ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN PENYAKIT GLOBAL
ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN PENYAKIT GLOBAL
MAKALAH
oleh Kelompok 3
(2)
ANALISIS JURNAL KEBIJAKAN, TATAKELOLA DAN KONSENSUS PENATALAKSANAAN PENYAKIT CAMPAK
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan penyakit global dengan dosen Ns. Rondhianto, M.Kep
Oleh : Kelompok 3
Ulfi Bini’matillah NIM 142310101012 Jauharotun Nafi’ah NIM 142310101018
Efi Pandan Sari NIM 142310101061
Dinar Maulida NIM 142310101077
Laili Puji Astutik NIM 142310101096
Devia Elsiana NIM 1423101010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Analisis Jurnal Kebijakan, Tatakelola Dan Konsensus Penatalaksanaan Penyakit Campak”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan penyakit global. Dalam penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Rondhianto, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan penyakit global yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini 2. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember yang telah membantu.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi menyempurnakan Laporan Pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca
(4)
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
BAB 1. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan... 1
1.4 Manfaat... BAB 2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 3
2.1 Analisi... 3
2.2 pembahasan BAB 3. IMPLIKASI KEPERAWATAN... 10
BAB 4. PENUTUP... 20
4.1 Kesimpulan... 20
4.2 Saran... 20
(5)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campak merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani, karena kasus campak hampir terjadi di semua daewrah (Weraman, 2010). Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dan sebagian besar menyerang anak-anak usia dibawah 15 tahun. Data dari statistika menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun salah satunya disebabkan oleh campak (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Masalah kesehatan yang masih menjadi prioritas di Indonesia adalah penyakit menular. Campak adalah penyakit menular yang memiliki gejala prodormal seperti demam, batuk, pilek dan muncul ruam makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh (Setiawan, 2008). Penularan dari penyakit ini bisa terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh secret dari orang yang terinfeksi.
Di Amerika Serikat per 1000 kasus, campak lebih berat diderita oleh anak usia dini dan yang kekurangan gizi kemunduran pada kelompok masyarakat dan daerah yang lebih kecil. KLB cenderung tejadi lebih luas dan lebih berat (Chin, 2009).
Setiap tahun diperkirakan tedapat 30 juta kasus campak di dunia dengan 777.000 kasus diantarnya berasal dari Asia Tenggara (Depkes, 2006). Indonesia merupakan Negara bekembang yang memiliki insiden campak yang cukup tinggi pada tahun 2010. Di Indonesia pada tahun tesebut dilaporkan terdapat 16.529 kasus campak dan dilaporkan incidence rate campak sebesar 0,73 per 10.000 pendudu, sedangkan CFR pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233%. (Profil Kesehtan Indonesia, 2010)
Berdasarkan pernyataan di atas, membuktikan perlu adanya pengendalian maupun penanganan bahkan pencegahan untuk penyakit campak. Oleh karena itu, kami sebagai penulis membuat makalah yang berisi analisis jurnal mengenai kebijakan dari penyakit campak.
(6)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana hasil analisis jurnal tentang kebijakan,tata kelola dan konsensus penatalaksanaan dalam menangani penyakit campak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui kebijakan yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit campak dengan analisis jurnal
1.3.2 Mengetahui Tata Kelola yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit campak dengan analisis jurnal
1.3.3 Mengetahui penatalaksanaan penyakit campak dengan analisis jurnal
1.4 Manfaat 1.4.1 Perawat
Memberikan wawasan kepada perawat untuk memberikan intevensi dalam pennganan campak yang perlu dilakukan berdasarkan kebijakan yang telah ada.
1.4.2 Dinas Kesehatan
Hasil analisis jurnal ini, diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengkaji dan mencari solusi untuk menekan kejadian campak di masyarakat.
1.4.3 Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit campak dan cara pencegahanya maupun kebijakan yang ada pada penyakit campak.
