Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Se

Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.

Amie Ristianti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstraksi

Daftar pustaka 1983 - 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa- siswi SMA Pusaka 1 Jakarta dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 150 responden.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan kuesioner. Untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya digunakan skala dukungan sosial yang berbentuk skala likert, yang disusun berdasarkan komponen dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994). Untuk mengukur identitas diri pada remaja digunakan skala identitas yang berbentuk skala likert, yang disusun berdasarkan komponen identitas diri menurut Rogow (dalam Rice, 1996). Uji validitas dan reliabilitas untuk skala dukungan sosial diketahui memiliki validitas korelasi total item antara 0,318 sampai dengan 0,644, dengan reliabilitas sebesar 0,932. Untuk skala identitas diri diketahui memiliki validitas korelasi total item antara 0,319 sampai dengan 0,541, dengan reliabilitas sebesar 0,930. Nilai normalitas untuk skala dukungan sosial pada Kolmogorov Smirnov sebesar 0,200 (p > 0,05) dan untuk skala identitas diri 0,200 (p > 0,05) sehingga dapat diketahui bahwa data dari kedua skala tersebut adalah normal. Linearitas yang diperoleh dari signifikansi anova untuk kedua skala sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat juga diketahui bahwa data dari kedua skala tersebut adalah linier.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji hubungan diketahui koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,565 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta diterima. Dengan demikian “terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.

Kata Kunci : Dukungan Sosial Teman Sebaya, Identitas Diri.

PENDAHULUAN

1989) juga

mengatakan bahwa, menjadi

Latar Belakang Masalah

seseorang berarti juga bahwa oleh rang lain dan Tuhan

masyarakat dirinya diakui sebagai ’seorang dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia

pribadi’, yang memiliki peranan yang jelas dan tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun

berarti. Oleh karena itu individu tersebut akan dengan saudara kembarnya sendiri. Manusia

berusaha membentuk identitas dirinya. Identitas kembar memiliki wajah yang sama seperti

diri pada setiap individu dibentuk ketika individu halnya kembar identik, namun kepribadian,

mulai memasuki masa remaja. kemampuan dalam mengatur orientasi hidup dan

Menurut Santrock (2003), masa remaja lain-lain pasti ada perbedaannya (Erikson dalam

adalah periode transisi, saat seorang individu Cremers, 1989).

mengalami perubahan fisik dan psikologis dari Waktu yang diperlukan manusia sebagai

kanak-kanak menjadi dewasa. Santrock (2003) individu untuk dapat menyadari persamaan dan

juga mengatakan bahwa, pada masa transisi ini, perbedaan dirinya dengan orang lain tidaklah

remaja dipandang dari dua sisi yang berlainan, di singkat. Individu membutuhkan proses yang

satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang panjang untuk dapat memahami siapa dirinya.

mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi namun Menurut Cremers (1989), pertanyaan mengenai

di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan ”siapakah aku” seringkali muncul di dalam

dari orang tuanya. Hal ini terlihat dari hasil proses pemahaman diri, namun untuk memberi

penelitian yang dilakukan Agustiani pada tahun jawaban atas pertanyaan ”siapakah aku” sangat

2002 yang mengatakan bahwa, remaja masih sulit, karena jawaban ’siapa aku’ ini berkaitan

menunjukkan ketergantungan terhadap orang tua dengan identitas yang dimiliki oleh individu.

terutama jika dihadapkan pada masalah penting Identitas, jelas diperlukan individu agar

yang menyangkut kehidupannya. dapat menjalankan kehidupannya. Individu yang

Meskipun remaja masih bergantung pada tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai

orang tuanya, namun intensitas ketergantungan dirinya, akan lebih besar kemungkinannya hidup

tersebut telah berkurang dan remaja mulai dalam ketidakpastian

mendekatkan diri pada teman-teman yang menyadari keunggulan maupun kekurangan yang

serta tidak

mampu

memiliki rentang usia yang sebaya dengan ada pada dirinya. Individu tersebut akan menjadi

dirinya. Remaja mulai belajar mengekspresikan individu yang tidak percaya diri dan tidak

perasaan-perasaan dengan cara yang lebih memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri

matang dan berusaha memperoleh kebebasan (Gardner, 1992).

emosional dengan cara menggabungkan diri Erikson

dengan teman sebayanya (Desmita, 2005). Hal mengatakan

senada dikemukakan oleh Mappiare (dalam membenarkan penegasannya bahwa ’aku adalah

Manan, 1993) yang mengatakan bahwa, selain seseorang’. Selanjutnya Erikson (dalam Cremers,

dengan orang tua, remaja dapat memenuhi dengan orang tua, remaja dapat memenuhi

dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja Benimof (dalam Al-Mighwar, 2006)

bahwa apapun yang dilakukan oleh remaja akan menegaskan bahwa kelompok teman sebaya

mendapatkan dukungan dari teman sebayanya. merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan

Menurut Tarakanita (2001), dukungan sosial tempat remaja menguji dirinya sendiri dan orang

yang bersumber dari teman sebaya dapat lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan

membuat remaja memiliki kesempatan untuk remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang

melakukan berbagai hal yang belum pernah remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik

mereka lakukan serta belajar mengambil peran untuk memperoleh dukungan dari kelompok

yang baru dalam kehidupannya. Remaja mampu teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan

menjalankan peran sosialnya di masayarakat teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam

tersebut telah berhasil berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah

apabila

remaja

membentuk identitas dirinya. kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba

Identitas diri adalah perasaan-perasaan berbagai hal yang baru serta saling mendukung

yang berasal dari apa yang individu pikirkan satu sama lain (Cairns & Neckerman, 1988). Hal

mengenai dirinya dan apa yang individu pikir senada dikemukakan oleh Tarakanita (2001)

orang lain pikirkan mengenai diri individu yang mengatakan bahwa, teman sebaya selain

tersebut (Gardner, 1992). Individu yang sedang merupakan sumber referensi bagi remaja

membentuk identitas diri adalah individu yang mengenai berbagai macam hal, juga dapat

ingin menentukan siapakah dan apakah dirinya memberikan kesempatan bagi remaja untuk

pada saat ini serta siapakah atau apakah yang mengambil peran dan tanggung jawab yang baru

individu inginkan di masa yang akan datang. melalui pemberian dorongan (dukungan sosial).

