31 PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI
PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG
MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
KONSELING PRE OPERASI
Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.**
*) Dosen Akper Pamenang Pare
**) Perawat Magang RSUD Kabupaten Kediri – Kediri
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada individu. Tindakan operasi itu sendiri apabila tidak dipersiapkan dengan baik akan memiliki resiko pembedahan seperti terjadinya infeksi, perdarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perilaku pasien post operasi yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain static group comparisson. Populasi yang diteliti adalah pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri pada bulan Oktober- Desember 2012 sebanyak 28 orang dengan teknik sampling Convinience sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 -21 Mei dengan jenis penelitian pra Eksperimental dengan metode deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan lembar observasi dengan melakukan pengamatan dan kepada pasien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien yang diberikan Konseling pre operasi akan berperilaku lebih baik daripada yang tidak diberikan konseling. Berdasarkan hasil penelitian maka perlu peningkatan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam bentuk konseling agar bermanfaat bagi penyembuhan pasien.
Kata kunci:Konseling, Pre operasi, Perilaku, Post operasi
LATAR BELAKANG operasi, sedangkan 1 pasien (33,4 %) tahu mengenai
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu prosedur post operasi.tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi Perilaku post operasi pasien merupakan bagian dari masalah kesehatan yang terjadi pada individu. fase operasi yang harus dilakukan pasien, perilaku ini Tindakan operasi itu sendiri apabila tidak meliputi; pasien mampu melakukan batuk dan napas dipersiapkan dengan baik akan memiliki resiko dalam secara efektif, pasien mampu melakukan pembedahan seperti terjadinya infeksi, perdarahan ambulasi dan melaksanakan aktivitas sehari-hari secara hebat yang dapat menyebabkan kematian. lebih awal, pasien menyatakan rasa sehat secara
Adapun beberapa resiko pembedahan atau psikologis,yang lebih besar, dan pasien menunjukan operasi adalah syok. Syok merupakan komplikasi kecemasan tentang nyeri yang lebih rendah. (Perry & yang sangat serius. Syok dapat digambarkan sebagai Potter, 2002, dalam Brunner dan sudadart.: Buku Ajar tidak memadainya oksigenisasi seluler yang Kepeawatan Medikal Bedah , Jakarta: EGC. Untuk itu disertai dengan ketidakmampuan untuk adanya konseling pre operasi diharapkan dapat mengekskresikan produk sampah metabolisme mempengaruhi keberhasilan ataupun mengurangi resiko kedua adalah perdarahan, jika tidak diatasi kompliksi operasi. (Brunner & suddart, 2002) menyebabkan pasien jatuh pada kondisi yang sangat Konseling adalah kegiatan memberi arahan pada lemah dan tidak sadar yang menyebabkan kematian. pasien, termasuk membantu pasien menyelesaikan Menurut hasil studi pendahuluan pada bulan masalah. (Barbara, 1995, dalam Tamsuri, Anas.: oktober 2010 melalui metode tanya jawab oleh Komunikasi Dalam Keperawatan . Jakarta: EGC Salah peneliti didapatkan 3 pasien post operasi. 2 satu tujuan konseling kesehatan adalah memulihkan diantaranya (66,6%) tidak tahu mengenai prosedur kesehatan yang difokuskan pada pengembangan praktek keperawatan diri selama sakit dan perawatan diri untuk
31 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013
urnal Perbedaan Perilaku Post Operasi Pada Pasien Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang
memfasilitasi penyembuhan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. (Depkes RI, 2002). Maka dari itu konseling tentang pre operasi sangat diperlukan untuk membantu mengurangi rasa takut akibat tidaktahuan pasien dan akan mengurangi masa rawat di rumah sakit, mengurangi analgesik paska operasi dan dapat mematuhi aturan paska operasi. (Dalayon, 1994, dalam.: Long C. Barbara.:
Static group comparrison adalah jenis desain pra
Analisis data dilakukan, melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring . Analisis menggunakan uji statistik deskriptif
Cara pengumpulan data menggunakan lembar observasi, yang kemudian dilakukan analisis data. Instrumen penelitian dirancang oleh peneliti berdasarkan kajian teori.
pemilihan sampel dengan mencari subyek yang kebetulan ditemui ditempat dan waktu yang bersamaan pada pengumpulan data. Setelah subyek ditemui kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok sampling ,yaitu yang diberi konseling dan yang tidak diberi konseling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kehendak peneliti (Notoatmodjo, 2008) .
purposive sampling . Convinence sampling adalah
Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri pada bulan Mei 2011 yang ada sebanyak 28 orang. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian pasien pre operasi di Ruang Seruni RSUD yang sesuai dengan kriteria baik inklusi maupun eksklusi. Dengan cara pengambilan sampel multistage sampling yaitu penentuan sampling secara bertahap,yaitu teknik convinence sampling dan
Penelitian dilaksanakan di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri, pada Oktober-Desember 2012. Populasi penelitian ini adalah pasien pre operasi di
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel independen konseling pre operasi dan variabel dependen perilaku Post operasi pasien fraktur
eksperimental yang melibatkan dua kelompok dimana satu kelompok diberi intervensi dan kelompok lainnya tidak dilakukan intervensi. Lalu dilakukan evaluasi pada akhir intervensi. (Nursalam, 2003).