BAB 2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN JURNAL
(7)
2.1 ANALISA JURNAL
2.1.1 Asosiasi antara seroprevalensi campak dan berbagai faktor penentu sosial di tahun setelah wabah campak di Turki
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi seroprevalensi campak pada subyek usia > 2 tahun dan hubungannya dengan berbagai faktor penentu sosial di populasi provinsi di Turki pada tahun setelah wabah campak. Desain studi penelitian ini adalah Studi cross-sectional dengan menggunakan Uji Chi-kuadrat dan dilakukan analisis regresi logistik. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Manisa pada tahun 2014 dengan sampel 1.740 orang berusia > 2 tahun. Variabel dependennya adalah seroprevalensi campak. Variabel bebas adalah jenis kelamin, umur, migrasi, ukuran rumah tangga, kepadatan rumah tangga, pendapatan, tingkat pendidikan, adanya penyakit kronis dan kelas pekerjaan. Data dikumpulkan dari peserta di pusat kesehatan keluarga antara bulan Maret dan Juni 2014. Sebanyak 10 pewawancara dilatih dalam kumpulan data standar. Semua peserta memberikan informed consent dan kuesioner telah diisi oleh pewawancara selama wawancara tatap muka. Variabel dependen dari penelitian ini adalah prevalensi seronegativitas campak. Variabel bebasnya adalah jenis kelamin, kelompok umur, migrasi dalam 5 tahun terakhir, ukuran rumah tangga, kepadatan rumah tangga (jumlah orang per kamar), pendapatan setara per kapita per tahun, tingkat pendidikan, adanya penyakit kronis dan kelas pekerjaan. Dari 1.740 orang yang dijadikan sampel, 168 orang tidak dapat dihubungi di tempat tinggal mereka, 312 orang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini ialah seroprevalensi campak pada populasi penelitian adalah 82,2%. Seroprevalensi adalah 81,5% pada laki-laki dan 82,7% pada wanita (Tabel 1). Seroprevalensi menurut kelompok usia adalah 55,4% di antara anak usia 2-9 tahun, 48,7% di antara anak usia 10-19 tahun, 74,1% di antara anak usia 20-29 tahun dan 93,6% di antara usia 30-39 tahun. Seroprevalensi pada subyek usia> 40 tahun> 95% (Gambar 1). Seroprevalensi terendah ditemukan pada anak-anak sekolah dasar (40,2%), diikuti oleh mereka yang berusia di bawah pendidikan dasar (69,8%) dan lulusan sekolah menengah
(8)
(75,1%) (Tabel 1). Seroprevalensi tertinggi campak (95,1%) ditemukan pada kelompok buta huruf, terutama terdiri dari wanita dan pria yang lebih tua.
Studi seroprevalensi berbasis populasi sangat penting. Diperlukan setelah wabah untuk menentukan dan menjelaskan seronegativitas dalam populasi, untuk mengevaluasi keefektifan program vaksinasi saat ini dan untuk menentukan penyebab wabah. Hal ini dapat memungkinkan para profesional kesehatan dan pembuat kebijakan untuk menentukan populasi yang rentan, menerapkan vaksinasi dan menerapkan strategi pencegahan spesifik.
(9)
2.2 SUMBER LITERATUR
NO JUDUL PENGARANG Tahun DESKRIPSI RANCANGAN
PENELITIAN HASIL PENELITIAN
1 Association between seroprevalence of measles and various social determinants in the year following a measles
outbreak in Turkey
Emek. M et al 2017 Penelitian ini dilakukan di Provinsi Manisa pada tahun 2014 dengan sampel 1.740 orang Berusia> 2 tahun. Variabel dependennya adalah seroprevalensi campak. Independen Variabel adalah jenis kelamin, umur, migrasi, ukuran rumah tangga, kepadatan rumah tangga, pendapatan, pendidikan Tingkat, adanya penyakit kronis dan kelas pekerjaan. Sampel darah
dikumpulkan Dari peserta di puskesmas. Adanya antibodi campak spesifik di Sampel serum ditentukan dengan menggunakan immunosorbent enzyme linked immunosorbent IgG Uji uji Uji Chi-kuadrat dan analisis regresi logistik dilakukan
Seroprevalensi campak di Populasi penelitian keseluruhan adalah 82,2% (interval kepercayaan 95% 80.0-84.2). Seroprevalensi itu 55,4% di antara subyek usia 2-9 tahun, 48,7% di antara subyek usia 10-19 tahun, 74,1% Antara subyek berusia 20-29 tahun dan 93,6% di antara subyek berusia 30-39 tahun (P <0,01). Seroprevalensi pada subyek usia> 40 tahun> 95%. Seroprevalensi terendah ditemukan Pada anak sekolah dasar (40,2%), diikuti oleh mereka yang berusia di bawah pendidikan dasar (69,8%) dan lulusan sekolah menengah (75,1%). Prevalensi seronegativitas campak Tidak
dikaitkan dengan faktor penentu sosial bila disesuaikan dengan usia.
