Proposal Uji Klinik Pengujian Klinik Ter

Pengujian Klinik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi dengan Terapi
Diuretol

Disusun Oleh :
Mawar Suci 1361050067
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2015

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................
1.5 Hipotesis..............................................................................................

1

3
4
4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
2.1 Definisi Hipertensi...............................................................................
2.2 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................
2.3 Faktor Risiko Hipertensi......................................................................
2.4 Patofisiologi Hipertensi.......................................................................
2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi..............................................................
2.6 Diagnosis Hipertensi............................................................................
2.7 Obat Anti Hipertensi............................................................................

6

5

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 12
A. Desain Penelitian..................................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................

C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................
D. Kriteria Seleksi.....................................................................................
1. Kriteria Inklusi.............................................................................
2. Kriteria Ekslusi............................................................................
E. Variabel Penelitian................................................................................
F. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data................................................
G. Rencana Analisis Data..........................................................................
H. Langkah-langkah Penelitian.....................................................................
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA..............................................................
LAMPIRAN..............................................................................................

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang

dewasa dan menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di
masyarakat. Banyak orang menderita karena penyakit tersebut, tetapi
tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup
dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum adanya
komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila
hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer).
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan
hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi apabila tekanan darah
seseorang berada di atas nilai normal. Faktor yang berpengaruh memicu
terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, jenis kelamin,
umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Breevers, D.G, 2000).
Tekanan darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah
jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul
dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke
dan kematian karena aliran darah tidak lancar sehingga suplai oksigen
yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat.
Berdasarkan laporan WHO dan CDC diperkirakan penderita
hipertensi diseluruh dunia berjumlah 600juta orang dengan 3 juta
kematian setiap tahun (Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1

No. 2, Oktober 2006). Di Indonesia belum ada data nasional, namun pada
studi

INA-MONICA (Multinational

Monitoring

of

Trends

and

Determinants In Cardiovascular Disease) 2000 didaerah perkotaan
Jakarta memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC VII)

adalah sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk
sebesar 16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2%
penderita di daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006).
Diuretol menurunkan tekanan darah terutama dengan cara

mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretol menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung,
tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan
terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma
dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya
menurunkan tekanan darah.
II.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah Diuretol lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien yang menderita hipertensi sampai pada batas titik normal
dibandingkan golongan Beta-blocker?

Apakah Diuretol mempunyai efek samping yang minimal
dibanding golongan Beta-blocker?

III.


TUJUAN PENELITIAN
III.1. Tujuan Umum
Melakukan perbandingan antara terapi diuretol dengan beta-blocker
III.2. Tujuan Khusus
- Mengatahui efek dan pengaruh terapi yang diuji
- Mengetahui dosis terapi yang tepat

IV.

MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti

Sebagai masukan dan tambahan peneliti untuk dijadikan dasar
penelitian selanjutnya
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang efektitas metode terapi baru dalam
menangani hipertensi
3. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan selanjutnya dalam

penanganan hipertensi.
4. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia
Memberikan informasi yang berguna untuk civitas akademika dan
sebagai dasar penelitian selanjutnya.
V.

HIPOTESIS
“Obat diuretol anti hipertensi golongan diuretik memiliki
efektifitas yang lebih baik dalam penurunan tekanan darah
dibandingkan dengan obat golongan beta bloker”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius di seluruh dunia.
Disamping karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke
tahun, hipertensi juga merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Hipertensi


sering diabaikan karena tidak menunjukkan gejala yang dapat dilihat dari luar
sehingga disebut the silent killer (Purwati S, 2003). Hipertensi dapat
menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara tidak langsung maupun
langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah pada hipertrofi ventrikel kiri, infark miokardium,gagal jantung,
transient ischemic attack, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan
retinopati (Sulalit E, 2001)
Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,56 miliar orang dewasa menderita
hipertensi yang menyebabkan kematian pada 8 juta orang di seluruh dunia dan
hampir 1,5 juta orang di ASEAN. Berdasarkan data dari National Heart, Lung,
and Blood Institute (NHLBI) dilaporkan hampir 50 juta orang Amerika menderita
hipertensi dan terdapat dua juta kasus baru setiap tahunnya yang terdiagnosis
menderita hipertensi. Pada tahun 2000 kunjungan ke dokter akibat hipertensi
mencapai 10,4 juta. (Sheps SG, 2005)
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi
esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan
mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik.
Hipertensi


ini

mencakup

sekitar

95%

kasus.

