SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM dalam

MAKALAH
Perbandingan pendidikan islam seblum
dan sesudah kemerdekaan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Individu
Mata kuliah : sejarah pemikiran islam
Dosen pengampu: Dr. Muh.Idris Tunru,S.Ag.M.Ag

Disusun Oleh:
Fatmawati tegila (15.2.3.005)
Sem.V/P.A.I I

Program studi pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan
Institute Agama islam Negeri Manado
Manado 2017

1

KATA PENGANTAR

‫الر ِح ِيم‬

ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س ِم ه‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW , sahabat,
keluarga dan insha Allah bercucuran kepada kita sebagai umatnya Amin .
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pemikiran islam dengan
tema “perbandingan pendidikan islam sebelum dan sesudah kemerdekaan“
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Studi Multikultural untuk mahasiswa

ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Manado, 09 Oktober 2017

penulis

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah............................................................................ iii
B. Rumusan masalah ......................................................................................v

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam ..........................................……..1
1. Pendidikan pada Zaman Kolonial Belanda ...........................................4
2. Pendidikan jaman jepang…………………………………………….. 7

3. Pendidikan islam pasca kemerdekaan.................................................11
4. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam Di Indonesia………………....12
5. Pendidikan Islam Pada Zaman Kemerdekaan I (1945-1965)..........14
6. Keberadaan Pendidikan Islam……………………………………….16
7. Berbagai Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Dalam Bidang
Pendidikan Agama Islam……………………………………………19
8. PendidikanIslam PadaMasa kemerdekaan II (1965-Sekarang)……...23
9. Perbandingan pemikiran pendidikan islam di Indonesiaseblum
merdeka dan psca kemerdekaan …………………………………….27
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..30
Daftar Pustaka ……….…………………………………………………….31

3

BAB 1
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai andil besar

dalammemajukan suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Tujuan pendidikan
itu merupakan tujuan dari negara itu sendiri. Pendidikan yang rendah dan
berkualitas akan terus mengundang para penjajah, baik penjajahan secara fisik
maupun non fisik, seperti penjajahan intelektual, pemikiran, ekonomi, sosial,
politik dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan “kebodohan bukanlah karena
penjajahan tetapi kebodohanlah yang mengundang penjajah”. Bangsa Indonesia
merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ialah
terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan. Bangsa yang sudah merdeka
dapat leluasa mengatur laju bangsa dan pemerintahan untuk mencapai tujuannya.
Benarkah demikian?
Mengamati perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang.
Belanda yang menduduki Indonesia selama 3 ½ abad dan Jepang selama 3 1/ 2
tahun meninggalkan kesengsaraan, mental dan kondisi psikologis yang lemah.
Dengan misi gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan
iedeologi dengan doktrin-doktrin Barat.1
Itulah sekilas tentang pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda dan
Jepang. Setelah merdeka, bangsa Indonesia merasa mampu menghirup angin

segar di negerinya sendiri karena telah terlepas dari penjajahan.
Berbicara tentang pendidikan islam di Indonesia, sangatlah erat
hubunganya dengan kedatangan Islam itu sendiri di Indonesia. Dalam konteks ini
Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya
dengan masuknya Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama
baru sudah barang tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam

1 http://Muhammadkholik. Wordperss.com. Evaluasi pembelajaran. Diakses 18November -2017.

4

tentang ajaran-ajaran Islam.Ingin pandai shalat, berdoa, dan membaca Ai-qur’an
yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang
amat sederhana.Dari sini mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya
mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang
menjadi pondok pesantren.Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur
sebagaimana yang kenal sekarang ini.
Kendatipun pendidikan Islam dimulai sejak pertama Islam itu sendiri
menancapkan dirinya di Kepulauan Nusantara, namun secara pasti tidak dapat
diketahui bagaimana cara pendidikan pada masa permulaan Islam di Indonesia,

tentang buku yang dipakai, pengelola dan sistem pendidikan. Hal ini disebabkan
karena bahan-bahan yang terbatas.Yang dapat dipastikan, pendidikan Islam waktu
itu telah ada, tetapi dalam bentuk yang sangat sederhana.
Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan Islam, di kalangan umat
Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita untuk melestarikan
dan mentransformasikan ajaran Islam kepada pribadi dan generasi penerus,
sehingga nilai-nilai religius yang dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang
dalam masyrakat dari waktu ke waktu.
Bagi Indonesia, sebagian tanggung jawab menurut asumsi diatas terletak
di pundak lembaga pendidikan Islam yang sekaligus sebagai bagian dari sistem
pandidikan nasional.Secara ideal, pendidikan Islam menghantarkan manusia
mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh, hal ini dapat dilakukan melal

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas ditarik rumasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah2pemikiran


pendidikan islam di Indonesia sebelum

kemerdekaan?
2. Bagaimana pendidikan islam pasca kemerdekaan?
3. Bagaimana Perbandingan sejarah pemikiran pendidikan islam sebelum dan
sesudahkemerdekaan ?
2 http: // garduguru.bologspot.com.pembelajaran inovati, html,diakses 18 November
2017

