Mengapa Pergaulan dalam masyarakat Terpe (1)
Nama
:
Annisa Khaerani
Nim
:
2015-32-100
Tugas
:
Sosiologi sesi 2
Mengapa Pergaulan dalam masyarakat Terpetakan ( mengalami startifikasi
sosial) ?
Pada setiap tempat dimanapun kita berada kita selalu melihat suatu kelompok masyarakat dalam jumlah
kecil maupun besar yang sedang melakukan berbagai aktivitas entah itu sekedar berbincang, belajar
ataupun melakukan aktivitas lumrah lainnya. Pemandangan seperti ini tentu sudah tidak asing lagi bagi
kita.
Jika diperhatikan secara seksama, kelompok-kelompok ini terlihat seperti memiliki suatu keterikatan
sosial yang tanpa sadar membatasi ruang lingkup interaksi sosial antar individu. Biasanya keterikatan
sosial ini disebabkan karena adanya suatu kesamaan. Kesamaan-kesamaan ini justru menjadi pemicu
terjadinya Sistem Stratifikasi (Pemetaan) sosial diantara masyarakat. Mengapa demikian?
Stratifikasi sosial biasanya digambarkan dengan sebuah piramida yang semakin keatas semakin
menyempit. Demikian juga dengan masyarakat, orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi
lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kedudukan lebih rendah dalam
masyarakat.
Pelapisan masyakat dapat tumbuh dengan sendirinya dan berjalan secara alamiah sesuai dengan
pertumbuhan daripada masyarakat itu sendiri yang terjadi secara otomatis, misalnya karena seseorang
memiliki harta yang lebih, kekuatan, kecakapan, keturunan, kepandaian yang lebih dan memiliki bakat
atau kesaktian tertentu.
Selain terjadi dengan sendirinya, pelapisan sosial juga dapat terjadi karena adanya faktor kesengajaan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalkan permberian wewenang dan kekuasaan
pada orang-orang tertentu yang dimaksudkan untuk menimbulkan keteraturan dan kejelasan posisi dalam
sebuah organisasi, seperti organisasi perusahaan, organisasi pemerintahan dan lain sebagainya
Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari dua kata yaitu stratifikasi dan sosial. Kata
stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum (jamaknya: strata) yang berarti lapisan atau tingkat
masyarakat. Sejalan dengan pengertian secara etimologi tersebut , dalam Bahasa Indonesia juga
mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau penjenjangan.
Kata sosial dalam Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, berasal dari kata social yang
artinya concerning the organization of and relations between people and communities. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.
Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial Stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang
dihargai dalam masyarakat, misalnya: harta, kekayaan, ilmu pengetahuan, kesalehan, keturunan dan lain
sebagainya. Stratifikasi sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai¹
1.Prof. Selo Sormardjan dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com
Soerjono Soekanto (1981:133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Stratifikasi social merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat
seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat
dibedakan secara vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria
tertentu.
Paul B Horton dan Chester L Hunt ( 1992: 5 ) menyatakan bahwa stratifikasi social merupakan
system peringkat status dalam masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita adanya demensi
vertical dalam status social yang ada dalam masyarakat.
Kriteria apa saja yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan demensi secara vertical ini?
Paul B Horton ( 1982 : 4) mengatakan bahwa Dua ribu tahun yang lalu Aristoteles mengemukakan
bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam Tiga golongan: Golongan sangat kaya, Golongan sangat miskin
dan Golongan yang berada diantara mereka.
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi social sebagai gejala yang
universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga keberadaanya pasti akan di dapatkan
pelapisan social tersebut. Seperti apa yang sudah dikemukakan oleh Aristoteles.
Karl Marx adalah salah satu ahli yang membuktikan adanya stratifikasi social dalam masyarakat yang
sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan kriteria yang
sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa
kelas. Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin modern dan kompleks,
stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Menurut Robert MZ. Lawang² Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang –orang dalam
suatu sistam sosial tertentu secara hierarki menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
Jadi stratifikasi sosial adalah perbedaan yang terjadi baik disengaja atau tidak dalam masyarakat secara
vertikal.
Stratifikasi sosial akan menimbulkan kelas sosial, dimana setiap anggota masyarakat akan
menempati kelas sosial sesuai dengan kriteria yang mereka miliki. Kelas sosial adalah golongan yang
terbentuk karen adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan
dalam kelas tersebut masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang
lain³ artinya pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar
kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan dan
prestise.
Berdasarkan dari pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemetaan sosial ini terjadi karena
suatu pembeda yang secara sadar maupun tidak sadar memenuhi kebutuhan psikologis dalam individu
namun menimbulkan suatu konflik baru dalam kehidupan sosial.
2. Pendapat para ahli didapat dari Http:// sosionamche. Blogspot. Com
3. Hasan Sadili dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com
Dasar Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai lebih,
misalnya :
Uang.
Kekuasaan.
Tanah.
Kesalehan.
Kekayaan.
Garis keturunan dari keluarga terhormat
Ilmu Pengetahuan.