2 Enabling
implementation of the Global
Vaccine Action
Thompson. Kimberly M et al
2013 framing, dan asumsi yang
digunakan untuk mengkarakterisasi manfaat bersih dan ketidakpastian dalam Kasus investasi akan
Pencegahan dan pengendalian penyakit menular secara global membutuhkan investasi finansial yang signifikan dan Sumber daya manusia
(10)
Plan: Developing investment cases to achieve targets for measles and rubella prevention
mempengaruhi perkiraan dan persepsi tentang nilai pencegahan yang dicapai secara keseluruhan oleh GVAP. Kami menyarankan agar menilai manfaat pencegahan campak dan rubella dengan tepat Akan memerlukan penggunaan model dinamik dinamis, ekonomi, risiko, dan keputusan analitik Dalam kombinasi dengan
pertimbangan faktor kualitatif, dan yang mensintesis informasi dalam bentuk Kasus investasi dapat membantu pemangku kepentingan mengelola ekspektasi saat mereka memetakan mata pelajaran di masa depan dan Navigasikan dekade vaksin.
dan struktur kepemimpinan dan manajemen yang berfungsi dengan baik. Salah satu pencegahan penyakit campak adalah dengan penggunaan vaksin sesuai dengan Global Vaccine Action Plan (GVAP). Target:
Menghilangkan dari tiga wilayah WHO pada akhir2015 GAP: 16% dari semua anakanak tidak diimunisasi campak
3 Impact of Non-Medical Vaccine Exemption Policies on the Health and Economic Burden of Measles
Whittington. Melanie D. et al
2017 Model transmisi berbasis agen mensimulasikan kemungkinan dan besarnya wabah campak Dengan kebijakan pembebasan vaksin non-medis yang berbeda, yang
sebelumnya dikategorikan mudah, Sedang, atau sulit. Model ini memperhitungkan imunitas karies
Sebuah negara dengan Kebijakan pembebasan vaksin non-medis yang mudah adalah 140% dan 190% lebih mungkin mengalami penurunan Wabah campak dibandingkan negara dengan kebijakan menengah atau sulit. Itu Besarnya wabah ini dapat dikurangi setengahnya dengan
(11)
campak, menularnya Patogen, khasiat vaksin, durasi inkubasi dan periode menular, didapat secara alami Kekebalan, dan tingkat pemulihan. Penelusuran kontak kesehatan masyarakat juga
dimodelkan. Model Hasil, termasuk jumlah kasus sekunder, rawat inap, dan kematian, adalah Dimonetisasi untuk menentukan beban ekonomi dari simulasi wabah
memperkuat kebijakan pembebasan. Penurunan Ini terkait dengan
pengurangan biaya yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat, sistem layanan kesehatan, Dan individu.
(12)
2.3 PEMBAHASAN
Dari Jurnal yang dianalisis diatas di dapatkan bahwa kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit campak sangatlah diperlukan seperti dalam jurnal “Association between seroprevalence of measles and various social determinants in the year following a measles outbreak in Turkey” di sebutkan salah satu pengendalian penyakit campak adalah dengan mengidentifikasi prevalensi penyakit campak terlebih dahulu, disana disebutkan bahwa prevalensi penyakit terbanyak pada usia 30-39 tahun dimana prevalensinya mencapai 93%. Dari hasil tersebut kita bisa mengetahui bahwa perlunya pengontrolon imunisasi campak, namun kita juga bisa melihat dengan penurunan angka prevalensi pada anak-anak dengan ditunjukkannya angka prevalensi 40% bisa di identifikasi keberhasilan program campak pada usia anak-anak untuk meminimalkan kejadian campak.