5

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pendidikan Zaman Kerajaan Islam
Dilaporkan oleh Ibn Batutah dalam bukunya Rihlah Ibn Batutah bahwa

ketika ia berkunjung ke Samudra Pasai pada tahun 1354 ia mengikuti raja

mengatakan halaqah setelah solat Jum’at sampai waktu Ashar. Dari kerajaan itu
diduga kerajaan Samudra Pasai ketika itu sudah menjadi pusat agama Islam dan
tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negara Islam untuk berdiskusi
masalah keagamaan dan keduniaan sekaligus.
Dengan demikian Samudra Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling
tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Sementara itu untuk keluar kerajaan,
halaqah ajaran Islam diduga sudah dilakukan oleh koloni-koloni tempat pedagang
Islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan. Proses halaqah ini dilakukan di
masjid istana bagi anak-anak pembesar negara, di masjid-masjid lain, mengaji di
rumah-rumah guru dan di surau-surau untuk masyarakat umum. Dari halaqahhalaqah seperti ini yang nantinya akan menjadi lembaga pendidikan Islam.
Yang setelah merosotnya kerajaan Samudra Pasai dilanjutkan dengan
kerjaan Islam lain yaitu kerajaan yang berada di Malaka.Selain terdiri dari
halaqah-halaqah yang berada di masjid, surau dan juga dirumah para guru
mengaji, Istana juga sebagai tempat untuk mudzakarah masalah-masalah ilmu
pengetahuan dan sebagai perpustakaan kitab-kitab, terutama kitab keislaman.
(Abdullah Ishak)Mata pelajaran yang diajarkan di lembaga-lembaga Islam saat itu
dibagi menjadi dua tingkatan:
a.

Tingkat


dasar

terdiri

dari

pelajaran

memabaca,

menulis

bahasa

Arab,pengajianAl-Qur’an dan ibadah praktis3
b.

Tingkatan yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqh, tasawuf,ilmu
kalam dan sebagainya


3

Musrifah Sunanto. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010). h. 104-105

6

Banyak ulama manca negara yang datang ke Malaka dari Afganistan,
Malabar, Hindustan, terutama dari Arab yang mengambil peran sebagai penyebar
Islam pada waktu itu. Diceritakan, dari Jawa, Sunan Bonang dan Sunan Giri
pernah menuntut ilmu ke Malaka, kemudian setelah selasai belajar dari sana,
mereka mendirikan tempat pendidikan Islam di negeri masing-masing.
Tidak kalah penting dengan Samudra Pasai, pada kerajaan Aceh
Darussalam, tepatnya pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda juaga sangat
meperhatikan pengembangan agama dengan mendirikan masjid-masjid seperti
masjid Bait al-Rahman di Banda Aceh dan pusat-pusat pendidikan yang disebut
Dayah. Sultan mengambil ulama sebagai penasehatnya yang terkenal diantaranya
Syamsuddin Sumatrani. Tradisi ini dilanjutkan oleh sultan-sultan selanjutnya

sehingga di Aceh terdapat ulama-ulama terkenal yang sangat berjasa menyebarkan
pengetahuan Islam di Asia Tenggara.
Para ulama besar ini banyak berjasa mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang kemudian berkembang menjadi seperti perguruan tinggi.
Nuruddin Al-Raniri dan Abdul Rauf Singkel termasuk ulama-ulama yang menjadi
guru pada waktu itu. Salah satu penuntut ilmu saat itu adalah Syekh Burhanuddin
yang berasal dari Ulakan Pariaman, Minangkabau yang kemudian mendirikan
pendidikan Islam yang disebut Surau.4
Pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat setelah para ulama mengarang
buku-buku pelajaran keislaman menggunakan bahasa Melayu seperti karya-karya
Hamzah Fansuri, Nuruddin Al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di Aceh. Hal ini terjadi
setelah banyak orang-orang Indonesia yang belajar ke Arab dan menjadi ulama
terkenal setelah kembali ke negeri asalnya. Di Minangkabau lembaga pendidikan
disebut Surau yang dipelopori oleh Syekh Burhanuddin (1641-1691) setelah
kembali menuntut ilmu keislaman kepada Abd Rauf Singgkel di Kutaraja, Aceh.
Di Jawa lembaga pendidikan disebut pesantren, yang berasal dari bahasa
Tamil Santri yang berarti guru ngaji. Sementara pendapat C. C. Berg mengatakan
pesantren berasal dari kata India shastri berarti orang yang mengetahui buku-buku