Biasanya dalam kasus stratifikasi sosial ini, setiap kelompok yang memetakan diri memiliki suatu
tolat ukur yang didunakan sebagai hukum tidak tertulis didalam masyarakat. Contohnya :
1) Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dsb.
2) Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja
presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
3) Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran
ini banyak dijumpai pada pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa.
4) Ukuran ilmu pengetahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas dalam
masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA. Akan
tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuannya yang menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar kesarjanaannya.
Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif. Masih banyak ukuran-ukuran lain yang dapat
digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial masyarakat.
Stratifikasi sosial yang terjadi secara alamiah tidak dapat dilepaskan oleh kecenderungan
bakat, minat, dan dukungan lingkungan. Misalnya, di lingkungan pantai berkembang masyarakat
nelayan, di sekitar lahan yang subur berkembang masyarakat petani, dan banyak lagi contohcontoh lain yang berhubungan dengan proses stratifikasi sosial secara alamiah. Adapun
stratifikasi sosial yang sengaja direncanakan dan dibentuk oleh manusia dapat diperhatikan pada
organisasi politik seperti pembagian kekuasaan, pembentukan organisasi politik, penyusunan
kabinet, dan lain sebagainya.
Seperti yang telah diuraikan dalam penjelasan sebelumnya, bahwa terbentuknya
stratifikasi sosial sangat terkait dengan nilai-nilai yang berharga dan terhormat. Standar nilai yang
berharga dan terhormat berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung dari sudut mana seseorang
memandang. Namun demikian, secara umum standar nilai tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kriteria, yakni kriteria ekonomi, kriteria sosial, dan kriteria politik.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh seseorang memang berbeda-beda. Ada
sebagian orang yang potensial tetapi tidak pernah memperoleh kesempatan untuk maju. Ada
sebagian orang yang memiliki kesempatan yang sangat luas untuk maju sehingga memperoleh
kesuksesan dalam bidang ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati bahwa
pencapaian, penguasaan, dan kepemilikan seseorang dalam bidang ekonomi sangat bervariasi.
Variasi inilah yang telah memunculkan kelas-kelas ekonomi (economic classes) tertentu dalam
kehidupan masyarakat. Tolak ukur kelas ekonomi (economis classes) adalah seberapa banyak
seseorang memiliki pendapatan dan/atau kekayaan. Secara garis besar terdapat 3 (tiga) lapisan
masyarakat dipandang dari sudut ekonomi, yaitu: kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), dan kelas bawah (lower class).
Masyarakat kelas atas (upper class) merupakan kelompok orang kaya yang diliputi
dengan kemewahan. Masyarakat kelas menengah (middle class) merupakan kelompok orang
yang berkecukupan, yakni mereka yang berkecukupan dalam hal kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Sedangkan masyarakat kelas bawah (lower class) merupakan sekelompok orang miskin
yang sering mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Status sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini bersifat terbuka, dalam arti, siapapun
orangnya dapat menempati kelas sosial tertentu, baik kelas atas, kelas menengah, dan kelas
bawah, tergantung dari kemampuan orang tersebut dalam bekerja dan memperoleh kekayaan.
Orang kaya sewaktu-waktu dapat mengalami kebangkrutan dan jatuh miskin. Sebaliknya, tidak
mustahil orang miskin dapat mengubah nasibnya menjadi orang kaya asal bersedia bekerja keras
dan hidup hemat.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial merupakan pengelompokan anggota
masyarakat berdasarkan status sosial yang dimiliki di dalam kehidupan masyarakat. Status sosial
adalah kedudukan seseorang dalam suatu pola soaial (hubungan sosial) tertentu. Seperti yang
diketahui, bahwa biasanya seseorang tidak hanya memiliki satu pola sosial (hubungan sosial),
melainkan beberapa pola sosial (hubungan sosial). Oleh karena itu, biasanya seseorang memiliki
lebih dari satu kedudukan (status sosial). Bisa saja Si A berkedudukan sebagai pimpinan parpol
yang sekaligus berkedudukan sebagai pejabat negara, pembina olah raga, dan sebagainya.
Referensi didapat dari :
1. Danuberbagi.blogspot.co.id/2014/07/stratifikasi-sosial.html
2. https://faisalharun.wordpress.com/2012/12/16/7/
3. http://www.materisma.com/2014/09/pengertian-dan-bentuk-stratifikasi-sosial.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
Sehubungan dengan status sosial, Robert M.Z. Lawang mengemukakan dua pengertian,
yakni ditinjau dari sudut objektif dan subjektif. Secara objektif, status sosial merupakan suatu
tatanan hak dan kewajiban yang secara hierarkis terdapat dalam suatu struktur formal sebuah
organisasi. Sebagai misal, seorang pimpinan partai politik akan memiliki hak dan sekaligus
kewajiban tertentu yang melekat pada status tersebut.
Sedangkan secara subjektif, status sosial merupakan hasil penilaian orang lain terhadap
diri seseorang yang terkait dengan siapa seseorang tersebut berhubungan. Dalam kaitan ini, secara
subjektif seseorang bisa saja memberikan penilaian terhadap orang lain, apakah lebih tinggi atau
lebih rendah statusnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk memberikan penilaian, apakah seseorang memiliki status (kedudukan) sosial lebih
tinggi atau lebih rendah dalam kehidupan sosial, Talcott Parsons mengemukakan lima kriteria
sebagai berikut:
1) Kelahiran, yakni status yang diperoleh berdasarkan kelahiran, seperti jenis kelamin,
kebangsawanan, ras, dan lain-lain.