Salah satu upaya pengendalian dan pencegahan campak adalah dengan pemberian imunisasi vaksin campak seperti dijelaskan dalam jurnal “Enabling implementation of the Global Vaccine Action Plan: Developing investment cases to achieve targets for measles and rubella prevention” dalam jurnal dijelaskan salah satu pencegahan penyakit campak adalah dengan penggunaan vaksin sesuai dengan Global Vaccine Action Plan (GVAP). Target: Menghilangkan dari tiga wilayah WHO pada akhir2015 GAP: 16% dari semua anak-anak tidak diimunisasi campak. Pencegahan dengan imunasasi campak dapat dilakukan dengan imunisasi aktif dan imunasasi pasif.
Namun yang menjadi kendala disini adalah cara untuk mendapatkan vaksin campak yang masih sangat susah pada, jadi dibuatlah sebuah kebijakan tentang pembebasan vaksin seperti dalam jurnal “Impact of Non-Medical Vaccine Exemption Policies on the Health and EconomicBurden of Measles” Sebuah negara dengan Kebijakan pembebasan vaksin non-medis yang mudah adalah 140% dan 190% lebih mungkin mengalami penurunan Wabah campak dibandingkan negara dengan kebijakan menengah atau sulit. Itu Besarnya wabah ini dapat dikurangi setengahnya dengan memperkuat kebijakan pembebasan. Penurunan Ini terkait dengan pengurangan biaya yang signifikan
(13)
terhadap kesehatan masyarakat, sistem layanan kesehatan, Dan individu. Disana dijelaskan dengan pembebasan vaksin campak dapat menurunkan angka kejadian campak dalam suatu Negara, namun bisa kita ketahui bahwa yang menjadi masalah pokok suatu Negara adalah masalah ekonomi, begitu juga dengan vaksin campak ini yang menjadi salah satu masalahnya adalah masalah finansial sehingga kebijakan ini harusnya menyeimbangkan antara manfaat pencegahan campak dengan tepat Akan memerlukan penggunaan model dinamik dinamis, ekonomi, risiko.
(14)
BAB 3. IMPLIKASI KEPERAWATAN
3.1 implikasi
Implikasi yang dapat dilakukan adalah penerapan kebijakan, tatakelola dan penatalaksanaa penyakit campak ini dengan benar. Penyelesaian masalah campak sudah diatur dalam penatalaksanaan penyakit campak dengan demikian yang bisa kita lakukan sebagai seorang perawat adalah melaksanakan penataksanaan keperawatan pada penyakit campak seperti yang dikemukakan Anies(1997) bahwa beberapa hal penting dalam perawatan penyakit campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di tempat tidur, memperhatikan makanan dan minumannya, perawatan mata dan hidung. Serangan penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak beristirahat selama beberapa hari di tempat tidur, terutama bila serangan penyakit cukup hebat, artinya bintik-bintik sangat merah dan suhu badan tinggi. Menurut Wong (2003) pertimbangan perawatan pada penderita campak adalah :
1. isolasi sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernapasan.
2. Pertahankan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
3. Perawatan mata, beri cahaya redup bila terjadi fotofobia, bersihkan kelopak mata dengan larutan salin hangat untuk menghilangkan sekres, jaga anak tidak menggosok mata.
4. Batuk, lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum, anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan lembut.
5. Perawatan kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air hangat bila perlu.
Dalam tiga jurnal yang dianalisis diatas di sebutkan pentingnya pencegahan dan pengendalian campak untuk mencapai tujuan GVAP,pentingnya survelains kesehatan dan kebijakan mengenai penggunaan vakin campak. sebagai seorang tenaga kesehatan yang bisa kita lakukan adalah untuk mensukseskan dengan melaksanakan pencegahan.