4

Musrifah Sunanto. Sejarah Peradaban Islam Indonesia.h. 107

7

suci agama Hindu. Menurut sumber lokal, lembaga pendidikan Islam pertama di
Jawa adalah pesantren Giri dan pesantren Gresik di Jawa Timur. Pesantren Gresik
didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim. Terdapat juga pendidikan Islam di Ampel
Surabaya, dibangau oleh Raden Rahmat. Berawal dari Giri dan Ampel pada
berikutnya semakin banyak pusat-pusat pendidikan Islam di Jawa seperti
Tembayat, Prawoto (Demak), dan Gunung Jati Cirebon.
Di kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan, lembaga pendidikan Islam
pertama disebut langgar yang dipelopori oleh Seykh Muhammad Arsyad AlBanjari. Di Sulawesi adalah raja Gowa XIV, Sultan Alauddin yang pertama
mendirikan masjid di Bantalu yang berfungsi sebagai tempat shalat, pusat
pengajian, pendidikan dan pengajaran Islam. Yang bertindak sebagai guru adalah
Dato Ri Bandang dibantu oleh Dato Patimang dan Dato Ri Tiro yang diduga
semuanya dari Minangkabau.
Di Jawa setelah berdirinya kerajaan Demak pendidikan Islam semakin maju
karena ada pemerintahan yang menyelenggarakannya dan pembesar-pembesar
Islam yang membelanya. Pada tahun 1476 di Bintoro dibentuk organisasi
Bayankare Islah (angkatan pelopor perbaikan) untuk mempergiat usaha
pendidikan dan pengajaran Islam.
Kemudian pusat kerajaan pindah ke Mataram tahun 1586. Pada Zaman
Sultan Agung Mataram (1613) sesudah mempersatukan Jawa Tengah dan Jawa
Timur pada tahun 1630, Ia mempergiat pertanian dan pedagangan. Kemudian
pada masa kerajaan Kartasura ( tahun 1700) ada beberapa pesantren besar
dijadikan perdikan yaitu deberikan tanah, sawah dan tempat tinggal sebagai hak
milik turun temurun yang dibebaskan dari membayar pajak. Tanah itu disebut
tanah Mutihan. Namun sayang pada tahun 1916-1917 semua perdikan dihapuskan
oleh Belanda dijadikan tanah Gubernemen.

B.

Pendidikan Zaman Kolonial Belanda
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua)

periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan
masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie).
8

Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan
sebagai berikut:
1.

Pendidikan Dasar
Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya.
Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan
berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan
kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja katakata. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada
kemampuan secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik
para murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan5dasar ini antara
lain Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool
(Sekolah Warga-negara, berdiri tahun 1630); Dll.

2.

Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun
1642. Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata
pelajaran utamanya adalah bahasa Latin. Setelah mengalami bukatutup,akhirnya sekolah ini secara permanent ditutuptahun 1670.

3.

Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)6
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertamakali oleh
Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta.Sekolah dibagimenjadi 4
kelas secara berjenjang. Kelas 1 belajarmembaca, menulis, bahasa Belanda,
Melayu dan Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya
ditambah bahasa Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunani dan Yahudi,
filsafat, Sejarah, Arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman
yang diasuh langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama
dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan Sekolah ini hanya

bertahan

selama 10 tahun.
4.

Academie der Marine (Akademi Pelayaran)
5

Muhammad Rifai. Sejarah Pendidikan Nasional. (Jog jakarta: Ar-ruzzmedia, 2011) h. 59-

6

http://dafiyowe.blogspot.com.sejarah-al-wasliyah.html 18 0ktober 2017

60

9

Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran
dengan lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi Matematika, Bahasa
Latin, Bahasa Ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), Navigasi, Menulis,
Menggambar, Agama, Keterampilan naik Kuda, Anggar, dan Dansa. Tetapi
akhirnya Akademi pelayaran ditutup tahun 1755.
5.

Sekolah Cina
173 didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena
peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. selanjutnya,
sekolah ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina
sekitar tahun 1753 dan 1787.

6.

Pendidikan IslamPendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan
melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan
mengakar sejak proses7 awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut
campur mengurusi atau mengaturnya.8

Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan
Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda
langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari
sebelumnya. Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai
dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain: Menjaga jarak atau tidak
memihak salah satu agama tertentu; Memperhatikan keselarasan dengan
lingkungan sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan
guna mendukung kepentingan kolonial; Sistem pendidikan diatur menurut
pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada di JawaPendidikan diukur dan
diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan
sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial. Jadi

7

http://khairuddinhsb.blogspot.com./pendidikan-di-zaman-belanda.html diakses 18 oktober

2017
8

http://peziarah.wordpress.com.pendidikan-di-zaman-penjajahan-belanda.diaksess18

0ktober 2017

10

secara tidak langsung, Belanda telah memanfaatkan kelas aristokrat pribumi untuk
melanggengkan status quo kekuasaan kolonial di Indonesia.
Perkembangan pendidikan di Indonesia mendapati tahapan barunya menjadi
lebih progresif ketika memasuki tahun 1900, yakni era Ratu Juliana berkuasa di
kerajaan Belanda. Van Deventer yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda menerapkan politik etis (Etische Politiek) pada tahun 1899 dengan motto
“de Eereschuld” (hutang kehormatan) dan slogan “Educatie, Irigatie, Emigratie”.
Prinsip-prinsip atau arah etis (etische koers) yang diterapkan di bidang pendidikan
pada masa ini adalah9
1.

Pendidikan

dan

bagiPribumi.Bahasa

pengetahuan
Belanda

Barat

diterapkan

diupayakan

menjadi

sebanyakmungkin
bahasa

pengantar

pendidikan;
2.

Pendidikan rendah bagi pribumi disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sistem pendidikan pada masa ini belum lepas dari pola stratifikasi sosial yang
telah ada, dan beroleh pengesahan legal sejak tahun 1848 dari penguasa
kolonial. Dalam stratifikasi resmi tersebut dinyatakan bahwa penduduk dibagi
kedalam(empat) golongan:
a. Golongan Eropa;
b. Golongan yang dipersamakan dengan Eropa;
c. Golongan Bumiputera; dan
d. Golongan yang dipersamakan dengan Bumiputera.
Tahun 1920, rumusan ini mengalami revisi menjadi sepertberikut ini:
a. Golongan Eropa;
b. Golongan Bumiputera; dan
c. Golongan Timur Asing. Perlu dicatat bahwa untuk golonganpribumi
(bumiputera), secara sosial terstratifikasi sebagaiberikut:
1) Golongan bangsawan (aristokrat) dan pemimpin adat;
2) Pemimpin agama (Ulama); dan
3) Rakyat biasa.