2) Kepemilikan, yakni status yang diperoleh berdasarkan harta kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
3) Kualitas pribadi, yakni status yang diperoleh berdasarkan kualitas-kualitas kepribadian yang
tidak dimiliki oleh orang lain, seperti kecerdasan, kelembutan, kebijaksanaan, dan lain
sebagainya.
4) Otoritas, yakni status yang diperoleh berdasarkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
sehingga bersedia mengikuti segala sesuatu yang diinginkan.
5) Prestasi, yakni status yang diperoleh berdasarkan prestasi yang dicapai, baik dalam hal
berusaha, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan kriteria sosial, masyarakat dapat digolongkan ke dalam berbagai lapisan
yang dikenal dengan kelas sosial. Contoh nyata dari kelas sosial ini dapat diperhatikan pada
sistem kasta yang terdapat pada masyarakat Hindu Bali. Dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali
dikenal sistem kasta yang terdiri dari empat bagian, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Kasta Brahmana merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum pendeta dan ahli agama Hindu.
Kasta Ksatria merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum bangsawan. Kasta Waisya
merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum petani dan kaum pedagang. Sedangkan Kasta
Sudra merupakan lapisan sosial yang terdiri dari para pekerja kasar seperti tukang batu, tukang
kayu, dan lain sebagainya.
Kasta merupakan stratifikasi sosial yang bersifat tertutup. Artinya, jika seseorang
dilahirkan sebagai seorang Sudra, maka selamanya orang tersebut akan menjadi seorang Sudra.
Bahkan, seorang Sudra akan melahirkan kelompok Sudra pula. Demikian juga seorang
Brahmana, Ksatria, maupun Waisya, kasta tersebut juga dilahirkan dan sekaligus akan melahirkan
kasta yang sama, yaitu Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Meskipun sistem kasta dalam kehidupan
masyarakat Bali tidak terlalu ketat memisah-misahkan antara kasta yang satu dengan kasta yang
lainnya, akan tetapi sistem kasta tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem adab dan tata cara
pergaulan sehari-hari. Misalnya, seorang Brahmana pantang melakukan perkawinan dengan
seorang Sudra atau kasta yang lebih rendah lainnya.
Status sosial yang terjadi dalam sistem kasta bersifat keturunan. Artinya, kasta
merupakan status sosial yang dapat diwariskan. Dengan demikian, kasta merupakan status
bawaan (ascribed status) yang sangat berbeda dengan status yang diusahakan (achieved status).
Pada masyarakat modern, status sosial lebih cenderung diusahakan (achieved status), bukan
diperoleh secara keturunan (ascribed status). Status sosial yang diusahakan tersebut, menurut
William J. Goode, secara bertingkat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
(1) profesional (professional),
(2) pengusaha (business),
(3) karyawan kantor (white collar),
(4) pekerja trampil (skilled),
(5) pekerja semi trampil (semiskilled),
(6) jasa domestik dan perorangan
(domestic and personal service),
(7) pertanian (farm),
(8) tenaga kasan nonpertanian (nonfarm
labor).
Referensi didapat dari :
1. Danuberbagi.blogspot.co.id/2014/07/stratifikasi-sosial.html
2. https://faisalharun.wordpress.com/2012/12/16/7/
3. http://www.materisma.com/2014/09/pengertian-dan-bentuk-stratifikasi-sosial.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
Setiap orang bisa saja mencapai salah satu atau lebih dari status sosial tersebut asalkan berusaha
secara sungguh-sungguh.
c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Status sosial yang berdasarkan kriteria politik merupakan penggolongan anggota
masyarakat berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan yang
dimiliki, maka semakin tinggi pula statusnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Lalu, apa
yang dimaksud dengan kekuasaan?
Pada dasarnya kekuasaan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi pihak lain agar menuruti segala kehendak dan kemauannya. Dengan demikian
terdapat dua kutub dalam kekuasaan, yaitu yang menguasai dengan yang dikuasai. Antara yang
menguasai dengan yang dikuasai terdapat batas-batas yang tegas yang menimbulkan stratifikasi
kekuasaan atau piramida kekuasaan.
Bentuk kekuasaan terdiri dari bermacam-macam, akan tetapi terdapat satu pola umum
yakni sistem sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri dengan adat-istiadat dan pola perilaku
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam hubungan ini Mac Iver mengemukakan tiga pola
umum sistem stratifikasi kekuasaan, yaitu tipe kasta, tipe oligarkhis, dan tipe demokratis.