Menurut Erikson (dalam Pudjijogyanti, Dukungan sosial adalah bantuan yang

1988), perubahan psikologis dan tuntutan dari diterima individu dari orang lain atau kelompok

lingkungan untuk dapat bersikap mandiri juga di sekitarnya, dengan membuat penerima merasa

dialami oleh remaja. Hal inilah yang membuat nyaman, dicintai dan dihargai (Sarafino, 1994).

remaja merasa perlu untuk mencari tahu tentang Konsep operasional dari dukungan sosial adalah

siapa dirinya dan apa yang membedakan dirinya perceived support (dukungan yang dirasakan),

dari orang lain. Pembentukan identitas diri yang yang memiliki dua elemen dasar diantaranya

terjadi pada remaja merupakan salah satu cara adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain

untuk mengatasi kegoncangan yang dialami dimana seseorang dapat mengandalkannya saat

setiap individu dalam melalui masa remajanya. dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap

Kegoncangan yang dialami oleh remaja dukungan yang ada (Dimatteo, 2004).

merupakan bagian dari krisis identitas yang Melalui dua elemen dasar dari dukungan

harus dilewati dan diselesaikan (Junir, 1996). yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman

Selanjutnya Junir (dalam Cremers, 1989) juga sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila

menyatakan, bahwa kesadaran dalam diri akan menyatakan, bahwa kesadaran dalam diri akan

memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang remaja apabila remaja mampu melewati dan

dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya menyelesaikan krisis identitas. Sebaliknya,

dengan orang lain, menyadari kelebihan dan apabila krisis gagal diatasi dan diakhiri dengan

kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap baik maka selama masa dewasanya remaja

terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi tersebut akan mengalami kekaburan tentang

tantangan masa depan serta mengenal perannya peranan dirinya dalam masyarakat, sehingga

dalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan pada akhirnya remaja tersebut tidak mengetahui

sosial merupakan salah satu hal penting untuk akan menjadi apa dirinya kelak dan siapakah

pembentukan identitas diri seorang remaja. Hal dirinya dalam pengamatan orang lain (Erikson

ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan dalam Cremers, 1989).

oleh Elleny (2007), bahwa dukungan sosial yang Oleh

bersumber dari kelompok teman sebaya dapat menyelesaikan krisis identitas dalam upaya

membantu remaja mengatasi krisis dalam upaya membentuk identitas dirinya, remaja sangat

pencapaian identitas.

membutuhkan dukungan dari teman sebayanya.

menjelaskan bahwa, Dirgagunarsa (1989) menyatakan bahwa, dari

Hilman

dukungan dari teman sebaya membuat remaja dukungan sosial yang didapat melaui teman

merasa memiliki teman senasib, teman untuk sebayanya remaja dapat memperoleh timbal

berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan balik atas apa yang remaja lakukan dalam

kegiatan kreatif sifatnya , saling menguatkan lingkungan sosialnya sehingga remaja menjadi

bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih tahu kelebihan dan kekurangan yang ada pada

baik dan memungkinkan remaja memperoleh dirinya, selain itu remaja dapat memperoleh

rasa nyaman, aman serta rasa memiliki identitas informasi-informasi penting terkait dengan hal

diri. Hilman (2002) juga memaparkan bahwa, apa saja yang harus remaja lakukan agar remaja

dukungan teman sebaya biasanya terjadi dalam mampu membentuk identitas dirinya.

interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui Melalui informasi yang diperoleh melalui

hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman sebaya dalam bentuk dukungan sosial,

teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di remaja dapat mengetahui dan mengerti mengenai

kehidupan sosialnya, salah satunya ialah siapa dirinya, apakah yang remaja inginkan di

lingkungan sekolah.

masa yang akan datang serta peran sosial apa Berbagai macam perkumpulan maupun yang

organisasi terdapat di sekolah, salah satunya sosialnya. Dalam hal ini remaja sudah mampu

harus dijalankan

dalam kehidupan

ekstra kulikuler membentuk identitas dirinya yang optimal.

melalui

kegiatan

(Pudjijogyanti,1988). Selanjutnya Pudjijogyanti Senada dengan pernyataan yang dikemukakan

(1988) juga menyatakan bahwa, melalui ekstra oleh Erikson (dalam Thornburg, 1982) yang

kulikuler, remaja dapat saling berinteraksi dan menyatakan bahwa, remaja yang telah berhasil

saling mengakarabkan diri. Ditinjau dari sudut saling mengakarabkan diri. Ditinjau dari sudut

1. Manfaat Teoritis

melalui perkumpulan maupun organisasi yang

ini diharapkan dapat ada di sekolah, maka penelitian ini menggunakan

Penelitian

memberikan sumbangan ilmiah bagi sampel siswa-siswi SMA Pusaka 1 Jakarta.

kemajuan ilmu SMA Pusaka 1 Jakarta merupakan sekolah

perkembangan

khususnya psikologi umum swasta yang terletak di Jl. Pahlawan

psikologi,

perkembangan dan memperkaya hasil Revolusi No. 89 Pondok Bambu, menyediakan

penelitian yang telah ada. Hal ini waktu yang cukup banyak bagi remaja siswa-

dengan cara memberi siswinya untuk dapat saling berinteraksi dengan

dilakukan

tambahan data empiris yang telah teruji lingkungan sosial sekolahnya. Waktu untuk

secara ilmiah mengenai hubungan kegiatan belajar sekitar delapan jam setiap hari,

antara dukungan sosial teman sebaya ditambah waktu untuk ekstra kulikuler setelah

dengan identitas diri pada remaja di waktu belajar memberikan kesempatan bagi para

SMA Pusaka 1 Jakarta. siswa-siswi SMA Pusaka 1 untuk dapat

2. Manfaat Praktis berinteraksi serta mengakrabkan diri melalui

berbagai macam organisasi dan ekstra kulikuler Hasil penelitian ini diharapkan yang ada. Di dalam organisasi sosial tersebut

dapat memberi gambaran mengenai remaja bersama teman-temannya dapat saling

peranan dukungan sosial teman sebaya terhadap identitas diri remaja, sehingga

bertukar informasi, memberikan perhatian dan saling memberikan dukungan sosial satu sama

para remaja dapat lain yang pada akhirnya dapat membantu dalam

diharapkan

menyadari arti dan makna pemberian proses pembentukan identitas diri remaja.

dukungan sosial oleh kelompok teman sebayanya serta lebih meningkatkan

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

interaksi dengan teman sebayanya guna hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

dukungan tersebut, dengan identitas diri pada remaja di SMA

memperoleh

sehingga dapat membantu remaja dalam mencapai identitas diri yang optimal.