9

Muhammad Rifai. Sejarah Pendidikan Nasional.h. 63-64.

11

Telah disebutkan diatas bahwa pendidikan pada masa Belanda sangat
diskriminatif sebagaimana10 kemudian Belanda mengeluarkan peraturan untuk
memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak diizinkan yang
disebut dengan Ordonansi sekolah liar.
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan
Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut:
1.

Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantarBahasa Belanda
(ELS, HCS, HIS), sekolah denganpengantarbahasa daerah (IS, VS, VgS), dan
sekolah peralihan.

2.

Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO,HBS, AMS)
dan pendidikan kejuruan.

3.

C.

Pendidikan tinggi.11

Pendidikan Zaman Jepang
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6
tahun.Termasuk

SR

adalah

Sekolah

Pertama

yang

merupakan

konversinama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa
HindiaBelanda.
2. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
3. Pendidikan

Kejuruan.

Mencakup

sekolah

lanjutan

bersifat

vokasionalantara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan,
teknik, danpertanian.
4. Pendidikan Tinggi.Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang
mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di
bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas
10

Musyrifah Sunanto Sejarah Peradaban Islam Indonesia. h. 63

11 http://dafiyowe.blogspot.com sejarah-al-wasliyah.html.diakses 18 oktober 2017

12

Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the
Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi
PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini,
Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang
pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini
dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di
Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi).
Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang
mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat
bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat
Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan
dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi
yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki
keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi
pokok dalam latihan tersebut antara lain:
1.

Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu;

2.

Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;

3.

Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;

4.

Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta

5.

Olaharaga dan nyanyian Jepang
Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap

murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini:
1.

Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi;

2.

Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat KaisarJepang,
Tenno Heika setiap pagi;

3.

Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada
cita-cita Asia Raya;

4.

Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang;

5.

Melakukan latihan-latihan fisik dan militer;
13

6.

Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan.Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-

sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa
Eropa lainnya12. Termasuk yang harus ditutup13 adalah HCS, sehingga memaksa
peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah
koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses
resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa
China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan bukubuku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses
pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan
sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta
mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta
harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa
misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani,
sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini
menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan
dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa
kebijakan antara lain:
1.

Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belandayang
dipimpin kaum orientalis menjadi Shumubu yang dipimpin tokoh Islam
sendiri,yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentukSumuka;

2.

Pondok

pesantren

sering

mendapat

kunjungan

dan

bantuan

pemerintahJepang;
3.

Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkanlatihan dasar
seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinanK.H. Zainal Arifin;
12

Muhammad Rifai. Sejarah Pendidikan Nasional. (Jogjakarta: AR-RUZZMEDIA, 2011)

13

Muhammad Rifai. Sejarah Pendidikan Nasional. (Jogjakarta: AR-RUZZMEDIA, 2011)

h. 87

h. 87

14

4.

Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawahasuhan
K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;

5.

Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisanPembela
Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNIdi zaman
kemerdekaan; dan

6.

Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi,sekalipun
kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan
NU. Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum
muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan
keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan

D.

Pendidikan Islam pasca kemerdekan
Istilah pendidikan Islam dapat dipahami dari tiga sudut pandang. pertama,

pendidikan agama islam. kedua, pendidikan dalam Islam. ketiga, pendidikan
menurut Islam. dari kerangka akademi ketiga sudut pandang tersebut

harus

dibedakan dengan tegas karena ketiganya akan melahirkan disiplin ilmu sendirisendiri.
Agama Islam menunjukkan kepada proses operasional dalam usaha
pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Pendidikan ini kelak menjadi bahan kajian
dalam “ilmu pendidikan Islam teoritis”. Sedangkan pendidikan dalam

Islam

bersifat sosio-historis dan menjadi bahan kajian dalam “sejarah pendidikan
Islam”. selanjutnya pendidikan menurut Islam bersifat normative dan menjadi
bahan kajian dalam “filsafatpendidikan Islam”. Berkaitan dengan ketiga konsep
tersebut maka pendidikan Islam yang dimaksud dalam makalah ini adalah konsep
yang pertama.
Membahas pendidikan Islam tidak terlepas dari pengertian pendidikan Islam
secara umum, sehingga akan diperoleh batasan-batasan pengertian pendidikan
Islam secara jelas. Ahmad D. Marimba menyatakan pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam atau memiliki
15

kepribadian muslim. Selanjutnya Musthafa al-Ghulayani berpendapat bahwa
pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak
dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat,
sehingga akhlak mereka kembali14 menjadi salah satu kemampuan yang meresap
dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja bagi
kemamfaatan tanah air.

E.

Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam Di Indonesia
Pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia memiliki dasar yang cukup kuat,

diantaranya dasar yuridis/hukum, religius, social psychologist. Ketiga dasar ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.

