s pgsd kelas 1104836 chapter2

(1)

10

TIPE THINK PAIR SHARE DALAM MENULIS PENGUMUMAN

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar maupun lembaga formal lainnya, pada hakikatnya berlandaskan pada tujuan yang tertuang dalam kurikulum yang berlaku pada saat itu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain serta mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kemampuannya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selain itu, adanya empat keterampilan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sehingga dengan adanya pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan peserta didik mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra dengan keempat keterampilan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Dalam panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (2006, hlm. 22) mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.


(2)

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan dan memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk mengembangkan dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia

Setiap pembahasan mempunyai ruang lingkup masing-masing. Seperti ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam Badan Standar SD Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (2006, hlm. 120) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Mendengarkan; b. Berbicara; c. Membaca; d. Menulis.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa ruang lingkup dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang mencakup empat komponen yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sehingga empat komponen tersebut saling berhubungan dan mempunyai peran penting dalam pembelajarn bahasa Indonesia di sekolah dasar.

3. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Badan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (2006, hlm. 110) standar kompetensi merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini diharapkan :

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan


(3)

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaam peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

B.Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian menulis yaitu sebagai berikut :

Depdikbud (dalam Resmini, N & Djuanda, 2007, hlm. 115) mengemukakan bahwa „menulis adalah membuat huruf (angka,dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat).‟

Rusyana (dalam Cahyani dkk, 2006, hlm. 97) berpendapat bahwa „menulis adalah mengutarakan sesuatu secara tertulis dengan menggunakan bahasa terpilih dan tersusun.‟

Tarigan (1982, hlm. 3) berpendapat bahwa “menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.”

Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan menulis merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa yang baik serta dapat dipahami oleh orang lain.

2. Macam-macam Menulis di SD

Dalam pembelajaran menulis di SD harus mengutamakan pengembangan keterampilan berpikir dan disiplin dalam berbahasa. Ada tiga macam menulis yang diajarkan di SD, ialah sebagai berikut :


(4)

a. Menurut tingkatanya : menulis permulaan (kelas 1 dan 2) dan menulis lanjutan (kelas 3-6).

b. Menurut isi atau bentuknya : karangan Verslag (laporan), karangan fantasi, karangan refroduksi, dan karangan argumentasi.

c. Menurut susunannya : karangan terikat, karangan bebas, dan karangan setengah bebas dan setengah terikat. (dalam Resmini, N & Djuanda, 2007, hlm. 119).

Menurut Cahyani, dkk. (2006, hlm. 99 ) macam – macam tulisan yaitu sebagai berikut.

1) Tulisan narasi (kisah, naratif )

2) Tulisan eksposisi (bahasan, paparan, ekspositoris) 3) Tulisan deskripsi (pemerian, deskriptif)

4) Tulisan argumentasi 5) Tulisan procedural

6) Tulisan hortatorik (persuasi) 7) Tulisan dialog

8) Tulisan surat

Menulis merupakan suatu keterampilan yang penting dan harus dipelajari dengan baik. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran menulis harus menyenangkan dan menarik supaya pembelajaran lebih bermakna.

3. Tujuan Menulis

Setiap perbuatan memiliki maksud atau tujuan. Menurut Tarigan (1982, hlm. 23) kegiatan menulis, penulis memiliki maksud atau tujuan (the writer’s intention) yaitu “response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan, bahwa :

a.Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

b.Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasive (persuasive discourse).

c.Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan litere. (wacana kesastraan atau literary discourse).

d.Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourseI).

Mengenal tujuan merupakan langkah awal dalam menulis. Menurut Semi (2007, hlm. 14) mengungkapkan secara umum, tujuan menulis adalah sebagai berikut.


(5)

1) Untuk menceritakan sesuatu;

2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan; 3) Untuk menjelaskan sesuatu;

4) Untuk meyakinkan; 5) Untuk merangkum.

