Hubungan Tingkah Laku antara Induk denga

Hubungan Tingkah Laku antara Induk dengan Anak
Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tingkah Laku Ternak
Dengan topik Animal Parental Proximal Reason
Yang di bina oleh
Ibu Dr. Ir. Sri Minarti, MP

Disusun Oleh
Muhammad Wafa Ulil Albab
155050101111023
E

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua makhluk hidup, termasuk hewan memiliki ciri-ciri salah satunya adalah

iritabilitas atau menanggapi rangsang. Adanya kepekaan hewan terhadap rangsangan
baik yang datangnya dari dalam maupun luar menyebabkan hewan tersebut akan
memberikan perilaku atau respon yang berbeda-beda sesuai dengan rangsangan yang
diberikan. Ternak akan bertingkah laku karena menanggapi adanya rangsangan
tersebut, diantaranya adalah seperti tingkah laku makan dan minum, tingkah laku
induk-anak, tingkah laku sexual, tingkah laku berlindung, tingkah laku berkumpul,
dan tingkah laku menyingkirkan kotoran.
Perilaku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis. Setiap
macam perilaku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera. Perubahan
rangsangan-rangsangan ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi susunan syaraf dan
akhirnya aktivitas berbagai organ motorik, baik internal maupun eksternal untuk
mempertahankan proses keseimbangan agar proses metabolisme di dalam tubuh dapat
berlangsung secara normal.
Tingkah laku hewan didefinisikan sebagai ekspresi dari sebuah usaha untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri perbedaan kondisi internal maupun eksternal.
Dapat juga didefinisikan sebagai respons hewan terhadap stimulus atau rangsangan.
Tingkat kematian anak setelah kelahiran pada ternak ruminansa dan babi secara nyata
mempengaruhi tingkat keuntungan pada satu usaha peternakan dan juga kemajuan
genetika melalui pengaruhnya terhadap seleksi diferensial.
1.2 Rumusan Masalah

- Apakah yang dimaksud dengan tingkah laku induk dengan anak?
- Bagaimana tingkah laku induk-anak pada ternak terjadi?
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian tingkah laku induk dengan anak
- Untuk mengetahui tingkah laku antara induk dan anak pada masing - masing
ternak

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tingkah Laku Induk-Anak
Tingkah laku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara
organisme dan lingkungannya. Hal ini merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar
dan tidak mencakup banyak perubahan di dalam tubuh yang secara tetap terjadi pada
makhluk hidup. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar.
Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus, dan saraf diperlukan untuk
mengkoordinasikan respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi.
Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar akan
mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lebih
sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari

luar dan dari dalam.(Juariah, 2013).
Tingkah laku hewan didefinisikan sebagai ekspresi dari sebuah usaha untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri perbedaan kondisi internal maupun eksternal.
Dapat juga didefinisikan sebagai respons hewan terhadap stimulus atau rangsangan.
Tingkat kematian anak setelah kelahiran pada ternak ruminansia dan non ruminansia
secara nyata mempengaruhi tingkat keuntungan pada satu usaha peternakan dan juga
kemajuan genetika melalui pengaruhnya terhadap seleksi diferensial. Kebanyakan
kematian anak terjadi beberapa hari setelah kelahiran dan mungkin dapat disebabkan
oleh kombinasi dari beberapa faktor.
Faktor-faktor ini termasuk karakteristik induk dan anak yang dalam hal ini
mungkin disebabkan oleh faktor genetika atau pengaruh faktor lingkungan dan atau
interaksi antara faktor-faktor tersebut. Faktor tersebut antara lain adalah : bobot lahir
(litter size) kemampuan induk, dan daya tahan anak yang baru dilahirkan. Kematian
anak dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti iklim, jumlah ternak dalam
kandang atau padang rumput, keadaan lokasi, tingkat pakan selama masa akhir
kebuntingan, dan interaksi yang kompleks diantara faktor tersebut yang
mempengaruhi kekuatan ikatan induk dan anak. Maternal behaviour antara lain
adalah :
1. Perilaku induk sebelum melahirkan (Pra-Partus )
2. Perilaku induk ketika melahirkan (partus )

3. Perilaku induk setelah melahirkan (pasca partus )

2.2 Tingkah Laku Antara Induk dengan Anak pada Masing-masing Ternak

1). Kelinci
a. Perilaku induk kelinci sebelum melahirkan
Ibnu (dalam Supeksa, 2008) menyatakan bahwa beberapa hari sebelum
kelahiran anak kelinci, sang induk akan terlihat gelisah, keluar masuk kotak sarang,
menggaruk-garuk kandang, nafsu makan sedikit berkurang dan induk yang sangat
protektif akan cenderung menyerang jika akan di pegang. Ini merupakan perilaku
alamiah kelinci, yang perlu di lakukan adalah cukup memberi perhatian dan
ketenangan, yang harus dilakukan adalah memberikan rumput kering di dalam kotak
sarang dan sedikit rumput kering di luar kotak sarang dan membiarkan induk
menyalurkan nalurinya mengangkat rumput kering tersebut ke dalam kotak
sarangnya.
b. Perilaku induk ketika melahirkan
Beberapa jam sebelum kelahiran sang induk akan mencabuti bulu di bawah
perutnya dan di kumpulkan di kotak sarangnya. Perilaku ini mengindikasikan sang
induk sudah akan melahirkan anaknya. Ini masa yang sangat penting, jadi peternak
yang baik akan membiarkan induk kelinci memiliki privasinya agar induk