Dasar Yuridis/HukumPelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia\
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun

tidak, dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan Islam di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Adapun dasar yuridis pelaksanaan
pendidikan tersebut adalah: Dasar ideal yakni falsafah Negara yaitu Pancasila;
dengan sila pertamanya; Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia memilliki kepercayaan dak ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan
pendidikan agama, karena tanpa pelaksanaan pendidikan tersebut, ketakwaan
kepada Tuhan sulit untuk terwujud.Di samping itu dasar pelaksanaan pendidikan
Islam di Indonesia, adalah UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, berbunyi: Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan
ditiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaanya.Berbagai peraturan perundangan lainnya
No.4/1950 jo. No.12/1954 dan peraturan pelaksanaanya oleh Menteri PP dan K
tentang pelaksanaan pendidikan agama di sekolah rakyat. Negeri, di samping
berbagai peraturan yang mengatur lembaga-lembaga pendidikan Islam oleh
Menteri Agama bersama Menteri PP dan K serta Menteti Dalam Negeri , No 6
14

Musrifah Sunanto. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010). h. 125

16

tahun 1976, No. 037/U/1975 dan No. 36 tahun 1957 yang melahirkan kurikulum
tahun 1976 untuk madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.Selanjutnya
dijelaskan pula dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun
1989, bab 1 pasal 11 ayat 7, bahwa pendidikan keagamaan merupakan pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama agama yang
bersangkutan.
2.

Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius disini adalah dasar-dasar yang

bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits tentang perintah pelaksanaan pendidikan
yang merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepada-Nya. Di
antaranya tertera dalam surat al-Nahl; 125.
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.dan
mereka orang-orang yang beruntung”.(Q.S Ali-Imran: 104).
“ tiap-tiap anak itu dalam keadaan suci (fitrah) maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (HR. Baihaqi)
Di antara ayat dan hadits di atas memberikan pengertian, bahwa dalam
ajaran Islam ada perintah untuk mendidik, baik dalam keluarga maupun pada
orang lain dan tanggung jawab pendidikan itu bukan saja terletak pada orang tua,
namun masyarakat dan pemerintah ikut berperan dalam proses pendidikan.
3.

Dasar social psychologis
Semua manusia di dalam hidupnya selalu membutuhkan adanya pegangan

hidup yang di sebut agama, yakni adanya perasaan yang mengakui adanya Dzat
yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan mohon pertolongan.Dalam hal
ini umat muslim membutuhkan pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan
fitrahnya ke jalan yang benar, sehingga mereka dapat mengabdi dan beribadah
secara benar menurut ajaran Islam.

17

F.

Pendidikan Islam Pada Zaman Kemerdekaan I (1945-1965)
Setalah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat

perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha
untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut
sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasioanal Pusat
(BPKNP) tanggal 27 desember 1945, yang menyebutkan bahwa: Madrasah dan
pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan
pencerdasan rakyat jelatayang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia
umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntutan
dan bantuan material dari pemerintah.
Sementara itu bila membicarakan organisasi Islam dan kegiatan pendidikan,
sudah tentu tidak bisa terlepas dari membicarakan bentuk, sistem dan cita-cita
bangsa Indonesia yang sekian lama. Dasar Negara yang telah disepakati bersama
saat mandirikan Negara adalah Pancasila, yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945 inilah yang disajikan pangkal tolak pengelolaan15 Negara dalam membangun
Bangsa Indonesia.
Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaanya dan tengah
menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah bebenah terutama
memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dan untuk itu
dibentuklah Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan
K).dengan terbentuknya kementrian Pendidikan pengajaran dan Kebudayaan
tersebut, maka diadakanlah berbagai usaha terutama sistem pendidikan dan
menyelesaikannya dengan keadaan yang baru.
Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPdan K) pertama
KiHajar Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum yang isinya memerintahkan
pada semua kepala-kepala sekolah dan guru-guru, yaitu: Mengibarkan Sang
Merah Putih tiap-tiap hari di halaman sekolah; Melagukan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya;Menghentikan pengibaran bendera jepang dan menghapuskan

15

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indoneia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, Edisi Baru. (Cet. III; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), h. 71

18

nyanyian Kimogoya lagu Kebangsaan Jepang; Menghapuskan pelajaran Bahasa
Jepang; serta segala ucapan yang berasal dari pemerintah Bala Tentara Jepang.
Memberi semangat Kebangsaan kepada semua murid-muridnya.Seirama
dengan perjalanan sejarah bangsa dan Negara Indonesia sejak proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga sekarang, maka
kebijakan Pendidikan di Indonesia termasuk didalamnya Pendidikan Islam
memang mengalami pasang surut, serta kurung waktu tertentu, yang ditandai
dengan peristiwa-peristiwa penting dan tonggak sejarah sebagai pengingat.
Oleh karena itu, perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia semenjak
Indonesia merdeka sampai tahun 1965 yang lebih dikenal dengan masa Orde
Lama (Orla), akan berbeda dengan tahun 1965 sampai sekarangyang lebih dikenal
Orde Baru sampai sekarang.Tindakan pertama diambil pemerintah Indonesia ialah
menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan dan aspirasi rakyat, sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 yang berbunyi:
1.

Tiap -tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.

2.