Banyak

faktor

yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan
Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan

merokok.13,14
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya
diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua
hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi hormon dan fungsi
ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldesteronisme primer, sindroma
Cushing, feokromositoma, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan
penyebabnya secara tepat.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi
hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I dan derajat II. (Tabel 2.)
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi

Tekanan Darah


Tekanan Darah

Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II

Sistolik (mmHg)
< 120
120-139
140-159
≥ 160

Diastolik (mmHg)
< 80
80-89
90-99
≥ 100

Dikutip dari: Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi
dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi ringan.
Perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama penatalaksanaannya, tetapi juga
dibutuhkan pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah. Pada kelompok
hipertensi sedang dan berat memiliki kemungkinan terkena serangan jantung,
stroke, dan kerusakan organ target lainnya. Risiko ini akan diperberat dengan
adanya lebih dari tiga faktor risiko penyebab hipertensi yang menyertai hipertensi
pada kedua kelompok tersebut (Anggraini, 2009).
2.3 Faktor Risiko Hipertensi
1).Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan
(Aris Sugiarto, 2007).

2). Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular
tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah
sistolik (Nurkhalida, 2003).
3). Riwayat Keluarga
Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi,
akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan
riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat
(Sheldon G, 2005).
4). Konsumsi Garam
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah
penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya
penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana
semakin mempertinggi risiko terjadinya hipertensi (I Made Astawan, 2011).
5). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah
(Aris Sugiarto, 2007).
6). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke
otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi
(Lam Murni, 2011).

5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau
sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Pada penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat
badan berlebih.46 Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini
mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan
meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar (Mayo
Clinical Staff, 2012).
6). Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah (Mayo
Clinical Staff, 2012).

2.4 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (E.J.Corwin,
2001)
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah
sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks

kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia,
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin
dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam
jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh
yang melibatkan berbagai organ ( Sutin Saleh, 2010).
2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Elizabeth J. Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang
timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual
dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan
kapiler. 23 Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

2.6 Diagnosis Hipertensi
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan
yaitu:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya
penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikkan tinggi atau gejala-gejala klinis
yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien
duduk, setelah beristirahat selama 5 menit. Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa jenis spigmomanometer,
tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet dengan dibalut bahan
yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa menimbulkan konstriksi.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, pengobatan antihipertensi sebelumnya, riwayat dan gejala-gejala
penyakit

yang

berkaitan

seperti

penyakit

jantung

koroner,

penyakit

serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, gejala kerusakan organ,
perubahan aktifitas atau kebiasaan sebagai faktor risiko hipertensi (seperti
merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor pribadi, keluarga, lingkungan,
pekerjaan, dan lain-lain) (Aris Sugiarto, 2007).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi, dengan tujuan untuk
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Pada umumnya dilakukan pemeriksaan urinalisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total), dan EKG (Arif Mansjoer, 2001).
2.7. Obat Antihipertensi
2.7.1 Diuretik
Diuretik

menurunkan

tekanan

darah

dengan

menyebabkan

diuresis.

Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan

dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah
pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi
perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan
volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.
a. Diuretol
Diuretol adalah obat golongan diuretik dengan potensi menengah yang
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsisodium
pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan
volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada
arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama.
Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan
dimetabolisme di hati. Efek diuretik diuretol terjadi dalam waktu 1‐2 jam
setelah pemberian dan bertahan sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini
cukup diberikan sekali sehari.
b. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan
tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan
diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat
mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.

c. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih
berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu
dengan spironolakton).