Pola stratifikasi kekuasaan tipe kasta memiliki garis pemisah yang sangat tegas dan sulit
ditembus. Pola stratifikasi kekuasaan tipe kasta ini dapat diperhatikan pada sistem kekuasaan
yang terdapat pada kerajaan-kerajaan. Pola stratifikasi kekuasaan tipe oligarkhis juga
menggambarkan adanya garis pemisah yang tegas antara tiap-tiap lapisan, akan tetapi diferensiasi
antara tiap-tiap stratifikasi tersebut tidak terlalu kaku. Artinya, lapisan bawah dari sistem
kekuasaan ini masih bisa berusaha untuk mencapai lapisan di atasnya. Pola stratifikasi kekuasaan
tipe demokratis ditandai dengan garis pemisah antara tiap-tiap lapisan kekuasaan yang bisa
berubah-ubah. Setiap orang berkesempatan untuk memperoleh kekuasaan tertentu sesuai dengan
usaha, kemampuan, dan mungkin juga keberuntungan.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan diatas dapat diketahui bahwa stratifikasi
sosial ini memiliki beberapa sifat. Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan
sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan
sistem pelapisan sosial campuran.
1) Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satu-satunya
kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran
atau keturunan.
Contoh:
– Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
– Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
2) Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Setiap orang memiliki
kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan statusnya.
Contoh:
– Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
– Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikan Yang lebih
tinggi dengan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Dalam proses Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi sistem sosial.
1) Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
Kedudukan (status) dibagi menjadi :
a. Ascribed Status
Ascribed Status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah, artinya posisi
yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian usaha. Beberapa status sosial
yang melekat pada seseorang yang diperoleh secara otomatis adalah:
Status perbedaan usia
Umumnya dalam masyarakat Indonesia terdapat pembagian antara hak dan kewajiban
antara orang-orang yang lebih tua dan yang lebih muda. Misalnya dalam suatu kehidupan rumah
tangga, anak yang usia lebih tua memiliki strata lebih tinggi di bandingkan dengan anak yang lebih
muda, dalam ritual keagamaan islam dimana membaca doa selalu mengutamakan yang lebih tua.
Bentuk lain penghormatan yang lebih tua adalah dengan mempersilahkan mereka untuk duduk di
barisan depan.
Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender sex stratification)
Penstrataan sosial berdasarkan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh adat tradisi dan ada
ajaran agama yang membedakan antara hak dan kwajiban berdasarkan jenis kelamin. Akan tetapi
pergeseran sosial budaya juga berpengaruh pada pergeseran peran wanita dimana kaum wanita
terkadang memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding dengan kaum laki-laki.
Status di dasarkan pada system kekerabatan
Fenomena ini dapat dilihat berbagai peran yang harus diperankan oleh masing-masing
anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Munculnya kedudukan kepala keluarga, ibu rumah
tangga dan anak-anak berimplikasi pada status dan peran yang harus diperankan oleh masing-masing
orang dalam rumah tangga. Seorang istri harus berbakti kepada suami dan suami juga harus
menghormati istri karena perannya sebagai pengasuh anak, pendidik anak, dan sebagainya, sedangkan
anak-anak harus menaati nasehat orang tua dan dari orangtuanya ia berhak mendapatkan kasih saying.
Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification)
Seorang anak yang dilahirkan akan memiliki status sosial yang mengekor pada status
orang tuanya. Tinggi rendahnya seorang anak biasanya mengikuti status orang tuanya.
Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping stratification)
Perbedaan ras yang sering kali menimbulkan pemahaman sekelompok manusia tertentu
memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan manusia lain. Pemahaman sebagian orang bahwa ras
kulit putih lebih superior dibandingkan ras kulit hitam, merupakan salah satu contohnya.
b.Achieved Status
Achieved Status merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan. Pola-pola
ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan dari pola-pola tradisional
kea rah modern. Lebih-lebih dalam struktur masyarakat kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan
individu untuk mencapai tujuan masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu,
biasanya struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk meraih status
sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing, beberapa contoh model ini adalah;
Stratifikasi berdasarkan Jenjang Pendidikan (education stratification)
Stratifikasi di bidang Senioritas
Stratifikasi di bidang Perkerjaan
Stratifikasi di bidang Ekonomi
c, Assigned Status
Assigned Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari
pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya juga tak luput dari usahausaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh
penghargaan.
2) Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan
kedudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi
masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat. Meskipun demikian,
keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan
karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
b) Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri,
misalnya seseorang memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut
penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan secernatcermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang telah ditentukan.
Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
b)Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena peran dapat
berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada proses sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan,
nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat. Keempat,
menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
Maka dari semua pembahasan mengenai statifikasi sosial dapat disimpulkan bahwa,
stratifikasi sosial mempengaruhi interaksi sosial antar individu atau kelompok yang menyebabkan
timbulnya kerjasama, persaingan, konflik atau bahkan akomodasi di masyarakat itu sendiri.
http://ssbelajar.blogspot.co.id/20
12/03/stratifikasi-sosial.html
Dokumentasi Pribadi :
sebelah kiri menggambarkan stratifikasi senioritas yang dapat dilihat dari pakaian yang
digunakan
sebelah kanan terlihat dua kelompok mahasiswa yang terpisah sesuai tolak ukur yang mereka
miliki
https://agamaminorr.wordpress.com/2013/05/page/2/
http://sociologypolitik.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sosiologi-industrri.html
:
Annisa Khaerani
Nim
:
2015-32-100
Tugas
:
Sosiologi sesi 2
Mengapa Pergaulan dalam masyarakat Terpetakan ( mengalami startifikasi
sosial) ?