Pemerintah mengusahakan suatu sistem pengajaran nasional yangdiatur
dengan undang-undang.Pada periode Orde Lama (Orla) ini, berbagai
peristiwa dialami oleh bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan, yaitu:
a. Dari tahun 1945-1950 Landasan Idiil pendidikan ialah UUD 1945
danfalsafah Pancasila.
b. Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik
Indonesia

Serikat

(RIS)

dinegara

bagian

Timur

dianut

suatu

sistempendidikan yang diwarisi dari zaman pemerintah belanda.
c. Pada

tanggal

17

Agustus

1950,

dengan

terbentuknya

kembali

NegaraKesatuan RI, Landasan Idiil UUDS RI.
d. Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUF 1945 dan
meetapkan Manife Politik RI menjadi Haluan Negara. Dibidang
pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Panca Wardana.
e. Pada

tahun

melaksanakan

1965,

sesuai

Pancasila

peristiwa

dan

UUD

G.-30-S/PKI
1945

secara

kembali

lagi

murni

dan

19

konsekwen.Inilah bentuk perjalanan sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia padaawal kemerdekaan dan Orde Lama.16

G.

Keberadaan Pendidikan Islam
Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina

pendidikan agama.Pembinaan Pendidikan agama tersebut secara formal
institusional dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.Oleh karena itu dikeluarkanlah peraturan-peraturan
bersama antara kedua Departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum baik negeri meupun swasta.
Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolahsekolah umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946, dikelurkanlah Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara Mentari PP dan K dengan Menteri Agama,
yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum
(negeri dan swasta), yang berada di bawah Kementerian PP dan K.
Maka sejak itulah terjadi semacam dualisme pendidikan di Indoneseia, yaitu
Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum.Di satu pihak Departemen Agama
mengelola semua jenis pendidikan agama baik di sekolah-sekolah agama maupun
di sekolah -sekolah umum. Dan di lain pihak Departemen Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan mengelola pendidikan pada umumnya

dan mendapatkan

kepercayaan untuk melaksanakan sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya Pendidikan Agama ini diatur secara khusus dalam UU Nomor 4
Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20, yaitu:
1.

Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tuamurid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut.

2.

Cara penyelanggaraan pengajaran agama di sekolah- sekolah negeri diatur
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayan, bersama – sama denga Menteri Agama. Sementara itu pada
Peraruran Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama Nomor; 1432/kab.
16

Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rasulullah Sampai di Indonesia, h. 347.

20

Tanggal 20 januari 1951 (pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20 januari
(Agama), diatur tenyang Peraturan Pendidikan Agama di sekolah-sekolah,
yaitu;
a. Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan
kejurun) diberi pendidikan agama.
b. Pasal 2:Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas
4;banyaknya 2 jam dalam satu minggu.Di lingkungan yang istimewa,
Pendidikan Agama dapat dimulai pada kelas 1, dan jamnya dapat di
tambah menurut kebutuhan.
c. Pasal 3: Di sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkatan atas,
baik sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah kejuruan,
diberi pendidikan agama 2 jam dalam tiap-tiap minggu.
d. Pasal 4:Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masingmasing.Pendidikan

agama

baru

diberikan

pada

sesuatu

kelas

yangmempunyai murid sekurang-kurangnya 10 orang, yang menganut
suatu macam agama. Murid dalam suatu kelas yang memeluk
agama lain dari pada agama yangsedang diajarkan pada suatu waktu, boleh
meninggalkan kelasnya selamapelajaran itu.
Dalam bidang kurikulum pendidikan agama diusahakan penyempurnaanpenyempurnaan, dalam hal ini telah di bentuk suatu kepanitiaan yang dipimpin
oleh KH.Imam Zarkasyi dari pondok Gontor Ponogoro.Kurikulum tersebut
disahkan oleh menteri Agama pada tahun 1952.
Dalam ketatanegaraan RI dinyatakan bahwa Negara berdasarkan UUD
1945.Kedaulatan di tangan rakyat yaitu di tangan MPR.Sebelumnya di bentuknya
MPR menurut UUD 1945, di Indonesia pernah dibentuk MPRS (Sementara) pada
tahun 1959.
Begitulah keadaan Pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan
pemerintah pada zaman Orde Lama. Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir
semacam kasadaran baru bagi ummat Islam, di mana timbulnya minat yang
mendalam terhadap masalah-masalah pendidikan yang dimaksudkan untuk
memperkuat ummat Islam, sehingga sejumlah oganisasi Islam dapat dimantapkan.
21

Dalam hubungan ini Kementerian Agama telah mencanangkan rencana-rencana
program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan menunjukan jenis-jenis
pendidikan serta pengajaran Islam sebagai berikut:
1) Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang
menyediakan asrama, yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang
bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada pengajaran keagamaan serta
pelaksanaan ibadah.
2) Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran
tambahan bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20.
3) Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern,
yang bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran umum.
Tujuannya adalah menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata
pelajaran umum, dan 35%-40% untuk mata pelajaran agama.
4) Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam tahundi
mana perbandingan umum kira-kira 1:2 pendidikan lanjutan dapat diikutipada
MTsN murid-murid dapat mengikuti pendidikan keterampilan,misalnya
pendidikan Guru Agama untuk sekolah dasar Negeri, setelahnya dapat diikuti
latihan lanjutan dua tahun menyelesaikan Kursus Guru Agama untuk sekolah
menengah.
5) Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 6 tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun, yang
memberikan latihan keterampilan sederhana.
6) Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun
1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua Fakultas di
Yogyakartadan dua Fakultas di Jakarta.

