Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur D

Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi
“Preman Pensiun”
Cipto Wardoyo
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
([email protected])

ABSTRAK
Kesantunan berbahasa sebagai sesuatu yang sangat penting dalam berkomunikasi,ini menandakan bahwa
komunikasi yang efektif harus menaati prinsip-prinsip kesantunan. Meskipun teori kesantunan bersifat
universal, setiap budaya dan konteks masyarakat tutur memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan
kesantunan di dalam aktifitas verbal dalam kehidupannya. Serial komedi ―Preman Pensiun‖
menyuguhkan realitas kehidupan masyarakat tutur kota Bandung dengan menampilkan keseharian
masyarakat dengan cara yang jenaka. Serial komedi ini mampu menampilkan sisi kehidupan preman
yang humanis dan lucu, tidak hanya sebagai tontonan yang menghibur tetapi juga mampu memberikan
pesan-pesan moral yang dikemas secara menarik. Penelitian ini mencoba untuk membahas strategi
kesantunan dalam tindak tutur direktif oleh tokoh utama dalam serial ―Preman Pensiun‖. Selanjutnya,
makalah ini juga mencoba untuk mengetahui bagaimana konteks dan status sosial mempengaruhi
pemilihan strategi tuturan. Penulis menganalisis strategi tindak tutur direktif dalam ―Preman Pensiun‖
dengan menggunakan teori tindak tutur Searle dan teori kesantunan Leech, Lakoff serta Brown dan
Levinson. Data penelitian ini diambil dari tidak tutur direktif dalam percakapan serial komedi ―Preman
Pensiuan‖ dengan menggunakan metode simak catat. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif

untuk menganalisis setiap strategi kesantunan dalam tindak tutur tokoh dikaitkan dengan gender, status
sosial, dan konteks tuturan.
Kata kunci: kesantunan, tindak tutur direktif, serial komedi.
1.Pendahuluan
Setiap budaya memiliki sistem aturan atau norma agar ketika berkomunikasi dengan orang lain
dapat berjalan dengan harmonis, lancar dan efektif. Setiap suku bangsa memiliki ragam kesantunan
berbahasa yang telah disepakati dan diakui secara turun temurun di dalam masyarakat pengguna bahasa,
sehingga telah menjadi budaya dan karakter suatu komunitas, suku ataupun bangsa. Masyarakat Jawa dan
Sunda memiliki ragam bahasa ketika mereka berkomunikasi yang sering disebut undak usuk bahasa atau
atau level tutur. Dalam bahasa Sunda dan Jawa ada level tutur yang biasanya disebut bahasa halus ketika
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau dihormati dan bahasa kasar yakni bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan teman dekat ataupun orang yang lebih muda.
Kesantunan berbahasa memiliki peran yang penting dalam efektifitas komunikasi dan dalam rangka
menjaga keharmonisan hubungan sosial, hal ini dapat terjadi ketika seseorang tidak mengindahkan
kesantunan berbahasa maka mitra tutur akan tersinggung dan merasa tidak dihormati. Ketika seseorang
ingin menyampaikan pesan, supaya pesan tersebut bisa diterima dengan baik dan efektif maka ia harus
memperhatikan konteks, misalnya kepada siapa dia berbicara, situasinya formal atau informal, dan
pilihan kata apa yang cocok ia gunakan dalam situasi tersebut.
Budaya masyarakat timur selalu menjunjung tinggi etika dan kesantunan dalam berkomunikasi. Orang
akan selalu memakai struktur kalimat yang lebih sopan jika ia bercakap-cakap dengan orang yang baru ia

kenal, pada orang tua atau pada atasan. Hal ini akan berbeda ketika ia berinteraksi dengan teman akrab
atau keluarga.
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang bertujuan agar mitra tutur melakukan tindakan yang seperti
diungkapkan oleh penutur. Tindak tutur ini tentu memerlukan strategi kesantunan yang baik agar mitra
tutur merasa nyaman, tidak terkesan dipaksa atau merasa direndahkan kehormatannya. Bentuk tuturan
dari tindak tutur direktif mestinya harus sesuai dengan kaidah dan kedudukan sosial mitra tutur sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat memicu konflik.

Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

Berdasar realitas di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti realisasi kesantunan tindak tutur direktif
dalam serial komedi ―Preman Pensiun‖ yang merupakan serial komedi yang digemari oleh masyarakat
karena unsur humor dan nilai moralnya dikemas secara apik dan menarik.
2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut
Cresswel (1994: 2) penelitian kualitatif adalah proses memahami permasalahan sosial atau yang
berkaitan dengan manusia secara menyeluruh, kompleks dan holistik. Lebih jauh Marvasti (2004: 7)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif mendeskripsikan dan menganalisa kualitas pengalaman manusia.
Makalah ini mengambil tiga episode serial komedi Preman Pensiun yang diunduh dari youtube, yakni seri
ke- 31,32, dan 33. Penulis menonton hasil uduhan serial komedi dari youtube beberapakali untuk
mendapat gambaran data tuturan direktif. Data-data tuturan direktif dari tokoh kemudian ditranskripsi dan
diklasifikasi berdasarkan teori tindak tutur Searle yang direformulasikan oleh Yule dan Leech. Data yang
berupa ujaran dari tokoh dalam serial komedi kemudian deskripsikan dan dianalisis secara kualtitatif
dengan melihat konteks mitra tutur dan jenis tuturan. Lalu data tuturan direktif diinterpreatsi dengan teori
kesantunan Leech, Brown dan Levinson, serta Lakoff.
3.1 Kesantunan Berbahasa
Banyak pakar yang telah mengkaji teori kesantunan berbahasa, diantaranya adalah Lakoff (1973), Brown
dan Levinson (1992), Leech (1990), Yule (1996) dan Chaer (2010). Lakof (1973) di dalam Chaer (2010)
mengatakan bahwa tuturan itu akan dianggap santun apabila memenuhi tiga kaidah yakni formalitas
(formality), ketidaktegasan (hesitancy), dan persamaan (equality). Dari teori Lakof dapat disimpulkan
bahwa tuturan akan dianggap santun apabila tuturan itu tidak bersifat memaksa atau terkesan tidak
angkuh, memberikan beberapa pilihan atau alternatif kepada mitra tutur, dan orang yang diajak bicara
merasa nyaman karena merasa tidak direndahkan posisinya.
Kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson (1992) berkaitan dengan konsep muka (face). Setiap
orang punya face atau muka yang dapat diartikan dengan kehormatan, harga diri atau imej. Muka atau
face harus dijaga agar tak seorang pun merendahkan atau meremehkan kehormatan dan harga diri kita.
Brown dan Lavinson (1978) membagi face menjadi dua, yakni negative face (muka negatif) dan positive

face ( muka positif). Negative face (muka negatif) yakni setiap orang pada dasarnya berkeinginan untuk
melakukan tindakan sesuai dengan kemauannya, tanpa diperintah atau diminta melakukan sesuatu untuk
orang lain. Face yang kedua menurut Brown dan Levinson adalah positive face (muka positif) yakni citra
diri setiap orang yang mempunyai keinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimiliki dan
diyakininya diakui orang lain sebagai suatu yang baik, menyenangkan dan patut dihargai.
Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jarak sosial dan faktor kedekatan
antara seseorang dengan orang lain, selain itu faktor –faktor lain seperti budaya, umur dan status sosial
juga mempengaruhi kesantunan seseorang dalam berbahasa (Yule, 1996).
Leech (1990) menyatakan ada enam prinsip kesantunan yang disebut dengan maksim agar peserta tutur
dianggap santun dalam berinteraksi melalui percakapan dengan mitra tutur. Maksim Kebijaksanaan (Tact
Maxim) yakni pembicara ketika bertutur hendaknya memegang prinsip untuk selalu membuat kerugian
orang lain sekecil mungkin dan memaksimalkan keuntungan pihak lain. Maksim Kedermawaan
(Generosity Maxim) dengan maksim kedermawaan atau maksim kemurahan hati, pembicara diharapkan
dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan membuat keuntungan diri sekecil mungkin.
Maksim Penghargaan (Approbation Maxim) dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan
dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak
lain. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim) peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati
dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim)di
dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan
di dalam kegiatan bertutur. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim) dalam maksim kesimpatian,

diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan
pihak lainnya.
3.2 Skala Kesantunan
Ada tiga macam skala pengukur tingkat kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan
sebagai dasar acuan dalam penilitian kesantunan berbahasa. Ketiga macam skala itu antara lain :
Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

Skala Kesantunan Leech
Di dalam model kesantunan Leech (1990), setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk
menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Berikut skala kesantunan yang disampaikan Leech itu
selengkapnya, antara lain :
1) Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan
keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan.
2) Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang
disampaikan si penutur kepada mitra tutur di dalam kegiatan bertutur.
3) Indirectness scale atau skala ketidaklansungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak
lansungnya maksud sebuah tuturan.

4) Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antar penutur dan
mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dan mitra
tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak
peringkat status social di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan
yang digunakan dalam bertutur itu.
5) Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara
penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan.
Skala Kesantunan Brown dan Levinson
Di dalam model kesantunan Brown dan Levinson (1992) terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya
peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala itu, antara lain:
1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur banyak ditentukan oleh parameter
perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiolkultural.
2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur atau seringkali disebut dengan peringkat
kekuasaan didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra tutur.
3) Skala peringkat tindak tutur atau sering pula disebut dengan rank rating didasarkan atas kedudukan
relative tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya.
Skala Kesantunan Lakoff
Lakoff (1973) di dalam Chaer (2010) menyatakan bahwa ada tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya
kesantunan di dalam aktifitas bertutur, antara lain :
1) Skala formalitas, dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa enak dan nyaman dalam

kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh terkesan angkuh.
2) Skala ketidaktegasan atau seringkali disebut skala pilihan menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra
tutur dapat saling merasa nyaman dan kerasan dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus
diberikan oleh kedua belah pihak.
3) Skala kesekawanan atau kesamaan menunjukkan bahwa agar dapat bersifat santun, orang haruslah
bersikap ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu dengan pihak lain. Agar
tecapai maksud demikian penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabat.
3.3 Tindak Tutur
Teori tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh Austin (1962) seorang guru besar di Universitas
Harvard. Teori tindak tutur ini menjadi kajian yang dikenal di studi linguistik setelah dikembangkan oleh
Searle (1975). Menurut Austin (1962) apabila seseorang berbicara atau mengucapkan suatu ujaran ia
tidak hanya mengatakan suatu ujaran secara verbal yang sesuai dengan struktur tata bahasa yang
diucapkannya akan tetapi pada saat yang sama ia telah melakukan suatu tindakan dengan kata-katanya.
Searle (1975) lebih jauh membagi tindak tutur menjadi lima kategori yakni: representative, direktif,
ekspresif, komisif dan deklaratif.
Yule (1996) mengatakan bahwa tindak tutur direktif digunakan oleh penutur untuk menyuruh orang lain
melakukan sesuatu, tuturan ini adalah refleksi dari keinginan penuturnya, contohnya memerintah,
memesan, memohon, dan menyarankan. Lebih jauh Leech (1990) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif
meliputi meminta, memerintah, menyuruh, bertanya, memohon, memesan, menyarankan,
merekomendasikan, menganjurkan, dan mengundang.

Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

4.Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif
Dari temuan data yang dikumpulkan dalam serial komedi ―Preman Pensiun‖ episode 31,32 dan 33 ,
tindak tutur direktif dapat dikelompokkan menjadi beberapa fungsi yakni mengajak, memerintah,meminta
dan menyarankan.
4.1 Mengajak
Dalam tindak tutur mengajak, seorang pembicara mengajak mitra tutur untuk melakukan kegiatan
bersamanya. Ada beberapa tindak tutur mengajak yang ditemukan dalam serial komedi Preman Pensiun.
Muslihat
: Komar!
Komar
: Iya, kang…
Muslihat
:Ikut!
Komar
: Ikut ke mana kang?

Muslihat
: Berenang
(Preman Pensiun episode 31, detik : 2:35 - 2:42)
Data di atas adalah percakapan antara Muslihat sebagai bos dan Komar sebagai anak buahnya. Muslihat
menyapa Komar dengan nama panggilannya karena ia memiliki status sosial yang lebih tinggi, lalu ia
mengajak Komar untuk ikut berenang dengannya dengan mengatakan ―ikut‖. Tuturan ini menguntungkan
mitra tutur karena diajak untuk berenang hal ini sesuai dengan kaidah prinsip kesantunan Leech bahwa
mitra tutur hendaknya selalu diuntungkan.
Muslihat : Kamu ikut saya, kita ketemu di depan Toserba Komplit
Komar : Kita mau ke mana?
Muslihat : Makan sate kambing muda
Komar : Asyiik, berangkat (Preman Pensiun episode 33, detik: 13:29 - 13:42)
Pada data di atas Muslihat sebagai bos mengajak Komar untuk makan sate kambing muda. Tuturan ini
mematuhi prinsip kesantunan Leech karena memberikan keuntungan kepada lawan bicara.
4.2 Memerintah
Tindak tutur memerintah terlihat dalah beberapa percakapan antara Muslihat sebagai bos dan Komar
sebagai anak buah, di bawah ini adalah data percakapan antara Muslihat dan Komar.
Muslihat : Turun!
Komar : Khan belum sampe.
Muslihat : Sudah! (Preman Pensiun episode 31, detik 03:47 - 03:51)