Pada setiap tempat dimanapun kita berada kita selalu melihat suatu kelompok masyarakat dalam jumlah
kecil maupun besar yang sedang melakukan berbagai aktivitas entah itu sekedar berbincang, belajar
ataupun melakukan aktivitas lumrah lainnya. Pemandangan seperti ini tentu sudah tidak asing lagi bagi
kita.
Jika diperhatikan secara seksama, kelompok-kelompok ini terlihat seperti memiliki suatu keterikatan
sosial yang tanpa sadar membatasi ruang lingkup interaksi sosial antar individu. Biasanya keterikatan
sosial ini disebabkan karena adanya suatu kesamaan. Kesamaan-kesamaan ini justru menjadi pemicu
terjadinya Sistem Stratifikasi (Pemetaan) sosial diantara masyarakat. Mengapa demikian?
Stratifikasi sosial biasanya digambarkan dengan sebuah piramida yang semakin keatas semakin
menyempit. Demikian juga dengan masyarakat, orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi
lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kedudukan lebih rendah dalam
masyarakat.
Pelapisan masyakat dapat tumbuh dengan sendirinya dan berjalan secara alamiah sesuai dengan
pertumbuhan daripada masyarakat itu sendiri yang terjadi secara otomatis, misalnya karena seseorang
memiliki harta yang lebih, kekuatan, kecakapan, keturunan, kepandaian yang lebih dan memiliki bakat
atau kesaktian tertentu.
Selain terjadi dengan sendirinya, pelapisan sosial juga dapat terjadi karena adanya faktor kesengajaan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalkan permberian wewenang dan kekuasaan
pada orang-orang tertentu yang dimaksudkan untuk menimbulkan keteraturan dan kejelasan posisi dalam
sebuah organisasi, seperti organisasi perusahaan, organisasi pemerintahan dan lain sebagainya
Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari dua kata yaitu stratifikasi dan sosial. Kata
stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum (jamaknya: strata) yang berarti lapisan atau tingkat
masyarakat. Sejalan dengan pengertian secara etimologi tersebut , dalam Bahasa Indonesia juga
mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau penjenjangan.
Kata sosial dalam Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, berasal dari kata social yang
artinya concerning the organization of and relations between people and communities. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.
Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial Stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang
dihargai dalam masyarakat, misalnya: harta, kekayaan, ilmu pengetahuan, kesalehan, keturunan dan lain
sebagainya. Stratifikasi sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai¹
1.Prof. Selo Sormardjan dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com
Soerjono Soekanto (1981:133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Stratifikasi social merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat
seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat
dibedakan secara vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria
tertentu.
Paul B Horton dan Chester L Hunt ( 1992: 5 ) menyatakan bahwa stratifikasi social merupakan
system peringkat status dalam masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita adanya demensi
vertical dalam status social yang ada dalam masyarakat.
Kriteria apa saja yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan demensi secara vertical ini?
Paul B Horton ( 1982 : 4) mengatakan bahwa Dua ribu tahun yang lalu Aristoteles mengemukakan
bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam Tiga golongan: Golongan sangat kaya, Golongan sangat miskin
dan Golongan yang berada diantara mereka.
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi social sebagai gejala yang
universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga keberadaanya pasti akan di dapatkan
pelapisan social tersebut. Seperti apa yang sudah dikemukakan oleh Aristoteles.
Karl Marx adalah salah satu ahli yang membuktikan adanya stratifikasi social dalam masyarakat yang
sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan kriteria yang
sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa
kelas. Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin modern dan kompleks,
stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Menurut Robert MZ. Lawang² Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang –orang dalam
suatu sistam sosial tertentu secara hierarki menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
Jadi stratifikasi sosial adalah perbedaan yang terjadi baik disengaja atau tidak dalam masyarakat secara
vertikal.
Stratifikasi sosial akan menimbulkan kelas sosial, dimana setiap anggota masyarakat akan
menempati kelas sosial sesuai dengan kriteria yang mereka miliki. Kelas sosial adalah golongan yang
terbentuk karen adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan
dalam kelas tersebut masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang
lain³ artinya pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar
kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan dan
prestise.
Berdasarkan dari pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemetaan sosial ini terjadi karena
suatu pembeda yang secara sadar maupun tidak sadar memenuhi kebutuhan psikologis dalam individu
namun menimbulkan suatu konflik baru dalam kehidupan sosial.
2. Pendapat para ahli didapat dari Http:// sosionamche. Blogspot. Com
3. Hasan Sadili dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com
Dasar Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai lebih,
misalnya :
Uang.
Kekuasaan.
Tanah.
Kesalehan.
Kekayaan.
Garis keturunan dari keluarga terhormat
Ilmu Pengetahuan.
Biasanya dalam kasus stratifikasi sosial ini, setiap kelompok yang memetakan diri memiliki suatu
tolat ukur yang didunakan sebagai hukum tidak tertulis didalam masyarakat. Contohnya :
1) Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dsb.
2) Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja
presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
3) Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran
ini banyak dijumpai pada pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa.
4) Ukuran ilmu pengetahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas dalam
masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA. Akan
tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuannya yang menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar kesarjanaannya.
Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif. Masih banyak ukuran-ukuran lain yang dapat
digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial masyarakat.
Stratifikasi sosial yang terjadi secara alamiah tidak dapat dilepaskan oleh kecenderungan
bakat, minat, dan dukungan lingkungan. Misalnya, di lingkungan pantai berkembang masyarakat
nelayan, di sekitar lahan yang subur berkembang masyarakat petani, dan banyak lagi contohcontoh lain yang berhubungan dengan proses stratifikasi sosial secara alamiah. Adapun
stratifikasi sosial yang sengaja direncanakan dan dibentuk oleh manusia dapat diperhatikan pada
organisasi politik seperti pembagian kekuasaan, pembentukan organisasi politik, penyusunan
kabinet, dan lain sebagainya.
Seperti yang telah diuraikan dalam penjelasan sebelumnya, bahwa terbentuknya
stratifikasi sosial sangat terkait dengan nilai-nilai yang berharga dan terhormat. Standar nilai yang
berharga dan terhormat berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung dari sudut mana seseorang
memandang. Namun demikian, secara umum standar nilai tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kriteria, yakni kriteria ekonomi, kriteria sosial, dan kriteria politik.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh seseorang memang berbeda-beda. Ada
sebagian orang yang potensial tetapi tidak pernah memperoleh kesempatan untuk maju. Ada
sebagian orang yang memiliki kesempatan yang sangat luas untuk maju sehingga memperoleh
kesuksesan dalam bidang ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati bahwa
pencapaian, penguasaan, dan kepemilikan seseorang dalam bidang ekonomi sangat bervariasi.
Variasi inilah yang telah memunculkan kelas-kelas ekonomi (economic classes) tertentu dalam
kehidupan masyarakat. Tolak ukur kelas ekonomi (economis classes) adalah seberapa banyak
seseorang memiliki pendapatan dan/atau kekayaan. Secara garis besar terdapat 3 (tiga) lapisan
masyarakat dipandang dari sudut ekonomi, yaitu: kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), dan kelas bawah (lower class).
Masyarakat kelas atas (upper class) merupakan kelompok orang kaya yang diliputi
dengan kemewahan. Masyarakat kelas menengah (middle class) merupakan kelompok orang
yang berkecukupan, yakni mereka yang berkecukupan dalam hal kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Sedangkan masyarakat kelas bawah (lower class) merupakan sekelompok orang miskin
yang sering mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Status sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini bersifat terbuka, dalam arti, siapapun
orangnya dapat menempati kelas sosial tertentu, baik kelas atas, kelas menengah, dan kelas
bawah, tergantung dari kemampuan orang tersebut dalam bekerja dan memperoleh kekayaan.
Orang kaya sewaktu-waktu dapat mengalami kebangkrutan dan jatuh miskin. Sebaliknya, tidak
mustahil orang miskin dapat mengubah nasibnya menjadi orang kaya asal bersedia bekerja keras
dan hidup hemat.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial merupakan pengelompokan anggota
masyarakat berdasarkan status sosial yang dimiliki di dalam kehidupan masyarakat. Status sosial
adalah kedudukan seseorang dalam suatu pola soaial (hubungan sosial) tertentu. Seperti yang
diketahui, bahwa biasanya seseorang tidak hanya memiliki satu pola sosial (hubungan sosial),
melainkan beberapa pola sosial (hubungan sosial). Oleh karena itu, biasanya seseorang memiliki
lebih dari satu kedudukan (status sosial). Bisa saja Si A berkedudukan sebagai pimpinan parpol
yang sekaligus berkedudukan sebagai pejabat negara, pembina olah raga, dan sebagainya.
Referensi didapat dari :
1. Danuberbagi.blogspot.co.id/2014/07/stratifikasi-sosial.html
2. https://faisalharun.wordpress.com/2012/12/16/7/
3. http://www.materisma.com/2014/09/pengertian-dan-bentuk-stratifikasi-sosial.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
Sehubungan dengan status sosial, Robert M.Z. Lawang mengemukakan dua pengertian,
yakni ditinjau dari sudut objektif dan subjektif. Secara objektif, status sosial merupakan suatu
tatanan hak dan kewajiban yang secara hierarkis terdapat dalam suatu struktur formal sebuah
organisasi. Sebagai misal, seorang pimpinan partai politik akan memiliki hak dan sekaligus
kewajiban tertentu yang melekat pada status tersebut.
Sedangkan secara subjektif, status sosial merupakan hasil penilaian orang lain terhadap
diri seseorang yang terkait dengan siapa seseorang tersebut berhubungan. Dalam kaitan ini, secara
subjektif seseorang bisa saja memberikan penilaian terhadap orang lain, apakah lebih tinggi atau
lebih rendah statusnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk memberikan penilaian, apakah seseorang memiliki status (kedudukan) sosial lebih
tinggi atau lebih rendah dalam kehidupan sosial, Talcott Parsons mengemukakan lima kriteria
sebagai berikut:
1) Kelahiran, yakni status yang diperoleh berdasarkan kelahiran, seperti jenis kelamin,
kebangsawanan, ras, dan lain-lain.