Pusaka 1 Jakarta.

Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Identitas Diri

hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

Pengertian Identitas Diri

dengan identitas diri pada remaja di SMA Identitas diri merupakan kesadaran Pusaka 1 Jakarta.

individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat

di dalam konteks kehidupan (Zanden,

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki 2 manfaat,

(2005) merumuskan yaitu :

Desmita

identitas diri sebagai suatu kesadaran akan identitas diri sebagai suatu kesadaran akan

keterbatasan yang dimilki. rentang

Achieved identity akan menjadi inti berbagai

yang telah berhasil menyebutkan bahwa identitas diri adalah

pribadi individu

melewati proses dari kebingungan tentang proses menjadi seorang yang unik dengan

siapa dirinya dan apa yang diinginkan dalam peran yang penting dalam hidup (Erikson

hidupnya (diffused), menerima pilihan- dalam Papalia & Olds, 2001).

orang tua tanpa Dari beberapa pendapat ahli di atas

pilihan

dari

alternatif lain maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri

mempertimbangkan

(foreclosure), kemudian melakukan usaha adalah

aktif dalam menghadapi krisis (moratorium) menempatkan diri dan memberi arti pada

dan akhirnya dapat memahami pilihan yang dirinya sebagai seorang pribadi yang unik,

realistik, membuat pilihan dan berperilaku memiliki keyakinan yang relatif stabil, serta

sesuai dengan pilihannya tersebut (Marcia memiliki peran penting dalam konteks

dalam Rice, 1990).

kehidupan bermasyarakat.

Komponen-komponen dalam Identitas Proses Pembentukan Identitas Diri

Diri

Yang termasuk ke dalam komponen mengemukakan bahwa, individu yang telah

Marcia (dalam

Rice,

identitas menurut Rogow dkk (dalam Rice, melalui masa krisis dan telah menetapakan

1996) adalah:

komitmen di dalam hidupnya berarti

a. Fisik (physical)

individu tersebut sudah mencapai identitas Papalia & Olds (1988) mengemukakan dirinya dengan optimal (achieved identity).

perkembangan fisik pada umumnya Krisis menyangkut suatu masa dimana

ditandai oleh perkembangan: secara aktif terlibat dalam proses pemilihan

1) Kelamin primer; yakni perkembangan beberapa alternatif, sedangkan komitmen

pada alat kelamin dan alat-alat menyangkut

reproduksi baik remaja pria maupun pemilihan yang diekspresikan oleh individu

wanita. Pada remaja pria misalnya (Marcia dalam Rice, 1996).

perkembangan pada testes, penis, Individu dengan achieved identity

scrotum, seminal vesides dan prostat berarti

glands . Sedangkan pada remaja menyelesaikannya.

telah mengalami

krisis

dan

wanita misalnya perkembangan pada dilakukan dengan cara mengevaluasi secara

Penyelesaian

krisis

ovarium, tube falopi, uterus dan hati-hati dan cermat berbagai alternatif dan

vagina .

pilihan yang tersedia. Individu membuat

sekunder; yakni sendiri kesimpulan dan keputusan yang tepat

2) Kelamin

perkembangan seperti perubahan perkembangan seperti perubahan

mandiri dan beroreientasi pada prestasi, tumbuhnya rambut-rambut halus.

kulit,

dan

sedangkan perempuan diharapkan untuk Pada aspek perkembangan fisik

memberikan pengasuhan, remaja juga ditandai dengan adanya

lebih

penghormatan, kurang mandiri, empati perasaan puas dan tidak puas terhadap

mempertahankan hubungan keadaan tubuhnya. Sebagaimana yang

dan

(Papalia & Olds, 2001). Dengan dijelaskan oleh Gunn dkk (dalam

perkataan lain, laki-laki diarahkan Santrock, 2003) bahwa pada umumnya

menjadi seorang yang maskulin dan remaja putri lebih kurang puas dengan

seorang perempuan diarahkan menjadi keadaan tubuhnya, dikarenakan lemak

seorang feminin. Semua ini tidak tubuhnya bertambah, sedangkan remaja

oleh pengaruh yang putra menjadi lebih puas mungkin

terlepas

ditimbulkan dari proses mengamati karena massa ototnya meningkat (Gross

orang-orang yang ada di sekitarnya, dalam Santrock, 2003).

baik orang tua dan khususnya teman- Ketika remaja mampu melihat

teman sebaya.

perbedaan dengan orang lain dalam hal

hubungannya dengan ciri kondisi fisiknya, remaja telah

Dalam

pengaruh teman sebaya, terlihat mereka mampu membentuk identitas dirinya.

dapat saling mengajarkan satu dengan

b. Peran jender yang lainnya perilaku maskulin bagi Peran

remaja laki-laki dan feminin bagi deskripsi atau gambaran masyarakat

jender

merupakan

remaja perempuan (Santrock, 2003). mengenai karakteristik, cara berpikir

remaja tersebut telah dan tingkah laku yang tepat untuk

Ketika

membentuk suatu kepribadian (baik dilakukan oleh seorang laki-laki atau

maskulin atau feminin) dalam diri dan perempuan (Sarwono, 2007).

perilakunya maka remaja tersebut telah Bem (dalam Sarwono, 2007)

berhasil menentukan identitas dirinya meyatakan ada dua macam manusia

sebagai seorang laki-laki atau seorang ditinjau dari peran seksualnya:

perempuan.