Hugo Hartig (dalam Resmini & Djuanda, 2007, hlm. 118) menyatakan tujuan menulis sebagai berikut :

a) Assigment Purpose (tujuan penugasan)

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku).

b) Altruistick Purpose (tujuan altruistic)

Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c) Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.

d) Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e) Self-expressive Purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) Creative Purpose (tujuan kreatif)

Tujuan tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian.

g) Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah) Tulisan ini bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis yakni untuk memberikan informasi, meyakinkan pembaca dari tulisan yang ditulis pembaca dan memecahkan suatu permasalahan.

4. Fungsi Menulis

Menulis sebagai alat untuk berkomunikasi secara tertulis. Menurut Tarigan (1982, hlm. 22) berpendapat bahwa “pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.”

Menulis juga mempunyai fungsi-fungsi lain seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (dalam Resmini, N & Djuanda, 2007, hlm. 116) yaitu sebagai berikut:


(6)

a. Fungsi penataan

Menulis merupakan penataan terhadap pikiran, perasaan dan penggunaan bahasa sehingga menjadi tersusun.

b. Fungsi pengawetan

Menulis merupakan mengabadikan suatu karya dalam bentuk tulisan atau dokumen.

c. Fungsi penciptaan

Menulis dapat menciptakan sesuatu yang baru seperti karya sastra dan lain-lain.

d. Fungsi penyampaian

Menulis dapat menyampaikan sesuatu hal atau informasi kepada orang lain.

Tulisan formal ataupun karya sastra tentunya mempunyai fungsi. Menurut Kasupardi & Supriatna (2010, hlm. 6-7) mengungkapkan fungsi- fungsi menulis yaitu sebagai berikut.

1) Berfungsi informatif; 2) Berfungsi pragmatis; 3) Berfungsi direktif;

4) Berfungsi interaksional atau interpersonal; 5) Berfungsi imajinatif;

6) Berfungsi emotif;

Dengan demikian dapat disimpulkan fungsi menulis yaitu sebagai kegiatan menciptakan sesuatu yang baru dengan penataan pikiran dan penggunaan bahasa yang baik serta dapat dinikmati oleh pembaca di masa sekarang maupun di masa yang akan datang dalam bentuk tulisan ataupun dokumen.

5. Kegunaan Menulis

Dalam menulis selain memiliki fungsi, banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhaidah, dkk (dalam Resmini & Djuanda, 2007, hlm. 117) ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut.

a. Penulis dapat menggali kemampuan dan potensi dirinya. b. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan.

c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.

e. Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.

f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kompleks.


(7)

g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. h. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis

berfikir serta berbahasa secara tertib dan benar.

Menurut Logan (dalam Tarigan, 2013, hlm. 9) menulis mempunyai kegunaan lain yaitu :

1) Tulisan dibuat untuk dibaca.

2) Tulisan disadarkan pada pengalaman.

3) Tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin. 4) Dalam tulisan, makna menggantikan bentuk.

5) Kegiatan-kegiatan bahasa lisan hendaklah mendahului kegiatan menulis.

Berdasarkan pemaparan diatas kegunaan menulis yaitu dapat menggali kemampuan, potensi, serta membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib dan benar dalam bentuk bahasa tulis.

C.Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Kusumaningsih dkk. (2013, hlm. 18) mengemukakan bahwa “bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku.

Menurut Alwi dkk. (2003, hlm. 21) bahwa “bahasa yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.”

Dapat disimpulkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia sesuai norma yang berlaku dan kaidah bahasa Indonesia yang baku.

D.Penggunaan Tanda Baca yang Benar 1. Penggunaan Huruf Kapital

Penggunaan huruf besar atau kapital menurut Chaer (2011, hlm. 40) menyatakan bahwa :

a. Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh :

Dia pergi ke sekolah. Rajin pangkal pandai.


(8)

b. Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan yang diikuti nama orang.

Contoh :

Gubernur Kuncoro Sutrisno Menteri Mohammad Nuh

c. Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa.

Contoh :

bahasa Indonesia suku Jawa Indonesia

d. Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh : tahun Masehi bulan Januari hari Jumat

Proklamasi Kemerdekaan

e. Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.

Contoh : Jakarta Selat Malaka 2. Penggunaan Tanda Titik

Penggunaan tanda titik (.) menurut Chaer (2011, hlm. 40) menyatakan bahwa :

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya.

