Jurnalisme Warga Untuk Perubahan Sosial

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial
Oleh : Dedek Hendry
Jurnalisme sebagai sistem yang dilahirkan masyarakat untuk memasok berita
(Kovach dan Rosenstiel, 2001), memiliki peran vital dalam mendorong perubahan.
Revolusi Amerika dan Perancis (Davidson, 1941; Darnton,1979 dalam SrebernyMohammadi dan Mohammadi, 1994), gerakan nasionalisme atau kemerdekaan di Asia
(termasuk Indonesia), Afrika dan Eropa (Anderson, 2001), Reformasi Indonesia 1998
(Sen dalam Price dkk, 2002; Heryanto dan Mendal, 2005) dan Revolusi Mesir (Klepke,
and Olsson, 2014) merupakan sedikit contoh perubahan sosial yang didorong oleh
jurnalisme. Oleh karena itu, jurnalisme disebut sebagai agen perubahan (Eisenstein,
1980) atau partisipan dalam sebuah proses perubahan sosial progresif (Shah, 1996
dalam Romano, 2005).
Jurnalisme telah ada sejak zaman prasejarah (Bentley, 2008). Kala itu,
jurnalisme dilakukan secara lisan dan menggambar di dinding gua. Setelah abjad
fonetik dikembangkan, jurnalisme pun dilakukan dalam bentuk manuskrip tulisan
(Conboy, 2004). Jurnalisme mulai menggunakan kertas atau cetak, setelah Guttenberg
menemukan mesin cetak pada 1455. Seiring perkembangan teknologi, jurnalisme
dilakukan menggunakan radio, televisi, komputer, internet dan smart phone. Walau
telah dilakukan sejak zaman prasejarah, namun tonggak kelahiran jurnalisme dianggap
pada saat Julius Caesar mulai mempublikasikan Acta Diurna, catatan senat Romawi,
kehidupan sosial, politik dan militer, yang ditulis di atas papirus pada 59 SM kepada
publik (Kovach dan Rosenstiel, 2001; Ross dan Cormier, 2010).

Seturut perkembangan zaman, jurnalisme menjadi profesi, lembaga bisnis dan
industri. Jurnalisme pun mulai melupakan kontrak sosialnya untuk mengabdi kepada
kepentingan masyarakat, sebagaimana dikemukakan Kovach dan Rosenstiel (2001)
bahwa loyalitas pertama jurnalisme kepada warga. Kecewa dengan kondisi tersebut,
lahirlah gerakan jurnalisme warga yang bermula di Amerika Serikat pada akhir 1980-an.
Gerakan rakyat dan lembaga (Rosen dalam Meriill et al, 2001) yang berdampak pada
deprofesionalisasi, dekapitalisasi dan deinstitusionalisasi jurnalisme (Hamilton dalam
Atton, 2009) itu dipengaruhi pemikiran Jurgen Habermas (Ahva, 2010; Merrill et al,
2001), Robert D Putman (Ahva, 2010), John Dewey (Ahva, 2010; Sirianni and
Friedland, 2001), Herbert Gans dan Paulo Freire (Merrill et al, 2001) mengenai
demokrasi, pembangunan, kewargaan dan partisipasi. Singkatnya, gerakan yang
kemudian meluas ke berbagai penjuru dunia itu lahir untuk mengembalikan peran
jurnalisme sebagai agen perubahan sosial.
Ragam Istilah
Dengan beragam latar belakang pemikiran yang mempengaruhinya, maka
beragam pula istilah yang merujuk kepada jurnalisme warga. Namun beragam istilah
tersebut dapat dikelompokan menjadi empat seperti pada tabel di bawah ini.

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial


Page 1

Nama
Collaborative
journalism,
Open source
journalism,
Peer-to-peer

Para
journalism,
Amateur
journalism,
Layman
journalism

Grassroots
journalism,
Citizen
journalism,

Participatory
journalism
Civic
journalism,
Communitarian
journalism,
Public
journalism,
Network
journalism

Deskripsi
Kolaborasi produksi oleh
pengguna yang
menghasilkan konten pada
platform/saluran mandiri
atau pada platform yang
ditawarkan oleh media
profesional
Bentuk sederhana

jurnalisme, diproduksi oleh
orang awam atau amatir,
hampir tidak mengikuti
standar jurnalisme dan
bertujuan membangun
oposisi terhadap jurnalisme
profesional
Bentuk jurnalisme yang
lebih sederhana, yang
bertujuan untuk memenuhi
fungsi penting demokrasi
sekaligus untuk
menandingi jurnalisme
profesional
Perubahan terhadap
jurnalisme tradisional ke
arah yang lebih
berorientasi kepada warga
dan partisipasi sebagai
konsekuensi dari

kekecewaan politik yang
dihasilkan dari kelemahan
jurnalistik. Jurnalisme
jaringan khusus,
perubahan terhadap
jurnalisme tradisional dari
pola atas-bawah ke pola
bawah – atas dengan
struktur jaringan yang
terbuka dibandingkan
distribusi struktur yang
bersifat hirarki

Penulis
Bowman and Willis, 2003; Bruns,
2005; Deuze, 2001; Leonard,
1999; Neuberger, 2004; Outing,
2005

Ket

1

Fischer and Quiring, 2005;
Lasica, 2003; Neuberger, 2000

1

Bowman and Willis, 2003;
Gillmor, 2006; Lasica, 2003;
Outing, 2005; Paulussen et al.,
2008

1

Lünenborg, 2005; Nip, 2006;
Bucher and Büffel, 2005; Deuze,
2008; Neuberger, 2006

2


Keterangan : 1. Engesser dalam Fröhlich et al (2012)
2. Fröhlich et al (2012).

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Page 2

Ragam Definisi dan Tipe
Tidak hanya istilah, definisi jurnalisme warga pun cukup beragam. Misalnya
Franklin et al, (2005) mendefinisikannya sebagai jurnalisme yang memiliki
tanggungjawab untuk mempromosikan komitmen masyarakat dan partisipasi warga
dalam proses demokrasi. Jurnalisme yang mempromosikan dan membantu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sementara Boyman dan Willis (2003)
mendefinisikannya sebagai aktivitas seorang atau kelompok warga yang berperan aktif
dalam proses mengumpulkan, melaporkan, menganalisa dan menyebarluaskan berita
dan informasi. Aktivitas ini bertujuan memperoleh informasi yang independen, dapat
dipercaya, akurat, bervariasi dan relevan dengan kebutuhan demokrasi.
Lalu, Ross dan Cormier (2010) mendefinisikannya sebagain bentuk jurnalisme,
yang mana warga biasa berinisiatif untuk melaporkan berita atau mengekspresikan
pandangan tentang sesuatu di lingkungan sekitarnya. Ini adalah berita dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan Sirianni and Friedland (2001) mendefinisikannya
sebagai sebuah filosofi jurnalisme yang menekankan bahwa jurnalis harus memiliki
tanggung jawab mengangkat publik dengan pengetahuan bermanfaat yang dapat
membuat mereka berdiskusi tentang beragam isu yang kompleks dan mengikat mereka
untuk menyelesaikan masalah.
Kendati terdapat beragam istilah dan definisi tersebut, namun dilihat dari tipenya
terdiri dari dua. Yakni, individual dan kelembagaan (Benda, 2010). Individual, yaitu tipe
jurnalisme warga yang meletakkan individu dalam inti praktiknya. Biasanya
menggunakan kombinasi media untuk membangun konten dan mendistribusikannya
seluas mungkin. Sedangkan kelembagaan, yaitu tipe jurnalisme warga yang memiliki
struktur organisasi. Dalam praktiknya tipe ini mengajak para jurnalis warga dalam
komunikasi dialogis dengan penerima konten.
Ragam Media dan Format Partisipasi
Tidak hanya bisa menggunakan radio, video dan cetak seperti leaflet, newsletter,
poster atau lainnya, jurnalisme warga juga dapat dilakukan menggunakan mailing list,
weblog, wiki, SMS, forum atau grup, chat room, handphone berkamera, internet
broadcasting, facebook, twitter, youtube (Gillmore, 2006; Allan, 2006; Bentley, 2008)
dan lainnya seperti BBM, line, chat, instagram, skype, friendster dan masih banyak lagi.
Di lain sisi, Hermida and Thurman dalam Hermida (2011) mengelompokan format
partisipasi warga seperti pada tabel di bawah ini.

Format
Blog warga
Media warga
Berita warga

Wawancara kolektif

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Deskripsi
Blog yang dibuat oleh warga yang disediakan oleh
portal media massa.
Foto, video atau media lainnya yang dikirim oleh
warga, biasanya diperiksa oleh jurnalis.
Tulisan yang disampaikan oleh warga terkait isu
topikal, termasuk saran untuk berita, diseleksi dan
diedit oleh jurnalis untuk dipublikasi pada portal.
Obrolan atau wawancara dengan jurnalis atau
tamu undangan, dengan pertanyaan yang
disampaikan oleh pembaca dan dimoderasi oleh

Page 3

Komentar

Jenjang Konten

Forum

Blog jurnalis

Jajak pendapat

Jejaring sosial

profesional media. Aktivitas ini biasanya berupa
webcast dalam bentuk audio atau video, atau
direkam secara langsung, untuk memberikan
interaktivitas dan kedekatan.
Pandangan atas berita atau item portal lainnya,
yang mana warga menuliskannya dalam formulir

pada bagian bawah item.
Rangking berita menurut rating pembaca, biasanya
berdasarkan konten yang paling banyak dibaca
atau dikirim menggunakan email.
1) Diskusi yang dipandu oleh jurnalis, dengan
pertanyaan topikal yang dimoderasi secara penuh
atau reaktif. Forum ini biasanya dibuka dalam
jangka waktu yang dibatasi.
2) Tempat warga dapat terikat dalam debat atau
percapakan online, dengan diskusi yang terbuka
untuk periode mingguan atau bulanan. Warga
biasanya menginisiasi topik forum.
Ditulis oleh seorang atau lebih jurnalis, dengan
artikel yang singkat. Blog jurnalis sering terkait
dengan topik atau perspektif spesifik, dengan
memberikan fasilitas untuk pembaca berkomentar.
Pertanyaan topikal yang disampaikan oleh jurnalis,
dengan meminta warga untuk memberikan respon
pada pilihan ganda atau pertanyaan biner. Jajak
pendapat memperoleh jumlah umpan balik warga
secara instan.
Mendistribusikan link berita melalui platform media
sosial.

Perangkat Hukum terkait Jurnalisme Warga (Disadur dari Sunudyantoro, 2010)
Deklarasi Universal HAM:
Pasal 19



Setiap orang berhak atas kebebasan beropini dan berekspresi; hak ini meliputi
kebebasan untuk memiliki opini tanpa intervensi serta untuk mencari, menerima,
dan mengungkapkan informasi serta gagasan melalui media apapun dan tidak
terikat garis perbatasan.
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (1966):
Pasal 19
Ayat 2. Setiap orang berhak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat; hak ini
termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Page 4



pemikiran apapun, terlepas dari pembatasan-pembatasan secara lisan, tertulis, atau
dalam bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain sesuai dengan pilihannya.
Konvensi Hak Anak (1989)
Pasal 13



Ayat 1. Anak mempunyai hak untuk secara bebas menyatakan pendapat; hak ini
akan mencakup kebebasan untuk mencari, menerima, dan memberi informasi dan
gagasan dalam segala jenis, terlepas dari batas negara, baik secara lisan, tertulis
maupun tercetak, dalam bentuk seni atau melalui media lain menurut pilihan anak
yang bersangkutan.
Undang Undang Dasar 1945
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28 E
Ayat 2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Ayat 3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F



Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 14
Ayat 1. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
Ayat 2. Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana
yang tersedia.
Pasal 23
Ayat 1. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Page 5

Ayat 2. Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak
maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
Pasal 25



Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak
untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :
Ayat 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.
Pasal 2
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan
prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
Pasal 4
Ayat 1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

Daftar Pustaka
1. Allan, Stuart, 2006, Online News, Journalism and the Internet, Open University
Press.
2. Anderson, Bennedict, 2001, Imagined Communities: Komunitas-komunitas
Terbayang, Insist Press
3. Ahva, Laura, 2010, Making News With Citizens, Public Journalism and
Professional Reflexivity in Finnish Newspapers, Tampere University Press.
4. Atton, Chris, 2002, Alternative Media, SAGE Publications
5. Banda, Fackson, 2010, Citizen Journalism and Democracy In Africa, An
Exploratory Study, Highway Africa.
6. Bentley, Clyde H, 2008, Citizen Journalism: Back to the Future? Paper on the
Carnegie‐Knight Conference on the Future of Journalism, Cambridge, MA June
20‐21, 2008.

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Page 6

7. Bowman, Shayne and Willis, Chris, 2003, We Media; How Audiences Are
Shaping the Future of News and Information, The Media Center at The American
Press Institute.
8. Conboy, Martin, 2004, Journalism: A Critical History, SAGE Publications
9. Eisenstein, Elizabeth L, 2005, The Printing Press As An Agent Of Change:
Communication and Cultural Transformations in Early-Modern Europe, Volume 1
and 2, Cambrigde University Press
10. Franklin et al, 2005, Key Concepts in Journalism Studies, Sage Publication.
11. Fröhlich et al, 2012, Between idiosyncratic self-interests and professional
standards: A contribution to the understanding of participatory journalism in Web
2.0. Results from an online survey in German, Journalism, 2012 13: 1044.
12. Gillmor, Dan, 2004, We the Media; Grassroots Journalism by the People, for the
People, O'Reilly Media, Inc.
13. Hermida, Alfred, 2011, Mechanisms of Participation: How audience options
shape the conversation dalam Singer et al, 2011, Participatory Journalism:
Guarding Open Gates at Online Newspapers, Blackwell Publishing Ltd.
14. Heryanto, Ariel, 2003, Public Intellectuals, Media and Democratization: Cultural
Politics of the Middle Classes in Indonesia dalam Ariel, Heryanto and Mandal,
Sumit K, 2003, Challenging Authoritarianism in Southeast Asia: Comparing
Indonesia and Malaysia, Routledge Curzon
15. Klepke, Anton and Olsson, Kajsa, March 8, 2014 23:09, Syria: Citizen Journalists On
The Frontline, http://eaworldview.com/2014/03/syria-run-fast-can-towardexplosion-citizen-journalists-frontline/
16. Kovach, Bill dan Rosenstiel, Tom, 2001, Sembilan Elemen Jurnalisme: Apa yang
Seharusnya Diketahui Wartawan dan yang Diharapkan Publik, Pantau.
17. Merrill, John et al, 2001, Twilight of Press Freedom, The Rise of People’s
Journalism, Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
18. Romano, Angela, 2005, Asian journalism : News, Development and the Tides of
Liberalization and Technology dalam Romano, Angela and Bromley, Michael
(Ed), 2005, Journalism and Democracy in Asia, Routledge
19. Ross, Ronald D and Cormier, Susan C, 2010, Handbook for Citizen Journalists,
Wanted: One Million Citizen Journalists, National Association of Citizen
Journalists.
20. Sen, Krishna, 2002, Indonesia: Media and the end of authoritarian rule dalam
Price et al (ed), 2002, Media Reform: Democratizing the Media, Democratizing
the State, Routledge
21. Sirianni, Carmen and Friedland, Lewis, 2001, Civic Innovation in America;
Community Empowerment, Public Policy, and the Movement for Civic Renewal,
The Regents of the University of California.
22. Sreberny-Mohammadi, Annabelle and Ali Mohammadi, 1994, Small media, big
revolution: Communication, culture, and the Iranian Revolution, the University of
Minnesota Press
23. Sunudyantoro, 2010, Kebebasan Berekspresi : Panduan Bagi Jurnalis dan Aktifis
Kebebasan Berekspresi, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

Jurnalisme Warga untuk Perubahan Sosial

Page 7