ANALISIS KESENJANGAN UNTUK MEMETAKAN DAN
P36
ANALISIS KESENJANGAN UNTUK MEMETAKAN DAN MENGETAHUI STATUS PENELITIAN:
STUDY KASUS CENDANA (Santalum album L.)
Aziz Umroni1 dan Heny Rianawati1
Email: [email protected]
1
Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Kemenhut
Abstrak
Pemetaan publikasi ilmiah sangat diperlukan untuk mengetahui status dan perkembangan penelitian suatu
spesies yang potensial atau terancam punah. Penelitian cendana merupakan salah satu prioritas nasional
dalam Rencana Penelitian Integratif non Food Energy Mineral (RPI non FEM) Badan Litbang Kehutanan.
Pada skala regional Nusa Tenggara Timur, kebijakan pengembangan cendana menjadi salah satu dari empat
prioritas pembangunan daerah. Sebagai substansi bahan parfum paling kuno dan telah diperdagangkan sejak
abad ketiga, nilai dan potensi cendana telah banyak ditulis dan dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah,
namun belum ada yang membuat database penelitian tentang cendana. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
gap penelitian dalam rangka memetakan hasil penelitian cendana dan membuat database sebagai masukan
untuk penelitian ke depan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis isi dari publikasi
ilmiah tentang cendana dari website pengindeks jurnal. Hasil Penelitian menunjukkan, dari website EBSCO
Host terdapat 46 publikasi dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi
dan kandungan berturut-turut adalah 65,22%, 2,17%, 13,04% dan 19,57%. Sedangkan dari website Google
Schoolar diperoleh 273 publikasi penelitian dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi,
ekologi konservasi dan kandungan berturut-turut adalah 68,86%, 1,83%, 2,2% dan 27,57%. Secara umum,
selama ini cendana lebih banyak diteliti aspek silvikultur serta kandungannya dan hanya sedikit yang meneliti
mengenai aspek ekologi dan sosial ekonominya.
Kata kunci: analisis kesenjangan, cendana, EBSCO Host, google schoolar
PENDAHULUAN
Cendana atau Indian Sandalwood (Santalum album L.) merupakan komoditas yang legendaris dari
kepulauan Nusa Tenggara yang kini provinsi Nusa Tenggara Timur. sebarannya di Indonesia meliputi: Timor,
Sumba, Flores, Alor, kepulauan Nusa Tenggara Timur, Gunung Kidul, Bondowoso bahkan Aceh. Sedangkan
sebarannya di dunia meliputi India bagian selatan, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Australia dan Kepulauan
Pasifik (Bhat, dkk., 2006). Hipotesis mengenai sebaran cendana berasal dari kepulauan Nusa Tenggara
dengan sebaran utama di Pulau Timor dan Sumba dan diintroduksi ke India sejak 2000 tahun yang lalu (Oyen,
1999). Sementara itu Ral (1990) menyebutkan terminologi cendana berasal dari bahasa hindi chandan(a) dan
disebutkan dalam kitab epik kuno Ramayana. Oleh karena keterkaitan budaya, mitos dan literatur yang kuat
antara cendana dengan masyarakat India menjadikan hipotesis tentang cendana diintroduksi ke India agak
lemah.
Pada masa kolonial, Timor mempunyai reputasi sebagai penghasil cendana berkualitas. Pedagang cina
pada abad kelima belas telah melakukan perdagangan cendana di Timor dan literatur Cina menyebutkan bahwa
pegunungan di Timor dipenuhi dengan cendana, kemudian menjadi rebutan antara Portugis dengan Belanda
pada rentang abad lima belas sampai enam belas (McWilliam, 2001). Namun masa kejayaan cendana telah
menjadi masa lalu, selama rentang 1990 s/d 1998, cendana memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) NTT sebesar 22,08% (BanoEt, 2000), namun pasca moratorium penebangan
1998-2002 produksi cendana tidak kunjung meningkat.
Penelitian cendana di Indonesia merupakan salah satu prioritas nasional di bidang kehutanan seperti
tertuang dalam Rencana Penelitian Integratif non Food, Energy, Mineral (RPI non FEM) 2010-2014 Badan
Litbang Kehutanan. Pada skala regional (Nusa Tenggara Timur), kebijakan pengembangan cendana menjadi
salah satu dari empat prioritas program pembangunan daerah yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi.
Nilai peting cendana tidak hanya dikenal dewasa ini saja, sejak 4000 tahun silam cendana telah digunakan
414
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
sebagai bahan untuk kosmetik dan parfum sehingga menjadikannya sebagai substansi pembuat parfum yang
paling kuno di dunia (Bhat, dkk., 2006). Oleh karena itu cendana sejak lama telah dijadikan sebagai objek
penelitian dalam berbagai aspek. Literatur yang dapat ditelusuri menyebutkan Grifith dan Solly (1838) atau
sejak 170 tahun lalu telah melaksanakan penelitian tentang pembungaan cendana (terbit online pada 2008).
Pemetaan penelitian cendana sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan dan status
penelitiannya di seluruh dunia. Tulisan ini bertujuan untuk memetakan dan mengklasifikasikan penelitian cendana.
Hal ini dapat digunakan sebagai database penelitian dan alat untuk membantu memetakan dan menentukan
prioritas penelitian. Status penelitian cendana pernah dipublikasikan oleh Balai Penelitian Kehutanan Kupang
pada tahun 1992, kemudian oleh Surata dan Idris (2000) yang menjelaskan tentang perkembangan penelitian
cendana di wilayah NTT. Tulisan ini sifatnya lebih general karena berisi rangkuman penelitian cendana yang
dapat ditelusuri secara online melalui situs EBSCO host dan Google schoolar. Cires, dkk. (2013) pernah juga
melakukan review atas publikasi ilmiah yang terbit secara online menggunakan situs Google schoolar dan ISI
web of Science untuk memetakan status penelitian dan keragaman genetik dari genus Magnolia.
BAHAN DAN METODE
Terdapat 25 spesies Santalum di dunia, dua species yang dominan untuk dikomersilkan yaitu S. album
yang berasal dari Indonesia dan India dan S. spicatum dari Australia (Bhat, dkk., 2006). Target dalam penelitian
ini adalah S. album yang native dari Indonesia dan mempunyai keunggulan komparatif dari jenis lainnya. Pada
tahun 1998, IUCN Redlist menerbitkan status perdagangan cendana sebagai vulnerable (rentan) melalui
masukan dari global assestment dalam Asian Regional Workshop (Conservation & Sustainable Management
of Trees), Implikasinya, sejak saat itu eksport dalam bentuk log dilarang di India.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif melalui analisis isi
terhadap publikasi ilmiah (Raharjo, 2013). Tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut: (1) Penelusuran
publikasi ilmiah melalui website Google schoolar dan EBSCO host dengan kata kunci Santalum album. (2)
Review pustaka dengan analisis isi pubikasi ilmiah. (3) Klasifikasi hasil penelusuran menurut aspek silvikultur,
kandungan (content), ekologi konservasi dan aspek sosial ekonomi. Website Google schoolar merupakan web
pengindeks publikasi ilmiah yang terbuka dan mengkompilasi jurnal ilmiah yang terbit secara online, sedangkan
EBSCO host merupakan penyedia jurnal online yang berbayar dan merupakan kompilasi publikasi ilmiah yang
relatif baru dan berasal dari beberapa jurnal ilmiah yang terpercaya. Kegiatan penelusuran jurnal ilmiah ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelusuran jurnal ilmiah yang terbit secara online diperoleh 46 publikasi dari EBSCO Host, 273
publikasi dari Google schoolar dan 12 publikasi yang terindeks di keduanya (redundant), secara detail dapat
dilihat pada Tabel. 1.
Tabel. 1. Publikasi ilmiah (online) tentang cendana di Google Schoolar dan EBSCO
Aspek
Aspek silvikultur (pemuliaan,
fisiologi dan Hama penyakit)
Aspek kandungan (content)
Ekologi konservasi
Sosial ekonomi
Total
Google Schoolar
Jumlah
Prosentase (%)
EBSCO host
Jumlah
Prosentase (%)
188
68,86
30
65,22
74
6
5
273
27,11
2,2
1,83
9
6
1
46
19,57
13,04
2,17
Sumber: Umroni, dkk.,2015.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
415
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Secara umum Google schoolar menjangkau lebih banyak jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam versi
online bila dibandingkan dengan EBSCO, namun secara komparatif kualitas penelitian dan kebaruan ilmu,
EBSCO host relatif lebih baik. Menurut sebaran negara-negara yang lebih banyak menerbitkan publikasi ilmiah
tentang cendana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran negara penerbit publikasi ilmiah berkaitan dengan cendana
Nama
Jumlah
Persentase (%)
Negara
Publikasi
1. India*
GS: 178; EH: 21 GS: 65,2; EH:47,73
2. China**
GS: 44; EH:4
GS: 16,1; EH:9,09
3. Indonesia* GS: 6; EH:1
GS: 2,2; EH:2,27
4. Australia* GS: 26; EH:9
GS: 9,5; EH:20,45
5. Jepang
GS: 6; EH:0
GS: 2,2; EH:0
6. Srilanka* GS: 3; EH:1
GS: 1,1; EH:2,27
Keterangan: GS: Google Schoolar; EH: Ebsco Host.