2.7.2 Beta-blocker
Beta-blocker memblok beta-adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi
reseptor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung
sedangkan beta-2 banyak ditemukan di paru-paru, pembuluh darah perifer, dan
otot lurik. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak. Terapi menggunakan beta-

blocker akan megantagonis semua efek peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium oleh stimulasi reseptor beta pada otak dan
perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Efek samping
Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengakibatkan bronkhospasme,
bahkan jika digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek samping lain adalah
bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa dingin karena
vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta‐2 pada otot polos pembuluh darah
perifer. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1
dapat berkurang. Hal ini karena beta‐blocker memblok sistem saraf simpatis yang
bertanggung jawab untuk “memberi peringatan“ jika terjadi hipoglikemia.
Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.
2.7.3 ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang
terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak.
ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang
mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan
efek antihipertensi yang lebih kuat.
Efek samping
Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEi fungsi ginjal dan kadar elektrolit
pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus dilakukan selama terapi karena
kedua golongan obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEi dapat
menyebabkan hiperkalemia karena menurun‐kan produksi aldosteron, sehingga
suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika
pasien mendapat terapi ACEI.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan
lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis
rendah dua obat dari golongan berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan

efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi
untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika
(terutama jenis Diuretol), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin
converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika
biasanya menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika
tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal
setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui
penurunan dosis (Arif Mansjoer, 2001)

Faktor resiko hipertensi :








KERANGKA TEORITIS

Usia
Jenis kelamin
Indeks Masa Tubuh
(obesitas)
Faktor gaya hidup
Pola makan riwayat keluarga
Stress
Penderita gangguan jantung






Retensi Na ginjal
Luas infiltrasi menurun
Aktivitas simpatis
meningkat
rennin angiotensin
meningkat








HIPERTENSI
KERANGKA KONSEP

-

Volume cairan meningkat
Kontriksi vena
Preload meningkat
Kontraktilitas meningkat
Kontriksi fungsional
Hipertrofi struktural

Curah jantung meningkat
Tahanan perifer meningkat

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Desain penelitiaan
Penelitian dilakukan secara uji klinis randomisasi acak terkontrol
dengan metode desain cross over dengan kelompok perlakuan yang
diberi terapi diuretol dan kelompok kontrol yang diberi terapi betablocker

kemudian

diberikan

jeda

periode

wash

out

untuk

menghilangkan efek obat, selanjutnya pemberian obat akan disilang
untuk mengetahui kedua efek obat. Keduanya bersifat independen.
B.

Tempat dan waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik RS Suka Sehat
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2015 s/d Juli 2015

C.

Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita
hipertensi dengan derajat hipertensi 1 sampai derajat 2. Populasi
terjangkau untuk penelitian ini yaitu pasien berusia diantara 30-50
tahun yang dirawat di ruang perawatan RS Suka Sehat
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Consecutive Sampling Method

yaitu teknik pengambilan

sampel berdasarkan kriteria pemilihan subjek yang terdiri dari kriteria
inklusi dan eksklusi, dalam kurun waktu tertentu hingga jumlah subjek
D.

penelitian terpenuhi.
Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi
1. Kriteria Inklusi :
– Pasien Hipertensi berusia 30-50 tahun

– Pasien Hipertensi yang sebelumnya sudah menerima terapi
– Orang tua/ wali bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi :
– Pasien yang dalam keadaan hipertensi berat dengan komplikasi
serius, syok
– Orang tua/ wali menolak berpartisipasi
E.

Variable Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas) : Pemberian obat Hipertasol dan
obat standard
2. Variabel Dependen (Terikat) : profil tekanan darah subjek
penelitian
3. Variabel Respon
: efek yang terjadi akibat intervensi

F.

Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian :
-

Formulir Data Keras – Mencatat data yang diperoleh dengan
observasi dan interpretasi secara OBJEKTIF.

-

Formulir Data Lunak – Mencatat data yang diperoleh dengan
observasi dan interpretasi secara SUBJEKTIF.

-

Sphygnomanometer

-

Timbangan

-

Stetoskop

-

Meteran

-

Data Rekam Medis berupa data status pasien untuk mencatat
data tekanan darah dan mengetahui diagnosa dari dokter.

-

Kuesioner untuk mencatat hasil pengukuran dan mengetahui

karekteristik dari subjek penelitian.
2. Cara pengumpulan data:

Data diperoleh dengan mengobservasi tanda-tanda vital di RS
Benhil yang berkaitan dengan penelitian ( pengukuran tekanan darah,
suhu , frekuensi pernapasan, frekuensi denyut nadi ).

G.

Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program SPSS.
Langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut:
- Tahap editing
Tahap ini dilakukan agar data yang diperoleh menjadi
informasi
-

yan

benar.Yang

perlu

diperhatikan

adalah

kelengkapan dan jelas atau tidaknya data.
Pengkodean
Dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar lebih
mudah diolah dan dianalisis dengan memberikan kode-kode

-

dalam bentuk angka.
Tabulasi
Data yang sudah diolah dengan program SPSS disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Penyajian data
Data yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan
dianalisis untuk menggambarkan apakah Hipertasol merupakan obat
Hipertensi yang layak dipakai di pasaran.
H.

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Informed consent
2. Pasien mengisi lembar informed consent
3. Didata penderita hipertensi yang berobat di RS yang sesuai criteria
inklusi

4. Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaaan meliputi :
1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
2) Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
5. Tekanan darah diukur dengan tensimeter air raksa . cara mengukur
tekanan darah :
a) Subjek berbaring minimal 10 menit sebelum diperiksa
b) Pasang manset
c) Manset dipompa
6. Subjek yang sudah dipilih dilakukanrandomisasi , kelompok A
diberikkan obat yang diteliti dan kelompok menjadi kontrol.
Setelah waktu ditentukan, perlakuan dihentikan selama beberapa
waktu ( periode wash out ), kemudian dilakukan silang. Subjek
pada kelompok A menjadi kelompok perlakuan A’, sedangkan
kelompok B menjadi control B’. efek perlakuan dibandingkan.
7. Data dianalisis.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.

E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online].
Jakarta: EGC; 2001 [cited 2015 Feb 10]. P: 694. Available from:

2.

http://books.google.com/books/
Klasifikasi Hipertensi [internet]. c2009 Sep 14 [cited 2015 Feb 10].

3.

Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari

4.

Mediatama; 2005. P:26,158
Anggraini,dkk. Faktor-faktor

yang

Berhubungan

dengan

Kejadian

Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2015
5.

Feb 10 ]. Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan

6.

Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. P: 519-520.
Nurkhalida. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI; 2003. P: 19-

7.

21
Lam Murni BR Sagala. Perawatan penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe

8.

[internet]. [cited 2015 Feb 10]. Available from: http://repository.usu.ac.id/
I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet].

9.

c2011 [cited 2015 feb 10]. Availble from: http://indonesiamedia.com/
Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2015 feb

10.

11.

10]. P:29-50,90-126. Avaiable from: http://eprints.undip.ac.id/
Beth Gromer. Farmakologi Hipertensi [internet]. c2008 [cited 2015 feb 10].
Availablefrom:
https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf
British National Formulary (52). London: British Medical Association and
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain; 2006.

Lampiran 1

LEMBAR INFORMED CONSENT

Yth. Responden

Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama

: Mawar Suci

NIM

:1361050067

Adalah mahasiswa program sarjana kedokteran fakultas kedokteran
Universitas Kristen Indonesia. Dalam kesempatan ini, saya bermaksud
melakukan penelitian dengan judul ”Pengujian Klinik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi dengan Terapi
Diuretol”. Di Rumah Sakit Suka Sehat.
Bersama ini , ijinkan saya untuk memberikan penjelasan sebagai
berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui efektivitas Hipertasol terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi
2. Manfaat penelitian ini secara umum untuk Memberikan informasi tentang
efektifitas suatu metode terapi Hipertensi ang baru bagi dunia farmasi
3. Responden yang disertakan dalam penelitian ini adalah Semua pasien Hipertensi
usia 30 -50 tahun, Pasien Hipertensi yang sebelumnya sudah menerima terapi
4. Penelitian dilakukan selama tiga minggu
5. Selama penlitian berlangsung, responden diharapkan dapat bekerja sama.
6. Selama berlangsungnya kegiatan penelitian, peneliti menggunakan instrumen
penelitian
7. Peneliti menjamin bahwa proses penelitian ini tidak akan melakukan tindakan
yang dapat membahyakan responden.
8. Informasi yang diperoleh dari penelitian akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
akan digunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian ini.

9. Semua catetan yang berhubungan dengan penelitian ini akan disimpan ditempat
yang terjaga kerahasiannya, dan akan dimusnahkan setelah lima tahun.
10. Responden berhak mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal
yang

tidak

berkenaan

bagi

responden,

dan

selanjutnya

akan

dicari

penyelesaianya.
Demikian penjelasan ini saya sampaiakan dengan sebenarnya. Saya menghargai
atas kesediaan dan kerjasama responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Terima kasih.

Jakarta, Februari 2015
Salam hormat

Peneliti