H.

Berbagai

Kebijakan

Pemerintah

Republik

Indonesia

Dalam

BidangPendidikan Agama Islam.
pada tanggal 17-8-1945 Indonesia Merdeka. Tetapi musuh-musuh Indonesia
tidak diam, bahkan berusaha untuk menjajah kembali. Pada bulan Oktober 1945
para ulama di jawa memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap terhadap
22

Belanda/Sekutu. Hal ini berarti memberikan fatwa kepastian hukum terhadap
perjuangan umat Islam.Pahlawan perang berarti pahlawan jihad yang berkategori
sebagai syuhada perang. Isi fatwa tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Kemerdekaan Indonesia (17-8-1945) wajib dipertahankan.

2.

Pemerintah

RI

adalah

satu-satunya

yang

sah

yang

wajib

dibela

dandiselamatkan.
3.

Musuh-musuh RI (Belanda/sekutu), pasti akan menjajah kembalibangsa
Indonesia. Karena itu wajib mengangkat senjata menghadapimereka.17

4.

Kewajiban- kewajiban tersebut adalah fi sabilillah.
Pada bulan Desember 1946 dikeluarkan peraturan bersama dua Menteri

agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa
pendidikan agama diberikan mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyar = Sekolah
Dasar) sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan di Indonesia belum
dapat berjalan denga semestinya. Daerah- daerah di luar jawa masih banyak yang
memberikan agama mulai kelas 1 SR. pemerintah membentuk Majelis
Pertimbangan Pengajaran Agama Islam pada tahun 1947, yang di pimpin oleh Ki
Hajar Dewantara dari Departemen PP & k dan prof. Drs. Abdullah Sigit dari
Departemen Agama. Tugasnya ikut mengatur pelaksanaan dan menteri pengajaran
agama yang diberikan di sekolah umum.
Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh
Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia,
makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin prof.
Mahmud Yunus dari Departemen Agama Mr. Hadi dari Departemen P & K, hasil
dari panitia itu adalah SKB yang dikeluakan pada bulan Januari 1951. Isinya
ialah:
1.

Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat
(SekolahDasar )

2.

Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat (misalnya, diSumatera,
Kalimantan, dan lain-lain), maka pendidikan agamadiberikan mulai kelas I
17

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indoneia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, h. 80

23

SR dengan catatan bahwa pengetahuanumumnya tidak boleh berkurang
dibandingkan dengan sekolah lainyang pendidikan agamanya diberikan mulai
kelas IV.
3.

Di

sekolah

Lanjutan

Pertama

dan

Tingkat

Atas

(umum

dan

kejuruan)diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jamseminggu.
4.

Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam
satu kelas dan mendapat izin dari orang tua/walinya.

5.

Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materipendidikan
agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Pada tahun 1966 MPRS bersaing lagi.Suasana pada waktu itu ialah

membersihkan sisa-sisa mental G-30-S/PKI.Dalam keputusannya di bidang
pendidikan agama telah mengalami kemajuan yaitu dengan menghilangkan
kalimat terakhir dari keputusan yang terdahulu. Dengan demikian maka sejak
tahun 1966 pendidikan agama menjadi hak wajib mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi Umum Negeri de seluruh Indonesia.
Kehidupan sosial, agama dan politik di Indonesia sejak tahun 1966
mengalami perubahan yang sangat besar. Periode ini disebut Zaman Orde Baru
dan Zaman munculnya angkatan baru yang disebut Angkatan 66.Pemerintah Orde
Baru bertekad sepenuhnya untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945
dan melaksanakannya secara murni.
Berdasarkan tekad dan semangat tersebut di atas maka kehidupan beragama
dan pendidikan agama khususnya memperoleh tempat yang kokoh dalam sruktur
organisasi pemerintah dan dalam masyarakat pada umumnya. Dalam sidangsidang MPR yang menyusun GBHN pada tahun 1973-1978 dan 1983 selalu
ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran.18 Organisasi Islam
dan pendidikan Islam di Indonesia.
Lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena
didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotism dan rasa nasionalisme serta
sebagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada dikalangan
18

Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan

Rasulullah Sampai Indonesia. h. 350.

24

masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-19 yang kemunduran total sebagai
akibat eksploitasi politik pemerintahan kolonial belanda. Langkah pertama
diwujudkannya dalam kesadaran berorganisasi.
Para pemimpin gerakan nasional dengan kesadaran penuh ingin mengubah
keterbelakangan

rakyat

Indonesia.Mereka

insaf

bahwa

penyelenggaraan

pendidikan yang berfisat nasional harus segera dimasukkan ke dalam agenda
perjuangannya. Maka lahirlah sekoalah-sekolah itu semulah memiliki dua corak,
Yaitu:
a.

Sesuai dengan politik, seperti:
1) Taman siswa, yang mula-mula didirikan di yogjakarta.
2) Sekolah serikat rakyat di seamarang, yang berhaluan komunis.
3) Ksatria institut, yang didirikan oleh douwes dekker (Dr.Setiabudi) di
bandung.
4) Perguruan rakyat, di Jakarta dan bandung.

b.