Contoh:

Ibu sedang memasak di dapur.

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh:

Irwan S. Gatot Intan Permata D.

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Contoh: Dr. (doktor)

S.E. (sarjana ekonomi) S.Pd (sarjana pendidikan)

d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Contoh:

dll. (dan lain-lain) dsb. (dan sebagainya)


(9)

hlm. (halaman)

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Contoh:

Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) Pukul 20.30 (pukul 20 lewat 30 menit)

E. Metode Scramble

1. Pengertian Metode Scramble

Rober B. Taylor (Huda, 2013, hlm. 303) mengungkapkan bahwa „scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa.‟

Resmini & Djuanda (2007, hlm. 258) mengemukakan bahwa “scramble adalah permainan menyusun kembali baik huruf yang diacak, kata yang diacak, atau kalimat yang diacak.”

Metode scramble mengharuskan siswa menggabungkan otak kanan dan otak kiri. Siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia tetapi masih dalam keadaan acak. Salah satu kunci dalam metode pembelajaran scramble adalah ketepatan dan kecepatan berpikir dalam menjawab soal.

Berdasarkan pemaparan di atas, metode scramble adalah metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kecepatan dan konsentrasi berpikir siswa dengan cara menyusun kembali suatu tulisan yang telah diacak.

2. Tahapan Pelaksanaan Metode Scramble

Berikut ini tahapan-tahapan dalam pelaksanaan metode scramble, yaitu : 1. Menyiapkan sebuah naskah pengumuman, kemudian mengeluarkan tiap-tiap

kalimat yang dalam naskah tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. 2. Masing-masing kartu berisi hanya satu kalimat.

3. Kartu-kartu tersebut pengurutannya diacak, untuk kemudian disusun oleh siswa bersama kelompoknya.


(10)

3. Kelebihan metode Scramble

Menurut Huda (2013, hlm. 306) ada beberapa kelebihan dalam metode scramble diantaranya sebagai berikut.

a. Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

b. Memungkinkan siswa untuk saling belajar sambil bermain.

c. Membangkitkan kegembiraan dan memupuk rasa solidaritas serta tanggung jawab dalam kelompok.

4. Kekurangan metode Scramble

Menurut Huda (2013, hlm. 306) ada beberapa kekurangan yang dimiliki metode scramble diantaranya sebagai berikut.

1) Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya. 2) Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif.

3) Siswa menerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.

F. Kooperatif tipe Think-Pair Share

1. Pengertian Kooperatif tipe Think-Pair Share

Menurut Profesor Frank Lyman (Huda, 2013, hlm. 206) bahwa „kooperatif tipe Think-Pair Share merupakan strategi pembelajaran yang memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau berpikir‟ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan.‟

“Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa” (Trianto, 2007, hlm. 61).

Berdasarkan memaparan di atas, kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk berpikir sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting untuk membimbing siswa dalama melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, efektif dan menyenangkan.


(11)

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Berikut ini langkah-langkah dalam pelaksanaan kooperatif tipe Think-Pair Share, yaitu :

Tahapan kegiatan inti

a. Guru menjelaskan materi pembelajaran.

b. Guru membentuk siswa berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

c. Menjelaskan teknik pembelajaran menulis pengumuman menerapkan metode scramble dan kooperatif tipe Think-Pair Share.

d. Guru memberikan beberapa kartu kalimat kepada masing-masing kelompok. e. Setelah setiap kelompok menerima seperangkat kartu kalimat yang telah

dibagikan oleh guru, kemudian siswa diminta memikirkan cara mengurutkan seperangkat kartu kalimat tersebut.

f. Siswa selanjutnya diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan dalam kelompok tersebut untuk menyusun kartu-kartu kalimat menjadi sebuah naskah pengumuman yang benar serta memperhatikan penggunaan bahasa yang benar, huruf kapital dan tanda titik.

g. Siswa diberikan waktu untuk kegiatan diskusi secara berpasangan.

h. Selesai berdiskusi secara berpasangan, kedua pasangan lalu berkumpul kembali dalam kelompok untuk menshare hasil diskusinya.

i. Hasil menshare kemudian di diskusikan kembali untuk menghasilkan satu naskah pengumuman yang padu secara tertulis.

j.Selesai berdiskusi perwakilan masing-masing kelompok diminta membacakan hasil kerjanya, kemudian kelompok lain bersama guru mendengarkan hasil dari pekerjaanya.

k. Setelah semua perwakilan kelompok membacakan hasil dari pekerjaannya, guru menunjukan naskah yang sebenarnya dan menjelaskan penggunaan bahasa, huruf kapital dan tanda titik yang digunakan dalam naskah tersebut l. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil dari pekerjaannya.

m.Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada materi yang kurang jelas.