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pra eksperimental yang digunakan adalah Static group comparison. Desain
Keperawatan Medikal Bedah, Suatu Pendekatan Proses Keperawatan . Bandung: Yayasan Ikatan
Desain Penelitian
b. Mengidentifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi c. Menganalisa perbedaan perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
a. Mengidentifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
2. Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan perilaku post operasi pada Pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi di Ruang Seruni RSUD kabupaten Kediri
Tujuan Penelitian
”Adakah Perbedaan Perilaku post Operasi pada Pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri”?
Rumusan Masalah
Alumni Keperawatan Bandung Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan petugas kesehatan yang mempunyai pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude). Hal ini akan membantu pasien termotivasi untuk melakukan (practice) segala prosedur pre operasi yang dianjurkan. Selain itu mengingatkan perlunya peran pasien dalam melakukan prosedur pre operasi maka sebagai solusi dari kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi tersebut agar dapat berperilaku sesuai prosedur perlu dilaksanakan bimbingan konseling oleh perawat. Dari uraian tersebut diatas peniliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Perilaku post Operasi Pada Pasien Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri”.
32 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013
Hasil Penelitian
1. Identifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang
Data Umum
tidak mendapatkan konseling pre operasi
Tabel 1 : Skor Perilaku Pasien Post Operasi Yang Tidak
1. Usia Responden
Dilakukan Konseling di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 7 responden yang diteliti jumlah dari skor keseluruhan yaitu 630,00. Nilai Mean 90,00 Median 90,00 dan Standart deviasi 31,62278
No Responden Skor perilaku yang tidak dikonseling
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa dari
1 110
14 responden yang diteliti 4 responden
2 140
dengan umur 16 - 25 tahun, 4 responden
3
40
dengan umur 26 - 35 tahun, 2 responden dengan umur 36 – 45 tahun, dan 4 responden
4
90 dengan umur 46 - 65 tahun. 5 100
6
80
7
70
2. Tingkat Pendidikan
Total 630,00 Mean 90,00 Median 90,00 Standart Deviasi 31,62278
2. Identifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa
Tabel 2 : Skor Perilaku Pasien Post Operasi Yang
dari 14 responden yang diteliti yang
Mendapatkan Konseling di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011
berpendidikan tamat SD sebanyak 4 responden
No Responden Skor perilaku yang dikonseling
dan 3 responden tamat SMP, dan 7 responden
1 260
tamat SMA. Dari diagram diatas dapat
2 220
diketahui bahwa responden paling banyak yang
3 280 berpendididkan tamat SMA. 4 210 5 230
3. Jenis Kelamin
6 200 7 210 Total 1610 Mean 230
Median 220 Standart Deviasi 29,43920
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa 7 responden yang diteliti jumlah dari skor dari 14 responden yang diteliti laki-laki lebih keseluruhan yaitu 1610. Nilai Mean 230 Median banyak dibanding perempuan. Responden 220 dan Standart deviasi 29,43920. perempuan berjumlah 4 orang , sedangkan laki-
3. Analisa perbedaan skor perilaku post operasi pasien laki berjumlah 10 orang. fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
Data Khusus Tabel 3 : Perbedaan Skor Perilaku Pasien Post Operasi pasien fraktur Yang Mendapatkan Konseling dan
33 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013
urnal Perbedaan Perilaku Post Operasi Pada Pasien Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang
Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011 No
Perubahan perilaku dibentuk oleh ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessbility of information), (Snehandu B. Kar, 1983). Dalam teori ini dengan kurangnya informasi yang didapatkan pasien dapat mempengaruhi perilaku dan pengetahuan yang seharusnya didapatkan.
Pada hakekatnya Konseling adalah kegiatan memberi arahan pada klien, termasuk membantu klien menyelesaikan masalah (Barbara, 1995). Dengan adanya konseling/penyuluhan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap pengetahuan sasaran (Notoatmodjo, 2007 ).
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pada responden yang diberikan konseling, melakukan perilaku post operasi yang lebih banyak. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor pada 7 responden sebesar 260, 220, 280, 210,230,200,210 sedangkan pada pasien yang tidak diberikan konseling, melakukan perilaku post operasi yang lebih sedikit. Sedangkan dari 7 responden yang tidak mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung kurang sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 110, 140, 40, 90, 100, 80, 70.
3. Perbedaan skor perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
Menurut peniliti, perilaku post operasi pasien yang mendapatkan konseling pre operasi sudah sesuai dengan prosedur. Hal ini disebabkan karena informasi yang didapatkan pasien lebih lengkap dan metode yang dipakai lebih dapat memberikan solusi terhadap permasalahan pasien.