*) Negara-negara dengan sebaran alami
**) Negara yang mengintroduksi cendana.
NO
NO
Nama Negara
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pakistan**
AS
Italia
Jerman
Inggris
Switzerland
Jumlah
Publikasi
GS: 2; EH:0
GS: 2; EH:3
GS: 1; EH:0
GS: 1; EH:1
GS: 1; EH:0
GS: 1; EH:1
Persentase (%)
GS: 0,7; EH:0
GS: 0,7; EH:6,82
GS: 0,4; EH:0
GS: 0,4; EH:2,27
GS: 0,4; EH:0
GS: 0,4; EH:2,27
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa akademisi yang berasal dari India mempunyai minat yang lebih besar
untuk mengembangkan cendana diikuti oleh China dan Australia. Kegiatan riset yang unggul mendukung India
menjadi negara penghasil dan pengolah cendana terbesar di dunia yang menguasai separuh pangsa pasar dunia.
Data pada tahun 2009 India menguasai 50 persen produksi cendana diikuti Indonesia, Australia dan Fiji yang masingmasing menyumbang sepuluh persen (suara pembaruan, 15/02/2009). Sementara itu, Indonesia sebagai negara
nativenya cendana jauh tertinggal dalam riset dan produksinya. Hal ini mengafirmasi bahwa riset berkorelasi positif
terhadap proses industrialisasi. Pemetaan dan status penelitian cendana yang diperoleh melalui penelusuran secara
online melalui website Google Schoolar dan EBSCO Host adalah sebagai berikut:
1. Aspek Silvikultur
Penelitian mengenai aspek silvikultur cendana meliputi teknik perbanyakan generatif dan vegetatif,
pengaruh tanaman inang, fisiologi, hama penyakit dan pemuliaan pohon. Aspek sivikultur merupakan aspek
yang paling banyak diteliti, dari pencarian dengan Ebsco tercatat 30 publikasi (65,22%) dan 188 publikasi
(68,8%) dari Google scholar.
Penelitian tentang perkecambahan cendana telah dilakukan oleh Fox, dkk., (1994) di Australia Barat.
Sedangkan penelitian tentang perbanyakan cendana secara vegetatif dilakukan oleh Sanjaya, dkk., (2006)
di India dengan micrografting secara in vivo dan perlakuan hormon pertumbuhan pada pembiakan mikro
cendana.
Tanaman inang merupakan salah satu aspek silvikultur yang paling banyak diteliti. Bahasan tersebut
menjadi menarik karena Santaluam album merupakan jenis hemiparasit dan membutuhkan inang untuk
mendukung pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak jenis tanaman yang
dapat dijadikan inang cendana, seperti Cajanus cajan (L) dan Mimosa pudica (L) dari bangsa legum dan
Alternanthera sessilis (L) R.Br. dari bangsa non legume (Annapurna, dkk., 2006). Radomiljac, dkk., (1998)
menggunakan Alternantera nana R.Br. sebagai inang cendana dan Luong, dkk., (2008) melakukan penelitian
untuk mengetahui species dari genus Altenanthera yang paling baik untuk inang cendana. Jenis lain yang
dapat dijadikan inang cendana yaitu Dalberia odorifera (Lu, dkk., 2013), Kuhnia rosmarnifolia Vent. (Zhang,
dkk., 2012), Sesbania formosa (F. Muell.) N. Burb. dan Acacia trachycarpa E. Pritzel (McGrath, dkk., 1999),
Desmantus virgatus (L) Willd. efektif dijadikan inang antara pada cendana (Fox, dkk., 1996) dan hasil penelitian
Rocha, dkk., (2014) menyebutkan bahwa Casuaria equisetifolia dapat dijadikan sebagai inang cendana yang
dapat membantu dalam pengaturan level air dalam tubuh tanaman yaitu mengurangi stress tanaman akibat
kekurangan air dan juga meningkatkan kandungan K dalam daun.
416
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Aspek fisiologi cendana yang diteliti masih berhubungan dengan pengaruh tanaman inang terhadap
cendana. Radomiljac, dkk., (1998), melakukan penelitian tentang transport bahan organik melalui xylem pada
cendana yang berasosiasi dengan tanaman inang jenis legum dan non legume di Australia. Lu, dkk., (2013)
mengamati perpindahan nutrisi dari tanaman inang ke tanaman cendana (memiliki akar yang bersifat parasit)
dan anatomi houstoria diteliti oleh Tennakoon, dkk., (2006). Pada aspek fisiologi cendana diteliti juga tentang
pengurangan nutrisi (N, P, K, S, Ca) pada cendana yang berpengaruh signifikan terhadap morfologi cendana
(Diana, dkk., , 1997).
Kelangkaan cendana mendorong pemalsuan kayu dan minyaknya, Chembat at.al (2012) menganalisis
phylogeny secara molekuler dari beberapa spesies (Osyris wightiana, Erythroxylum monogynum, Buxus
sempervirens, Ximenia americana, Osyris lanceolata, and Chukrasia tabularis) yang sering digunakan untuk
memalsukan cendana karena kemiripannya, sehingga dilakukan uji genetik untuk membedakannya.
Berdasar hasil penelitian tercatat jenis hama penyakit yang menyerang tanaman cendana, di antaranya
adalah little-leaf disease (Nayar, dkk., 1977), black mildew (Hosagoudar, dkk., 2013), dan spike disease merupakan
jenis hama penyakit yang banyak diteliti (Raychaudhuri, 1977; Sen-Sarma, 1982; All, dkk., 1987; Khan, dkk., 2006).
Nayar, dkk., (1980) melakukan penelitian tentang hama penyakit yang menyerang kayu (log) cendana.
Penelitian mengenai aspek pemuliaan cendana di antaranya adalah yang dilakukan oleh Shashidhara,
dkk., (2003) yaitu melakukan taksiran keanekaragaman genetik dan identifikasi pada koleksi tanaman cendana
menggunakan metode Random Amplification of Polymorphic DNA (RAPDs) dan Harbaugh (2008) berpendapat
bahwa cendana yang mempunyai gen polyploid memiliki tingkat adaptabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cendana yang mempunyai gen diploid.
2. Aspek Kandungan
Berdasarkan hasil penelitian, Santalum album merupakan tanaman penghasil santalol (minyak cendana/
sandalwood oil) yang mempunyai banyak manfaat, di antaranya adalah untuk bahan makanan dan kosmetik
(Opdyke, 1974), pestisida (Nayar, 1984; Hyun Sik, dkk., 2012) dan obat-obatan. Howes, dkk., (2004) melakukan
penelitian untuk mengevaluasi kualitas santalol dengan GCMS dan Misra, dkk., (2013) melakukan penelitian
tentang perkembangan variasi dari santalol.
Trend penelitian cendana dewasa ini antara lain menguji efektifitas bahan aktif yang terkadung sebagai
antimicroba, antioksidan dan antikanker. Weng-xin, dkk., (2012) yang melakukan uji fitokimia menemukan bahwa
didalam daun cendana terkandung 3,24% flavanoid yang dapat dikembangkan sebagai substansi antikanker.
Sementara untuk mengobati parasit yang banyak menyerang ikan hias, ekstrak cendana menunjukkan efektifitas
untuk mengurangi serangan parasit dan dapat digunakan sebagai terapi pengobatan bagi industri akuakultur
(Tu, dkk., 2013).
Cendana telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati gangguan
pencernaan dan efektif sebagai antibakteri. Patil, dkk., (2011) melaporkan absence aktifitas anti mikroba dari
ekstrak biji cendana. Namun penelitian Kumar, dkk., (2006) ekstrak daun dan batang cendana menunjukkan
aktifitas anti mikroba terutama terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Pseudomonas.