1) Tipe maskulin, yaitu sifat kelaki-

c. Sosial (Social)

lakiannya di atas rata-rata, sifat Remaja dalam dunia sosialnya kewanitaannya kurang dari rata-rata.

berusaha untuk mencapai kedewasaan,

2) Tipe feminin, yaitu yang sifat ia ingin melibatkan diri dalam berbagai kewanitaannya di atas rata-rata, sifat

macam kegiatan dan berusaha semampu kelaki-lakiannya kurang dari rata-

untuk mendapatkan rata.

mungkin

pengakuan dari orang yang berada di Dalam kaitannya dengan identitas,

sekitarnya (Panudju & Umami, 1999). laki-laki diharapkan untuk aktif, agresif,

Dengan mendapatkan pengakuan dari Dengan mendapatkan pengakuan dari

jalani untuk kehidupan di masa dirinya yang diakui dalam masyarakat

depannya. Pada tahap ini pemikiran tempat tinggalnya.

berubah dari yang kurang subjektif

d. Pemilihan Karir (vocational) hingga pilihan karir yang lebih Menurut

Santrock, 2003) individu akan melewati Perkembangan karir berhubungan tiga tahap dalam pemilihan karir antara

dengan perkembangan identitas dalam lain:

masa

remaja (Vondracek dalam

1) Tahap Fantasi (Fantasy Period): Santrock 2003). Remaja yang lebih jauh yakni pada tahun-tahun awal masuk

terlibat dalam proses pembentukan sekolah, dimana pemilihan karir

lebih sanggup memilih lebih pada hal yang aktif dan

identitas

karirnya dan menentukan langkah menyenangkan serta tidak realistis.

berikut untuk mencapai tujuan jangka Keputusan

pendek maupun jangka panjang mereka emosional daripada praktis dan

diambil

secara

(Raskin dalam Santrock, 2003). berkisar dari anak-anak hingga

e. Moral dan Agama memasuki usia 11 tahun.

Pada aspek moral, remaja mulai

adanya kejanggalan dan yakni pada masa remaja memasuki

2) Tahap Tentatif (Tentative Period):

melihat

ketidakseimbangan antara yang mereka Sekolah Lanjutan (SMA), dimana

percayai dahulu dengan kenyataan yang pemilihan karir sudah disesuaikan

ada disekitarnya. Perubahan inilah yang dengan keinginan dan kemampuan

mendasari sikap yang ada dalam dirinya.

seringkali

pemberontakan

remaja terhadap

3) Tahap Realistik (Realistic Period): peraturan atau otoritas yang selama ini yakni pada masa lulus dari Sekolah

diterimanya (Putri & Hadi, 2008). Oleh Lanjutan (SMA), dimana remaja

karena itu masa remaja disebut sebagai telah merencanakan pendidikan

masa pemberontakan, hal ini didukung yang dapat menunjang karirnya.

belajar sosial yang Remaja memfokuskan diri pada

oleh

teori

menyatakan bahwa remaja merupakan satu bidang dan akhirnya memilih

masa mencari identitas diri, atau biasa pekerjaan tertentu dalam karir

disebut dengan masa pemberontakan. tersebut (seperti menjadi dokter

Pada masa pencarian identitas ini, umum atau ahli bedah dalam karir

remaja menghabiskan kedokteran). Dengan kata lain

kebanyakan

waktu dengan teman sebayanya dimana mereka

mereka dapat merasa lebih bebas, bidang pekerjaan apa yang mereka

sudah mulai

berpikir

terbuka, bersemangat dan termotivasi.

Salah satu moral yang penting atau kemampuannya tersebut dapat adalah agama. Agama menawarkan

diterima oleh masyarakat di lingkungan perlindungan dan rasa aman, khususnya

tempat tinggalnya ataukah masyarakat bagi remaja yang sedang mencari

tidak menerima keterampilan yang eksistensi

Wirawan, 2007). Dalam kaitannya

c. Struktural

dengan masa remaja sebagai masa Hal ini terkait dengan perencanaan mencari identitas diri, remaja berada

masa depan yang telah disusun oleh pada

tahap pemikiran operasional remaja, atau dengan kata lain remaja formal dimana mereka tidak lagi

telah mempersiapkan kehidupan di melihat

masa depannya. Namun bukan berarti keagamaan dalam tingkah laku individu

perwujudan

identitas

tidak ada hambatan dalam menjalankan namun lebih memperhatikan bukti

rencana masa depannya ini. Seringkali keberadaan keyakinan dan pendirian

apa yang telah direncanakan tidak dalam diri seseorang.

berjalan sesuai dengan yang diharapkan, bisa jadi rencana tersebut mengalami

Dimensi-dimensi Identitas Diri

suatu kemunduran (deficit structural) Menurut Erikson (dalam Santrock,

atau bahkan bisa tidak sama sekali 2003) identitas melibatkan tujuh dimensi,

terwujud.

antara lain:

d. Dinamis

a. Genetik Proses ini muncul dari identifikasi masa Hal ini bekaitan dengan suatu sifat yang

kecil individu dengan orang dewasa diwariskan

yang kemudian dapat membentuk suatu anaknya.

oleh orang

tua pada

identitas yang baru di masa depannya mempengaruhi sifat yang akan dimiliki

ataukah sebaliknya, proses identifikasi anaknya di kemudian hari. Sifat inilah

tidak berpengaruh pada yang akan memberikan sesuatu yang

tersebut

melainkan yang berbeda antara individu satu dengan

identitasnya

berpengaruh adalah pemberian peran individu lainnya, terutama di dalam

dari masyarakat terhadap remaja. menjalankan kehidupannya.

e. Subyekif atau berdasarkan Pengalaman

b. Adaptif Individu yang mempunyai pengalaman Identitas adalah penyesuaian remaja

akan berbeda dengan individu yang mengenai

sekali belum memiliki khusus, dan bagaimana remaja tersebut

keterampilan-keterampilan

sama

pengalaman. Hal ini dijelaskan oleh dapat

Erikson (dalam Santrock, 2003) bahwa masyarakat

yang telah memiliki tinggalnya. Sejauh mana keterampilan

di lingkungan tempat

individu

pengalaman

sebelumnya, individu sebelumnya, individu

Pola asuh demokratis dikatakan dapat kepastian

suatu

membantu berkembangnya identitas diri adanya pengalaman maka akan banyak

yang lebih optimal, dikarenakan remaja alternatif yang dapat kita jadikan

dengan pola asuh demokratis dapat pedoman untuk melangkah dengan

mengembangkan dan mengekspresikan lebih yakin ke arah depan atau semakin

ide-idenya dengan orang tua sebagai banyak pengalaman maka akan semakin

pengawas bukan sebagai pengekang timbul antisipasi dalam melakukan

kebebasan.

berbagai hal yang belum kita ketahui

b. Model Identifikasi secara pasti konsekuensinya.