2) Kepemilikan, yakni status yang diperoleh berdasarkan harta kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
3) Kualitas pribadi, yakni status yang diperoleh berdasarkan kualitas-kualitas kepribadian yang
tidak dimiliki oleh orang lain, seperti kecerdasan, kelembutan, kebijaksanaan, dan lain
sebagainya.
4) Otoritas, yakni status yang diperoleh berdasarkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
sehingga bersedia mengikuti segala sesuatu yang diinginkan.
5) Prestasi, yakni status yang diperoleh berdasarkan prestasi yang dicapai, baik dalam hal
berusaha, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan kriteria sosial, masyarakat dapat digolongkan ke dalam berbagai lapisan
yang dikenal dengan kelas sosial. Contoh nyata dari kelas sosial ini dapat diperhatikan pada
sistem kasta yang terdapat pada masyarakat Hindu Bali. Dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali
dikenal sistem kasta yang terdiri dari empat bagian, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Kasta Brahmana merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum pendeta dan ahli agama Hindu.
Kasta Ksatria merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum bangsawan. Kasta Waisya
merupakan lapisan sosial yang terdiri dari kaum petani dan kaum pedagang. Sedangkan Kasta
Sudra merupakan lapisan sosial yang terdiri dari para pekerja kasar seperti tukang batu, tukang
kayu, dan lain sebagainya.
Kasta merupakan stratifikasi sosial yang bersifat tertutup. Artinya, jika seseorang
dilahirkan sebagai seorang Sudra, maka selamanya orang tersebut akan menjadi seorang Sudra.
Bahkan, seorang Sudra akan melahirkan kelompok Sudra pula. Demikian juga seorang
Brahmana, Ksatria, maupun Waisya, kasta tersebut juga dilahirkan dan sekaligus akan melahirkan
kasta yang sama, yaitu Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Meskipun sistem kasta dalam kehidupan
masyarakat Bali tidak terlalu ketat memisah-misahkan antara kasta yang satu dengan kasta yang
lainnya, akan tetapi sistem kasta tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem adab dan tata cara
pergaulan sehari-hari. Misalnya, seorang Brahmana pantang melakukan perkawinan dengan
seorang Sudra atau kasta yang lebih rendah lainnya.
Status sosial yang terjadi dalam sistem kasta bersifat keturunan. Artinya, kasta
merupakan status sosial yang dapat diwariskan. Dengan demikian, kasta merupakan status
bawaan (ascribed status) yang sangat berbeda dengan status yang diusahakan (achieved status).
Pada masyarakat modern, status sosial lebih cenderung diusahakan (achieved status), bukan
diperoleh secara keturunan (ascribed status). Status sosial yang diusahakan tersebut, menurut
William J. Goode, secara bertingkat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
(1) profesional (professional),
(2) pengusaha (business),
(3) karyawan kantor (white collar),
(4) pekerja trampil (skilled),
(5) pekerja semi trampil (semiskilled),
(6) jasa domestik dan perorangan
(domestic and personal service),
(7) pertanian (farm),
(8) tenaga kasan nonpertanian (nonfarm
labor).
Referensi didapat dari :
1. Danuberbagi.blogspot.co.id/2014/07/stratifikasi-sosial.html
2. https://faisalharun.wordpress.com/2012/12/16/7/
3. http://www.materisma.com/2014/09/pengertian-dan-bentuk-stratifikasi-sosial.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
Setiap orang bisa saja mencapai salah satu atau lebih dari status sosial tersebut asalkan berusaha
secara sungguh-sungguh.
c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Status sosial yang berdasarkan kriteria politik merupakan penggolongan anggota
masyarakat berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan yang
dimiliki, maka semakin tinggi pula statusnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Lalu, apa
yang dimaksud dengan kekuasaan?
Pada dasarnya kekuasaan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi pihak lain agar menuruti segala kehendak dan kemauannya. Dengan demikian
terdapat dua kutub dalam kekuasaan, yaitu yang menguasai dengan yang dikuasai. Antara yang
menguasai dengan yang dikuasai terdapat batas-batas yang tegas yang menimbulkan stratifikasi
kekuasaan atau piramida kekuasaan.
Bentuk kekuasaan terdiri dari bermacam-macam, akan tetapi terdapat satu pola umum
yakni sistem sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri dengan adat-istiadat dan pola perilaku
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam hubungan ini Mac Iver mengemukakan tiga pola
umum sistem stratifikasi kekuasaan, yaitu tipe kasta, tipe oligarkhis, dan tipe demokratis.