Ekstrak cendana menunjukkan efektifitas sebagai antidiarhoeal yang baik (Guo, dkk., 2014) dan penelitian yang
dilakukan oleh Kulkarni, dkk., (2012) menguji efektifitas cendana sebagai obat untuk diabetes akibat resistensi
insulin dan dalam kesimpulannya ektrak cendana menunjukkan aktifitas antihyperlipidemic (penurunan
kolesterol).
Sintesis dari ekstrak batang dan akar cendana menghasilkan essensial oil kelas satu yang sering
digunakan dalam parfume atau pewangi mewah. Komposisi penyusun minyak cendana sembilan puluh
persennya meliputi sesquiterpenols, α-, β-, and epi-β-santalol and α-exo-bergamotol (Diaz-chaves, dkk., 2013).
Kandungan minyak santalol dalam dosis tertentu memberikan efek analgesik, antiinflmasi dan antioksidan
(Saneja, dkk., 2009). Cendana mempunyai keunggulan komparatif dalam kandungan minyak santalolnya
(terutama α santalol) dan kayu terasnya walaupun produski kayu terasnya hampir sama kecepatan terbentuknya
bila dibandingkan dengan spesies lainya. S. album hasil penanaman menghasilkan α-santalol and β-santalol
yang lebih tinggi dari S. spicatum (Brand, dkk., 2007).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
417
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
3. Aspek Ekologi Konservasi
Salah satu aspek penelitian cendana yang juga tidak kalah penting adalah mengenai aspek ekologi
konservasinya, tercatat terdapat enam publikasi dari Ebsco dan enam publikasi juga dari Google scholar. Rao,
dkk., (2007) melakukan penelitian mengenai taksiran ancaman dan pemetaan genetik cendana untuk konservasi
in-situ di India Timur. Balasubramanian, dkk., (2001) juga melakukan penelitian mengenai persebaran biji
cendana oleh burung di India. Berkurangnya populasi cendana secara signifikan juga tidak hanya terjadi di
Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Durairaj (2013) di India yang juga merupakan sebaran alami cendana,
menemukan fakta bahwa populasi cendana telah merosot drastis di habitat alaminya.
4. Aspek Sosek
Meskipun cendana merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, akan tetapi jumlah
publikasi mengenai aspek sosial ekonomi cendana paling sedikit diteliti dibanding dengan aspek lainnya.
Publikasi mengenai aspek sosial ekonomi cendana tercatat hanya satu publikasi dari Ebsco dan lima publikasi
dari Google scholar. Salah satu hasil penelitian di India Timur mengenai identifikasi pasar pemalsuan cendana
dengan menggunakan DNA barcode (Dev, dkk., 2014).
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan (gap) lebih banyak penelitian yang berhubungan
dengan silvikultur (Fisiologi, pemuliaan dan hama penyakit) dibandingkan dengan aspek kandungan (termasuk
medicinal content). Tren penelitian tentang cendana dalam lima tahun terakhir lebih banyak mendalami
topik Farmakologi dan bahan ekstraktif cendana. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh 46 publikasi dari
EBSCO Host, 273 publikasi dari Google schoolar dan 12 publikasi yang terindeks di keduanya (redundant).
Prosentase menurut beberapa aspek penelitiannya adalah dari website EBSCO Host terdapat 46 publikasi
dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi dan kandungan berturut-turut
adalah 65,22%, 2,17%, 13,04% dan 19,57%. Sedangkan dari website Google Schoolar diperoleh 273 publikasi
penelitian dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi dan kandungan
berturut-turut adalah 68,86%, 1,83%, 2,2% dan 27,57%. Publikasi paling banyak berasal dari India, China dan
Australia dengan prosentase berturut-turut adalah 65%;16% dan 9,5% menurut Google Schoolar atau 47%, 9%
dan 20% menurut Ebsco Host.
DAFTAR PUSTAKA
All, M. I. Mohamed, M. Balasundaran, and S. K. Ghosh. 1987. “Symptom Remission in Spiked Sandal trees
by infusion of tetracycline antibiotics.” Plant Pathology 36, no. 2: 119-124. Environment Complete,
EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Annapurna, D., T. S. Rathore, and Geeta Joshi. 2006. “Modern Nursery Practices in the Production of Quality
Seedlings of Indian Sandalwood (Santalum album L.)— Stage of Host Requirement and Screening of
Primary Host Species.” Journal Of Sustainable Forestry 22, no. 3/4: 33-55. Environment Complete,
EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Asian Regional Workshop (Conservation & Sustainable Management of Trees, Viet Nam, August 1996) 1998.
Santalum album. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.1. .
download on 22 July 2014.
Balai Penelitian Kehutanan Kupang. 1992. Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Cendana di Nusa
Tenggara. Kupang.
Balasubramanian, P. P., Aruna, R. R., Anbarasu, C. C., & Santhoshkumar, E. E. (2011). Avian frugivory and
seed dispersal of Indian Sandalwood Santalum album in Tamil Nadu, India. Journal Of Threatened Taxa,
3(5), 1775-1777.
BanoEt, H.H. 2000. Peranan Cendana Dalam Perekonomian NTT: Dulu dan Kini. Prosiding Seminar Nasional
Kajian Terhadap Cendana (Santalum album L) Sebagai Komoditi Utama Perekonomian Provinsi NTT
Menuju Otonomisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
418
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Bhat, K.V., M. Balasundaran., M. Balagopalan. 2006. Identification of Santalum Album and Osyris Lanceolata
Through Morphological and Biochemical Characteristics and Molecular Markers to Check Adulteration.
Report of Project KFRI 509/06. Kerala Forest Research Institute.
Brand. J. E., J. E. D. Fox., G. Pronk., C. Cornwell. 2007. Comparison of Oil Concentration and Oil Quality from
Santalum spicatum and S. album Plantations, 8–25 years old, with Those from Mature S. spicatum
Natural Stands. Australian Forestry. Vol (70) 4
Chembat. A., M. Balasundaran., P. Sujanapal. 2012. Phylogenetic Relationships of Santalum album and its Adulterants
as Inferred from Nuclear DNA Sequences. International Journal of Agriculture and Forestry. Vol (2)4.
Cires, E., Y.D. Smet., C. Cuesta., P. Goetghebeur., S. Sharrock., D. Gibbs., S. Oldfield., A, Kramer., M. Samain.
2013. Gap Analyses to Support Ex Situ Conservation of Genetic Diversity in Magnolia, a Flagship Group.
Biodiversity and Conservation. Vol. 22. 567–590
Dev, Suma, E. Muralidharan, P. Sujanapal, and M. Balasundaran. 2014. “Identification of market adulterants in
East Indian sandalwood using DNA barcoding.” Annals Of Forest Science (Springer Science & Business
Media B.V.) 71, no. 4: 517-522. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Diana, Barrett, and Fox John. 1997. “Santalum album: Kernel Composition, Morphological and Nutrient
Characteristics of Pre-parasitic Seedlings under Various Nutrient Regimes.” Annals Of Botany 79, no. 1:
59-66. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Diaz-chaves M. L., J. Monoidis., L. L. Madilao., S. Jansick., C. I. Keeling., E. L. Bourbour., E. L. Ghisalberti., J.
A. Plumer., P. G. Jones., J. Bohlman. 2013. Biosynthesis of Sandalwood Oil: Santalum album CYP76F
Cytochromes P450 Produce Santalols and Bergamotol. Journal Plos one. September (2013).
Durairaj. P., Kamaraj. M. 2013. Assessment and Conservation Strategies for Santalum album in Manmalai rf
of Thuraiyur Range at Tiruchirappalli District. International Journal of Humanities, Arts, Medicine and
Science. Vol (1) 1: 1-12.
Fox, J. E. D., D. R. Barrett, Markum Effendi, and J. E. Brand. 1994. “Germination in Santalum album L.: recent
research in Western Australia and protocol for Timor, Indonesia.” International Journal Of Ecology &
Environmental Sciences 20, no. 3: 345. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Fox, J. E. D., D. R. Barrett, A. I. Doronila, and I. Komang Surata. 1996. “Desmanthus virgatus (L.) Willd. An
efficient intermediate host for the parasitic species Santalum album L. in Timor, Indonesia.” Journal Of
Sustainable Forestry 3, no. 4: 13. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Griffith, W., Solly, R. H.1838. II. On the Ovulum of Santalum album. Transactions of the Linnean Society of
London. Vol (18): 59–70
Guo. H., J. Zhang., W. Gao., Z. Qu., C. Liu. 2014. Anti-diarrhoeal activity of methanol extract of Santalum
album L. in Mice and Gastrointestinal Effect on the Contraction of Isolated Jejunum in Rats. Journal of
Ethnopharmacology. Vol (154)3: 704-710.
