MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT DISPEPSIA
KELOMPOK 1
ANGGOTA:
1. APRILIA NUGRAHENI
(13008)
2. ATIKA DWI HARYATI (13009)
3. AYU SRI REJEKI
(13010)
4. ANGGIT TRI P
(13006)
5. ALDILA INGGAR N
(13055)
AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena dengan rahmat dan karunia
nya ,kami masih di berikan kesempatan utk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman teman yg telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan penulisan makalah ini banyak kekurangan,oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yg membangun.dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman teman.Amin....
Surakarta,Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A. Latar Belakang
Kata Dyspepsia berasal dari bahasa -Yunani yang berarti pencernaan yang sulit / jelek, juga
dikenal sebagai sakit perut atau gangguan pencernaan, mengacu pada kondisi gangguan
pencernaan Ini adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri kronis atau berulang di
atas. perut kepenuhan dan merasa kenyang lebih awal dari yang diharapkan ketika makan.
Hal ini dapat disertai dengan kembung, bersendawa, mual, atau mulas. Dispepsia adalah
masalah umum, dan sering akibat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau gastritis,
tetapi dalam sebuah minoritas kecil mungkin merupakan gejala pertama dari penyakit ulkus
peptikum (tukak lambung dari lambung atau duodenum) dan kadang-kadang kanker
Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang,
namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Mengenai jenis kelamin,
ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak mengenal
batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F
Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien
yang diteliti. Sayang, tidak hanya di Indonesia , di luar negeri pun, menurut sumber di
Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada
perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa
perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang
memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada lambungnya
atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen
dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung.
Menurut Depkes (2003), dispepsia berada pada peringkat ke 10 dengan proporsi 1,5% untuk
kategori 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan diseluruh rumah sakit di Indonesia.
Tahun 2004 dispepsia menempati urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat
inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50
penyakit penyebab kematian. Survei yang dilakukan dr Ari F. Syam dari FKUI pada tahun
2001 dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50% mengalami dispepsia. Berdasarkan data dari
Rumah Sakit umum Mokopido Tolitoli tahun 2011 didapatkan bahwa angka kejadian rawat
inap kasus dispepsia diruang teratai interna berjumlah 204 pasien (22,7%), dan untuk tahun
2012 periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012 adalah 154 pasien, dengan
presentase 17,2%.
Masalah kesehatan yang tersebut diatas menarik minat peneliti untuk menulis karya tulis
ilmiah oleh karena masalah tersebut harus ditanggulangi untuk mengurangi dan mencegah
komplikasi – komplikasi yang lebih berat. Dan untuk mengatasi masalah – masalah yang
lazim tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang komprenhensif ditujukan untuk
meningkatkan mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan dengan mempergunakan
pendekatan proses keperawatan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang dispepsia
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah agar pemakalah
dapat memberikan informasi kepada para pembaca makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIANEN
GERTIAN
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada ( heartburn) dan regurgitasi asam lambung,
kini tidak lagi termasuk dyspepsia ( Mansjoer, Arif Edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian
dyspepsia terbagi dua, yaitu:
a.
Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.
Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas, radang empedu,
dan lain – lain.
b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
endoskopi ( teropong saluran pencernaan). (Mansjoer, 2000)
B. KLASIFIKASI
a.
Dispepsia Fungsional
Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan
usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus
bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari
lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.
Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara.
Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut
terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah
(biasanya konsistensi makanannya cair).
Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain
yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau
minuman yang sudah dikarbonasi.
Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi
makanan jenis tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan
jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik
makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan
keadaan dispepsia.
Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.
b. Penyakit Refluks Asam/Organik
Cukup sering ditemukan dispepsia akibat asam lambung yang meluap hingga ke esofagus
(saluran antara mulut dan lambung). Karena saluran esofagus tidak cukup kuat menahan
asam -yang semestinya- tidak tumpah, karena pelbagai sebab, pada orang tertentu asam
lambung bisa tumpah ke esofagus dan menyebabkan dispepsia. Dispepsia jenis itu bisa
menyebabkan nyeri pada daerah dada.
c.