Pola stratifikasi kekuasaan tipe kasta memiliki garis pemisah yang sangat tegas dan sulit
ditembus. Pola stratifikasi kekuasaan tipe kasta ini dapat diperhatikan pada sistem kekuasaan
yang terdapat pada kerajaan-kerajaan. Pola stratifikasi kekuasaan tipe oligarkhis juga
menggambarkan adanya garis pemisah yang tegas antara tiap-tiap lapisan, akan tetapi diferensiasi
antara tiap-tiap stratifikasi tersebut tidak terlalu kaku. Artinya, lapisan bawah dari sistem
kekuasaan ini masih bisa berusaha untuk mencapai lapisan di atasnya. Pola stratifikasi kekuasaan
tipe demokratis ditandai dengan garis pemisah antara tiap-tiap lapisan kekuasaan yang bisa
berubah-ubah. Setiap orang berkesempatan untuk memperoleh kekuasaan tertentu sesuai dengan
usaha, kemampuan, dan mungkin juga keberuntungan.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan diatas dapat diketahui bahwa stratifikasi
sosial ini memiliki beberapa sifat. Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan
sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan
sistem pelapisan sosial campuran.
1) Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satu-satunya
kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran
atau keturunan.
Contoh:
– Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
– Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
2) Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Setiap orang memiliki
kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan statusnya.
Contoh:
– Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
– Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikan Yang lebih
tinggi dengan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Dalam proses Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi sistem sosial.
1) Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
Kedudukan (status) dibagi menjadi :
a. Ascribed Status
Ascribed Status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah, artinya posisi
yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian usaha. Beberapa status sosial
yang melekat pada seseorang yang diperoleh secara otomatis adalah:
Status perbedaan usia
Umumnya dalam masyarakat Indonesia terdapat pembagian antara hak dan kewajiban
antara orang-orang yang lebih tua dan yang lebih muda. Misalnya dalam suatu kehidupan rumah
tangga, anak yang usia lebih tua memiliki strata lebih tinggi di bandingkan dengan anak yang lebih
muda, dalam ritual keagamaan islam dimana membaca doa selalu mengutamakan yang lebih tua.
Bentuk lain penghormatan yang lebih tua adalah dengan mempersilahkan mereka untuk duduk di
barisan depan.
Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender sex stratification)
Penstrataan sosial berdasarkan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh adat tradisi dan ada
ajaran agama yang membedakan antara hak dan kwajiban berdasarkan jenis kelamin. Akan tetapi
pergeseran sosial budaya juga berpengaruh pada pergeseran peran wanita dimana kaum wanita
terkadang memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding dengan kaum laki-laki.
Status di dasarkan pada system kekerabatan
Fenomena ini dapat dilihat berbagai peran yang harus diperankan oleh masing-masing
anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Munculnya kedudukan kepala keluarga, ibu rumah
tangga dan anak-anak berimplikasi pada status dan peran yang harus diperankan oleh masing-masing
orang dalam rumah tangga. Seorang istri harus berbakti kepada suami dan suami juga harus
menghormati istri karena perannya sebagai pengasuh anak, pendidik anak, dan sebagainya, sedangkan
anak-anak harus menaati nasehat orang tua dan dari orangtuanya ia berhak mendapatkan kasih saying.
Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification)
Seorang anak yang dilahirkan akan memiliki status sosial yang mengekor pada status
orang tuanya. Tinggi rendahnya seorang anak biasanya mengikuti status orang tuanya.
Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping stratification)
Perbedaan ras yang sering kali menimbulkan pemahaman sekelompok manusia tertentu
memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan manusia lain. Pemahaman sebagian orang bahwa ras
kulit putih lebih superior dibandingkan ras kulit hitam, merupakan salah satu contohnya.
b.Achieved Status
Achieved Status merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan. Pola-pola
ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan dari pola-pola tradisional
kea rah modern. Lebih-lebih dalam struktur masyarakat kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan
individu untuk mencapai tujuan masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu,
biasanya struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk meraih status
sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing, beberapa contoh model ini adalah;
Stratifikasi berdasarkan Jenjang Pendidikan (education stratification)
Stratifikasi di bidang Senioritas
Stratifikasi di bidang Perkerjaan
Stratifikasi di bidang Ekonomi
c, Assigned Status
Assigned Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari
pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya juga tak luput dari usahausaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh
penghargaan.
2) Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan
kedudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi
masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat. Meskipun demikian,
keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan
karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
b) Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri,
misalnya seseorang memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut
penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan secernatcermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang telah ditentukan.
Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
b)Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena peran dapat
berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada proses sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan,
nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat. Keempat,
menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
Maka dari semua pembahasan mengenai statifikasi sosial dapat disimpulkan bahwa,
stratifikasi sosial mempengaruhi interaksi sosial antar individu atau kelompok yang menyebabkan
timbulnya kerjasama, persaingan, konflik atau bahkan akomodasi di masyarakat itu sendiri.
http://ssbelajar.blogspot.co.id/20
12/03/stratifikasi-sosial.html
Dokumentasi Pribadi :
sebelah kiri menggambarkan stratifikasi senioritas yang dapat dilihat dari pakaian yang
digunakan
sebelah kanan terlihat dua kelompok mahasiswa yang terpisah sesuai tolak ukur yang mereka
miliki
https://agamaminorr.wordpress.com/2013/05/page/2/
http://sociologypolitik.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sosiologi-industrri.html