Harbaugh, Danica T. 2008. “Polyploid and Hybrid Origins of Pacific Island Sandalwoods (Santalum, Santalaceae)
Inferred From Low-Copy Nuclear and Flow Cytometry Data.” International Journal Of Plant Sciences
169, no. 5: 677-685. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014)
Hosagoudar, V. B., Amaranath Shetty, K. Vipinachandran, and E. Mohamed Ashraf. 2013. “Occurrence of a
Black Mildew in Santalum album Plantation at Anakulam, Thiruvananthapuram, Kerala, India.” Journal Of
Threatened Taxa 5, no. 10: 4521-4523. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Hyun Sik, Roh, Park Kye Chung, and Park Chung Gyoo. 2012. “Repellent Effect of Santalol From Sandalwood
Oil Against Tetranychus urticae (Acari: Tetranychidae).” Journal Of Economic Entomology 105, no. 2:
379-385. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Khan, J. A., P. Srivastava, and S. K. Singh. 2006. “Identification of a ‘ Candidatus Phytoplasma asteris’-related
strain associated with spike disease of sandal ( Santalum album) in India.” Plant Pathology 55, no. 4:
572. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Kulkarni. C. R., M. M. Joglekar. S. B. Patil. A. U. Arvindekar. 2012. Antihyperglycemic and Antihyperlipidemic
Effect of Santalum album in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Pharmaceutical Biology. Vol (50)3:
360-365.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
419
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Lu, J.K., L.H. Kang, J.I. Sprent, D.P. Xu, and X.H. He. 2013. “Two-way transfer of nitrogen between Dalbergia
odorifera and its hemiparasite Santalum album is enhanced when the host is effectively nodulated and
fixing nitrogen.” Tree Physiology 33, no. 5: 464-474. Environment Complete, EBSCOhost (accessed
May 21, 2014)
Luong, T. M., T. Lion, J. E. D. Fox, and A. Schatral. 2008. “Aspects of Early Growth and Host Relationships in the
Hemi-Parasitic Santalum album: Alternanthera Taxa as Primary Hosts and Growth in Response to Foliar
Feeding.” International Journal Of Ecology & Environmental Sciences 34, no. 1: 7-17. Environment
Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
McGrath, J. F., J. A. McComb, and A. M. Radomiljac. 1999. “Intermediate host influences on the root hemiparasite Santalum album L. biomass partitioning.” Forest Ecology & Management 113, no. 2/3: 143.
Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
McWilliam, A. 2001. Haumeni, Not How Many: Renewed Plunder and Mismanagement in The Timorese
Sandalwood Industry. Resource Management in Asia-Pacific Program, Division of Pacific and Asian
History. Research School for Pacific and Asian Studies. The Australian National University. Canberra.
Nayar, R. 1984. “Investigations with sandalwood Mycoplasma and toxins.” European Journal Of Forest Pathology
14, no. 1: 59-64. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Nayar, R., H. S. Ananthapadmanabha, and K. R. Venkatesan. 1980. “Rot in stored sandal logs.” European
Journal Of Forest Pathology 10, no. 2/3: 136-138. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May
9, 2014).
Nayar, R., H. S. Ananthapadmanabha. 1977. “Little-leaf disease in collateral hosts of sandal (Santalum album
Linn.).” European Journal Of Forest Pathology 7, no. 3: 152-158. Environment Complete, EBSCOhost
(accessed May 6, 2014).
Opdyke, D. L. J. 1974. “Sandalwood oil, East Indian.” Food & Cosmetics Toxicology 12, no. 6: 989. Environment
Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Oyen, L.P.A and Nguyen Huan Dun (editors). 1999. Plant Resource of South East Asia No. 19. Essensial-Oil
Plants. Backhuys Publiser. Leiden, The Netherlands. 177pp.
Patil. V., G. P. Vadrane., N. Patel. 2011. Absence of Antimicrobial Activity in Alcoholic Extract of Santalum album
Linn. Journal of Pharmaceutical Negative Result. Vol (2)2
Radomiljac, A. M., J. A. McComb, and S. R. Shea. 1998. “Field establishment of Santalum album L. — the effect
of the time of introduction of a pot host (Alternanthera nana R. Br.).” Forest Ecology & Management 111,
no. 2/3: 107. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Radomiljac, Andrew M., Jen A. McComb, John S. Pate, and Kushan U. Tennakoon. 1998. “Xylem Transfer of
Organic Solutes inSantalum albumL. (Indian Sandalwood) in Association with Legume and Non-legume
Hosts.” Annals Of Botany 82, no. 5: 675-682. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9,
2014).
Raharjo, S. A. S. 2013. Studi Komparasi Peraturan Daerah Cendana di Provinsi NTT. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea. Vol 2 (1): 65-78
Ral, S. N. (1990). Status and Cultivation of Sandalwood In India. Proceeding of Symposium on Sandalwood in
Pacific. Hawai. USDA Forest Service Gen.Tech. Rep. PSW.122.
Rao, M. Nageswara, K. N. Ganeshaiah, and R. Uma Shaanker. 2007. “Assessing threats and mapping sandal
resources to identify genetic ‘hot-spot’ for in-situ conservation in peninsular India.” Conservation Genetics
8, no. 4: 925-935. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Raychaudhuri, S. P. 1977. “Sandal spike disease and its possible control.” European Journal Of Forest Pathology
7, no. 1: 1-5. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Rocha, D., P. K. Ashokan, A. V. Santhoshkumar, E. V. Anoop, and P. Sureshkumar. 2014. “Influence of Host
Plant on the Physiological Attributes of Field-grown Sandal tree (Santalum album).” Journal Of Tropical
Forest Science 26, no. 2: 166-172. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 6, 2014).
Saneja. A., P. Kaushik., D. Kaushik., S. Kumar., D. Kumar. 2009. Antioxidant, Analgesic and Anti-inflammatory
Activities of Santalum album Linn. Planta Medica. Vol. (75): 102
420
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Sanjaya, Bagyalakshmi Muthan, Thrilok Singh Rathore, and Vittal Ravishankar Rai. 2006. “Factors influencing
in vivo and in vitro micrografting of sandalwood ( Santalum album L.): an endangered tree species.”
Journal Of Forest Research 11, no. 3: 147-151. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9,
2014).
------------------. 2006. “Micropropagation of an endangered Indian sandalwood ( Santalum album L.).” Journal Of
Forest Research 11, no. 3: 203-209. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014)
Sen-Sarma, P. K. 1982. “Insect vectors of sandal spike disease.” European Journal Of Forest Pathology 12, no.
4/5: 297-299. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Shashidhara, G., M.V. Hema, Binu Koshy, and A. A. Farooqi. 2003. “Assessment of genetic diversity and
identification of core collection in sandalwood germplasm using RAPDs.” Journal Of Horticultural Science
& Biotechnology 78, no. 4: 528-536. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Suara Pembaruan. 2009. Tanaman Cendana Terancam Punah. Harian Suara Pembaruan Edisi 15 Februari
2009.
Surata, I. K., M. M. Idris. 2000. Status Penelitian Cendana di propinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar
Nasional Kajian Terhadap Cendana (Santalum album L) Sebagai Komoditi Utama Perekonomian
Provinsi NTT Menuju Otonomisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Tennakoon, Kushan U., and Duncan D. Cameron. 2006. “The anatomy of Santalum album (Sandalwood)
haustoria.” Canadian Journal Of Botany 84, no. 10: 1608-1616. Environment Complete, EBSCOhost
(accessed May 9, 2014)
Tu. X., F. Ling., A. Huang., Q. Zhang., G. Wang. 2013. Anthelmintic Efficacy of Santalum album (Santalaceae)
Against Monogenean Infections in Goldfish. Parasitology Research. Vol (112) 8: 2839-2845.
Umroni, A., H. Rianwati, Siswadi. 2015. Analisis kesenjangan dan Perbandingan Cendana (Snatalum album
Linn.) dengan Kayu Papi (Exocarpus latifolia R.Br) di Nusa Tenggara, Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi
Kehutanan. Vol. 12 (1): 1-12.
Weng-xing. Y., Z. Man-xiang., D. Rui-yun., P. Li-shi., L. Lie-yue. 2012. Optimization of the Extraction Technology
of Total Flavonoids from Leaves of Santalum album L.by Orthogonal Experiment. Science and Technology
of Food Industry. Vol(8)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
421
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
ANALISIS KESENJANGAN UNTUK MEMETAKAN DAN MENGETAHUI STATUS PENELITIAN:
STUDY KASUS CENDANA (Santalum album L.)