(12)

3. Manfaat Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Alma (2012, hlm. 97) mengemukakan bahwa “manfaat kooperatif think-pair share, mudah dilaksanakan dalam kelas besar, siswa dapat memahami materi pelajaran dengaan baik, melatih siswa mengeluarkan pendapat dan berbagi pendapat dalam kelompok.”

Menurut Huda (2013, hlm. 206) mengungkapkan manfaat dari kooperatif tipe Think-Pair Share yaitu sebagai berikut.

1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

2) Mengoptimalkan partisipasi siwa.

3) Memberi kesempatan kepada siswa menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan manfaat kooperatif think pair share yaitu dapat melatih siswa dalam mengeluarkan pendapat, berbagi pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

G. Teori Belajar Yang Mendukung 1. Teori Behaviorisme

Sejalan dengan teori behaviorisme yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov (dalam Djuanda, 2006, hlm. 7 ) menurut teori behaviorisme ini, „manusia adalah organisme yang dapat memberikan respons (operant) baik oleh karena adanya stimulus atau rangsangan yang nampak atau tidak.‟ Maka dalam hal ini guru berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Majid (2006, hlm. 22) bahwa terdapat manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar megajar yaitu ;

a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.

d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelembatan kerja.

e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.


(13)

2. Teori Kognitivisme

Dalam kognitivisme pengalaman dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya atau skemata dimanfaatkan untuk menerima pengetahuan baru. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut adanya proses asimilasi dan akomodasi. Menurut aliran kognitivisme, belajar juga berupa penghubungan pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan bermakna. Dalam hal ini, guru menghubungkan pengalaman dan pengetahuan siswa yang telah ada sebelumnya untuk menerima pengatahuan baru melalui kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Teori Kontruktivisme

Teori yang berhubungan dengan timbal balik antara belajar sebagai proses pembentukan pengalaman dan proses pembentukan konsep secara rasional dalam menghasilkan pemahaman menjadi prinsip dasar. Menurut pandangan kontruktivisme, (dalam Mulyasa 2005, hlm. 240) “dalam kegiatan belajar mengajar : (a) siswa harus aktif selama pembelajaran berlangsung; (b) proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal, pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi tetapi melalui interpretasi; (c) interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya (skemata); (d) interpretasi juga dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negoisasi pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab dan lain-lain; (e) tanya jawab di dorong oleh kegiatan inkuiri pada siswa. Jadi, kalau siswa tidak bertanya/ tidak berbicara pada waktu diskusi, berarti siswa tidak belajar secara optimal; (f) proses belajar mengajar tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.”

Dalam hal ini hasil belajar sebagai timbal balik dari proses pembelajaran, sejalan dengan pendapat Sudjana (2009, hlm. 3) bahwa “hasil belajar merupakan suatu bentuk yang ditunjukkan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan intruksional yang telah dicapai atau dapat dikuasai siswa.


(14)

H.Materi Pengumuman

1. Pengertian dan bagian-bagian Pengumuman

Menurut Burham, J & Misdan (1980, hlm. 95) bahwa “ maksud diadakannya suatu pengumuman adalah untuk menyampaikan sesuatu yang harus diketahui umum dengan harapan adanya reaksi atau pengertian.”

Mulyono, dkk. (2004, hlm. 109) menyatakan bahwa “pengumuman ialah pemberitahuan kepada orang banyak.”

Resmini, N & Djuanda (2007, hlm. 132) mengemukakan bahwa “pengumuman adalah pemberitahuan yang harus diketahui oleh orang banyak.”