Sesuai dengan tuntutan/ ajaran agama (islam), yaitu:
1) Sekolah-sekolah serikat islam
2) Sekolah-sekolah mahammadiyah,
3) Sumatera Tawalib di padang panjang.
4) Sekolah-sekolah NU.
5) Sekolah-sekolah persatuan umat Islam (PUI).
6) Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah
7) Sekolah-sekolah Al-Irsyad
8) Sekolah-sekolah normal Islam.
Organisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak melakukan

aktivitas kepndidikan Islam.
a.

Al-Jami’at Al- Khairiyah. Organisasi yang lebih dikenal dengan nama jami’at
lahir ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Anggota organisasi ini
mayoritas orang-orang arab, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk setiap
muslim menjadi anggota tampa diskriminasi asal usul.

b.

Dua bidang kegiatan yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini ialah:
1) Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar.
25

2) mengiriman anak-anak muda ke turki untuk melanjutkan studi. Bidang
kedua ini sering terhambat karena kekurangan biaya dan juga karena
kemunduran khilafat, dengan pengertian tidak seorangpun dari mereka
yang dikirim ke timur tengah memainkan peran yang penting setelah
mereka kembali ke Indonesia.
c.

Al-Islah Wal Irsyad. Syekh Ahmad Surkati, yang sampai dijakarta dalam
bulan februari 1912, seorang alim yang terkenal dalam agama Islam,
beberapa lama kemudian meninggalkan Jami’at Kahir dan mendirirkan
gerakan agama sendiri bernama Al-Islah Wal Irsyad, dengan haluan
mengadahkan pembaruan dalam islam (Reformisme).

Pada tahun 1914 berdirilah perkumpulan Al-Islah Wal Irsyad, kemudian
terkenal dengan sebutan Al Irsyad, yang terdiri dari golongan-golongan Awali.
Tahun 1915 berdirilah sekolah Al-Irsyad yang pertama di Jakarta, yang kemudian
disusul oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu.
Pendiri-pendiri Al-Irsyad kebanyakannya adalah pedagang, tetapi guru
sebagai tempat meminta fatwa ialah Syekh Ahmad Sukarti yang sebagian besar
diumurnya dicurahkannya bagi penelaahan pengetahuan.

I.

PendidikanIslam Pada Masa kemerdekaan II (1965-Sekarang)
Orde baru bukanlah merupakan golongan tertentu, sebab orde baru bukan

berupa pengelompokkan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30 september 1965)
ke orde baru berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau Tentara
dan gerakan –gerakan pemudah, disebut angkat 1966. Para pemuda itu bergabung
dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi
Pemuda dan Pelajar Indonesia). Dalam KAMI yang memegang peran penting
khususnya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang amat kuat serta
mempunyai hubungan yang tidak resmi dengan masyumi dan organisasi islam
lainnnya.

26

1.

Makna Orde Baru
Sejak ditumpasnya peritiwa G. 30 S/PKI pada tanggak 1 Oktoger 1965.

Bangsa Indonesia telah memasuki pase baru yang diberi nama orde baru. orde
baru adalah :
a) Sikap

mental

yang

positif

untuk

menghentikan

dan

mengorkesi

segalapenyelewengan terhadap pancasila dan UUD 1945.
b) Memperjuangkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik
material maupun spiritual melalui pembangungan.
c)

Sikap

mental

mengabdi

kepada

kepentingan

rakyat

dan

melaksanakanpancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dengan demikian, orde baru bukanlah merupakan dolongan tertentu, sebab
orde baru bukan berupa pengelompokan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30
September 1965) menjadi orde baru berlangsung melalui kerja sama erat antara
pihak ABRI atau Tentara dan Gerakan-Gerakan Pemuda, yang disebut Angkatan
1966.
2.

Kebijaksanaan Pendidikan Secara Umum
Pada ketetapan MPRS No.XXVII/MPRS/1966, Bab II pasal 3 disebutkan

tentang tujuan pendidikan nasionnal Indonesia yang dimaksudkan untuk
membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti
yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian kemampuan di dalamdan diluar sekolah berlangsung seumur hidup.
Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Menurut UU No. 2 tahun 1989 tersebut, pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha
esa dan budi pekerti luhur, memilki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
27

Dengan berlakunya UU serta peraturan-peratuaran pelaksanaannya, maka
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari tingkat persekolahan samapi
dengan pendidikan tinggi harus mengacuh dan berpedoman kepadanya.
Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai
usaha sadar untuk

memungkinkan19

bangsa

Indonesia mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan mengemmbangkan dirinya secara terus menerus dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
3.

Keberadaan Pendidikan Agama Islam
Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik

itu menyangkut kehidupan sosial, agama maupun politik, hal ini didukung dengan
adanya keputusan sidang MPRS yang dalam keputusannya dalam bidang
pendidikan agama mengatakan, Pendidikan Agama menjadi hak yang wajib mulai
dari sekolah dasar sampai pergutruan tinggi. Dengan adanya keputusan tersebut
keberadaan Pendidikan Agama semakin mendapatkan tempat dan akses yang luas
untuk dijangkau setiap masyarakat.
4.

Tujuan Pendidikan