Aziz Umroni1 dan Heny Rianawati1
Email: [email protected]
1
Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Kemenhut
Abstrak
Pemetaan publikasi ilmiah sangat diperlukan untuk mengetahui status dan perkembangan penelitian suatu
spesies yang potensial atau terancam punah. Penelitian cendana merupakan salah satu prioritas nasional
dalam Rencana Penelitian Integratif non Food Energy Mineral (RPI non FEM) Badan Litbang Kehutanan.
Pada skala regional Nusa Tenggara Timur, kebijakan pengembangan cendana menjadi salah satu dari empat
prioritas pembangunan daerah. Sebagai substansi bahan parfum paling kuno dan telah diperdagangkan sejak
abad ketiga, nilai dan potensi cendana telah banyak ditulis dan dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah,
namun belum ada yang membuat database penelitian tentang cendana. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
gap penelitian dalam rangka memetakan hasil penelitian cendana dan membuat database sebagai masukan
untuk penelitian ke depan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis isi dari publikasi
ilmiah tentang cendana dari website pengindeks jurnal. Hasil Penelitian menunjukkan, dari website EBSCO
Host terdapat 46 publikasi dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi
dan kandungan berturut-turut adalah 65,22%, 2,17%, 13,04% dan 19,57%. Sedangkan dari website Google
Schoolar diperoleh 273 publikasi penelitian dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi,
ekologi konservasi dan kandungan berturut-turut adalah 68,86%, 1,83%, 2,2% dan 27,57%. Secara umum,
selama ini cendana lebih banyak diteliti aspek silvikultur serta kandungannya dan hanya sedikit yang meneliti
mengenai aspek ekologi dan sosial ekonominya.
Kata kunci: analisis kesenjangan, cendana, EBSCO Host, google schoolar
PENDAHULUAN
Cendana atau Indian Sandalwood (Santalum album L.) merupakan komoditas yang legendaris dari
kepulauan Nusa Tenggara yang kini provinsi Nusa Tenggara Timur. sebarannya di Indonesia meliputi: Timor,
Sumba, Flores, Alor, kepulauan Nusa Tenggara Timur, Gunung Kidul, Bondowoso bahkan Aceh. Sedangkan
sebarannya di dunia meliputi India bagian selatan, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Australia dan Kepulauan
Pasifik (Bhat, dkk., 2006). Hipotesis mengenai sebaran cendana berasal dari kepulauan Nusa Tenggara
dengan sebaran utama di Pulau Timor dan Sumba dan diintroduksi ke India sejak 2000 tahun yang lalu (Oyen,
1999). Sementara itu Ral (1990) menyebutkan terminologi cendana berasal dari bahasa hindi chandan(a) dan
disebutkan dalam kitab epik kuno Ramayana. Oleh karena keterkaitan budaya, mitos dan literatur yang kuat
antara cendana dengan masyarakat India menjadikan hipotesis tentang cendana diintroduksi ke India agak
lemah.
Pada masa kolonial, Timor mempunyai reputasi sebagai penghasil cendana berkualitas. Pedagang cina
pada abad kelima belas telah melakukan perdagangan cendana di Timor dan literatur Cina menyebutkan bahwa
pegunungan di Timor dipenuhi dengan cendana, kemudian menjadi rebutan antara Portugis dengan Belanda
pada rentang abad lima belas sampai enam belas (McWilliam, 2001). Namun masa kejayaan cendana telah
menjadi masa lalu, selama rentang 1990 s/d 1998, cendana memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) NTT sebesar 22,08% (BanoEt, 2000), namun pasca moratorium penebangan
1998-2002 produksi cendana tidak kunjung meningkat.
Penelitian cendana di Indonesia merupakan salah satu prioritas nasional di bidang kehutanan seperti
tertuang dalam Rencana Penelitian Integratif non Food, Energy, Mineral (RPI non FEM) 2010-2014 Badan
Litbang Kehutanan. Pada skala regional (Nusa Tenggara Timur), kebijakan pengembangan cendana menjadi
salah satu dari empat prioritas program pembangunan daerah yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi.
Nilai peting cendana tidak hanya dikenal dewasa ini saja, sejak 4000 tahun silam cendana telah digunakan
414
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
sebagai bahan untuk kosmetik dan parfum sehingga menjadikannya sebagai substansi pembuat parfum yang
paling kuno di dunia (Bhat, dkk., 2006). Oleh karena itu cendana sejak lama telah dijadikan sebagai objek
penelitian dalam berbagai aspek. Literatur yang dapat ditelusuri menyebutkan Grifith dan Solly (1838) atau
sejak 170 tahun lalu telah melaksanakan penelitian tentang pembungaan cendana (terbit online pada 2008).
Pemetaan penelitian cendana sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan dan status
penelitiannya di seluruh dunia. Tulisan ini bertujuan untuk memetakan dan mengklasifikasikan penelitian cendana.
Hal ini dapat digunakan sebagai database penelitian dan alat untuk membantu memetakan dan menentukan
prioritas penelitian. Status penelitian cendana pernah dipublikasikan oleh Balai Penelitian Kehutanan Kupang
pada tahun 1992, kemudian oleh Surata dan Idris (2000) yang menjelaskan tentang perkembangan penelitian
cendana di wilayah NTT. Tulisan ini sifatnya lebih general karena berisi rangkuman penelitian cendana yang
dapat ditelusuri secara online melalui situs EBSCO host dan Google schoolar. Cires, dkk. (2013) pernah juga
melakukan review atas publikasi ilmiah yang terbit secara online menggunakan situs Google schoolar dan ISI
web of Science untuk memetakan status penelitian dan keragaman genetik dari genus Magnolia.
BAHAN DAN METODE
Terdapat 25 spesies Santalum di dunia, dua species yang dominan untuk dikomersilkan yaitu S. album
yang berasal dari Indonesia dan India dan S. spicatum dari Australia (Bhat, dkk., 2006). Target dalam penelitian
ini adalah S. album yang native dari Indonesia dan mempunyai keunggulan komparatif dari jenis lainnya. Pada
tahun 1998, IUCN Redlist menerbitkan status perdagangan cendana sebagai vulnerable (rentan) melalui
masukan dari global assestment dalam Asian Regional Workshop (Conservation & Sustainable Management
of Trees), Implikasinya, sejak saat itu eksport dalam bentuk log dilarang di India.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif melalui analisis isi
terhadap publikasi ilmiah (Raharjo, 2013). Tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut: (1) Penelusuran
publikasi ilmiah melalui website Google schoolar dan EBSCO host dengan kata kunci Santalum album. (2)
Review pustaka dengan analisis isi pubikasi ilmiah. (3) Klasifikasi hasil penelusuran menurut aspek silvikultur,
kandungan (content), ekologi konservasi dan aspek sosial ekonomi. Website Google schoolar merupakan web
pengindeks publikasi ilmiah yang terbuka dan mengkompilasi jurnal ilmiah yang terbit secara online, sedangkan
EBSCO host merupakan penyedia jurnal online yang berbayar dan merupakan kompilasi publikasi ilmiah yang
relatif baru dan berasal dari beberapa jurnal ilmiah yang terpercaya. Kegiatan penelusuran jurnal ilmiah ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelusuran jurnal ilmiah yang terbit secara online diperoleh 46 publikasi dari EBSCO Host, 273
publikasi dari Google schoolar dan 12 publikasi yang terindeks di keduanya (redundant), secara detail dapat
dilihat pada Tabel. 1.
Tabel. 1. Publikasi ilmiah (online) tentang cendana di Google Schoolar dan EBSCO
Aspek
Aspek silvikultur (pemuliaan,
fisiologi dan Hama penyakit)
Aspek kandungan (content)
Ekologi konservasi
Sosial ekonomi
Total
Google Schoolar
Jumlah
Prosentase (%)
EBSCO host
Jumlah
Prosentase (%)
188
68,86
30
65,22
74
6
5
273
27,11
2,2
1,83
9
6
1
46
19,57
13,04
2,17
Sumber: Umroni, dkk.,2015.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
415
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Secara umum Google schoolar menjangkau lebih banyak jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam versi
online bila dibandingkan dengan EBSCO, namun secara komparatif kualitas penelitian dan kebaruan ilmu,
EBSCO host relatif lebih baik. Menurut sebaran negara-negara yang lebih banyak menerbitkan publikasi ilmiah
tentang cendana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran negara penerbit publikasi ilmiah berkaitan dengan cendana
Nama
Jumlah
Persentase (%)
Negara
Publikasi
1. India*
GS: 178; EH: 21 GS: 65,2; EH:47,73
2. China**
GS: 44; EH:4
GS: 16,1; EH:9,09
3. Indonesia* GS: 6; EH:1
GS: 2,2; EH:2,27
4. Australia* GS: 26; EH:9
GS: 9,5; EH:20,45
5. Jepang
GS: 6; EH:0
GS: 2,2; EH:0
6. Srilanka* GS: 3; EH:1
GS: 1,1; EH:2,27
Keterangan: GS: Google Schoolar; EH: Ebsco Host.