(15)
Pencegahan campak adalah dengan pemberian vaksin campak. Saat ini ada dua jenis :
1. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan. Lebih lanjut dapat dimodifikasi dengan pemberian globulin anti-campak. Akibatnya dapat menimbulkan serangan campak, meskipun ringan. Lebih sering tidak. 2. Antiserum khusus campak atau gammaglobulin, yang seringkali diberikan
untuk mencegah serangan csmpak pada individu yang rentan.
Rampengan dan Laurentz (1993) menyatakan bahwa morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
a. Imunisasi Aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin dilengan lain. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Menurut Maryunani (2010) imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun diusia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek samping menurut Rampengan dan Laurentz (1993) adalah sebagai berikut :
1. Hiperpireksia (5-51%)
2. Gejala infeksi saluran pernapasan atas (10-20%) 3. Morbili form rash (3-15%)
4. Kejang demam (0,2%)
5. Ensefalitis (1 antara 1,16 juta anak) 6. Demam (13,95%)
Maryunani (2010) mengemukakan bahwa kontra-indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak :
(16)
a. Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam. b. Dengan penyakit gangguan kekebalan.
c. Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan. d. Dengan kekurangan gizi berat.
e. Dengan penyakit keganasan.
f. Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).
b. Imunisasi Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena risiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose.
Menurut Newell (2003) dalam menentukan jadwal imunisasi, dibutuhkan dua pertimbangan dasar :
a. Kemungkinan anak mendapat penyakit tersebut, kematian atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan penyakit tersebut, serta bahaya dan efektivitas prosedur imunisasi. Semakin sering ditemukan dan semakin berbahaya penyakitnya, serta semakin aman imunisasinya, maka semakin besar kebutuhan imunisasi.
b. Pada usia berapa anak dapat memberi respon terhadap vaksin yang diberikan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
(17)
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Chin, james 2009. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17. Penerjemahan: I Nyoman Kandun. Jakarta: Infomedika
Depkes RI. 2008. Petunjuk Tekniks Surveilans Campak Subdit Surveilans Epidemiologi Imunisasi dan Kesehatan Matra. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Emek. M et al. 2017. Association between seroprevalence of measles and various social determinants in the year following a measles outbreak in Turkey. Department of Public Health, Faculty of Medicine, Dokuz Eylul University, Izmir. Turkey
Kemkes RI. 2010. Profil Kesehtan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia
Maryunani, Anik., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta. Penerbit CV. Trans Info Media.
Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: PT Sagung Seto.
Thompson. Kimberly M et al. 2013. Enabling implementation of the Global Vaccine Action Plan: Developing investment cases to achieve targets for measles and rubella prevention. University of Central Florida, College of Medicine, Orlando, FL 32827. USA
Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramata Publishing.
Whittington. Melanie D. et al . 2017. Impact of Non-Medical Vaccine Exemption Policies on the Health and Economic Burden of Measles.
Department of Clinical Pharmacy, University of Colorado Anschutz Medical Campus. USA
(1)
terhadap kesehatan masyarakat, sistem layanan kesehatan, Dan individu. Disana dijelaskan dengan pembebasan vaksin campak dapat menurunkan angka kejadian campak dalam suatu Negara, namun bisa kita ketahui bahwa yang menjadi masalah pokok suatu Negara adalah masalah ekonomi, begitu juga dengan vaksin campak ini yang menjadi salah satu masalahnya adalah masalah finansial sehingga kebijakan ini harusnya menyeimbangkan antara manfaat pencegahan campak dengan tepat Akan memerlukan penggunaan model dinamik dinamis, ekonomi, risiko.
(2)
BAB 3. IMPLIKASI KEPERAWATAN 3.1 implikasi
Implikasi yang dapat dilakukan adalah penerapan kebijakan, tatakelola dan penatalaksanaa penyakit campak ini dengan benar. Penyelesaian masalah campak sudah diatur dalam penatalaksanaan penyakit campak dengan demikian yang bisa kita lakukan sebagai seorang perawat adalah melaksanakan penataksanaan keperawatan pada penyakit campak seperti yang dikemukakan Anies(1997) bahwa beberapa hal penting dalam perawatan penyakit campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di tempat tidur, memperhatikan makanan dan minumannya, perawatan mata dan hidung. Serangan penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak beristirahat selama beberapa hari di tempat tidur, terutama bila serangan penyakit cukup hebat, artinya bintik-bintik sangat merah dan suhu badan tinggi. Menurut Wong (2003) pertimbangan perawatan pada penderita campak adalah :
1. isolasi sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernapasan.