Model identifikasi biasanya adalah

f. Timbal balik Psikososial orang yang sukses dalam hidupnya. Erikson

Individu memiliki suatu harapan bahwa menekankan hubungan timbal balik

menjadi seperti model antara remaja dengan dunia dan

dengan

identifikasinya maka dirinya akan masyarakat sosialnya. Perkembangan

meraih sukses yang sama sehingga identitas tidak hanya terbentuk oleh diri

memotivasi individu untuk melakukan kita sendiri melainkan melibatkan

hal-hal yang dilakukan oleh model hubungan dengan orang lain, komunitas

tersebut.

dan masyarakat.

c. Homogenitas Lingkungan

g. Status Eksistensial Individu yang berada pada lingkungan Erikson

yang homogen cenderung lebih mudah berpendapat bahwa remaja mencari arti

identitas dirinya dalam hidupnya sekaligus arti dari

membentuk

dibandingkan dengan yang berada pada hidup secara umum. Dalam hal ini

lingkungan heterogen. Individu yang remaja ingin merasakan apa yang

berada pada lingkungan heterogen lebih dinamakan dengan makna hidup, ingin

lama menghadapi krisis karena terlalu diakui

alternatif yang ada di masyarakat dengan peran sosial yang

dijalankan serta keterampilan yang

d. Perkembangan Kognisi dimilikinya.

Menurut Papalia & Olds (2001), perkembangan kognisi masa remaja

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

adalah bilamana individu mampu

Identitas Diri

berpikir secara operasional formal dan Faktor-faktor

lebih sistematis terhadap hal-hal yang mempengaruhi

yang

dapat

abstrak. Dalam tahap ini pola berpikir Fuhrman (1990), adalah:

menjadi lebih fleksibel dan mampu

a. Pola Asuh melihat persoalan dari berbagai sudut a. Pola Asuh melihat persoalan dari berbagai sudut

untuk mengikuti standar kelompok. cenderung lebih mempunyai komitmen

individu

Sejak seorang remaja menjadi bagian yang kuat dan konsisten.

dari kelompok teman sebaya tersebut,

e. Sifat Individu

dirinya mulai terbentuk Remaja memiliki sifat ingin tahu dan

identitas

(Thornburg, 1982). keinginan untuk eksplorasi yang besar

Papalia & Olds (2001) mengemukakan dimana hal ini dapat membantu

kelompok teman sebaya pencapaian identitas.

bahwa

merupakan sumber referensi utama bagi

f. Pengalaman Masa Kanak-kanak remaja dalam hal persepsi dan sikap Individu yang di masa kanak-kanak

yang berkaitan dengan gaya hidup. telah berhasil menyelesaikan konflik-

Selanjutnya Conger dalam Shanti, konfliknya cenderung lebih mudah

2007) mengatakan bahwa, teman-teman menyelesaikan krisis dalam mencapai

bagi remaja dapat menjadi sumber identitas diri.

informasi

misalnya mengenai

g. Pengalaman Kerja

cara berpakaian yang Pengalaman

bagaimana

menarik, musik atau film apa yang menstimuli pembentukan identitas diri.

kerja individu

dapat

bagus, dan sebagainya. Erikson (dalam Individu menjadi lebih matang dengan

& Collins, 1995) menghadapi permasalahan yang ada di

Sprinthall

mengemukakan bahwa remaja lingkungan kerjanya sehingga individu

dukungan sosial dari mengetahui kelebihan atau kekurangan

menerima

kelompok teman sebaya. Pemberian apa yang dimiliki untuk menghadapi

dukungan sosial dan penyediaan tempat permasalahan tersebut.

untuk melakukan segala uji coba

h. Interaksi Sosial membuat teman sebaya merupakan Weigert (1983) meyatakan bahwa

yang penting dalam individu akan mendapatkan identitas

bagian

pembentukan identitas diri. dirinya setelah melakukan interaksi dengan orang lain. Individu dapat

Dukungan Sosial

mengatakan segala sesuatu tentang

Pengertian Dukungan Sosial

dirinya, lingkungan di sekitarnya akan

(1994) menggambarkan membantu membentuk identitas dirinya.

Sarafino

dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, Individu harus berinteraksi jika ingin

perhatian, penghargaan ataupun bantuan menjadi sesuatu.

yang diterima individu dari orang lain i.

Kelompok Teman Sebaya

maupun kelompok.

Kelompok teman sebaya merupakan Dalam pengertian lain disebutkan kelompok acuan bagi seorang anak

bahwa dukungan sosial adalah kehadiran untuk mengidentifikasikan dirinya dan

orang lain yang dapat membuat individu orang lain yang dapat membuat individu

simpati.

yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat

Penghargaan (Esteem (Casel dalam Sheridan&Radmacher, 1992).

b. Dukungan

Support )

House (dalam Smet, 1994) menyatakan mengemukakan, dukungan sosial sebagai

Siegel (dalam

Taylor,

bahwa, dukungan penghargaan dapat informasi dari orang lain yang menunjukan

diberikan melalui penghargaan atau bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki

penilaian yang positif kepada individu, harga diri dan dihargai serta merupakan

dorongan maju dan semangat atau bagian dari jaringan komunikasi dan

persetujuan mengenai ide atau pendapat kewajiban

individu serta melakukan perbandingan dikemukakan oleh Thoits (dalam Rutter,

secara positif terhadap orang lain. 1993) yang menyatakan bahwa, dukungan

c. Dukungan Instrumental (Tangible or sosial adalah derajat dimana kebutuhan

Instrumental Support ) dasar individu akan afeksi, persetujuan,

Mencakup bantuan langsung, seperti kepemilikan dan keamanan didapat melalui

pinjaman uang atau interaksi dengan orang lain.

memberikan

menolong dengan melakukan suatu Dari beberapa pendapat tokoh di atas

pekerjaan guna menyelesaikan tugas- dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

tugas individu.

merupakan ketersediaan sumber daya yang

b. Dukungan Informasi (Informational memberikan

psikologis yang didapat melalui interaksi Memberikan informasi, nasehat, sugesti individu dengan orang lain sehingga

ataupun umpan balik mengenai apa individu

yang sebaiknya dilakukan oleh orang diperhatikan, dihargai

lain yang membutuhkan. bagian dari kelompok sosial.