*) Negara-negara dengan sebaran alami
**) Negara yang mengintroduksi cendana.
NO
NO
Nama Negara
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pakistan**
AS
Italia
Jerman
Inggris
Switzerland
Jumlah
Publikasi
GS: 2; EH:0
GS: 2; EH:3
GS: 1; EH:0
GS: 1; EH:1
GS: 1; EH:0
GS: 1; EH:1
Persentase (%)
GS: 0,7; EH:0
GS: 0,7; EH:6,82
GS: 0,4; EH:0
GS: 0,4; EH:2,27
GS: 0,4; EH:0
GS: 0,4; EH:2,27
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa akademisi yang berasal dari India mempunyai minat yang lebih besar
untuk mengembangkan cendana diikuti oleh China dan Australia. Kegiatan riset yang unggul mendukung India
menjadi negara penghasil dan pengolah cendana terbesar di dunia yang menguasai separuh pangsa pasar dunia.
Data pada tahun 2009 India menguasai 50 persen produksi cendana diikuti Indonesia, Australia dan Fiji yang masingmasing menyumbang sepuluh persen (suara pembaruan, 15/02/2009). Sementara itu, Indonesia sebagai negara
nativenya cendana jauh tertinggal dalam riset dan produksinya. Hal ini mengafirmasi bahwa riset berkorelasi positif
terhadap proses industrialisasi. Pemetaan dan status penelitian cendana yang diperoleh melalui penelusuran secara
online melalui website Google Schoolar dan EBSCO Host adalah sebagai berikut:
1. Aspek Silvikultur
Penelitian mengenai aspek silvikultur cendana meliputi teknik perbanyakan generatif dan vegetatif,
pengaruh tanaman inang, fisiologi, hama penyakit dan pemuliaan pohon. Aspek sivikultur merupakan aspek
yang paling banyak diteliti, dari pencarian dengan Ebsco tercatat 30 publikasi (65,22%) dan 188 publikasi
(68,8%) dari Google scholar.
Penelitian tentang perkecambahan cendana telah dilakukan oleh Fox, dkk., (1994) di Australia Barat.
Sedangkan penelitian tentang perbanyakan cendana secara vegetatif dilakukan oleh Sanjaya, dkk., (2006)
di India dengan micrografting secara in vivo dan perlakuan hormon pertumbuhan pada pembiakan mikro
cendana.
Tanaman inang merupakan salah satu aspek silvikultur yang paling banyak diteliti. Bahasan tersebut
menjadi menarik karena Santaluam album merupakan jenis hemiparasit dan membutuhkan inang untuk
mendukung pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak jenis tanaman yang
dapat dijadikan inang cendana, seperti Cajanus cajan (L) dan Mimosa pudica (L) dari bangsa legum dan
Alternanthera sessilis (L) R.Br. dari bangsa non legume (Annapurna, dkk., 2006). Radomiljac, dkk., (1998)
menggunakan Alternantera nana R.Br. sebagai inang cendana dan Luong, dkk., (2008) melakukan penelitian
untuk mengetahui species dari genus Altenanthera yang paling baik untuk inang cendana. Jenis lain yang
dapat dijadikan inang cendana yaitu Dalberia odorifera (Lu, dkk., 2013), Kuhnia rosmarnifolia Vent. (Zhang,
dkk., 2012), Sesbania formosa (F. Muell.) N. Burb. dan Acacia trachycarpa E. Pritzel (McGrath, dkk., 1999),
Desmantus virgatus (L) Willd. efektif dijadikan inang antara pada cendana (Fox, dkk., 1996) dan hasil penelitian
Rocha, dkk., (2014) menyebutkan bahwa Casuaria equisetifolia dapat dijadikan sebagai inang cendana yang
dapat membantu dalam pengaturan level air dalam tubuh tanaman yaitu mengurangi stress tanaman akibat
kekurangan air dan juga meningkatkan kandungan K dalam daun.
416
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Aspek fisiologi cendana yang diteliti masih berhubungan dengan pengaruh tanaman inang terhadap
cendana. Radomiljac, dkk., (1998), melakukan penelitian tentang transport bahan organik melalui xylem pada
cendana yang berasosiasi dengan tanaman inang jenis legum dan non legume di Australia. Lu, dkk., (2013)
mengamati perpindahan nutrisi dari tanaman inang ke tanaman cendana (memiliki akar yang bersifat parasit)
dan anatomi houstoria diteliti oleh Tennakoon, dkk., (2006). Pada aspek fisiologi cendana diteliti juga tentang
pengurangan nutrisi (N, P, K, S, Ca) pada cendana yang berpengaruh signifikan terhadap morfologi cendana
(Diana, dkk., , 1997).
Kelangkaan cendana mendorong pemalsuan kayu dan minyaknya, Chembat at.al (2012) menganalisis
phylogeny secara molekuler dari beberapa spesies (Osyris wightiana, Erythroxylum monogynum, Buxus
sempervirens, Ximenia americana, Osyris lanceolata, and Chukrasia tabularis) yang sering digunakan untuk
memalsukan cendana karena kemiripannya, sehingga dilakukan uji genetik untuk membedakannya.
Berdasar hasil penelitian tercatat jenis hama penyakit yang menyerang tanaman cendana, di antaranya
adalah little-leaf disease (Nayar, dkk., 1977), black mildew (Hosagoudar, dkk., 2013), dan spike disease merupakan
jenis hama penyakit yang banyak diteliti (Raychaudhuri, 1977; Sen-Sarma, 1982; All, dkk., 1987; Khan, dkk., 2006).
Nayar, dkk., (1980) melakukan penelitian tentang hama penyakit yang menyerang kayu (log) cendana.
Penelitian mengenai aspek pemuliaan cendana di antaranya adalah yang dilakukan oleh Shashidhara,
dkk., (2003) yaitu melakukan taksiran keanekaragaman genetik dan identifikasi pada koleksi tanaman cendana
menggunakan metode Random Amplification of Polymorphic DNA (RAPDs) dan Harbaugh (2008) berpendapat
bahwa cendana yang mempunyai gen polyploid memiliki tingkat adaptabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cendana yang mempunyai gen diploid.
2. Aspek Kandungan
Berdasarkan hasil penelitian, Santalum album merupakan tanaman penghasil santalol (minyak cendana/
sandalwood oil) yang mempunyai banyak manfaat, di antaranya adalah untuk bahan makanan dan kosmetik
(Opdyke, 1974), pestisida (Nayar, 1984; Hyun Sik, dkk., 2012) dan obat-obatan. Howes, dkk., (2004) melakukan
penelitian untuk mengevaluasi kualitas santalol dengan GCMS dan Misra, dkk., (2013) melakukan penelitian
tentang perkembangan variasi dari santalol.
Trend penelitian cendana dewasa ini antara lain menguji efektifitas bahan aktif yang terkadung sebagai
antimicroba, antioksidan dan antikanker. Weng-xin, dkk., (2012) yang melakukan uji fitokimia menemukan bahwa
didalam daun cendana terkandung 3,24% flavanoid yang dapat dikembangkan sebagai substansi antikanker.
Sementara untuk mengobati parasit yang banyak menyerang ikan hias, ekstrak cendana menunjukkan efektifitas
untuk mengurangi serangan parasit dan dapat digunakan sebagai terapi pengobatan bagi industri akuakultur
(Tu, dkk., 2013).
Cendana telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati gangguan
pencernaan dan efektif sebagai antibakteri. Patil, dkk., (2011) melaporkan absence aktifitas anti mikroba dari
ekstrak biji cendana. Namun penelitian Kumar, dkk., (2006) ekstrak daun dan batang cendana menunjukkan
aktifitas anti mikroba terutama terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Pseudomonas.