Muslihat : Pesen kopi!
Komar : Satu atau dua?
Muslihat : Saya mah satu juga cukup (Preman Pensiun episode 31, detik :04:31 - 04:42)
Muslihat : Bayar kopinya!
Komar : Iya, kang. (Preman Pensiun episode 31 , detik 09:04 - 9:07)
Tuturan di atas Muslihat menggunakan kalimat imperative langsung, karena posisinya sebagai bos maka
tuturan terkesan memaksa namun hal ini tidak membuat Komar tersinggung, tuturan direktif memerintah
ini dapat diterima karena status sosial Muslihat lebih tinggi dibanding mitra tuturnya. Di dalam tuturan di
atas Muslihat tidak mematuhi prinsip kesantunan Leech karena ia menyuruh anak buahnya untuk
melakukan sesuatu yang merugikan mitra tutur. Kalimat perintah Muslihat ini juga terkesan memaksa ini
bertentangan dengan skala kesantunan Lakoff dengan menghindari tuturan yang bernada memaksa dan
terkesan angkuh.
Kinanti
: Kinanti pergi dulu yah
Kang Bahar
: Eh salim dulu sama Mang Barjan
(Preman Pensiun episode 31detik: 27:21 - 27:25)
Tuturan di atas Kang Bahar sebagai ayah Kinanti menyuruh anaknya untuk menyalami sahabatnya yang
bernama Mang Barja yang pada saat itu sedang bertamu di rumahnya. Tuturan kalimat perintah secara
langsung pada tuturan Kang Bahar menandakan bahwa posisi dan statusnya lebih tinggi dibanding mitra

tuturnya.
Kang Bahar :Kalau kamu tahu siapa yang bikin terror ke warga yang tidak mau jual tanah dan
rumahnya gak usah kamu sebut namanya bereskan ku silaing
Muslihat: Iya,kang (Preman Pensiun episode 33, detik:12;54-12:60)
Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