Disimpulkan bahwa pengumuman adalah penyampaian informasi kepada orang banyak.

Surana (2004, hlm. 24) menyebutkan bahwa “pengumuman terbagi atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi dan penutup.”

2. Contoh Pengumuman

PENGUMUMAN

Pada tanggal 23 Juli 2013 akan diadakan peringatan Hari Anak Nasional. SDN 1 Sukamaju akan mengadakan berbagai lomba. Lomba-lomba itu diantaranya lomba baca puisi, menyanyi, menari, bulu tangkis, dan tenis meja. Lomba akan dilaksanakan pada

hari : Sabtu – Minggu tanggal : 6 - 7 Juli 2013

waktu : Pukul 8.00 – 14.00 WIB tempat : SDN 1 Sukamaju

Peserta lomba terbuka untuk semua siswa kelas 1-6 SD. Bagi para pemenang akan diberikan hadiah berupa piala dan uang. Siswa yang berminat harap mendaftarkan diri kepada ketua kelas masing-masing.

Demikian pengumuman ini. Terima kasih.

Sukamaju, 23 Juni 2013 Kepala Sekolah


(15)

I. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penerapan teknik scramble oleh seorang peneliti yaitu Ai Yuhena (2007) dengan judul “Penerapan Teknik Scramble Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan Kemampuan Menyusun Paragraf di Kelas III SD Margamulya Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Hasil yang dapat dicapai setelah pelaksanaam tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III diperoleh peningkatan ketuntasan siswa mencapai 100%. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa penerapan teknik scramble telah memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis paragraf. Sehingga penerapan teknik scramble relevan dalam pembelajaran menulis dan mempunyai kesamaan teknik dengan peneliti. 2. Penerapan teknik scramble oleh seorang peneliti yaitu Wiwin Nurhayati (2010)

dengan judul “Upaya Mengatasi Kesulitan Melengkapi Cerita Yang Rumpang Dengan Menggunakan Teknik Scramble Kalimat Dan Model Kooperatif Teknik STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Sadangsari Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Hasil yang didapat setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik scramble dan model kooperatif teknik STAD diperoleh data, bahwa proses dan hasil belajar siswa tiap siklus meningkat. Peningkatan ini dilihat dari presentase kelulusan tiap siklus yang meningkat. Siswa yang lulus dalam siklus I sebanyak 50%, siklus II meningkat 80%, dan akhirnya pada siklus III semua siswa (100%) dapat dinyatakan lulus. Keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa, maupun kinerja guru dalam pembelajaran didukung oleh kinerja guru dan aktivitas siswa yang menunjukkan peningkatan, baik proses maupun hasil pada setiap siklus. Sehingga penggunaan teknik scramble relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.

J. Hipotetis Tindakan

“Jika metode Scramble dan kooperatif tipe Think-Pair Share diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN Cibubuan II pada materi menulis pengumuman, maka hasil belajar siswa akan meningkat.”


(1)

3. Kelebihan metode Scramble

Menurut Huda (2013, hlm. 306) ada beberapa kelebihan dalam metode scramble diantaranya sebagai berikut.

a. Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

b. Memungkinkan siswa untuk saling belajar sambil bermain.

c. Membangkitkan kegembiraan dan memupuk rasa solidaritas serta tanggung jawab dalam kelompok.

4. Kekurangan metode Scramble

Menurut Huda (2013, hlm. 306) ada beberapa kekurangan yang dimiliki metode scramble diantaranya sebagai berikut.

1) Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya. 2) Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif.

3) Siswa menerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.

F. Kooperatif tipe Think-Pair Share

1. Pengertian Kooperatif tipe Think-Pair Share

Menurut Profesor Frank Lyman (Huda, 2013, hlm. 206) bahwa „kooperatif tipe Think-Pair Share merupakan strategi pembelajaran yang memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau berpikir‟ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan.‟

“Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa” (Trianto, 2007, hlm. 61).

Berdasarkan memaparan di atas, kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk berpikir sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting untuk membimbing siswa dalama melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, efektif dan menyenangkan.