Menurut Lawreence green (1980) pembentukan perilaku salah satunya dibentuk oleh faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam teori bahwa dengan adanya sikap dan perilaku dari petugas kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan berupa konseling, diharapkan dapat mengubah perilaku pasien.
2. Perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi Dari hasil penilitian yang dilakukan, diperoleh hasil dari 7 responden yang mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung lebih banyak/sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 260, 220, 280, 210, 230, 200, 210.
Menurut peneliti, perilaku post operasi pasien yang tidak mendapatkan konseling pre operasi masih kurang, hal ini disebakan kurangnya informasi yang diperoleh pasien dari perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan informasi mengenai prosedur/perilaku post operasi.
1. Perilaku post operasi pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi Dari hasil penilitian yang dilakukan, diperoleh hasil dari 7 responden yang tidak mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung kurang sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 110, 140, 40, 90, 100, 80, 70.
Responden Tidak dikonseling Dikonseling Perbedaan 1 110 260 150
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nampak bahwa terjadi perbedaan pengetahuan responden. Dengan uji statistik deskriptif di peroleh responden yang tidak dilakukan dilakukan konseling nilai mean 90,00 nilai median 90,00 dan standart deviasi 31,62278. Dan pada responden yang dilakukan konseling nilai mean 230,00 nilai median 220,00 dan standart deviasi 29,43920. Nilai perbedaanya menunjukkan nilai mean 150,00 nilai median 140,00. Hal ini menunjukkan ada perbedaan Skor Perilaku Post Operasi Pasien Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi Di Ruang Seruni RSUD Kab Kediri
Standart Deviasi 31,62278 29,43920 2,18358
7 70 210 140 Total 630,00 1610,00 980,00 Mean 90,00 230,00 140,00 Median 90,00 220,00 130,00
4 90 210 120 5 100 230 130 6 80 200 120
3 40 280 240
80
2 140 220
34 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013
Sedangkan menurut Lawrence green (1980)
metode dan media yang lebih menarik, sehingga
perilaku dibentuk oleh salah satunya faktor
pasien tidak hanya tahu secara pengetahuan
predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,
tetapi juga akan meningkatkan sikap dan
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
psikomotor pasien dalam melakukan perawatan sebagainya. setelah operasi.
Menurut peneliti, perilaku post operasi pasien
2. Lakukan pembinaan dan pelatihan tentang
yang mendapat konseling dan yang tidak
konseling secara berkala kepada perawat
mendapatkan konseling pre operasi sangat
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berbeda. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang
pelayanan yang diberikan
didapat pasien dari perawat masih kurang
3. Lakukan penelitian lanjutan dengan
dibandingkan dengan yang diberikan oleh peneliti karena informasi yang diperoleh dari menggunakan hasil penelitian yang telah ada konseling dan metode yang digunakan seperti
dengan melakukan berbagai perbaikan di
pasien diberikan leaflet dapat mempengaruhi
dalam metode penelitiannya
perilaku pasien sehingga pasien tahu apa yang harus dilakukan setelah menjalani operasi.
DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan
1. Perilaku pasien fraktur yang tidak mendapatkan
Brunner dan suddart. (2002). Buku Ajar Kepeawatan
konseling pre operasi menunjukkan bahwa dari 7 Medikal Bedah , Jakarta: EGC. responden yang diteliti jumlah dari skor
Long C. Barbara. (1996). Keperawatan Medikal Bedah, keseluruhan yaitu 630,00. Nilai Mean 90,00
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan . Bandung: Median 90,00 dan Standart deviasi 31,62278.
Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Bandung.
2. Perilaku pasien fraktur yang mendapatkan Notoadmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian konseling pre operasi menunjukan bahwa dari 7
Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.
responden yang diteliti jumlah dari skor Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu keseluruhan yaitu 1610. Nilai Mean 230 Median
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 220 dan Standart deviasi 29,43920.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi
3. Perbedaan skor perilaku post operasi pasien
Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba
fraktur yang mendapatkan konseling dengan Medika yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
Nursalam dan Pariani, S. (2001). Pendekatan Praktek nilai perbedaanya menunjukkan nilai beda mean
Metodologi Riset Keperawatan . Jakarta: Salemba
150,00 nilai median 140,00 dan skor total Medika menunjukan perbedaan 980,00.
R. I. Depkes. (2001). Tenaga Kesehatan. Jakarta. Tamsuri, Anas. (2006). Komunikasi Dalam
Saran Keperawatan . Jakarta: EGC
1. Lakukan koseling sesuai standart operasional
Tamsuri, Anas. (2008). Riset Keperawatan Bagi Pemula
yang telah ditetapkan pada setiap pasien Akper Pamenang . Jakarta: EGC yang akan di operasi dengan menggunakan
35 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013
urnal