoso
han
Seka
m

Pellet

Pemutiha
n

Beras
Putih

Pengaranga
n

Arang

Cuka
Kayu
Pelunaka
n
Pengkomposa
n

Media
Tanam

Kompos

Gambar 7. Pengolahan Padi Terintegrasi yang Secara Teknis dan Pembiayaan Layak
Integrasi yang mungkin dilakukan adalah pada skala menengah yakni minimum pada Rice
Processing Complex (RPC) dengan kapasitas 1 ton beras putih/jam dengan berbagai kendala.
Pada RPC dengan kapasitas 5 ton/jam beras putih atau setara 7 ton/jam GKG integrasi layak
baik secara teknis maupun pembiayaan. Oleh karena itu integrasi yang disarankan pada skala
menengah dan besar.
51

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan
1.  Peluang pasar komoditas yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan bakunya,
seperti tepung tapioca dan gaplek, baik untuk ekspor maupun untuk keperluan dalam
negeri masih terus terbuka, sehingga secara tidak langsung memberi peluang bagi
pengembangan dan peningkatan produksi ubi kayu di Indonesia.
2.  Sumber daya lahan dan sumber daya manusia untuk pengembangan produksi ubi
kayu di Propinsi Sulawesi Selatan masih banyak tersedia terutama di Kabupaten
Enrekang.
3.  Beberapa kendala yang dihadapi oleh para petani dalam pengembangan budidaya
ubi kayu adalah masalah penyertaan modal, penyediaan saprodi, pemasaran hasil,
dan keadaan harga jual yang sangat berfluktuasi.
4.  Kelayakan finansial apabila menggunakan kredit yang disalurkan melalui PT.
Permodalan Nasional Madani dengan tingkat bunga 12% per tahun ma