2. Pertahankan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
3. Perawatan mata, beri cahaya redup bila terjadi fotofobia, bersihkan kelopak mata dengan larutan salin hangat untuk menghilangkan sekres, jaga anak tidak menggosok mata.
4. Batuk, lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum, anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan lembut.
5. Perawatan kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air hangat bila perlu.
Dalam tiga jurnal yang dianalisis diatas di sebutkan pentingnya pencegahan dan pengendalian campak untuk mencapai tujuan GVAP,pentingnya survelains kesehatan dan kebijakan mengenai penggunaan vakin campak. sebagai seorang tenaga kesehatan yang bisa kita lakukan adalah untuk mensukseskan dengan melaksanakan pencegahan.
(3)
Pencegahan campak adalah dengan pemberian vaksin campak. Saat ini ada dua jenis :
1. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan. Lebih lanjut dapat dimodifikasi dengan pemberian globulin anti-campak. Akibatnya dapat menimbulkan serangan campak, meskipun ringan. Lebih sering tidak. 2. Antiserum khusus campak atau gammaglobulin, yang seringkali diberikan
untuk mencegah serangan csmpak pada individu yang rentan.
Rampengan dan Laurentz (1993) menyatakan bahwa morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
a. Imunisasi Aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin dilengan lain. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Menurut Maryunani (2010) imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun diusia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek samping menurut Rampengan dan Laurentz (1993) adalah sebagai berikut :
1. Hiperpireksia (5-51%)
2. Gejala infeksi saluran pernapasan atas (10-20%) 3. Morbili form rash (3-15%)
4. Kejang demam (0,2%)
5. Ensefalitis (1 antara 1,16 juta anak) 6. Demam (13,95%)
(4)
a. Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam. b. Dengan penyakit gangguan kekebalan.
c. Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan. d. Dengan kekurangan gizi berat.
e. Dengan penyakit keganasan.
f. Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).
b. Imunisasi Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena risiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose.
Menurut Newell (2003) dalam menentukan jadwal imunisasi, dibutuhkan dua pertimbangan dasar :
a. Kemungkinan anak mendapat penyakit tersebut, kematian atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan penyakit tersebut, serta bahaya dan efektivitas prosedur imunisasi. Semakin sering ditemukan dan semakin berbahaya penyakitnya, serta semakin aman imunisasinya, maka semakin besar kebutuhan imunisasi.
b. Pada usia berapa anak dapat memberi respon terhadap vaksin yang diberikan.
BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
(5)
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Chin, james 2009. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17. Penerjemahan: I Nyoman Kandun. Jakarta: Infomedika
Depkes RI. 2008. Petunjuk Tekniks Surveilans Campak Subdit Surveilans Epidemiologi Imunisasi dan Kesehatan Matra. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Emek. M et al. 2017. Association between seroprevalence of measles and various social determinants in the year following a measles outbreak in Turkey. Department of Public Health, Faculty of Medicine, Dokuz Eylul University, Izmir. Turkey
Kemkes RI. 2010. Profil Kesehtan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia
Maryunani, Anik., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta. Penerbit CV. Trans Info Media.
Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: PT Sagung Seto.
Thompson. Kimberly M et al. 2013. Enabling implementation of the Global Vaccine Action Plan: Developing investment cases to achieve targets for measles and rubella prevention. University of Central Florida, College of Medicine, Orlando, FL 32827. USA
Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramata Publishing.
Whittington. Melanie D. et al . 2017. Impact of Non-Medical Vaccine Exemption Policies on the Health and Economic Burden of Measles.
Department of Clinical Pharmacy, University of Colorado Anschutz Medical Campus. USA