Pada tuturan di atas Kang Bahar memerintahkan Muslihat sebagai tangan kanannya untuk menyelesaikan
permasalahan internal yang melibatkan orang-orangnya yang telah meneror para warga yang tidak mau
menjual tanah dan rumah mereka. Kang Bahar memberikan perintah secara eksplisit kepada Muslihat
karena status sosialnya lebih tinggi dibanding mitra tuturnya.
4.3 Meminta
Tindak tutur meminta adalah salah satu strategi tidak langsung penutur yang meminta mitra tuturnya
melakukan sesuatu.
Kang Bahar : Bisa ke sini?
Muslihat
:Iya, bisa kang (Preman Pensiun episode 32, detik : 20:39 - 20.42)
Data di atas menggambarkan Kang Bahar menelpon Muslihat dan meminta untuk menemuinya di rumah,
tuturan ini menggunakan strategi ketidaktegasan yakni dengan menggunakan kalimat tanya ―Bisa ke
sini?” hal ini sejalan dengan skala kesantunan Lakoff dan Leech yang menggunakan tuturan
tidaklangsung dalam kalimat direktif.
Pelayan : Gak ada uang pas, A? gak ada kembaliannya
Adit
: Ambil aja (Preman Pensiun episode 31, detik 06:41- 06.44)
Pada kalimat di atas pelayan meminta Adit untuk membayar dengan uang pas dengan menggunakan
kalimat tanya ―Gak ada uang pas, A?‖ strategi kesantunan ini menggambarkan ketidaklangsungan tuturan
pelayan, ini menandakan pelayan merealisasikan skala kesantunan ketidaktegasan karena ingin Adit
sebagai pembeli nyaman dan merasa tidak dipaksa.
Saep :Anak kang buah kang Mus ngerampok?
Ubed :Iya, ngerampok hasil saya nyopet.
Saep :Gimana nih, bos?
Junaedi : Apanya yang gimana?
Saep :Sebagai bos khan harus memberikan perlindungan kepada anak buah, supaya kami
para copet dapat beroperasi dengan tentram, aman dan nyaman
(Preman Pensiun episode 32, detik 18:57 – 19:13)
Tuturan di atas adalah percakapan antara dua anak buah copet yakni Saep dan Ubed dengan bosnya
Junaedi, Saep meminta bos Junaedi untuk memberikan solusi pada permasalahan mereka yang selalu
diganggu oleh anak buah Muslihat dengan menggunakan kalimat tak langsung menggunakan kaimat
tanya ―gimana nih, bos?‖ Perbedaan status sosial antara bos dan anak buah membuat Saep menggunakan
strategi direktif tak langsung untuk menjaga imej dan status sosialnya sebagai bosnya.
Pembeli : yang ini manis…coba yang lain, siapa tahu yang manis cuma ini aja
Penjual : Nih biar gak penasaran (Preman Pensiun episode 31, detik 14;35-14:47)
Tuturan di atas adalah antara penjual jeruk dan pembeli, pembeli pada dialog di atas meminta secara tak
langsung untuk mencicipi jeruk yang lain dengan mengatakan ―yang ini manis…coba yang lain, siapa
tahu yang manis cuma ini aja‖ yang secara pragmatik tuturan ini adalah permintaan mencicipi jeruk yang
lain.
Amin
:Silakan duduk, sebentar saya panggil bapak
Mang Barjan
: Nuhun. (Preman Pensiun episode 31, detik 24;33-24:35)
Imas
: Pak, sarapannya sudah disiapin
Kang Bahar
: Ya (Preman Pensiun episode 33, detik 2:13-2.15)
Dua dialog di atas adalah bentuk tuturan untuk meminta, Amin membuat tuturan dengan mempersilahkan
tamu untuk duduk, sedang Imas membuat tuturan untuk majikannya untuk makan dengan cara tak
langsung dengan mengatakan ―Pak, sarapannya sudah disiapin”. Dua tuturan direktif meminta di atas
sejalan dengan prinsip kesantunan Leech yakni memaksimalkan keuntungan kepada mitra tutur.
Muslihat : Akang mau pergi dulu
Esih
: Mau survey ke perumahan tea?
Muslihat : Dipanggil kang Bahar
Esih
: Terus survei ke perumahannya kapan?
Muslihat : Dari rumah kang Bahar kalau gak ada urusan lain
(Preman Pensiun episode 32, detik 21:27 - 21:43)
Pada dialaog di atas istri Muslihat yang bernama Esih meminta suaminya untuk survey untuk mencari
rumah baru. Esih menggunakan kalimat tanya sebagai bentuk tindak tutur direktif tidak langsung untuk
Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