dan

merupakan

c. Dukungan Jaringan Sosial (Network Support )

Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Jenis dukungan ini diberikan dengan House, dkk (dalam Sarafino, 1994)

cara membuat kondisi agar seseorang mengemukakan beberapa bentuk dukungan

menjadi bagian dari suatu kelompok sosial, antara lain:

yang memiliki persamaan minat dan

a. Dukungan Emosional

aktivitas sosial. Dukungan jaringan Support )

(Emotional

sosial juga disebut sebagai dukungan Dinyatakan dalam bentuk bantuan yang

persahabatan (Companioship Support) memberikan

yang merupakan suatu interaksi sosial memberikan kehangatan dan kasih

dorongan

untuk

yang positif dengan orang lain, yang sayang, memberikan perhatian, percaya

memungkinkan

individu dapat individu dapat

menghabiskan waktu dengan individu

1) Reassurance of Worth hiburan.

(Pengakuanpositif) Dukungan sosial ini berbentuk

Komponen-komponen Dukungan Sosial

atau penghargaan Weiss

pengakuan

terhadap kemampuan dan kualitas mengemukakan adanya enam komponen

(dalam Cutrona,

Dukungan ini akan dukungan sosial yang disebut sebagai “The

individu.

membuat individu merasa dirinya Social Provision Scale ” dimana masing-

diterima dan dihargai. masing komponen da[at berdiri sendiri,

2) Emotional Attachment (Kedekatan namun satu sama lain saling berhubungan.

emosional)

Adapun komponen tersebut antara lain:

Dukungan

sosial ini berupa

a. Instrumental Support pengekspresian dari kasih sayang,

1) Reliable Alliance (Ketergantungan cinta, perhatian dan kepercayaan yang dapat diandalkan)

yang diterima individu, yang dapat Dalam

memberikan rasa aman kepada individu mendapat jaminan bahwa

individu yang menerima. ada individu lain yang dapat

3) Social Integration ( Integrasi diandalkan

individu membutuhkan bantuan,

sosial ini bantuan tersebut sifatnya nyata dan

Dukungan

memungkinkan individu untuk langsung. Individu yang menerima

memperoleh perasaan memiliki bantuan ini akan merasa tenang

kelompok yang karena individu menyadari ada

suatu

memungkinkannya untuk membagi individu lain yang dapat diandalkan

minat, perhatian serta melakukan untuk menolongnya bila individu

secara bersama-sama. mengalami masalah dan kesulitan.

kegiatan

Dukungan

semacam ini

2) Guidance (Bimbingan) memungkinkan individu Dukungan

mendapatkan rasa aman, nyaman nasehat, saran dan informasi yang

serta merasa memiliki dan dimiliki diperlukan

dalam kelompok yang memiliki kebutuhan

dalam

memenuhi

persamaan minat. permasalahan

dan

mengatasi

4) Opportunity to Provide Nurturance Dukungan ini juga dapat berupa

yang

dihadapi.

(Kesempatan untuk mengasuh) feedback (umpan

aspek penting dalam sesuatu

interpersonal adalah individu.

yang telah

dilakukan

hubungan

perasaan dibutuhkan oleh orang perasaan dibutuhkan oleh orang

interpersonal yang memungkinkan

Pengalaman akan memperoleh perasaan bahwa orang

pertukaran secara timbal balik ini lain tergantung padanya untuk

membuat individu lebih percaya bahwa memperoleh kesejahteraan.

orang lain akan menyediakan bantuan.

Sumber Dukungan Sosial Dukungan Sosial Teman Sebaya

Goetlieb (1983) menyatakan ada dua macam

remaja merupakan masa hubungan dukungan sosial, yaitu hubungan

Masa

penyesuaian yang lebih dikenal dengan professional yakni bersumber dari orang-

masa strom and stress, masa penuh gejolak orang yang ahli di bidangnya, seperti

yang selalu ingin mencari identitas diri, konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun

ingin selalu merasa diakui dan dihargai oleh pengacara, serta hubungan non professional,

orang lain dalam kelompoknya (Yusnita, yakni bersumber dari orang-orang terdekat

2004). Selanjutnya Yusnita (2004) juga seperti teman, keluarga maupun relasi.

mengatakan bahwa, di masa pencarian identitas ini remaja seringkali dihadapkan

Faktor-faktor terbentuknya Dukungan

pada berbagai masalah menyangkut pilihan-

Sosial

pilihan penting yang akan menentukan Myers

kehidupannya di masa yang akan datang. mengemukakan bahwa sedikitnya ada tiga

(dalam Hobfoll,

Purnama (1998) membenarkan hal tersebut faktor penting yang mendorong seseorang

dengan mengatakan bahwa, di masa ini untuk memberikan dukungan yang positif,

remaja akan menghadapi berbagai macam diantaranya:

persoalan

yang

tidak dapat mereka

a. Empati, yaitu

selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan kesusahan orang lain dengan tujuan

turut

merasakan

dan dukungan dari orang-orang terdekatnya, mengantisipasi emosi dan memotivasi

dalam hal ini teman sebayanya. Erikson tingkah

& Collins, 1995) kesusahan

laku untuk

mengemukakan bahwa remaja menerima kesejahteraan orang lain.

dan

meningkatkan

dukungan sosial dari kelompok teman

b. Norma dan nilai sosial, yang berguna sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha untuk membimbing individu untuk

menggabungkan diri dengan teman-teman menjalankan

kehidupan. Hal ini dilakukan remaja

c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan

untuk mendapatkan timbal balik perilaku sosial antara cinta,

dengan

tujuan

pengakuan dan dukungan dari kelompok pelayanan, informasi. Keseimbangan

sebayanya. Melalui berkumpul dalam pertukaran akan menghasilkan

teman

dengan teman sebaya yang memiliki dengan teman sebaya yang memiliki

dukungan sosial yang penting bagi proses hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal

identitas diri remaja. yang baru serta saling mendukung satu sama

pembentukan

Pernyataan ini juga dipertegas oleh Erikson lain (Cairns & Neckerman, 1988). Hal

(dalam Sprinthall & Collins, 1995) yang senada dikemukakan oleh Tarakanita (2001)

mengatakan bahwa, pemberian dukungan yang mengatakan bahwa, teman sebaya

penyediaan tempat untuk selain merupakan sumber referensi bagi

sosial dan

melakukan segala uji coba membuat teman remaja mengenai berbagai macam hal, juga

sebaya merupakan bagian yang penting dapat memberikan kesempatan bagi remaja

dalam pembentukan identitas diri remaja. untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan

Remaja

(dukungan sosial).

Pengertian Remaja

Menurut Papalia & Olds (2001), masa bersumber dari

remaja adalah masa transisi perkembangan memberikan informasi terkait dengan hal

teman

sebaya dapat

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa apa yang harus dilakukan remaja dalam

yang pada umumnya dimulai pada usia 12 upaya membentuk identitas dirinya., selain

atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir itu dapat pula memberikan timbal balik atas

belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. apa yang remaja lakukan dalam dalam

& Collins (1995) kelompok dan lingkungan sosialnya serta

Sprinthall

memberikan definisi tentang remaja sebagai memberikan kesempatan bagi remaja untuk

transisi antara masa kanak-kanak dan masa menguji coba berbagai macam peran dalam

dewasa yang terjadi secara bertahap, penuh menyelesaikan krisis guna membentuk

dengan ketidakpastian dan berbeda antara identitas diri yang optimal. Junir (dalam

individu yang satu dengan yang lainnya. Cremers,

Ali & Asrori (dalam Monks dkk, identitas diri akan timbul setelah krisis

1989) menyatakan

bahwa,

2007) mengungkapkan bahwa Remaja diselesaikan dan diakhiri dengan baik.

sebetulnya tidak mempunyai tempat yang Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa

sudah tidak termasuk dukungan sosial dari teman sebaya dapat

jelas.

Mereka

golongan anak-anak tetapi belum juga di memberikan

terima secara penuh untuk masuk ke pembentukan identitas diri pada remaja. Hal

pengaruh

terhadap

golongan orang dewasa. Remaja ada ini sesuai dengan pendapat Sullivan (dalam

diantara anak- anak dan orang dewasa. Oleh Manan, 1993) dan Johnson & Johnson

karena itu remaja sering kali di kenal dengan (dalam Elleny, 2007) teman sebaya bagi

fase “mencari identitas diri” atau fase “topan remaja mempunyai arti psikologis yang

dan badai”. Remaja masih belum mampu penting, karena selain sebagai wadah diskusi dan badai”. Remaja masih belum mampu penting, karena selain sebagai wadah diskusi

meningkatnya kesadaran diri remaja maksimal fungsi fisik maupun psikisnya”.

secara

yang terwujud pada keyakinan mereka Dari beberapa definisi di atas dapat

bahwa orang lain memiliki perhatian disimpulkan bahwa masa remaja adalah

sangat besar terhadap diri dan keunikan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

mereka (Santrock, 2003). masa dewasa secara bertahap, yang dimulai

Kelompok yang Kuat pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia

c. Ikatan

(Konformitas)

awal dua puluhan tahun dan pada masa ini Konformitas muncul ketika individu penuh dengan ketidakpastian yang berbeda

meniru sikap orang lain dikarenakan antara individu satu dengan yang lainnya

adanya tekanan yang nyata maupun karena pada masa ini individu mulai mencari

dibayangkan oleh mereka identitas dirinya.

yang

(Santrock, 2003). Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja

Ciri-ciri Remaja

dapat berbentuk positif seperti misalnya Beberapa ciri-ciri khusus remaja

berpakaian seperti teman-temannya dan menurut Dwimukti (2007) adalah:

ikut bersama teman-temannya dalam

a. Perubahan Peranan suatu aktifitas sosial atau bahkan Perubahan dari masa anak ke masa remaja

berbentuk negatif seperti misalnya membawa perubahan pada diri seorang

perilaku merokok remaja dengan alasan individu. Kalau pada masa anak ia berperan

diakui di dalam sebagai seorang individu yang bertingkah

agar

mereka

kelompoknya (Camarena dkk dalam laku dan bereaksi yang cenderung selalu

Santrock, 2003). bergantung dan dilindungi, maka pada masa

d. Krisis Identitas

remaja ia diharapkan untuk mampu berdiri Krisis identitas merujuk pada saat masa sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri.

remaja ketika individu terlibat secara Akan

pemilihan alternatif membutuhkan perlindungan dan tempat

tetapi sebenarnya

pekerjaan atau kepercayaan (Erikson bergantung dari orang tuanya dalam hal

dalam Alfian & Suminar. Hal ini tertentu.

dijelaskan lebih lanjut oleh Marcia

b. Daya Fantasi yang Berlebihan (dalam Alfian & Suminar, 2003) di Keterbatasan kemampuan yang ada

dalam kriteria pencapaian identitas, pada diri remaja menyebabkan ia tidak

diantaranya identity achievement yakni selalu

individu yang telah mengalami krisis berbagai macam dorongan kebutuhan

mampu untuk

memenuhi

tetapi telah diselesaikan dirinya. Hal ini mendorong remaja

pribadi

menurut pola pikirnya sendiri dengan untuk

komitmen pribadi, Egosentrisme remaja menggambarkan

berpikir secara

egosentris.

membuat

moratorium yakni terlihat pada individu moratorium yakni terlihat pada individu

terhadap pembentukan identitas diri remaja. suatu komitmen atau paling tidak hanya

teman sebaya merupakan membuat beberapa komitmen yang

Kelompok

lingkungan sosial pertama dimana remaja sifatnya sementara, foreclosure yakni

belajar untuk hidup bersama dengan orang individu yang belum mengalami krisis

lain yang bukan angota keluarganya identitas tetapi sudah ada komitmen

(Mu'tadin, 2002).

serta identity-diffussion yakni individu Hal tersebut senada dengan pendapat yang belum mengalami suatu krisis

yang dikemukakan oleh Al-Mighwar (2006), identitas dan belum pula ada suatu

bahwa kelompok teman sebaya memberikan komitmen

dunia tempat remaja muda bisa melakukan kepecayaan.

sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku adalah nilai-nilai

yang

Hubungan Antara Dukungan Sosial

ditentukan oleh teman-teman seusianya.

Teman Sebaya Dengan Identitas Diri

Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan

Pada Remaja

remaja merupakan keharusan, untuk itu Masa remaja merupakan masa yang

harus mendapatkan penuh

seorang

remaja

penerimaan yang baik untuk memperoleh kebimbangan serta ketidakstabilan di dalam

dengan kegoncangan

dan

dukungan sosial dari kelompok teman dirinya (Purnama, 1998). Pada masa ini

sebayanya.

remaja mengalami perubahan drastis, baik Dukungan sosial yang didapatkan dalam fisik, psikis maupun sosial. Purnama

remaja dari teman sebayanya dapat dapat (1998) juga mengatakan bahwa, di masa ini

memberikan informasi terkait dengan hal remaja akan menghadapi berbagai macam

apa yang harus dilakukan remaja dalam persoalan

upaya membentuk identitas dirinya, selain selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan

yang tidak

dapat

mereka

itu dapat pula memberikan timbal balik atas dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

apa yang remaja lakukan dalam dalam Oleh

kelompok dan lingkungan sosialnya serta menggabungkan diri dengan teman-teman

karena itu,

remaja

berusaha

memberikan kesempatan bagi remaja untuk sebayanya.

menguji coba berbagai macam peran dalam Hal ini dilakukan remaja dengan tujuan

menyelesaikan krisis guna membentuk untuk

identitas diri yang optimal. Thoits (dalam dukungan dari kelompok teman sebayanya

Rutter, 1993) menyatakan bahwa, dukungan sehingga akan tercipta rasa aman, terutama

sosial adalah derajat dimana kebutuhan ketika remaja dihadapkan pada suatu

dasar individu akan afeksi, persetujuan, masalah.

kepemilikan dan keamanan didapat melalui memperlihatkan bahwa dukungan sosial

interaksi dengan orang lain. Menurut Weiss

(dalam Cutrona dkk, 1994), dukungan sosial adalah empati, norma & nilai sosial dan memiliki berberapa komponen salah satunya

pertukaran sosial. Empati merupakan faktor adalah Reliable alliance (ketergantungan

utama dalam mempengaruhi pemberian yang dapat diandalkan). Dalam dukungan

dukungan sosial. Misalnya, ketika kita sosial ini, individu mendapat jaminan bahwa

memiliki seorang teman yang baru saja ada individu lain yang dapat diandalkan

ditinggal pergi oleh orang tuanya, ketika bantuannya ketika individu membutuhkan

remaja bercerita dan mengeluh tentang bantuan, bantuan tersebut sifatnya nyata dan

kesedihan yang dirasakannya, kita seolah- langsung, misalnya ketika remaja sedang

olah merasakan juga kesedihan yang teman kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah

kita rasakan. Hal tersebut dinamakan dengan yang rumit, maka remaja dapat bertanya

empati, dimana kita dapat memberikan pada temannya yang lebih mengerti dan

dukungan sosial agar kesedihan yang temannya tersebut bersedia memberikan

berlarut-larut. Dengan penjelasan mengenai materi pelajaran yang

dirasakan tidak

demikian terlihat jelas bahwa teman sebaya sulit tersebut. Sehingga remaja dapat

dapat memberikan dukungan sosial bagi diri menyelesaikan tugas sekolah yang rumit

remaja.

tersebut atas bantuan dari temannya.

sosial teman sebaya Berdasarkan

Dukungan

merupakan ketersediaan teman sebaya dikemukakan oleh House, dkk (dalam

pendapat

yang

sebagai sumber daya yang memberikan Sarafino, 1994) dukungan sosial memiliki

kenyamanan fisik dan psikologis yang beberapa bentuk, salah satunya adalah

didapat melalui interaksi remaja dengan dukungan emosional. Fungsi dari dukungan

teman sebaya sehingga remaja tersebut emosional adalah, misalnya ketika seorang

merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan teman sedang mengalami kesedihan, kita

merupakan bagian dari kelompok sosial. Hal siap

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan menceritakan dan mengurangi kesedihannya

menjadi tempat

untuk

bisa

oleh Achir (dalam Manan, 1993) bahwa, tersebut dengan cara menghiburnya. Dengan

remaja seolah-olah mendapat kekuatan begitu, teman yang mengalami kesedihan

apabila remaja berada di dalam suatu tersebut akan merasa bahwa jika remaja

kelompok seusianya karena memperoleh mengalami kesedihan, temannyalah yang

dukungan sosial dari teman sebayanya. dapat menghilangkan kesedihannya. Secara

Manan (1993) juga mengatakan bahwa, perlahan kondisi ini akan menimbulkan

remaja akan merasa menjadi lebih berarti kedekatan interaksi yang akan menimbulkan

ketika remaja mendapatkan dukungan sosial saling percaya di antara remaja dan

dari teman-teman dalam kelompoknya. kelompoknya.

Manan (1993) melanjutkan bahwa, dengan Faktor-faktor terbentuknya dukungan

dukungan yang remaja terima dari teman sosial menurut Myers (dalam Hobfoll, 1986)

sebayanya, remaja akan merasa bahwa sebayanya, remaja akan merasa bahwa

karena mereka memiliki Oleh karena itu, remaja menjadi tahu siapa

sebayanya

persamaan usia, cara berpikir dan pandangan dan apa dirinya melalui dukungan yang ia

yang sama dalam berbagai hal (Santrock, peroleh dari teman sebayanya, sehingga

dukungan sosial yang diterima oleh remaja

(dalam Rice, 1996) dari teman sebayanya itu akan membawa

Rogow dkk

mengungkapakan beberapa komponen yang pengaruh pada

mempengaruhi identitas diri remaja, salah dirinya.

pembentukan

identitas

satunya adalah sosial dan moral. Pada komponen

sosial, untuk mencapai Pembentukan identitas diri merupakan

kedewasaan remaja melibatkan diri dalam tugas perkembangan utama individu ketika

suatu organisasi sosial. Di dalam organisasi memasuki usia remaja. Zanden (1990)

sosial tersebut remaja bersama teman- mengatakan bahwa identitas diri adalah

temannya dapat saling bertukar informasi, kesadaran individu untuk menempatkan diri

perhatian dan saling dan memberikan arti pada dirinya dengan

memberikan

memberikan dukungan sosial satu sama lain. tepat

di dalam konteks

kehidupan.

Komponen sosial ini juga terkait dengan Kesadaran manusia