Ekstrak cendana menunjukkan efektifitas sebagai antidiarhoeal yang baik (Guo, dkk., 2014) dan penelitian yang
dilakukan oleh Kulkarni, dkk., (2012) menguji efektifitas cendana sebagai obat untuk diabetes akibat resistensi
insulin dan dalam kesimpulannya ektrak cendana menunjukkan aktifitas antihyperlipidemic (penurunan
kolesterol).
Sintesis dari ekstrak batang dan akar cendana menghasilkan essensial oil kelas satu yang sering
digunakan dalam parfume atau pewangi mewah. Komposisi penyusun minyak cendana sembilan puluh
persennya meliputi sesquiterpenols, α-, β-, and epi-β-santalol and α-exo-bergamotol (Diaz-chaves, dkk., 2013).
Kandungan minyak santalol dalam dosis tertentu memberikan efek analgesik, antiinflmasi dan antioksidan
(Saneja, dkk., 2009). Cendana mempunyai keunggulan komparatif dalam kandungan minyak santalolnya
(terutama α santalol) dan kayu terasnya walaupun produski kayu terasnya hampir sama kecepatan terbentuknya
bila dibandingkan dengan spesies lainya. S. album hasil penanaman menghasilkan α-santalol and β-santalol
yang lebih tinggi dari S. spicatum (Brand, dkk., 2007).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
417
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
3. Aspek Ekologi Konservasi
Salah satu aspek penelitian cendana yang juga tidak kalah penting adalah mengenai aspek ekologi
konservasinya, tercatat terdapat enam publikasi dari Ebsco dan enam publikasi juga dari Google scholar. Rao,
dkk., (2007) melakukan penelitian mengenai taksiran ancaman dan pemetaan genetik cendana untuk konservasi
in-situ di India Timur. Balasubramanian, dkk., (2001) juga melakukan penelitian mengenai persebaran biji
cendana oleh burung di India. Berkurangnya populasi cendana secara signifikan juga tidak hanya terjadi di
Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Durairaj (2013) di India yang juga merupakan sebaran alami cendana,
menemukan fakta bahwa populasi cendana telah merosot drastis di habitat alaminya.
4. Aspek Sosek
Meskipun cendana merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, akan tetapi jumlah
publikasi mengenai aspek sosial ekonomi cendana paling sedikit diteliti dibanding dengan aspek lainnya.
Publikasi mengenai aspek sosial ekonomi cendana tercatat hanya satu publikasi dari Ebsco dan lima publikasi
dari Google scholar. Salah satu hasil penelitian di India Timur mengenai identifikasi pasar pemalsuan cendana
dengan menggunakan DNA barcode (Dev, dkk., 2014).
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan (gap) lebih banyak penelitian yang berhubungan
dengan silvikultur (Fisiologi, pemuliaan dan hama penyakit) dibandingkan dengan aspek kandungan (termasuk
medicinal content). Tren penelitian tentang cendana dalam lima tahun terakhir lebih banyak mendalami
topik Farmakologi dan bahan ekstraktif cendana. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh 46 publikasi dari
EBSCO Host, 273 publikasi dari Google schoolar dan 12 publikasi yang terindeks di keduanya (redundant).
Prosentase menurut beberapa aspek penelitiannya adalah dari website EBSCO Host terdapat 46 publikasi
dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi dan kandungan berturut-turut
adalah 65,22%, 2,17%, 13,04% dan 19,57%. Sedangkan dari website Google Schoolar diperoleh 273 publikasi
penelitian dengan prosentase menurut topik silvikultur, sosial ekonomi, ekologi konservasi dan kandungan
berturut-turut adalah 68,86%, 1,83%, 2,2% dan 27,57%. Publikasi paling banyak berasal dari India, China dan
Australia dengan prosentase berturut-turut adalah 65%;16% dan 9,5% menurut Google Schoolar atau 47%, 9%
dan 20% menurut Ebsco Host.
DAFTAR PUSTAKA
All, M. I. Mohamed, M. Balasundaran, and S. K. Ghosh. 1987. “Symptom Remission in Spiked Sandal trees
by infusion of tetracycline antibiotics.” Plant Pathology 36, no. 2: 119-124. Environment Complete,
EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Annapurna, D., T. S. Rathore, and Geeta Joshi. 2006. “Modern Nursery Practices in the Production of Quality
Seedlings of Indian Sandalwood (Santalum album L.)— Stage of Host Requirement and Screening of
Primary Host Species.” Journal Of Sustainable Forestry 22, no. 3/4: 33-55. Environment Complete,
EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Asian Regional Workshop (Conservation & Sustainable Management of Trees, Viet Nam, August 1996) 1998.
Santalum album. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.1. .
download on 22 July 2014.
Balai Penelitian Kehutanan Kupang. 1992. Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Cendana di Nusa
Tenggara. Kupang.
Balasubramanian, P. P., Aruna, R. R., Anbarasu, C. C., & Santhoshkumar, E. E. (2011). Avian frugivory and
seed dispersal of Indian Sandalwood Santalum album in Tamil Nadu, India. Journal Of Threatened Taxa,
3(5), 1775-1777.
BanoEt, H.H. 2000. Peranan Cendana Dalam Perekonomian NTT: Dulu dan Kini. Prosiding Seminar Nasional
Kajian Terhadap Cendana (Santalum album L) Sebagai Komoditi Utama Perekonomian Provinsi NTT
Menuju Otonomisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
418
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Bhat, K.V., M. Balasundaran., M. Balagopalan. 2006. Identification of Santalum Album and Osyris Lanceolata
Through Morphological and Biochemical Characteristics and Molecular Markers to Check Adulteration.
Report of Project KFRI 509/06. Kerala Forest Research Institute.
Brand. J. E., J. E. D. Fox., G. Pronk., C. Cornwell. 2007. Comparison of Oil Concentration and Oil Quality from
Santalum spicatum and S. album Plantations, 8–25 years old, with Those from Mature S. spicatum
Natural Stands. Australian Forestry. Vol (70) 4
Chembat. A., M. Balasundaran., P. Sujanapal. 2012. Phylogenetic Relationships of Santalum album and its Adulterants
as Inferred from Nuclear DNA Sequences. International Journal of Agriculture and Forestry. Vol (2)4.
Cires, E., Y.D. Smet., C. Cuesta., P. Goetghebeur., S. Sharrock., D. Gibbs., S. Oldfield., A, Kramer., M. Samain.
2013. Gap Analyses to Support Ex Situ Conservation of Genetic Diversity in Magnolia, a Flagship Group.
Biodiversity and Conservation. Vol. 22. 567–590
Dev, Suma, E. Muralidharan, P. Sujanapal, and M. Balasundaran. 2014. “Identification of market adulterants in
East Indian sandalwood using DNA barcoding.” Annals Of Forest Science (Springer Science & Business
Media B.V.) 71, no. 4: 517-522. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Diana, Barrett, and Fox John. 1997. “Santalum album: Kernel Composition, Morphological and Nutrient
Characteristics of Pre-parasitic Seedlings under Various Nutrient Regimes.” Annals Of Botany 79, no. 1:
59-66. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Diaz-chaves M. L., J. Monoidis., L. L. Madilao., S. Jansick., C. I. Keeling., E. L. Bourbour., E. L. Ghisalberti., J.
A. Plumer., P. G. Jones., J. Bohlman. 2013. Biosynthesis of Sandalwood Oil: Santalum album CYP76F
Cytochromes P450 Produce Santalols and Bergamotol. Journal Plos one. September (2013).
Durairaj. P., Kamaraj. M. 2013. Assessment and Conservation Strategies for Santalum album in Manmalai rf
of Thuraiyur Range at Tiruchirappalli District. International Journal of Humanities, Arts, Medicine and
Science. Vol (1) 1: 1-12.
Fox, J. E. D., D. R. Barrett, Markum Effendi, and J. E. Brand. 1994. “Germination in Santalum album L.: recent
research in Western Australia and protocol for Timor, Indonesia.” International Journal Of Ecology &
Environmental Sciences 20, no. 3: 345. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Fox, J. E. D., D. R. Barrett, A. I. Doronila, and I. Komang Surata. 1996. “Desmanthus virgatus (L.) Willd. An
efficient intermediate host for the parasitic species Santalum album L. in Timor, Indonesia.” Journal Of
Sustainable Forestry 3, no. 4: 13. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Griffith, W., Solly, R. H.1838. II. On the Ovulum of Santalum album. Transactions of the Linnean Society of
London. Vol (18): 59–70
Guo. H., J. Zhang., W. Gao., Z. Qu., C. Liu. 2014. Anti-diarrhoeal activity of methanol extract of Santalum
album L. in Mice and Gastrointestinal Effect on the Contraction of Isolated Jejunum in Rats. Journal of
Ethnopharmacology. Vol (154)3: 704-710.