menyelesaikan kelahiran anaknya sendiri. Pada kondisi yang sekiranya kritis pada
induk barulah peternak dapat membantu.
c. Perilaku induk setelah melahirkan
Sesaat setelah di lahirkan anak-anak kelinci terlihat sangat tidak berdaya.
Peternak tidak perlu khawatir jika induk langsung meninggalkan kotak sarang setelah
membersihkan anak-anaknya. Pada kondisi ini naluri sang induk sangatlah baik. Yang
perlu di lakukan oleh peternak adalah memenuhi seluruh kebutuhan kelinci pada
masa ini dengan cara memberikan ketenangan, makanan, keamanan dan kenyamanan
selama masa menyusui.
2). Kuda
Masa bunting kurang lebih 345 hari, kelahiran terjadi pada malam hari
meskipun ada juga kecenderungan terjadi pada dini hari. Setelah melahirkan mare
akan tetap rebah beberapa saat sambil menyodok-nyodok foal. Kontak tersebut
merupakan awal terbentuknya ikatan induk anak secara intensive yang bahkan lebih
besar dibanding kedekatan dengan kawanannya. Dua jam setelah lahir anak kuda
berdiri, kemudian berjalan mengikut induknya. Mare seringkali menggigit, menyodok
bahkan menendang untuk menjauhkan foal dari kawanannya. Anak kuda suka
menggigit kaki induknya, pada umur 3-4 minggu suka berkelahi. Sebagian besar anak

kuda selalu mengikuti induknya dan kurang bersosialisasi dengan kawanannya. Mare

baru mengijinkan foal bergabung dengan kawanannya setalah dirasa cukup memiliki
kemampuan. Hubungan mengasuh anak pada kuda dapat terjadi hingga kurun waktu
2 tahun. (Prakkasi, 2006).
3). Kambing
Rahmawati (dalam Sutama,1999) menyatakan bahwa secara umum tandatanda kelahiran induk kambing dan domba itu sama, yaitu sebagai berikut:
a. Induk sering bengong dan menggaruk-garukkan kakinya
b. Jika ada dalam kandang kelompok, induk biasanya akan meyendiri
c. Merejan dan keluar cairan dari vulva
Anak yang baru lahir dibersihkan induknya, plasenta dimakan oleh induknya.
Anak kambing yang menyusu akan timbul ikatan sosial. Bila anak dipisahkan dari
induk: induk mau menerima bila pemisahan hanya 4-5 menit, dengan terlebih dahulu
anak dicium-ciumkan dahulu. Makin tua umur anak, ikatan sosial makin longgar.
Anak mulai menyusu 2-3 jam setelah kelahiran. Kedua putting dihisap bergantian 2-3
kali (20-30 detik/putting). Anak yang lahir sering kelaparan sehingga rentan
kematian karena:
a. Tidak berhasil menemukan putting susu. Menyebabkan semangat menyusu dari
anak kambing turun.
b. Induk belum berpengalaman akan menolak anak menyusu.
Pada kambing liar, penjilatan atau pembersihan bulu oleh induk terhadap anak
yang baru lahir digunakan oleh induk untuk memberi tanda pada anaknya. Jadi anak

lain yang telah kontak dengan induk mereka tidak akan diterima oleh induk lain,
tetapi anak lain yang tidak pernah mengadakan kontak dengan induk aslinya dapat
diterima dengan baik.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan






Tingkah laku ternak muncul karena rangsangan atau stimulus dari luar.
Rangsangan tersebut bisa berupa ancaman, suhu dan kelembaban lingkungan,
pengaruh individu lain.
Perilaku suatu ternak merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dari
dalam.
Setiap ternak mothering ability atau maternal behavior, namun tinggi
rendahnya berbeda-beda.

Untuk mengatasi rendahnya mothering ability ini memerlukan peran/bantuan
dari manusia (peternak).

DAFTAR PUSTAKA

Juariah, E. 2013. Dasar-dasar Peternakan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Kejuruan.
Prakkasi. 2006. Peternakan Kuda. Artikel Peternakan. 1-13.
Supeksa, K; Yusita, K; Ni, P.R. 2008. Perilaku Kelinci. Jurnal Pendidikan Biologi
IKIP Saraswati Tabanan. 1-6.
Sutama, I,K; dkk. 1999. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Kambing Peranakan
Etawah dari Induk dengan Tingkat Produksi Susu yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner. 4(2): 99-100.