meminta suaminya melakukan survei rumah dengan mengatakan ―Terus survey ke perumahannya
kapan?” Tuturan Esih ini sesuai dengan skala kesantunan Leech dan Lakoff yakni ketidaktegasan dan
menghindari pemaksaan kehendak pada mitra tutur.
Esih
: Mak, Emak jangan bikin malu Esih terus atuh mak
Emak
: Kamu dendam ya sama Emak? (Preman Pensiun episode 33, detik 7;14 - 7:30)
Kalimat di atas Esih meminta ibunya untuk tidak membuat masalah yang membuat dirinya malu dengan
mengatakan ―Mak, Emak jangan bikin malu Esih terus atuh mak‖ tuturan ini adalah tuturan antara ibu
dan anak yang memiliki kedekatan yang cukup akrab, sehingga anaknya berani meminta secara eksplisit
kepada ibunya agar menjaga prilakunya.
Kang Bahar
: Saya dalam perjalanan dari balai kota, saya tunggu kamu di rumah
Muslihat
: Iya, kang (Preman Pensiun episode 33, detik 11;14-11.21)
Pada tuturan di atas Kang Bahar meminta Muslihat untuk datang ke rumahnya, tuturan Kang Bahar
menggunakan strategi direktif tidak langsung dengan mengatakan saya tunggu kamu di rumah. Tuturan
ini sesuai prinsip kesantunan Leech untuk memaksimalkan keuntungan mitra tutur, dengan mengatakan
bahwa si penutur yang menunggu mitra tuturnya.
Iwan :Yang pegang jalanan sekarang siapa?
Komar : Gak tahu
Iwan : Akang gak mau githu ngusulin saya ke kang Mus buat gantiin kang Jamal?
(Preman Pensiun episode 33, Detik 03:16-03:20)
Tuturan di atas adalah percakapan antara Iwan sebagai anak buah Komar yang meminta bosnya untuk
mengusulkan dirinya untuk menggantikan posisi Jamal. Permintaan Iwan ini menggunakan strategi
permintaan tak langsung karena ingin menghormati dan menjaga imej bosnya.
4.4. Saran
Ditemukan beberapa data tindak tutur yang berfungsi sebagai saran, yakni penutur memberikan saran
atau anjuran ke pada mitra tutur untuk malakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Adit
: Aku belum tahu papi Kinanti gimana.tapi yang jelas papa aku sudah gak setuju
Uyan : menyerah saja, lupain kinanti.
Adit
: Aku berharap tadinya kamu dukung aku
(Preman Pensiun episode 31, detik 06:06 - 06:26)
Pada dialog di atas, Uyan sebagai teman Adit memberikan saran agar Adit melupakan Kinanti, tuturan
Uyan yang memberikan saran secara langsung atau serta tanpa basa basi menandakan bahwa ia memiliki
status sosial yang sama dan mereka sudah akrab sehingga prinsip kesantunan tidak diterapkan dalam
percakapan mereka.
Kang Bahar
: Tadi Kinanti protes, kita ikut campur urusan dia sama Adit
Muslihat
: Iya, kemarin dia juga negor saya
Kang Bahar
: Menurut kamu gimana?
Muslihat
: Kinanti sudah dewasa biar aja dia menyelesaikan masalahnya sendiri, kecuali
dia minta bantuan sama Akang. (Preman Pensiun episode 32. Detik :26:05-16)
Tuturan di atas Muslihat memberikan saran atau masukan kepada Kang Bahar agar membiarkan Kinanti
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan mengatakan ―biar aja dia menyelesaikan masalahnya sendiri”
, saran ini disampaikan dengan strategi pemaparan sehingga tidak terkesan menggurui atau mendikte.
Kang Bahar : Siapa ini namanya gak keluar?
Muslihat
: Coba aja dijawab dulu Kang. Siapa tahu sebenarnya Akang kenal, tapi belum
akang simpan. Atau ada yang perlu sama Akang
(Preman Pensiun episode 32, detik 26:39-26:49)
Pada dialog di atas, Kang Bahar mendapat panggilan telepon dari nomer yang tidak dikenalnya. Muslihat
menyarankan pada Kang Bahar untuk menjawab panggilan telepon tersebut dengan mengatakan ― coba
aja dijawab dulu Kang‖. Saran Muslihat ini didukung oleh penjelasan sehingga meyakinkan Kang Bahar
untuk menjawab panggilan telepon itu.
5. Simpulan
Tindak tutur direktif dalam serial komedi ―Preman Pensiun‖ sangat bervariasi sesuai dengan konteks dan
status sosial penuturnya. Secara umum ada beberapa fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan dalam
serial komedi ini yakni mengajak, memerintah,meminta dan menyarankan.
Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015

DAFTAR PUSTAKA
Austin, John L.1962. How to Do Things with Words. Great Britain: Oxford University Press.
Brown, Penelope and Stephen C Levinson. 1992. Politeness Some Universals In Language Use. Great
Britain: Cambridge University Press.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cresswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage
Cutting, Joan. 2003. Pragmatic and Discourse. New York: Routledge
Leech, Geofrey. 1990. Principles of Pragmatics. New York: Longman Group limited
Marvasti, Amir. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction. Great Britain: The Cromwell
Press Ltd
Searle. 1969. Speech Acts: an Essay in the philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University
Press.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Hongkong: Oxford University Press.
Zamzani, dkk. Pengembangan alat ukur kesantunan bahasa indonesia Dalam interaksi sosial bersemuka
dan nonbersemuka. FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Wardoyo, Cipto. 2015. Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif di Serial Komedi ―Preman Pensiun‖. Makalah prosiding
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi ―Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Budaya di Indonesia‖ Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 9—10 November
2015