(2)

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Berikut ini langkah-langkah dalam pelaksanaan kooperatif tipe Think-Pair Share, yaitu :

Tahapan kegiatan inti

a. Guru menjelaskan materi pembelajaran.

b. Guru membentuk siswa berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

c. Menjelaskan teknik pembelajaran menulis pengumuman menerapkan metode scramble dan kooperatif tipe Think-Pair Share.

d. Guru memberikan beberapa kartu kalimat kepada masing-masing kelompok. e. Setelah setiap kelompok menerima seperangkat kartu kalimat yang telah

dibagikan oleh guru, kemudian siswa diminta memikirkan cara mengurutkan seperangkat kartu kalimat tersebut.

f. Siswa selanjutnya diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan dalam kelompok tersebut untuk menyusun kartu-kartu kalimat menjadi sebuah naskah pengumuman yang benar serta memperhatikan penggunaan bahasa yang benar, huruf kapital dan tanda titik.

g. Siswa diberikan waktu untuk kegiatan diskusi secara berpasangan.

h. Selesai berdiskusi secara berpasangan, kedua pasangan lalu berkumpul kembali dalam kelompok untuk menshare hasil diskusinya.

i. Hasil menshare kemudian di diskusikan kembali untuk menghasilkan satu naskah pengumuman yang padu secara tertulis.

j.Selesai berdiskusi perwakilan masing-masing kelompok diminta membacakan hasil kerjanya, kemudian kelompok lain bersama guru mendengarkan hasil dari pekerjaanya.

k. Setelah semua perwakilan kelompok membacakan hasil dari pekerjaannya, guru menunjukan naskah yang sebenarnya dan menjelaskan penggunaan bahasa, huruf kapital dan tanda titik yang digunakan dalam naskah tersebut l. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil dari pekerjaannya.

m.Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada materi yang kurang jelas.


(3)

3. Manfaat Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Alma (2012, hlm. 97) mengemukakan bahwa “manfaat kooperatif think-pair share, mudah dilaksanakan dalam kelas besar, siswa dapat memahami materi pelajaran dengaan baik, melatih siswa mengeluarkan pendapat dan berbagi pendapat dalam kelompok.”

Menurut Huda (2013, hlm. 206) mengungkapkan manfaat dari kooperatif tipe Think-Pair Share yaitu sebagai berikut.

1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

2) Mengoptimalkan partisipasi siwa.

3) Memberi kesempatan kepada siswa menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan manfaat kooperatif think pair share yaitu dapat melatih siswa dalam mengeluarkan pendapat, berbagi pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

G. Teori Belajar Yang Mendukung 1. Teori Behaviorisme

Sejalan dengan teori behaviorisme yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov (dalam Djuanda, 2006, hlm. 7 ) menurut teori behaviorisme ini, „manusia adalah organisme yang dapat memberikan respons (operant) baik oleh karena adanya stimulus atau rangsangan yang nampak atau tidak.‟ Maka dalam hal ini guru berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Majid (2006, hlm. 22) bahwa terdapat manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar megajar yaitu ;

a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.

d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelembatan kerja.

e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.


(4)

2. Teori Kognitivisme

Dalam kognitivisme pengalaman dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya atau skemata dimanfaatkan untuk menerima pengetahuan baru. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut adanya proses asimilasi dan akomodasi. Menurut aliran kognitivisme, belajar juga berupa penghubungan pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan bermakna. Dalam hal ini, guru menghubungkan pengalaman dan pengetahuan siswa yang telah ada sebelumnya untuk menerima pengatahuan baru melalui kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Teori Kontruktivisme

Teori yang berhubungan dengan timbal balik antara belajar sebagai proses pembentukan pengalaman dan proses pembentukan konsep secara rasional dalam menghasilkan pemahaman menjadi prinsip dasar. Menurut pandangan kontruktivisme, (dalam Mulyasa 2005, hlm. 240) “dalam kegiatan belajar mengajar : (a) siswa harus aktif selama pembelajaran berlangsung; (b) proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal, pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi tetapi melalui interpretasi; (c) interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya (skemata); (d) interpretasi juga dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negoisasi pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab dan lain-lain; (e) tanya jawab di dorong oleh kegiatan inkuiri pada siswa. Jadi, kalau siswa tidak bertanya/ tidak berbicara pada waktu diskusi, berarti siswa tidak belajar secara optimal; (f) proses belajar mengajar tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.”