Harbaugh, Danica T. 2008. “Polyploid and Hybrid Origins of Pacific Island Sandalwoods (Santalum, Santalaceae)
Inferred From Low-Copy Nuclear and Flow Cytometry Data.” International Journal Of Plant Sciences
169, no. 5: 677-685. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014)
Hosagoudar, V. B., Amaranath Shetty, K. Vipinachandran, and E. Mohamed Ashraf. 2013. “Occurrence of a
Black Mildew in Santalum album Plantation at Anakulam, Thiruvananthapuram, Kerala, India.” Journal Of
Threatened Taxa 5, no. 10: 4521-4523. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Hyun Sik, Roh, Park Kye Chung, and Park Chung Gyoo. 2012. “Repellent Effect of Santalol From Sandalwood
Oil Against Tetranychus urticae (Acari: Tetranychidae).” Journal Of Economic Entomology 105, no. 2:
379-385. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Khan, J. A., P. Srivastava, and S. K. Singh. 2006. “Identification of a ‘ Candidatus Phytoplasma asteris’-related
strain associated with spike disease of sandal ( Santalum album) in India.” Plant Pathology 55, no. 4:
572. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Kulkarni. C. R., M. M. Joglekar. S. B. Patil. A. U. Arvindekar. 2012. Antihyperglycemic and Antihyperlipidemic
Effect of Santalum album in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Pharmaceutical Biology. Vol (50)3:
360-365.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
419
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Lu, J.K., L.H. Kang, J.I. Sprent, D.P. Xu, and X.H. He. 2013. “Two-way transfer of nitrogen between Dalbergia
odorifera and its hemiparasite Santalum album is enhanced when the host is effectively nodulated and
fixing nitrogen.” Tree Physiology 33, no. 5: 464-474. Environment Complete, EBSCOhost (accessed
May 21, 2014)
Luong, T. M., T. Lion, J. E. D. Fox, and A. Schatral. 2008. “Aspects of Early Growth and Host Relationships in the
Hemi-Parasitic Santalum album: Alternanthera Taxa as Primary Hosts and Growth in Response to Foliar
Feeding.” International Journal Of Ecology & Environmental Sciences 34, no. 1: 7-17. Environment
Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
McGrath, J. F., J. A. McComb, and A. M. Radomiljac. 1999. “Intermediate host influences on the root hemiparasite Santalum album L. biomass partitioning.” Forest Ecology & Management 113, no. 2/3: 143.
Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
McWilliam, A. 2001. Haumeni, Not How Many: Renewed Plunder and Mismanagement in The Timorese
Sandalwood Industry. Resource Management in Asia-Pacific Program, Division of Pacific and Asian
History. Research School for Pacific and Asian Studies. The Australian National University. Canberra.
Nayar, R. 1984. “Investigations with sandalwood Mycoplasma and toxins.” European Journal Of Forest Pathology
14, no. 1: 59-64. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Nayar, R., H. S. Ananthapadmanabha, and K. R. Venkatesan. 1980. “Rot in stored sandal logs.” European
Journal Of Forest Pathology 10, no. 2/3: 136-138. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May
9, 2014).
Nayar, R., H. S. Ananthapadmanabha. 1977. “Little-leaf disease in collateral hosts of sandal (Santalum album
Linn.).” European Journal Of Forest Pathology 7, no. 3: 152-158. Environment Complete, EBSCOhost
(accessed May 6, 2014).
Opdyke, D. L. J. 1974. “Sandalwood oil, East Indian.” Food & Cosmetics Toxicology 12, no. 6: 989. Environment
Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Oyen, L.P.A and Nguyen Huan Dun (editors). 1999. Plant Resource of South East Asia No. 19. Essensial-Oil
Plants. Backhuys Publiser. Leiden, The Netherlands. 177pp.
Patil. V., G. P. Vadrane., N. Patel. 2011. Absence of Antimicrobial Activity in Alcoholic Extract of Santalum album
Linn. Journal of Pharmaceutical Negative Result. Vol (2)2
Radomiljac, A. M., J. A. McComb, and S. R. Shea. 1998. “Field establishment of Santalum album L. — the effect
of the time of introduction of a pot host (Alternanthera nana R. Br.).” Forest Ecology & Management 111,
no. 2/3: 107. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Radomiljac, Andrew M., Jen A. McComb, John S. Pate, and Kushan U. Tennakoon. 1998. “Xylem Transfer of
Organic Solutes inSantalum albumL. (Indian Sandalwood) in Association with Legume and Non-legume
Hosts.” Annals Of Botany 82, no. 5: 675-682. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9,
2014).
Raharjo, S. A. S. 2013. Studi Komparasi Peraturan Daerah Cendana di Provinsi NTT. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea. Vol 2 (1): 65-78
Ral, S. N. (1990). Status and Cultivation of Sandalwood In India. Proceeding of Symposium on Sandalwood in
Pacific. Hawai. USDA Forest Service Gen.Tech. Rep. PSW.122.
Rao, M. Nageswara, K. N. Ganeshaiah, and R. Uma Shaanker. 2007. “Assessing threats and mapping sandal
resources to identify genetic ‘hot-spot’ for in-situ conservation in peninsular India.” Conservation Genetics
8, no. 4: 925-935. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Raychaudhuri, S. P. 1977. “Sandal spike disease and its possible control.” European Journal Of Forest Pathology
7, no. 1: 1-5. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Rocha, D., P. K. Ashokan, A. V. Santhoshkumar, E. V. Anoop, and P. Sureshkumar. 2014. “Influence of Host
Plant on the Physiological Attributes of Field-grown Sandal tree (Santalum album).” Journal Of Tropical
Forest Science 26, no. 2: 166-172. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 6, 2014).
Saneja. A., P. Kaushik., D. Kaushik., S. Kumar., D. Kumar. 2009. Antioxidant, Analgesic and Anti-inflammatory
Activities of Santalum album Linn. Planta Medica. Vol. (75): 102
420
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”
Sanjaya, Bagyalakshmi Muthan, Thrilok Singh Rathore, and Vittal Ravishankar Rai. 2006. “Factors influencing
in vivo and in vitro micrografting of sandalwood ( Santalum album L.): an endangered tree species.”
Journal Of Forest Research 11, no. 3: 147-151. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9,
2014).
------------------. 2006. “Micropropagation of an endangered Indian sandalwood ( Santalum album L.).” Journal Of
Forest Research 11, no. 3: 203-209. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014)
Sen-Sarma, P. K. 1982. “Insect vectors of sandal spike disease.” European Journal Of Forest Pathology 12, no.
4/5: 297-299. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Shashidhara, G., M.V. Hema, Binu Koshy, and A. A. Farooqi. 2003. “Assessment of genetic diversity and
identification of core collection in sandalwood germplasm using RAPDs.” Journal Of Horticultural Science
& Biotechnology 78, no. 4: 528-536. Environment Complete, EBSCOhost (accessed May 9, 2014).
Suara Pembaruan. 2009. Tanaman Cendana Terancam Punah. Harian Suara Pembaruan Edisi 15 Februari
2009.
Surata, I. K., M. M. Idris. 2000. Status Penelitian Cendana di propinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar
Nasional Kajian Terhadap Cendana (Santalum album L) Sebagai Komoditi Utama Perekonomian
Provinsi NTT Menuju Otonomisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Tennakoon, Kushan U., and Duncan D. Cameron. 2006. “The anatomy of Santalum album (Sandalwood)
haustoria.” Canadian Journal Of Botany 84, no. 10: 1608-1616. Environment Complete, EBSCOhost
(accessed May 9, 2014)
Tu. X., F. Ling., A. Huang., Q. Zhang., G. Wang. 2013. Anthelmintic Efficacy of Santalum album (Santalaceae)
Against Monogenean Infections in Goldfish. Parasitology Research. Vol (112) 8: 2839-2845.
Umroni, A., H. Rianwati, Siswadi. 2015. Analisis kesenjangan dan Perbandingan Cendana (Snatalum album
Linn.) dengan Kayu Papi (Exocarpus latifolia R.Br) di Nusa Tenggara, Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi
Kehutanan. Vol. 12 (1): 1-12.
Weng-xing. Y., Z. Man-xiang., D. Rui-yun., P. Li-shi., L. Lie-yue. 2012. Optimization of the Extraction Technology
of Total Flavonoids from Leaves of Santalum album L.by Orthogonal Experiment. Science and Technology
of Food Industry. Vol(8)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-2
421
”Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau”