PENERAPAN PENDIDIKAN SEKSUAL OLEH GURU D
Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan
2016, Vol. 10, No. 2, 20 - 39
PENERAPAN PENDIDIKAN SEKSUAL
OLEH GURU DAN ORANG TUA
BAGI REMAJA BERKEBUTUHAN KHUSUS
Niken Widi Astuti dan Noeratri Andanwerti
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Abstract
Sex education for adolescent with special needs becomes a necessity. In term of it,
besides based on philosophical a juridical, sex education is the preventive efforts
in order that every child with special needs can recognize, understand in handle
biological development and change. In addition sex education for adolescent with
special needs also aims at guiding them to appreciate others people’s sexual
behavior and not to make them being stuck on deviate sex conduct as well as not
getting violence and sexual abuse from others. This is because their physical and
psychological condition, which has some problems, enables them to be easily
manipulated and courted so that many of them are often stuck to be an object of
sexual harassment of irresponsible person. The method used is qualitative method
in form of case study, data collection, using interviews and observation. Subjects
in this research were two teachers and three parents. This research specifically is
going to explain the concept of sexual education for adolescent with special
needs, the anvil of sex education, as well as material, method, parents and teacher
competencies in the implementation of sex education for them.
Keywords: sex education, the adolescent with special needs
Pendahuluan
Jumlah anak berkebutuhan khusus di
Indonesia
setiap
tahun
semakin
Niken Widi Astuti adalah Dosen
Fakultas Psikologi UNTAR Jakarta.
Noeratri Andanwerti adalah dosen
Fakultas Seni Rupa dan Disain.
Korespondensi artikel dialamatkan ke
e-mail nikenw@fpsi.untar.ac.id
bertambah jumlahnya. Data sensus
nasional oleh Biro Pusat Statistik
menyatakan tahun 2003 penyandang
10
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
cacat di Indonesia 0,7% dari jumlah
maka remaja berkebutuhan khusus
penduduk 211.428.572 atau sebanyak
juga akan mengalami masa pubertas.
1.480.000 jiwa. Jumlahnya semakin
Pada masa ini, remaja mengalami
bertambah pada tahun 2009 hingga
kematangan seksual (Santrock, 2011),
hingga 2.126.998 jiwa. Data tersebut
sehingga pendidikan seksual dalam
kemungkinan besar terus mengalami
hal ini sangatlah diperlukan. Masalah
peningkatan hingga sekarang (dalam
pendidikan seksual ini menjadi suatu
Depdiknas, 2006). Anak berkebutuhan
hal yang penting untuk diperhatikan,
khusus tersebut terdiri dari beberapa
mengingat
jenis gangguan, misalnya Attention
keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
Deficit
Hyperactivity
mereka
Pendidikan
Disorder
(ADHD), Autism Spectrum Disorder
merupakan
(ASD),
berkebutuhan
Conduct
Disorder,
memiliki
seksual
hak
ini
dari
juga
remaja
khusus,
sehingga
diharapkan
mampu
Depression, Anxiety, Post Traumatic
mereka
Stress
Obsessive
memahami diri mereka sendiri, nilai-
Intellectual
nilai dan perilaku yang diharapkan
Compulsive
Disorder,
Disorder,
Disorder dan Learning Disabilities
dari
(Kring, Johnson, Davison, & Neale,
pendidikan
2012).
berkebutuhan khusus ini memang
masih
Apapun jenis gangguannya, anak
mereka.
Walau
seksual
merupakan
demikian
bagi
remaja
perdebatan,
berkebutuhan khusus tersebut lambat-
mengingat masih harus dilakukan
laun akan menjadi seorang remaja.
perbaikan kurikulum dan sumberdaya
Selayaknya remaja pada umumnya,
manusia/para guru/pendidik, pelatihan
11
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
dan
persiapan
bagi
guru-guru,
Penelitian ini diawali dengan
pengukuran dampak pengajaran, dan
sebuah
keterlibatan
berkebutuhan khusus yang saat ini
orang
tua
dalam
kasus
sedang
pendidikan seksual itu sendiri.
seorang
menjalani
remaja
pendidikan
di
yang
sebuah universitas di Jakarta Barat.
berhubungan dengan seksual remaja
Secara fisik dan kognitif remaja ini
berkebutuhan
tidak
Masalah-masalah
khusus
adalah
mengalami
permasalahan,
berkebutuhan
mampu mengikuti kuliah dengan baik
khusus yang melakukan masturbasi,
dan lancar meskipun pendampingan
terutama para prianya. Selain itu
selalu diberikan. Hanya saja dari segi
adanya masalah pelecehan seksual,
emosi dan sosial masih mengalami
sodomi,
Menurut
beberapa
Hastuti (2015), tidak hanya di dalam
mengenai
negeri, setiap tahunnya 1400 remaja
Remaja
berkebutuhan khusus di negara Inggris
memahami fungsi seksual dirinya,
juga
pelecehan
sehingga seringkali menanyakan suatu
seksual. Begitu pula kasus kekerasan
hal yang berkaitan dengan seks pada
seksual
orang lain, secara terbuka dan sedikit
banyaknya
remaja
dan
menjadi
disabilitas
perkosaan.
korban
terhadap
di
penyandang
Amerika
Serikat
memaksa.
hambatan,
diantaranya
pengetahuan
tersebut
Kondisi
masih
ini
seksual.
belum
cukup
dinyatakan 1,5 kali lebih rentan
mengganggu orang lain di sekitarnya,
menjadi korban seksual dibandingkan
karena menanyakan suatu hal yang
masyarakat umum.
berkaitan dengan fungsi seksual yang
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
sudah diketahui para remaja pada
ketika
mendapatkan
perubahan
umumnya.
biologis yang terjadi pada diri remaja.
Maka peneliti ingin memberikan
intervensi psikoedukasi pendidikan
Kajian Pustaka
seksual bagi remaja berkebutuhan
Pengertian remaja berkebutuhan
khusus. Peran yang paling penting
khusus
Remaja
adalah guru dan orang tua karena
pendidikan
seksual
tidak
adalah
mudah
berkebutuhan
remaja
khusus
yang
memiliki
diberikan dengan kondisi remaja yang
perbedaan dalam keadaan dimensi
unik sangat perlu penanganan dari
penting dari fungsi kemanusiaannya.
orang
Mereka
terdekat
untuk
membantu
secara
fisik,
psikologis,
remaja mengatasi masalah perubahan
kognitif, atau sosial terhambat dalam
tubuh dan keterkaitan dengan perilaku
mencapai
seksual.
Tujuan lain penelitian ini
potensinya secara maksimal, sehingga
adalah agar remaja lebih memahami
memerlukan penanganan yang terlatih
mengenai fungsi tubuh mereka secara
dari
umum dan fungsi seksual secara
Smiley & Richards, 2009).
khusus.
Disamping
tujuan/kebutuhan
tenaga
professional
dan
(Taylor,
perkembangan
seksual remaja berkebutuhan khusus
Autism spectrum disorder
berjalan sebagaimana remaja lain pada
Penyebab
dari
umumnya,
Disorder
(ASD)
pendidikan
seks
tetapi
bermanfaat agar remaja tidak terkejut
diduga
Autism
Spectrum
belum
diketahui
berkaitan
dengan
neurologis atau brain-based. Setiap
13
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
oleh
social impairments. Karakteristiknya
perbedaan dari gangguan komunikasi,
adalah sebagai berikut: (1) kesulitan
lemahnya interaksi sosial, repetitive ,
untuk berinteraksi dengan orang lain
atau perilaku stereotype. Para peneliti
sesuai konteks sosial; (2) kesulitan
mengindentifikasi bahwa mutasi dari
untuk berkomunikasi dengan orang
gen spesifik, yakni MeCP-2 menjadi
lain, baik secara verbal maupun non
penyebab dari timbulnya sindrom ini
verbal; dan (3) perilaku yang kaku dan
(Heward,
membatasi yang berulang.
gangguan
dikarakteristikan
2009).
Penyebab
nonfaktor
Perlu diingat bahwa remaja-
lingkungan dapat berinteraksi dengan
remaja dengan ASD tidak selalu
faktor genetik selama masa yang
memiliki
semua
rentan pada perkembangan. Beberapa
sebagai
contoh
faktor seperti masalah selama masa
Sindrom Asperger mungkin memiliki
kehamilan
(seperti
kemampuan berkomunikasi yang baik,
kekurangan oksigen saat melahirkan),
sedangkan remaja dengan Autism
infeksi virus, dan proses metabolism
tidak.
genetik
adalah,
dan
mungkin
kelahiran
karakteristik
remaja
ini,
dengan
yang tidak seimbang dapat menjadi
Tunarungu
penyebab remaja menjadi ASD.
ada
Remaja tunarungu adalah individu
beberapa hal mengenai karakter ASD
yang pendengarannya tidak berfungsi
ini
sehingga
Menurut
yang
DSM-IV-TR
saling
tumpang-tindih,
membutuhkan
yang
pelayanan
namun ada beberapa karakteristik
pendidikan
khusus
utama yang dikenal sebagai triad of
(Mangunsong, 1998). Menurut Salim
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
(dalam Solicha & Phill, 2009), remaja
Faktor penyebab tunarungu
tunarungu
yang
Menurut
atau
penyebab terjadinya ketunarunguan
kehilangan kemampuan mendengar.
yaitu ketika sebelum ibu melahirkan,
Hal
saat
adalah
mengalami
remaja
kekurangan
tersebut
disebabkan
oleh
Somantri
melahirkan,
(2012)
dan
faktor
setelah
kerusakan atau tidak berfungsinya
melahirkan. Faktor pertama yaitu pada
sebagian
alat
saat belum melahirkan, yaitu salah
mengalami
satu orangtua atau kedua orangtua
perkembangan
remaja yang menderita tunarungu atau
bahasanya (Somantri, 2012). Menurut
mempunyai gen sel pembawa sifat
Telfrod
(dalam
abnormal. Ketunarunguan juga dapat
Mangunsong, 1998), tunarungu dapat
terjadi ketika ibu sedang mengandung
terlihat
kemudian terserang suatu penyakit,
atau
pendengaran
hambatan
seluruh
sehingga
dalam
dan
melalui
Sarwey
simptom-simptom
seperti ketidakmampuan memusatkan
terutama
perhatian
kronis,
diderita saat kehamilan tri semester
kegagalan dalam merespon apabila
pertama yaitu pada saat pembentukan
diajak berbicara, terlambat berbicara
ruang
atau melakukan kesalahan artikulasi,
adalah rubella, morbili, dan penyakit
dan mengalami keterbelakangan di
lain yang belum diketahui. Kemudian,
sekolah.
penyebab ketunarunguan juga dapat
yang
sifatnya
penyakit-penyakit
telinga.
Penyakit
yang
tersebut
terjadi karena kekurangan vitamin
atau kelebihan zat besi. Kemudian,
keracunan
15
obat-obatan
yaitu
ibu
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
meminum obat-obatan terlalu banyak,
Dampak ketunarunguan
pecandu alkohol, atau ibu tidak
Penderita akan mengalami berbagai
menghendaki
hambatan dalam perkembangannya,
kehadiran
anaknya
sehingga ia meminum obat penggugur
terutama
kandungan (Somantri, 2012).
kecerdasan, dan penyesuaian sosial.
Faktor yang kedua yaitu pada saat
ibu
melahirkan
(natal).
pada
aspek
bahasa,
Maka dari itu, untuk mengembangkan
potensi
remaja
tunarungu
secara
Ketunarunguan dapat terjadi karena
optimal akan dibutuhkan layanan atau
prematuritas, yaitu bayi yang lahir
bantuan secara khusus (Efendi, 2006).
sebelum waktunya. Faktor yang ketiga
adalah saat setelah melahirkan (post
Intervensi
natal), ketunarunguan yang terjadi
berkebutuhan khusus
karena infeksi yaitu peradangan pada
Menentukan intervensi yang sesuai
selaput otak (meningitis) atau infeksi
bagi remaja dengan ASD masih
umum seperti difteri, morbili, dan
merupakan isu yang kompleks, tidak
penyakit
ada
lainnya.
Lalu,
bagi
metode
efektif
secara
remaja
yang
universal
dapat
Ketunarunguan juga disebabkan oleh
digunakan
pemakaian obat-obatan ototoksi pada
setiap remaja dengan ASD. Intervensi
remaja-remaja. Setelah itu, kecelakaan
yang efektif harus dapat divalidasi
dapat mengakibatkan kerusakan alat
secara ilmiah dan sesuai dengan
pendengaran bagian dalam seperti
kebutuhan
jatuh (Somantri, 2012).
keluarga. Terdapat 6 element yang
individu,
setting,
pada
dan
biasanya sama, ditemukan pada setiap
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
intervensi yang efektif, yaitu: (a)
namun juga tidak lantas dibicarakan
dukungan individual terhadap murid
secara vulgar di tempat umum.
Pendapat
dan keluarga, (b) instruksi yang
sistematis,
(c)
lingkungan
bahwa
yang
lain
pendidikan
mengatakan
seks
adalah
terstruktur, (d) kurikulum khusus yang
pemberian pengetahuan yang benar
berfokus
dan menyiapkan untuk beradaptasi
autism,
pada
(e)
karakteristik
pendekatan
dari
secara
terhadap
baik,
sehingga
individu
masalah perilaku, dan (f) keterlibatan
memperoleh pengetahuan yang benar
keluarga.
mengenai masalah-masalah seksual
dan reproduksi (Madani, 2003).
Pengertian pendidikan seks
Menurut Drever (1988), seks adalah
Perkembangan seksual remaja
suatu
Perkembangan
perbedaan
mendasar
yang
seksual
pada
usia
reproduksi
remaja tidak hanya terjadi pada remaja
dalam satu jenis yang membagi jenis
normal, tapi juga dialami oleh remaja-
ini menjadi dua bagian yaitu sperma
remaja dengan kebutuhan khusus.
untuk jantan dan sel telur untuk betina
Maka mengajarkan seksualitas pada
yang diproduksi. Menurut Wuryani
remaja berkebutuhan khusus tentu
(2008)
bahan
bukan hal yang mudah karena mereka
pembicaraan yang peka, disatu sisi
kurang memiliki fleksibilitas dalam
sangat dibutuhkan, namun disisi lain
berpikir
orang
pemahamannya
berhubungan
seks
dengan
merupakan
berusaha
menutup-nutupi,
dan
(Heward, 2009).
17
juga
karena
sangat
terbatas
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Menurut
John
Mortlock
adalah
pemahaman
identifikasi
(dalam Ashman & Elkins, 1994),
tentang jenis kelamin dirinya sendiri
pendidikan
remaja
dan orang lain. (3). Etika sosial.
berkebutuhan khusus dapat diberikan
Mereka diajarkan untuk mengerti dan
dengan beberapa cara: (1). Perilaku
mampu bertindak sesuai dengan etika
yang diperbolehkan. Kita melatih
atau sopan santun.
remaja
seksual
secara
model-model
pada
proaktif
tingkah
mengenai
laku
Metode
yang
berupa kontak fisik yang bisa diterima
Partisipan penelitian
oleh
(sebagai
Penelitian ini melibatkan enam orang
tindakan orang dewasa). Di sini
subyek yang memiliki kriteria sebagai
remaja diharapkan tahu mengenai
berikut: (a) dua orang guru yang
perilaku (berupa kontak fisik) yang
mengajar di sekolah SLB (Tuna
diperbolehkan
tidak
Rungu) dan sekolah Autis, (b) tiga
diperbolehkan. (2). Pengelompokan
orang ibu yang memiliki remaja
sesuai
kelamin.
berkebutuhan khusus (dua orang ibu
Mengajarkan pada remaja untuk betul-
memiliki remaja autis dan satu ibu
betul menyadari bahwa ia masuk pada
memiliki remaja tuna rungu), (c) ibu
satu jenis kelamin tertentu, dan kita
berusia
perlu melatihnya agar ia tahu benar
minimal pendidikan tamat SMA, (e)
aktivitas yang merupakan respon yang
usia remajanya 17-20 tahun, dan (f)
tepat
berdomisili Jakarta dan Jawa Tengah.
lingkungan
dan
dengan
dalam
sekitar
yang
jenis
situasi
sosial
orang
dewasa. Hal yang menjadi dasar
antara
35–50
tahun,
(d)
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
peneliti memberikan informed consent
Jenis penelitian
dan
Penelitian ini menggunakan metode
meminta
persetujuan
untuk
penelitian kualitatif yang melibatkan
merekam proses wawancara. Setelah
enam subyek. Desain penelitian yang
selesai wawancara dengan para guru
digunakan dalam penelitian ini adalah
dan ibu anak berkebutuhan khusus,
metode wawancara dan observasi.
peneliti
Metode wawancara penelitian ini
berdasarkan wawancara yang telah
terbuka
dilakukan.
agar
peneliti
dapat
melakukan
coding
memperoleh informasi yang sedalamdalamnya dari subyek, namun tetap
Hasil temuan penelitian dan analisis
menggunakan
data (dua orang guru)
petunjuk
umum
wawancara.
Subyek Pertama (SL)
Menurut
SL,
mengajarkan
Setting dan peralatan penelitian
seksualitas pada remaja berkebutuhan
Penelitian dilakukan di Sekolah X di
khusus tentu bukan hal yang mudah.
Jakarta Barat dan Sekolah Luar Biasa
Pemberian
Negeri Y di Semarang.
ulang. Menurut SL materi yang umum
materi
harus
diulang-
dilakukan adalah sikap dan perilaku
Prosedur penelitian
yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Peneliti mendapatkan enam subyek
Remaja autis biasanya akan menolak
terdiri dari tiga guru dan tiga orang
ketika dielus atau disentuh. Jadi pujian
tua
khusus.
diberikan dengan mengacungkan ibu
wawancara,
jari, atau tepuk tangan sebagai tanda
siswa
Sebelum
berkebutuhan
melakukan
19
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
keberhasilan. Guru perlu melatih agar
yang
anak atau remaja tahu benar aktivitas
Pendidikan seks bagi remaja autis
yang merupakan respon yang tepat
memerlukan pola pembiasaan dan
dalam situasi sosial orang dewasa. Hal
modelling yang baik.
yang
menjadi
dasar
baik,
dan
sebagainya.
adalah
pemahaman identifikasi tentang jenis
Subyek Kedua (FN)
Mengajarkan seksualitas pada
kelamin dirinya sendiri dan orang lain.
untuk
remaja berkebutuhan khusus tentu
mengerti dan mampu bertindak sesuai
tidak sulit tetapi juga tidak mudah,
dengan etika atau sopan santun.
seimbang,
Metode yang digunakan selama ini
fleksibel dalam berpikir juga dalam
adalah dengan menggunakan beberapa
pemahamannya sangat terbatas. Maka
metode yaitu: metode berkomunikasi
pendidik perlu melatih remaja secara
melalui gambar, metode pembelajaran
proaktif
perilaku melalui komunikasi secara
tingkah laku yang baik, misalnya
intens. Metode Keteladanan perlu
berupa kontak fisik yang bisa diterima
diberikan karena remaja autis sering
oleh
belajar melalui pengamatan terhadap
tindakan orang dewasa). Terlebih
perilaku orang lain. Sikap keteladanan
yang
misalnya: bertutur kata baik, tidak
pemberian pelukan, ciuman, sehingga
bergurau dengan kata-kata kotor, tidak
harus lebih berhati-hati. Remaja sudah
memaki teman, tidak menampilkan
harus mengetahui dengan siapa boleh
anggota tubuh secara vulgar, berteman
memeluk orang dewasa. Secara etika
Remaja
harus
diajarkan
karena
mereka
mengenai
lingkungan
harus
kurang
model-model
sekitar
diperhatikan
(sebagai
adalah
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
ajarkan agar dapat memilih toilet yang
ketika
kondisinya
memungkinkan.
sesuai dengannya, remaja harus tahu
Misalnya, ketika remaja menanyakan
bagian tubuh yang mana yang biasa
tentang payudara maka orang tua
disentuh, baik tubuhnya sendiri mau
tidak hanya sebatas menunjukkan
pun orang lain.
bentuk tetapi orang tua dapat pula
ada
menjelaskan secara singkat tentang
beberapa metode edukasi seksual yang
fungsinya, serta menasehati remaja
baik untuk diterapkan secara umum
agar wajib untuk menutupinya agar
yang sudah diterapkan pula oleh
tidak terlihat orang lain.
Menurut
Subyek
FN
Selain
subyek, yaitu metode bahasa isyarat
itu
pendidik
dapat
dan bahasa tubuh. Komunikasi remaja
mengajarkan tentang seksual melalui
tuna
bahasa
bercerita tentang pengalaman atau
implementasi
cerita dari kasus-kasus yang ada.
pengajaran pendidikan seks dapat
Tujuannya adalah memberikan contoh
dilakukan. Kemudian, memberikan
mana yang boleh dilakukan dan yang
materi pendidikan seks harus dimulai
tidak boleh dilakukan. Tata kesopanan
dari sesuatu yang sangat sederhana
bertutur kata, berpakaian dan bersikap
dan bersifat konkrit. Pengajaran dapat
baik dengan teman harus selalu di
diberikan dengan metode ceramah,
ingatkan kepada siswa. Mengingatkan
metode pengulangan, dan metode
dan melarang siswa menyentuh atau
pengajaran
memegang alat vital teman meskipun
rungu
isyarat
menggunakan
sehingga
langsung.
Proses
dengan maksud bergurau.
pengajaran langsung dapat dilakukan
oleh guru ataupun orang tua misalnya,
21
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Metode
yang
digunakan
selama ini oleh pendidik adalah
Hasil temuan penelitian dan analisis
data
(Tiga
orang
tua
remaja
berkebutuhan khusus)
menggunakan metode berkomunikasi
melalui gambar. Selain itu dengan
metode
pembelajaran
perilaku,
Subyek Pertama (Ibu EK)
Ibu EK berusia 41 tahun memiliki
misalnya memberikan stimulus agar
remaja
remaja memberikan respons yang
berusia 18 tahun dan saat ini duduk di
positif. Selanjutnya, dengan metode
kelas 1 SMA dan bersekolah di
keteladanan,
autis
sekolah umum. B di diagnosa autis
sering belajar melalui pengamatan
sejak usia 4 tahun ketika B belum
terhadap perilaku orang lain. Sikap
dapat berbicara. Namun konsultasi
keteladanan misalnya; bertutur kata
dan terapi tidak rutin dilakukan karena
baik, tidak bergurau dengan kata-kata
terbatasnya biaya. B memiliki postur
kotor, tidak boleh memaki teman,
tubuh tinggi tegap, rambut ikal dan
tidak menampilkan anggota tubuh
gemar memakai topi. Ibu EK tidak
secara langsung, berteman harus baik
bekerja di luar rumah, hanya sebagai
sopan dan sebagainya. Pendidikan
ibu rumah tangga saja dan menjaga
seks bagi remaja autis memerlukan
warung sembako yang ada di rumah
pola pembiasaan dan terus menerus
Ibu EK. Kehidupan sangat sederhana
dan modelling yang baik.
dengan kondisi rumah yang sederhana
karena
remaja
tetapi
berkebutuhan khusus
keluarga
ibu
EK
(B),
sangat
harmonis dan selalu di isi dengan
canda dan tawa.
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
Jakarta. Subyek ER memiliki postur
Subyek Kedua (Ibu DW)
Ibu DW seorang ibu berusia 38
tubuh mungil dengan kulit agak
tahun, seorang ibu yang bekerja
coklat, berambut ikal dan berkaca
sebagai buruh cuci. Ibu DW memiliki
mata. ER seorang ibu yang ramah
remaja perempuan berusia 18 tahun
dengan logat jawa yang kental ketika
bernama S. Saat ini S bersekolah di
diwawancara. K adalah remaja tuna
sekolah umum kelas 1 SMA. S
rungu
memiliki postur tubuh mungil, rambut
didiagnosa tidak dapat mendengar.
lurus, berkulit kuning langsat, dan
Akibatnya perkembangan K sejak
gemar
kecil
membawa
sapu
tangan
yang
sejak
mengalami
sulit
lahir
sudah
keterlambatan.
dimasukkan ke saku baju. S adalah
Berbahasa
dilakukan karena
anak bungsu dari dua bersaudara yang
pendengarannya yang terbatas. K juga
juga perempuan. S di diagnosa autis
sangat pendiam dan mudah marah
sejak kecil, sejak usia 6 tahun. Ibu
ketika keinginannya tidak dimengerti
DW terlambat membawa S ke dokter
orang tuanya. Sejak usia 4 tahun K
karena biaya untuk ke dokter spesialis
mengikuti terapi wicara agar teratasi
remaja sangat mahal.
permasalahannya dalam hal bicara.
Tetapi K sering menolak ketika terapi.
K sekolah di SLB sejak usia 6 tahun
Subyek Ketiga (Ibu ER)
Subyek
tangga
seorang
berusia
50
ibu
tahun
rumah
sampai saat ini. K menggunakan alat
yang
bantu dengar dan biasanya tidak
digunakan ketika di rumah.
memiliki seorang remaja tuna rungu
(K) berusia 18 tahun dan tinggal di
23
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Rangkuman hasil wawancara dan
analisa (Ibu EK, Ibu DW, Ibu ER)
tidak pada waktu melakukan. Pada
remaja
laki-laki
gejala
gangguan
terkait dengan pendidikan seksual
perilaku seksual seperti memegang
yang telah diberikan
pantat
Para ibu yang diteliti ini menjelaskan
perkembangan seksual yang mulai
muncul
pada
usia
remaja
yaitu
tumbuhnya bulu-bulu di kemaluan,
tumbuhnya kumis bagi remaja lakilaki dan kadang saat tidur memeluk
guling,
memegang
kelaminnya
dan badan tumbuh besar. Pada remaja
perempuan mulai ada ketertarikan
kepada lawan jenis, payudara dan
pinggul membesar dan badan tumbuh
besar.
baik
laki-laki
berkebutuhan khusus yang tidak ada
gangguan
karena
pubertas
belum
kelihatan. Pada remaja perempuan
gejala
gangguan
seperti
perilaku
seksual
menggesek-gesekkan
bantal/guling ke vagina saat mau haid.
Menurut orang tua sebaiknya
materi
yang
pendidikan
diberikan
seksual
yaitu
dalam
tentang
bagaimana membedakan anatomi dan
fungsi-fungsi anatomi dan reproduksi
laki-laki
dan
perempuan,
etika
berpakaian, tidak boleh membuka dan
Perilaku seksual pada remaja
tidak menunjukkan gangguan perilaku
seksual dan masih wajar-wajar saja
dan
lain
ataupun perempuan tetapi ada remaja
sendiri, ketertarikan kepada lawan
jenis, payudara dan pinggul membesar
orang
cenderung
normal.
Tetapi
terkadang remaja ini tidak dapat
membedakan tempat yang baik atau
memakai pakaian di tempat terbuka.
Mengarahkan
remaja
untuk
menyalurkan hasratnya di tempat
tertutup seperti di kamar tidur, di
kamar mandi. Bagi remaja perempuan
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
materi tentang menghadapi dan apa
wawancara yang dilakukan terhadap
yang
guru dan orang tua yang memiliki
harus
dilakukan
ketika
menstruasi. Apa saja yang boleh
remaja
dilakukan dan yang tidak boleh
didapatkan
dilakukan.
tentang pendidikan seksual sangat
Pemecahan
masalah
berkebutuhan
diperlukan.
atau
bahwa
Remaja
khusus
psikoedukasi
berkebutuhan
solusi yang dilakukan orang tua yaitu
khusus harus diberikan contoh yang
membiarkan remaja melakukan hal-
baik tentang pemahaman pendidikan
hal yang disukai berkaitan dengan
seksual. Mulai yang paling sederhana
perilaku seksualnya, dialihkan kepada
misalnya,
kegiatan
membuat
mereka laki-laki atau perempuan, akan
remaja selalu sibuk dengan aktifitas
terjadi perubahan di organ tubuh dan
yang positif dan disukai, memberikan
melindungi
peringatan melakukan jangan di depan
berubah serta menghindari diri dari
umum
berlebihan
terjadinya pelecehan seksual. Peran
melakukan perilaku seksual. Perlu
dalam memberikan psikoedukasi ini
kesabaran
juga
membuat
yang
disukai,
dan
jangan
dan
konsisten
peraturan
dan
ketika
remaja
sudah
bagian
menentukan
mengerti
tubuh
yang
pemahaman
seseorang, dan peran tidak hanya
larangan
dilakukan oleh guru saja tetapi peran
kepada remaja.
orang tua adalah peran yang paling
penting. Karena sebagian besar waktu
Kesimpulan
yang
Berdasarkan hasil penelitian, baik
berdasarkan
observasi
didapatkan
seorang
remaja
adalah dilakukan di rumah. Metode
maupun
25
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
yang diberikan di sekolah harus
digunakan
seimbang dengan metode orang tua di
pengetahuan dan pendidikan seksual.
dalam memberikan dan mendampingi
Tetapi aspek yang paling penting dan
remaja
perubahan-
adalah melakukan tindakan untuk
perubahan tubuh dan perilaku yang
mengatasi ketika terjadi gangguan
baik terhadap perubahan tersebut.
perilaku seksual dengan menegur dan
Metode
memberi reaksi
mengalami
yang
diterapkan
adalah
untuk
memberikan
langsung ketika
beberapa metode karena pendidikan
remaja melakukan hal-hal yang tidak
seksual bagi remaja berkebutuhan
sopan di tempat umum.
khusus tidak dapat diberikan hanya
Menurut
Erikson
(dalam
Wuryani, 2008), bahwa remaja adalah
dengan satu metode saja.
usia menemukan jati diri. Oleh karena
Diskusi
itu secara psikologis remaja memiliki
Menurut hasil wawancara dengan para
kecenderungan mencoba sesuatu yang
guru di dapatkan hasil bahwa metode
dianggapnya menyenangkan. Maka
yang diterapkan adalah; Sikap dan
dari itu materi pendidikan seks pada
perilaku yang boleh dan yang tidak
remaja berkebutuhan khusus harus
boleh dilakukan, pengetahuan dan
disesuaikan dengan kematangan dan
pembahasan tentang jenis kelamin,
fisiknya. Dan menurut Aziz (2015),
serta
tuntutan
bahwa materi pendidikan seks bagi
Kemudian,
remaja berkebutuhan khusus harus
menurut hasil wawancara orang tua,
diberikan dengan cara yang benar dan
bahwa
terbuka. Materi seks yang harus
aturan
sosial/masyarakat.
metode
dan
apapun
dapat
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
diperhatikan
bagi
metode
remaja
pengulangan,
metode
berkebutuhan khusus ada beberapa
pengajaran langsung dan keteladanan,
hal, yaitu pendidikan menutup aurat,
metode
pendidikan
berkomunikasi
menjaga
pandangan,
bercerita,
metode
dengan
pembelajaran
gambar,
pengetahuan tentang organ seksual,
metode
perilaku.
pendidikan
keimanan,
berperilaku
Metode ini diberikan sesuai dengan
sederhana,
pendidikan
reproduksi,
karakteristik
kebutuhan
masing-
masing siswa.
kekerasan dan pelecehan seksual,
perilaku seks bebas dan dampaknya,
proses pembuahan dalam penciptaan
Saran
manusia, dan perlindungan hukum
Saran bagi orang tua agar lebih
terhadap tindakan kekerasan seksual.
memberikan
pendampingan
bagi
metode
remaja dan memperhatikan setiap
pembelajaran yang digunakan tidak
perkembangan seksual sehingga orang
dapat dilakukan hanya dengan satu
tua dapat memberikan pendidikan
metode saja. Harus terintegrasi dari
seksual
beberapa
remaja
remaja. Orang tua lebih terbuka
berkebutuhan khusus sangat spesifik
terhadap informasi-informasi lewat
dan memiliki gaya belajar yang
media
berbeda
mengikuti seminar-seminar. Orang tua
Begitu
pula
dengan
metode
dengan
karena
remaja
pada
sesuai
dengan
televisi,
kebutuhan
internet
umumnya. Metode yang digunakan
diharapkan
adalah metode bahasa isyarat dan
pendidikan seksual sebagai sesuatu
bahasa
yang sangat berharga dan penting
tubuh,
metode
ceramah,
27
lebih
ataupun
menganggap
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
dalam perkembangan remaja. Serta
atas penyampaian kurikulum
hindari remaja dari pelecehan seksual.
penerimaan, sikap dari guru, teman
Saran
bagi
memperhatikan
guru
perilaku
lebih
pendamping
perannya
sebagai
remaja berkebutuhan
khusus di sekolah. Guru sangat perlu
memperhatikan
remaja
di
perilaku
seksual
sekolah
dan
mengkomunikasikan setiap tindakan
yang tidak sesuai kepada orang tua
dan
berdiskusi
untuk
mencari
pemecahan dari setiap permasalahan.
Saran bagi sekolah yaitu strategi
untuk menciptakan lingkungan yang
dapat
diterima
berkebutuhan
untuk
khusus,
siswa
tenaga
administrasi yang mendukung, sikap
positif
guru,
orang
tua
yang
mendukung. Melakukan evaluasi yang
berulang
yaitu
guru,
dan para guru lainnya.
seksual
remaja di sekolah dan Guru dapat
memaksimalkan
dan
orang
tua
menentukan kekuatan dan kelemahan
Daftar Pustaka
Ashman, A. & Elkins, J. (1994).
Educating Children with Special
Needs. Australia: Prentice Hall
Depdiknas.
(2006).
Program
Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa. Jakarta: Direktorat
PSLB.
Drever, J. (1988). Dictionary of
Psysicology. Jakarta: Bina Aksara.
Efendi, M. (2006). Pengantar
psikopedagogik
remaja
berkelainan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Heward, W. L. (2009). Exceptional
children: An introduction to
special education. New Jersey:
Pearson Education.
Kring, A. M., Johnson, S. L.,
Davison, G. C., & Neale, J. M.
(2012). Abnormal psychology
(12th ed.). Danvers, MA: Wiley
and Sons.
Madani, Y. (2003). Pendidikan Seks
untuk Remaja dalam Agama Islam.
Jakarta: Pustaka Zahra.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi
dan
Pendidikan
Remaja
Berkebutuhan Khusus. Jilid 1.
Jakarta: LPSP3 UI. Reynolds, C.
R. & Janzen, E. F. (2000).
Santrock, J. W. (2011). Essential of
life-span development. New York,
NY: McGrawHill.
Somantri, T. S. (2012). Psikologi
remaja luar biasa . Bandung: PT.
Refika Aditama.
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
Taylor, R. L., Smiley, L. R., &
Richards,
S.
B.
(2009).
Exceptional students: Preparing
teachers for the 21st century. New
York, NY: McGraw-Hill.
Wuryani, S. E. (2008). Pendidikan
Seks Keluarga. Jakarta: Gava
Media.
29
2016, Vol. 10, No. 2, 20 - 39
PENERAPAN PENDIDIKAN SEKSUAL
OLEH GURU DAN ORANG TUA
BAGI REMAJA BERKEBUTUHAN KHUSUS
Niken Widi Astuti dan Noeratri Andanwerti
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Abstract
Sex education for adolescent with special needs becomes a necessity. In term of it,
besides based on philosophical a juridical, sex education is the preventive efforts
in order that every child with special needs can recognize, understand in handle
biological development and change. In addition sex education for adolescent with
special needs also aims at guiding them to appreciate others people’s sexual
behavior and not to make them being stuck on deviate sex conduct as well as not
getting violence and sexual abuse from others. This is because their physical and
psychological condition, which has some problems, enables them to be easily
manipulated and courted so that many of them are often stuck to be an object of
sexual harassment of irresponsible person. The method used is qualitative method
in form of case study, data collection, using interviews and observation. Subjects
in this research were two teachers and three parents. This research specifically is
going to explain the concept of sexual education for adolescent with special
needs, the anvil of sex education, as well as material, method, parents and teacher
competencies in the implementation of sex education for them.
Keywords: sex education, the adolescent with special needs
Pendahuluan
Jumlah anak berkebutuhan khusus di
Indonesia
setiap
tahun
semakin
Niken Widi Astuti adalah Dosen
Fakultas Psikologi UNTAR Jakarta.
Noeratri Andanwerti adalah dosen
Fakultas Seni Rupa dan Disain.
Korespondensi artikel dialamatkan ke
e-mail nikenw@fpsi.untar.ac.id
bertambah jumlahnya. Data sensus
nasional oleh Biro Pusat Statistik
menyatakan tahun 2003 penyandang
10
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
cacat di Indonesia 0,7% dari jumlah
maka remaja berkebutuhan khusus
penduduk 211.428.572 atau sebanyak
juga akan mengalami masa pubertas.
1.480.000 jiwa. Jumlahnya semakin
Pada masa ini, remaja mengalami
bertambah pada tahun 2009 hingga
kematangan seksual (Santrock, 2011),
hingga 2.126.998 jiwa. Data tersebut
sehingga pendidikan seksual dalam
kemungkinan besar terus mengalami
hal ini sangatlah diperlukan. Masalah
peningkatan hingga sekarang (dalam
pendidikan seksual ini menjadi suatu
Depdiknas, 2006). Anak berkebutuhan
hal yang penting untuk diperhatikan,
khusus tersebut terdiri dari beberapa
mengingat
jenis gangguan, misalnya Attention
keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
Deficit
Hyperactivity
mereka
Pendidikan
Disorder
(ADHD), Autism Spectrum Disorder
merupakan
(ASD),
berkebutuhan
Conduct
Disorder,
memiliki
seksual
hak
ini
dari
juga
remaja
khusus,
sehingga
diharapkan
mampu
Depression, Anxiety, Post Traumatic
mereka
Stress
Obsessive
memahami diri mereka sendiri, nilai-
Intellectual
nilai dan perilaku yang diharapkan
Compulsive
Disorder,
Disorder,
Disorder dan Learning Disabilities
dari
(Kring, Johnson, Davison, & Neale,
pendidikan
2012).
berkebutuhan khusus ini memang
masih
Apapun jenis gangguannya, anak
mereka.
Walau
seksual
merupakan
demikian
bagi
remaja
perdebatan,
berkebutuhan khusus tersebut lambat-
mengingat masih harus dilakukan
laun akan menjadi seorang remaja.
perbaikan kurikulum dan sumberdaya
Selayaknya remaja pada umumnya,
manusia/para guru/pendidik, pelatihan
11
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
dan
persiapan
bagi
guru-guru,
Penelitian ini diawali dengan
pengukuran dampak pengajaran, dan
sebuah
keterlibatan
berkebutuhan khusus yang saat ini
orang
tua
dalam
kasus
sedang
pendidikan seksual itu sendiri.
seorang
menjalani
remaja
pendidikan
di
yang
sebuah universitas di Jakarta Barat.
berhubungan dengan seksual remaja
Secara fisik dan kognitif remaja ini
berkebutuhan
tidak
Masalah-masalah
khusus
adalah
mengalami
permasalahan,
berkebutuhan
mampu mengikuti kuliah dengan baik
khusus yang melakukan masturbasi,
dan lancar meskipun pendampingan
terutama para prianya. Selain itu
selalu diberikan. Hanya saja dari segi
adanya masalah pelecehan seksual,
emosi dan sosial masih mengalami
sodomi,
Menurut
beberapa
Hastuti (2015), tidak hanya di dalam
mengenai
negeri, setiap tahunnya 1400 remaja
Remaja
berkebutuhan khusus di negara Inggris
memahami fungsi seksual dirinya,
juga
pelecehan
sehingga seringkali menanyakan suatu
seksual. Begitu pula kasus kekerasan
hal yang berkaitan dengan seks pada
seksual
orang lain, secara terbuka dan sedikit
banyaknya
remaja
dan
menjadi
disabilitas
perkosaan.
korban
terhadap
di
penyandang
Amerika
Serikat
memaksa.
hambatan,
diantaranya
pengetahuan
tersebut
Kondisi
masih
ini
seksual.
belum
cukup
dinyatakan 1,5 kali lebih rentan
mengganggu orang lain di sekitarnya,
menjadi korban seksual dibandingkan
karena menanyakan suatu hal yang
masyarakat umum.
berkaitan dengan fungsi seksual yang
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
sudah diketahui para remaja pada
ketika
mendapatkan
perubahan
umumnya.
biologis yang terjadi pada diri remaja.
Maka peneliti ingin memberikan
intervensi psikoedukasi pendidikan
Kajian Pustaka
seksual bagi remaja berkebutuhan
Pengertian remaja berkebutuhan
khusus. Peran yang paling penting
khusus
Remaja
adalah guru dan orang tua karena
pendidikan
seksual
tidak
adalah
mudah
berkebutuhan
remaja
khusus
yang
memiliki
diberikan dengan kondisi remaja yang
perbedaan dalam keadaan dimensi
unik sangat perlu penanganan dari
penting dari fungsi kemanusiaannya.
orang
Mereka
terdekat
untuk
membantu
secara
fisik,
psikologis,
remaja mengatasi masalah perubahan
kognitif, atau sosial terhambat dalam
tubuh dan keterkaitan dengan perilaku
mencapai
seksual.
Tujuan lain penelitian ini
potensinya secara maksimal, sehingga
adalah agar remaja lebih memahami
memerlukan penanganan yang terlatih
mengenai fungsi tubuh mereka secara
dari
umum dan fungsi seksual secara
Smiley & Richards, 2009).
khusus.
Disamping
tujuan/kebutuhan
tenaga
professional
dan
(Taylor,
perkembangan
seksual remaja berkebutuhan khusus
Autism spectrum disorder
berjalan sebagaimana remaja lain pada
Penyebab
dari
umumnya,
Disorder
(ASD)
pendidikan
seks
tetapi
bermanfaat agar remaja tidak terkejut
diduga
Autism
Spectrum
belum
diketahui
berkaitan
dengan
neurologis atau brain-based. Setiap
13
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
oleh
social impairments. Karakteristiknya
perbedaan dari gangguan komunikasi,
adalah sebagai berikut: (1) kesulitan
lemahnya interaksi sosial, repetitive ,
untuk berinteraksi dengan orang lain
atau perilaku stereotype. Para peneliti
sesuai konteks sosial; (2) kesulitan
mengindentifikasi bahwa mutasi dari
untuk berkomunikasi dengan orang
gen spesifik, yakni MeCP-2 menjadi
lain, baik secara verbal maupun non
penyebab dari timbulnya sindrom ini
verbal; dan (3) perilaku yang kaku dan
(Heward,
membatasi yang berulang.
gangguan
dikarakteristikan
2009).
Penyebab
nonfaktor
Perlu diingat bahwa remaja-
lingkungan dapat berinteraksi dengan
remaja dengan ASD tidak selalu
faktor genetik selama masa yang
memiliki
semua
rentan pada perkembangan. Beberapa
sebagai
contoh
faktor seperti masalah selama masa
Sindrom Asperger mungkin memiliki
kehamilan
(seperti
kemampuan berkomunikasi yang baik,
kekurangan oksigen saat melahirkan),
sedangkan remaja dengan Autism
infeksi virus, dan proses metabolism
tidak.
genetik
adalah,
dan
mungkin
kelahiran
karakteristik
remaja
ini,
dengan
yang tidak seimbang dapat menjadi
Tunarungu
penyebab remaja menjadi ASD.
ada
Remaja tunarungu adalah individu
beberapa hal mengenai karakter ASD
yang pendengarannya tidak berfungsi
ini
sehingga
Menurut
yang
DSM-IV-TR
saling
tumpang-tindih,
membutuhkan
yang
pelayanan
namun ada beberapa karakteristik
pendidikan
khusus
utama yang dikenal sebagai triad of
(Mangunsong, 1998). Menurut Salim
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
(dalam Solicha & Phill, 2009), remaja
Faktor penyebab tunarungu
tunarungu
yang
Menurut
atau
penyebab terjadinya ketunarunguan
kehilangan kemampuan mendengar.
yaitu ketika sebelum ibu melahirkan,
Hal
saat
adalah
mengalami
remaja
kekurangan
tersebut
disebabkan
oleh
Somantri
melahirkan,
(2012)
dan
faktor
setelah
kerusakan atau tidak berfungsinya
melahirkan. Faktor pertama yaitu pada
sebagian
alat
saat belum melahirkan, yaitu salah
mengalami
satu orangtua atau kedua orangtua
perkembangan
remaja yang menderita tunarungu atau
bahasanya (Somantri, 2012). Menurut
mempunyai gen sel pembawa sifat
Telfrod
(dalam
abnormal. Ketunarunguan juga dapat
Mangunsong, 1998), tunarungu dapat
terjadi ketika ibu sedang mengandung
terlihat
kemudian terserang suatu penyakit,
atau
pendengaran
hambatan
seluruh
sehingga
dalam
dan
melalui
Sarwey
simptom-simptom
seperti ketidakmampuan memusatkan
terutama
perhatian
kronis,
diderita saat kehamilan tri semester
kegagalan dalam merespon apabila
pertama yaitu pada saat pembentukan
diajak berbicara, terlambat berbicara
ruang
atau melakukan kesalahan artikulasi,
adalah rubella, morbili, dan penyakit
dan mengalami keterbelakangan di
lain yang belum diketahui. Kemudian,
sekolah.
penyebab ketunarunguan juga dapat
yang
sifatnya
penyakit-penyakit
telinga.
Penyakit
yang
tersebut
terjadi karena kekurangan vitamin
atau kelebihan zat besi. Kemudian,
keracunan
15
obat-obatan
yaitu
ibu
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
meminum obat-obatan terlalu banyak,
Dampak ketunarunguan
pecandu alkohol, atau ibu tidak
Penderita akan mengalami berbagai
menghendaki
hambatan dalam perkembangannya,
kehadiran
anaknya
sehingga ia meminum obat penggugur
terutama
kandungan (Somantri, 2012).
kecerdasan, dan penyesuaian sosial.
Faktor yang kedua yaitu pada saat
ibu
melahirkan
(natal).
pada
aspek
bahasa,
Maka dari itu, untuk mengembangkan
potensi
remaja
tunarungu
secara
Ketunarunguan dapat terjadi karena
optimal akan dibutuhkan layanan atau
prematuritas, yaitu bayi yang lahir
bantuan secara khusus (Efendi, 2006).
sebelum waktunya. Faktor yang ketiga
adalah saat setelah melahirkan (post
Intervensi
natal), ketunarunguan yang terjadi
berkebutuhan khusus
karena infeksi yaitu peradangan pada
Menentukan intervensi yang sesuai
selaput otak (meningitis) atau infeksi
bagi remaja dengan ASD masih
umum seperti difteri, morbili, dan
merupakan isu yang kompleks, tidak
penyakit
ada
lainnya.
Lalu,
bagi
metode
efektif
secara
remaja
yang
universal
dapat
Ketunarunguan juga disebabkan oleh
digunakan
pemakaian obat-obatan ototoksi pada
setiap remaja dengan ASD. Intervensi
remaja-remaja. Setelah itu, kecelakaan
yang efektif harus dapat divalidasi
dapat mengakibatkan kerusakan alat
secara ilmiah dan sesuai dengan
pendengaran bagian dalam seperti
kebutuhan
jatuh (Somantri, 2012).
keluarga. Terdapat 6 element yang
individu,
setting,
pada
dan
biasanya sama, ditemukan pada setiap
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
intervensi yang efektif, yaitu: (a)
namun juga tidak lantas dibicarakan
dukungan individual terhadap murid
secara vulgar di tempat umum.
Pendapat
dan keluarga, (b) instruksi yang
sistematis,
(c)
lingkungan
bahwa
yang
lain
pendidikan
mengatakan
seks
adalah
terstruktur, (d) kurikulum khusus yang
pemberian pengetahuan yang benar
berfokus
dan menyiapkan untuk beradaptasi
autism,
pada
(e)
karakteristik
pendekatan
dari
secara
terhadap
baik,
sehingga
individu
masalah perilaku, dan (f) keterlibatan
memperoleh pengetahuan yang benar
keluarga.
mengenai masalah-masalah seksual
dan reproduksi (Madani, 2003).
Pengertian pendidikan seks
Menurut Drever (1988), seks adalah
Perkembangan seksual remaja
suatu
Perkembangan
perbedaan
mendasar
yang
seksual
pada
usia
reproduksi
remaja tidak hanya terjadi pada remaja
dalam satu jenis yang membagi jenis
normal, tapi juga dialami oleh remaja-
ini menjadi dua bagian yaitu sperma
remaja dengan kebutuhan khusus.
untuk jantan dan sel telur untuk betina
Maka mengajarkan seksualitas pada
yang diproduksi. Menurut Wuryani
remaja berkebutuhan khusus tentu
(2008)
bahan
bukan hal yang mudah karena mereka
pembicaraan yang peka, disatu sisi
kurang memiliki fleksibilitas dalam
sangat dibutuhkan, namun disisi lain
berpikir
orang
pemahamannya
berhubungan
seks
dengan
merupakan
berusaha
menutup-nutupi,
dan
(Heward, 2009).
17
juga
karena
sangat
terbatas
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Menurut
John
Mortlock
adalah
pemahaman
identifikasi
(dalam Ashman & Elkins, 1994),
tentang jenis kelamin dirinya sendiri
pendidikan
remaja
dan orang lain. (3). Etika sosial.
berkebutuhan khusus dapat diberikan
Mereka diajarkan untuk mengerti dan
dengan beberapa cara: (1). Perilaku
mampu bertindak sesuai dengan etika
yang diperbolehkan. Kita melatih
atau sopan santun.
remaja
seksual
secara
model-model
pada
proaktif
tingkah
mengenai
laku
Metode
yang
berupa kontak fisik yang bisa diterima
Partisipan penelitian
oleh
(sebagai
Penelitian ini melibatkan enam orang
tindakan orang dewasa). Di sini
subyek yang memiliki kriteria sebagai
remaja diharapkan tahu mengenai
berikut: (a) dua orang guru yang
perilaku (berupa kontak fisik) yang
mengajar di sekolah SLB (Tuna
diperbolehkan
tidak
Rungu) dan sekolah Autis, (b) tiga
diperbolehkan. (2). Pengelompokan
orang ibu yang memiliki remaja
sesuai
kelamin.
berkebutuhan khusus (dua orang ibu
Mengajarkan pada remaja untuk betul-
memiliki remaja autis dan satu ibu
betul menyadari bahwa ia masuk pada
memiliki remaja tuna rungu), (c) ibu
satu jenis kelamin tertentu, dan kita
berusia
perlu melatihnya agar ia tahu benar
minimal pendidikan tamat SMA, (e)
aktivitas yang merupakan respon yang
usia remajanya 17-20 tahun, dan (f)
tepat
berdomisili Jakarta dan Jawa Tengah.
lingkungan
dan
dengan
dalam
sekitar
yang
jenis
situasi
sosial
orang
dewasa. Hal yang menjadi dasar
antara
35–50
tahun,
(d)
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
peneliti memberikan informed consent
Jenis penelitian
dan
Penelitian ini menggunakan metode
meminta
persetujuan
untuk
penelitian kualitatif yang melibatkan
merekam proses wawancara. Setelah
enam subyek. Desain penelitian yang
selesai wawancara dengan para guru
digunakan dalam penelitian ini adalah
dan ibu anak berkebutuhan khusus,
metode wawancara dan observasi.
peneliti
Metode wawancara penelitian ini
berdasarkan wawancara yang telah
terbuka
dilakukan.
agar
peneliti
dapat
melakukan
coding
memperoleh informasi yang sedalamdalamnya dari subyek, namun tetap
Hasil temuan penelitian dan analisis
menggunakan
data (dua orang guru)
petunjuk
umum
wawancara.
Subyek Pertama (SL)
Menurut
SL,
mengajarkan
Setting dan peralatan penelitian
seksualitas pada remaja berkebutuhan
Penelitian dilakukan di Sekolah X di
khusus tentu bukan hal yang mudah.
Jakarta Barat dan Sekolah Luar Biasa
Pemberian
Negeri Y di Semarang.
ulang. Menurut SL materi yang umum
materi
harus
diulang-
dilakukan adalah sikap dan perilaku
Prosedur penelitian
yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Peneliti mendapatkan enam subyek
Remaja autis biasanya akan menolak
terdiri dari tiga guru dan tiga orang
ketika dielus atau disentuh. Jadi pujian
tua
khusus.
diberikan dengan mengacungkan ibu
wawancara,
jari, atau tepuk tangan sebagai tanda
siswa
Sebelum
berkebutuhan
melakukan
19
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
keberhasilan. Guru perlu melatih agar
yang
anak atau remaja tahu benar aktivitas
Pendidikan seks bagi remaja autis
yang merupakan respon yang tepat
memerlukan pola pembiasaan dan
dalam situasi sosial orang dewasa. Hal
modelling yang baik.
yang
menjadi
dasar
baik,
dan
sebagainya.
adalah
pemahaman identifikasi tentang jenis
Subyek Kedua (FN)
Mengajarkan seksualitas pada
kelamin dirinya sendiri dan orang lain.
untuk
remaja berkebutuhan khusus tentu
mengerti dan mampu bertindak sesuai
tidak sulit tetapi juga tidak mudah,
dengan etika atau sopan santun.
seimbang,
Metode yang digunakan selama ini
fleksibel dalam berpikir juga dalam
adalah dengan menggunakan beberapa
pemahamannya sangat terbatas. Maka
metode yaitu: metode berkomunikasi
pendidik perlu melatih remaja secara
melalui gambar, metode pembelajaran
proaktif
perilaku melalui komunikasi secara
tingkah laku yang baik, misalnya
intens. Metode Keteladanan perlu
berupa kontak fisik yang bisa diterima
diberikan karena remaja autis sering
oleh
belajar melalui pengamatan terhadap
tindakan orang dewasa). Terlebih
perilaku orang lain. Sikap keteladanan
yang
misalnya: bertutur kata baik, tidak
pemberian pelukan, ciuman, sehingga
bergurau dengan kata-kata kotor, tidak
harus lebih berhati-hati. Remaja sudah
memaki teman, tidak menampilkan
harus mengetahui dengan siapa boleh
anggota tubuh secara vulgar, berteman
memeluk orang dewasa. Secara etika
Remaja
harus
diajarkan
karena
mereka
mengenai
lingkungan
harus
kurang
model-model
sekitar
diperhatikan
(sebagai
adalah
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
ajarkan agar dapat memilih toilet yang
ketika
kondisinya
memungkinkan.
sesuai dengannya, remaja harus tahu
Misalnya, ketika remaja menanyakan
bagian tubuh yang mana yang biasa
tentang payudara maka orang tua
disentuh, baik tubuhnya sendiri mau
tidak hanya sebatas menunjukkan
pun orang lain.
bentuk tetapi orang tua dapat pula
ada
menjelaskan secara singkat tentang
beberapa metode edukasi seksual yang
fungsinya, serta menasehati remaja
baik untuk diterapkan secara umum
agar wajib untuk menutupinya agar
yang sudah diterapkan pula oleh
tidak terlihat orang lain.
Menurut
Subyek
FN
Selain
subyek, yaitu metode bahasa isyarat
itu
pendidik
dapat
dan bahasa tubuh. Komunikasi remaja
mengajarkan tentang seksual melalui
tuna
bahasa
bercerita tentang pengalaman atau
implementasi
cerita dari kasus-kasus yang ada.
pengajaran pendidikan seks dapat
Tujuannya adalah memberikan contoh
dilakukan. Kemudian, memberikan
mana yang boleh dilakukan dan yang
materi pendidikan seks harus dimulai
tidak boleh dilakukan. Tata kesopanan
dari sesuatu yang sangat sederhana
bertutur kata, berpakaian dan bersikap
dan bersifat konkrit. Pengajaran dapat
baik dengan teman harus selalu di
diberikan dengan metode ceramah,
ingatkan kepada siswa. Mengingatkan
metode pengulangan, dan metode
dan melarang siswa menyentuh atau
pengajaran
memegang alat vital teman meskipun
rungu
isyarat
menggunakan
sehingga
langsung.
Proses
dengan maksud bergurau.
pengajaran langsung dapat dilakukan
oleh guru ataupun orang tua misalnya,
21
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Metode
yang
digunakan
selama ini oleh pendidik adalah
Hasil temuan penelitian dan analisis
data
(Tiga
orang
tua
remaja
berkebutuhan khusus)
menggunakan metode berkomunikasi
melalui gambar. Selain itu dengan
metode
pembelajaran
perilaku,
Subyek Pertama (Ibu EK)
Ibu EK berusia 41 tahun memiliki
misalnya memberikan stimulus agar
remaja
remaja memberikan respons yang
berusia 18 tahun dan saat ini duduk di
positif. Selanjutnya, dengan metode
kelas 1 SMA dan bersekolah di
keteladanan,
autis
sekolah umum. B di diagnosa autis
sering belajar melalui pengamatan
sejak usia 4 tahun ketika B belum
terhadap perilaku orang lain. Sikap
dapat berbicara. Namun konsultasi
keteladanan misalnya; bertutur kata
dan terapi tidak rutin dilakukan karena
baik, tidak bergurau dengan kata-kata
terbatasnya biaya. B memiliki postur
kotor, tidak boleh memaki teman,
tubuh tinggi tegap, rambut ikal dan
tidak menampilkan anggota tubuh
gemar memakai topi. Ibu EK tidak
secara langsung, berteman harus baik
bekerja di luar rumah, hanya sebagai
sopan dan sebagainya. Pendidikan
ibu rumah tangga saja dan menjaga
seks bagi remaja autis memerlukan
warung sembako yang ada di rumah
pola pembiasaan dan terus menerus
Ibu EK. Kehidupan sangat sederhana
dan modelling yang baik.
dengan kondisi rumah yang sederhana
karena
remaja
tetapi
berkebutuhan khusus
keluarga
ibu
EK
(B),
sangat
harmonis dan selalu di isi dengan
canda dan tawa.
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
Jakarta. Subyek ER memiliki postur
Subyek Kedua (Ibu DW)
Ibu DW seorang ibu berusia 38
tubuh mungil dengan kulit agak
tahun, seorang ibu yang bekerja
coklat, berambut ikal dan berkaca
sebagai buruh cuci. Ibu DW memiliki
mata. ER seorang ibu yang ramah
remaja perempuan berusia 18 tahun
dengan logat jawa yang kental ketika
bernama S. Saat ini S bersekolah di
diwawancara. K adalah remaja tuna
sekolah umum kelas 1 SMA. S
rungu
memiliki postur tubuh mungil, rambut
didiagnosa tidak dapat mendengar.
lurus, berkulit kuning langsat, dan
Akibatnya perkembangan K sejak
gemar
kecil
membawa
sapu
tangan
yang
sejak
mengalami
sulit
lahir
sudah
keterlambatan.
dimasukkan ke saku baju. S adalah
Berbahasa
dilakukan karena
anak bungsu dari dua bersaudara yang
pendengarannya yang terbatas. K juga
juga perempuan. S di diagnosa autis
sangat pendiam dan mudah marah
sejak kecil, sejak usia 6 tahun. Ibu
ketika keinginannya tidak dimengerti
DW terlambat membawa S ke dokter
orang tuanya. Sejak usia 4 tahun K
karena biaya untuk ke dokter spesialis
mengikuti terapi wicara agar teratasi
remaja sangat mahal.
permasalahannya dalam hal bicara.
Tetapi K sering menolak ketika terapi.
K sekolah di SLB sejak usia 6 tahun
Subyek Ketiga (Ibu ER)
Subyek
tangga
seorang
berusia
50
ibu
tahun
rumah
sampai saat ini. K menggunakan alat
yang
bantu dengar dan biasanya tidak
digunakan ketika di rumah.
memiliki seorang remaja tuna rungu
(K) berusia 18 tahun dan tinggal di
23
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
Rangkuman hasil wawancara dan
analisa (Ibu EK, Ibu DW, Ibu ER)
tidak pada waktu melakukan. Pada
remaja
laki-laki
gejala
gangguan
terkait dengan pendidikan seksual
perilaku seksual seperti memegang
yang telah diberikan
pantat
Para ibu yang diteliti ini menjelaskan
perkembangan seksual yang mulai
muncul
pada
usia
remaja
yaitu
tumbuhnya bulu-bulu di kemaluan,
tumbuhnya kumis bagi remaja lakilaki dan kadang saat tidur memeluk
guling,
memegang
kelaminnya
dan badan tumbuh besar. Pada remaja
perempuan mulai ada ketertarikan
kepada lawan jenis, payudara dan
pinggul membesar dan badan tumbuh
besar.
baik
laki-laki
berkebutuhan khusus yang tidak ada
gangguan
karena
pubertas
belum
kelihatan. Pada remaja perempuan
gejala
gangguan
seperti
perilaku
seksual
menggesek-gesekkan
bantal/guling ke vagina saat mau haid.
Menurut orang tua sebaiknya
materi
yang
pendidikan
diberikan
seksual
yaitu
dalam
tentang
bagaimana membedakan anatomi dan
fungsi-fungsi anatomi dan reproduksi
laki-laki
dan
perempuan,
etika
berpakaian, tidak boleh membuka dan
Perilaku seksual pada remaja
tidak menunjukkan gangguan perilaku
seksual dan masih wajar-wajar saja
dan
lain
ataupun perempuan tetapi ada remaja
sendiri, ketertarikan kepada lawan
jenis, payudara dan pinggul membesar
orang
cenderung
normal.
Tetapi
terkadang remaja ini tidak dapat
membedakan tempat yang baik atau
memakai pakaian di tempat terbuka.
Mengarahkan
remaja
untuk
menyalurkan hasratnya di tempat
tertutup seperti di kamar tidur, di
kamar mandi. Bagi remaja perempuan
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
materi tentang menghadapi dan apa
wawancara yang dilakukan terhadap
yang
guru dan orang tua yang memiliki
harus
dilakukan
ketika
menstruasi. Apa saja yang boleh
remaja
dilakukan dan yang tidak boleh
didapatkan
dilakukan.
tentang pendidikan seksual sangat
Pemecahan
masalah
berkebutuhan
diperlukan.
atau
bahwa
Remaja
khusus
psikoedukasi
berkebutuhan
solusi yang dilakukan orang tua yaitu
khusus harus diberikan contoh yang
membiarkan remaja melakukan hal-
baik tentang pemahaman pendidikan
hal yang disukai berkaitan dengan
seksual. Mulai yang paling sederhana
perilaku seksualnya, dialihkan kepada
misalnya,
kegiatan
membuat
mereka laki-laki atau perempuan, akan
remaja selalu sibuk dengan aktifitas
terjadi perubahan di organ tubuh dan
yang positif dan disukai, memberikan
melindungi
peringatan melakukan jangan di depan
berubah serta menghindari diri dari
umum
berlebihan
terjadinya pelecehan seksual. Peran
melakukan perilaku seksual. Perlu
dalam memberikan psikoedukasi ini
kesabaran
juga
membuat
yang
disukai,
dan
jangan
dan
konsisten
peraturan
dan
ketika
remaja
sudah
bagian
menentukan
mengerti
tubuh
yang
pemahaman
seseorang, dan peran tidak hanya
larangan
dilakukan oleh guru saja tetapi peran
kepada remaja.
orang tua adalah peran yang paling
penting. Karena sebagian besar waktu
Kesimpulan
yang
Berdasarkan hasil penelitian, baik
berdasarkan
observasi
didapatkan
seorang
remaja
adalah dilakukan di rumah. Metode
maupun
25
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
yang diberikan di sekolah harus
digunakan
seimbang dengan metode orang tua di
pengetahuan dan pendidikan seksual.
dalam memberikan dan mendampingi
Tetapi aspek yang paling penting dan
remaja
perubahan-
adalah melakukan tindakan untuk
perubahan tubuh dan perilaku yang
mengatasi ketika terjadi gangguan
baik terhadap perubahan tersebut.
perilaku seksual dengan menegur dan
Metode
memberi reaksi
mengalami
yang
diterapkan
adalah
untuk
memberikan
langsung ketika
beberapa metode karena pendidikan
remaja melakukan hal-hal yang tidak
seksual bagi remaja berkebutuhan
sopan di tempat umum.
khusus tidak dapat diberikan hanya
Menurut
Erikson
(dalam
Wuryani, 2008), bahwa remaja adalah
dengan satu metode saja.
usia menemukan jati diri. Oleh karena
Diskusi
itu secara psikologis remaja memiliki
Menurut hasil wawancara dengan para
kecenderungan mencoba sesuatu yang
guru di dapatkan hasil bahwa metode
dianggapnya menyenangkan. Maka
yang diterapkan adalah; Sikap dan
dari itu materi pendidikan seks pada
perilaku yang boleh dan yang tidak
remaja berkebutuhan khusus harus
boleh dilakukan, pengetahuan dan
disesuaikan dengan kematangan dan
pembahasan tentang jenis kelamin,
fisiknya. Dan menurut Aziz (2015),
serta
tuntutan
bahwa materi pendidikan seks bagi
Kemudian,
remaja berkebutuhan khusus harus
menurut hasil wawancara orang tua,
diberikan dengan cara yang benar dan
bahwa
terbuka. Materi seks yang harus
aturan
sosial/masyarakat.
metode
dan
apapun
dapat
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
diperhatikan
bagi
metode
remaja
pengulangan,
metode
berkebutuhan khusus ada beberapa
pengajaran langsung dan keteladanan,
hal, yaitu pendidikan menutup aurat,
metode
pendidikan
berkomunikasi
menjaga
pandangan,
bercerita,
metode
dengan
pembelajaran
gambar,
pengetahuan tentang organ seksual,
metode
perilaku.
pendidikan
keimanan,
berperilaku
Metode ini diberikan sesuai dengan
sederhana,
pendidikan
reproduksi,
karakteristik
kebutuhan
masing-
masing siswa.
kekerasan dan pelecehan seksual,
perilaku seks bebas dan dampaknya,
proses pembuahan dalam penciptaan
Saran
manusia, dan perlindungan hukum
Saran bagi orang tua agar lebih
terhadap tindakan kekerasan seksual.
memberikan
pendampingan
bagi
metode
remaja dan memperhatikan setiap
pembelajaran yang digunakan tidak
perkembangan seksual sehingga orang
dapat dilakukan hanya dengan satu
tua dapat memberikan pendidikan
metode saja. Harus terintegrasi dari
seksual
beberapa
remaja
remaja. Orang tua lebih terbuka
berkebutuhan khusus sangat spesifik
terhadap informasi-informasi lewat
dan memiliki gaya belajar yang
media
berbeda
mengikuti seminar-seminar. Orang tua
Begitu
pula
dengan
metode
dengan
karena
remaja
pada
sesuai
dengan
televisi,
kebutuhan
internet
umumnya. Metode yang digunakan
diharapkan
adalah metode bahasa isyarat dan
pendidikan seksual sebagai sesuatu
bahasa
yang sangat berharga dan penting
tubuh,
metode
ceramah,
27
lebih
ataupun
menganggap
Penerapan pendidikan seksual oleh guru dan orang tua bagi remaja berkebutuhan khusus
dalam perkembangan remaja. Serta
atas penyampaian kurikulum
hindari remaja dari pelecehan seksual.
penerimaan, sikap dari guru, teman
Saran
bagi
memperhatikan
guru
perilaku
lebih
pendamping
perannya
sebagai
remaja berkebutuhan
khusus di sekolah. Guru sangat perlu
memperhatikan
remaja
di
perilaku
seksual
sekolah
dan
mengkomunikasikan setiap tindakan
yang tidak sesuai kepada orang tua
dan
berdiskusi
untuk
mencari
pemecahan dari setiap permasalahan.
Saran bagi sekolah yaitu strategi
untuk menciptakan lingkungan yang
dapat
diterima
berkebutuhan
untuk
khusus,
siswa
tenaga
administrasi yang mendukung, sikap
positif
guru,
orang
tua
yang
mendukung. Melakukan evaluasi yang
berulang
yaitu
guru,
dan para guru lainnya.
seksual
remaja di sekolah dan Guru dapat
memaksimalkan
dan
orang
tua
menentukan kekuatan dan kelemahan
Daftar Pustaka
Ashman, A. & Elkins, J. (1994).
Educating Children with Special
Needs. Australia: Prentice Hall
Depdiknas.
(2006).
Program
Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa. Jakarta: Direktorat
PSLB.
Drever, J. (1988). Dictionary of
Psysicology. Jakarta: Bina Aksara.
Efendi, M. (2006). Pengantar
psikopedagogik
remaja
berkelainan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Heward, W. L. (2009). Exceptional
children: An introduction to
special education. New Jersey:
Pearson Education.
Kring, A. M., Johnson, S. L.,
Davison, G. C., & Neale, J. M.
(2012). Abnormal psychology
(12th ed.). Danvers, MA: Wiley
and Sons.
Madani, Y. (2003). Pendidikan Seks
untuk Remaja dalam Agama Islam.
Jakarta: Pustaka Zahra.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi
dan
Pendidikan
Remaja
Berkebutuhan Khusus. Jilid 1.
Jakarta: LPSP3 UI. Reynolds, C.
R. & Janzen, E. F. (2000).
Santrock, J. W. (2011). Essential of
life-span development. New York,
NY: McGrawHill.
Somantri, T. S. (2012). Psikologi
remaja luar biasa . Bandung: PT.
Refika Aditama.
Niken Widi Astuti, Noeratri Andanwerti
Taylor, R. L., Smiley, L. R., &
Richards,
S.
B.
(2009).
Exceptional students: Preparing
teachers for the 21st century. New
York, NY: McGraw-Hill.
Wuryani, S. E. (2008). Pendidikan
Seks Keluarga. Jakarta: Gava
Media.
29