Dalam hal ini hasil belajar sebagai timbal balik dari proses pembelajaran, sejalan dengan pendapat Sudjana (2009, hlm. 3) bahwa “hasil belajar merupakan suatu bentuk yang ditunjukkan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan intruksional yang telah dicapai atau dapat dikuasai siswa.


(5)

H.Materi Pengumuman

1. Pengertian dan bagian-bagian Pengumuman

Menurut Burham, J & Misdan (1980, hlm. 95) bahwa “ maksud diadakannya suatu pengumuman adalah untuk menyampaikan sesuatu yang harus diketahui umum dengan harapan adanya reaksi atau pengertian.”

Mulyono, dkk. (2004, hlm. 109) menyatakan bahwa “pengumuman ialah pemberitahuan kepada orang banyak.”

Resmini, N & Djuanda (2007, hlm. 132) mengemukakan bahwa “pengumuman adalah pemberitahuan yang harus diketahui oleh orang banyak.”

Disimpulkan bahwa pengumuman adalah penyampaian informasi kepada orang banyak.

Surana (2004, hlm. 24) menyebutkan bahwa “pengumuman terbagi atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi dan penutup.”

2. Contoh Pengumuman

PENGUMUMAN

Pada tanggal 23 Juli 2013 akan diadakan peringatan Hari Anak Nasional. SDN 1 Sukamaju akan mengadakan berbagai lomba. Lomba-lomba itu diantaranya lomba baca puisi, menyanyi, menari, bulu tangkis, dan tenis meja. Lomba akan dilaksanakan pada

hari : Sabtu – Minggu tanggal : 6 - 7 Juli 2013

waktu : Pukul 8.00 – 14.00 WIB tempat : SDN 1 Sukamaju

Peserta lomba terbuka untuk semua siswa kelas 1-6 SD. Bagi para pemenang akan diberikan hadiah berupa piala dan uang. Siswa yang berminat harap mendaftarkan diri kepada ketua kelas masing-masing.

Demikian pengumuman ini. Terima kasih.

Sukamaju, 23 Juni 2013 Kepala Sekolah


(6)

I. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penerapan teknik scramble oleh seorang peneliti yaitu Ai Yuhena (2007) dengan judul “Penerapan Teknik Scramble Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan Kemampuan Menyusun Paragraf di Kelas III SD Margamulya Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Hasil yang dapat dicapai setelah pelaksanaam tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III diperoleh peningkatan ketuntasan siswa mencapai 100%. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa penerapan teknik scramble telah memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis paragraf. Sehingga penerapan teknik scramble relevan dalam pembelajaran menulis dan mempunyai kesamaan teknik dengan peneliti. 2. Penerapan teknik scramble oleh seorang peneliti yaitu Wiwin Nurhayati (2010)

dengan judul “Upaya Mengatasi Kesulitan Melengkapi Cerita Yang Rumpang Dengan Menggunakan Teknik Scramble Kalimat Dan Model Kooperatif Teknik STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Sadangsari Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Hasil yang didapat setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik scramble dan model kooperatif teknik STAD diperoleh data, bahwa proses dan hasil belajar siswa tiap siklus meningkat. Peningkatan ini dilihat dari presentase kelulusan tiap siklus yang meningkat. Siswa yang lulus dalam siklus I sebanyak 50%, siklus II meningkat 80%, dan akhirnya pada siklus III semua siswa (100%) dapat dinyatakan lulus. Keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa, maupun kinerja guru dalam pembelajaran didukung oleh kinerja guru dan aktivitas siswa yang menunjukkan peningkatan, baik proses maupun hasil pada setiap siklus. Sehingga penggunaan teknik scramble relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.

J. Hipotetis Tindakan

“Jika metode Scramble dan kooperatif tipe Think-Pair Share diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN Cibubuan II pada materi menulis pengumuman, maka hasil belajar siswa akan meningkat.”