Diagnosis
Mencari tahu sebab (diagnosis) dari dispepsia tidaklah mudah. Dalam dunia kedokteran,
diagnosis harus ditegakkan dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan
dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab
penyakit itu relatif tidak gampang.
C. ETIOLOGI
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. Menurut Guyton (1997)
berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :
a.
Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak
nyaman hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh
tidak ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang
paling sering.
b.
Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka di
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus, bersifat
kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.
c.
Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)
d.
Pangkreatitis
e.
Iritable bowel syndrome
f.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan maag.
g.
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.
h.
Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)
i.
Penyakit kandung empedu
j.
Penyakit liver
k.
Kanker lambung (jarang)
l.
Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)
m.
Penyakit lain (jarang)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
E. PATHWAYS
F.
MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia
menjadi tiga tipe:
1)
Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus ( Ulkus – like dyspepsia ), dengan gejala:
§ Nyeri epigastrium terlokalisasi
§ Nyeri hilang setelah makan atau peberian antacid
§ Nyeri saat lapar
§ Nyeri episodic
2)
Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dismotility-like dyspepsia), dengan
gejala:
§ Mudah kenyang
§ Perut cepat terasa penuh saat makan
§ Mual
§ Muntah
§ Upper abdominal bloating
§ Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3)
Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. (Sujono, 2006)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko
kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz,
M William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:
a.
Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil tes
serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum
menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b.
Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus
peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic pada
pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada
penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien
dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm
seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat
mungkin terdapat penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi
serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai
investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat
mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan
endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa
lambung.
c.
DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
e.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap,
laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja.
Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan,
nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat
pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual,
muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 1.
0
– 10)
Berguna
dalam
kefektifan
pengawasan
obat,
kemajuan
2. Berikan istirahat dengan posisi penyembuhan
semifowler
2. Dengan posisi semi-fowler dapat
3. Anjurkan klien untuk menghindari menghilangkan
makanan
yang
meningkatkan
kerja
lambung
4.
Anjurkan
dapat abdomen
untuk
dapat
menghilangkan
nyeri
tetap akut/hebat dan menurunkan
mengatur waktu makannya
5. Observasi TTV tiap 24 jam
bertambah
asam dengan posisi telentang
3.
klien
yang
tegangan
aktivitas peristaltik
4. mencegah terjadinya perih pada
6. Diskusikan dan ajarkan teknik ulu hati/epigastrium
relaksasi
5.
sebagai
indikator
7. Kolaborasi dengan pemberian obat melanjutkan
analgesik
untuk
intervensi
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau
dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah
kerjasama
dengan intervensi terapi lain
B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu,
dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan dan
1.
haluaran tiap jam secara adekuat
Untuk
mengidentifikasi
indikasi/perkembangan
2. Timbang BB klien
dari
hasil yang diharapkan
3. Berikan makanan sedikit tapi
2.
sering
Membantu
menentukan
keseimbangan cairan yang tepat
4. Catat status nutrisi paasien: turgor
3. meminimalkan anoreksia, dan
kulit,
timbang
berat
integritas
mukosa
mulut,
4. Berguna dalam mendefinisikan
kemampuan
menelan,
adanya derajat masalah dan intervensi
bising
usus,
riwayat yang
mual/rnuntah atau diare.
5.
badan, mengurangi iritasi gaster
Kaji
pola
diet
klien
disukai/tidak disukai.
tepat Berguna
pengawasan
kefektifan
dalam
obat,
yang kemajuan penyembuhan
5. Membantu intervensi kebutuhan
6. Monitor intake dan output secara yang
periodik.
spesifik,
meningkatkan
intake diet klien.
7. Catat adanya anoreksia, mual,
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan
muntah, dan tetapkan jika ada cairan
hubungannya
dengan
7. Dapat menentukan jenis diet dan
medikasi.Awasi frekuensi, volume, mengidentifikasi
konsistensi
(BAB).
Buang
Air
pemecahan
Besar masalah untuk meningkatkan
intake nutrisi.
C. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan
cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi,
1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status membran sirkulasi perifer dan hidrasi
mukosa, turgor kulit
seluler
2. Awasi jumlah dan tipe masukan
2.
cairan,
ukur
haluaran
Diskusikan
menghentikan
Identifikasi
strategi
sama
sekali
untuk mengganti
cairan
untuk
dan masukan
kalori
yang
muntah
rencana
berdampak pada keseimbangan
untuk elektrolit
meningkatkan/mempertahankan3.
keseimbangan
mengkomsumsi
mengakibatkan dehidrasi atau
penggunaan laksatif/diuretik
4.
tidak
urine cairan
dengan akurat
3.
Klien
cairan
Membantu
klien
menerima
optimal perasaan bahwa akibat muntah
misalnya : jadwal masukan cairan
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
dan
atau
penggunaan
laksatif/diuretik
mencegah
kehilangan cairan lanjut
4. Melibatkan klien dalam rencana
untuk
memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
5.
Tindakan
memperbaiki
daruat
untuk
ketidak
seimbangan cairan elektroli
D. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan,
dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan
1. Mengetahui sejauh mana tingkat
2. Berikan dorongan dan berikan kecemasan yang dirasakan oleh
waktu
untuk
mengungkapkan klien
sehingga
memudahkan
pikiran dan dengarkan semua dlam tindakan selanjutnya
keluhannya
2.
Klien
merasa
ada
yang
3. Jelaskan semua prosedur dan memperhatikan sehingga klien
pengobatan
4. Berikan dorongan spiritual
merasa aman dalam segala hal
tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti
tentang prosedur sehingga mau
bekejasama
dalam
perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan
untuk
penyembuhan
masih
ada
proses
penyakitnya,
yang
berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
I. PENGKAJIAN
1. A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. H
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Jl. Veteran
Pekerjaan
: Swasta
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 22 Agustus 2010
Tanggal Pengkajian
: 23 Agustus 2010
Diagnosa Medis
: Dispepsia
No. RM
: 17 19 71
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Sungai lulut
Hubungan dengan klien : kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada abdomen atas
dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Agustus
2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa dengan minum
penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada makan dan merasa nyeri
pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan nyerinya bertambah dan rasanya
sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al
Biruni Al Kindi pada tanggal 22 Agustus 2010.
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri pada
abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak sampai dibawa ke Rumah Sakit.
4.Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah mengalami hal seperti apa yang
dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah Sakit dan tidak separah klien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien Composmentis
dengan GCS 4, 5, 6.
Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah)
Hail TTV klien :
TD : 110/ 60 mmHg
N
: 100 x/menit
R
: 20 x/menit
S
: 38°C
Data Antropmetrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA
: 23 cm
BBI
: 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak terdapat
lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat dengan suhu
38°C, warna kulit kuning langasat.
3. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat
ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada
kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat
digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang menempel
paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata
seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan
dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret didalam
hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat
membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang
keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak
berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai
tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut
dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah tapak
bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien
bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing
atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat diperkusi
terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat
dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin
atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa
berjam-jam.
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada sistem
reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan
bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah, skala
kekuatan otot
Ket :
0
: Parlisis total
1
: Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2
: Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan
3
: Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
4
: Gerakan noramal penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan
5
: Gerakan normal penuh mentang gravitasi dengan tahanan.
Skala aktivitas 2
Ket :
0
: Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1
: Membutuhkan penggunaan alat bantu
2
: Membutuhka bantuan minimal
3
: Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4
: Membutuhkan pengawasan total
5
: membutuhka bantuan total
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan Istirahat
Dirumah
: klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari yaitu
sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur
siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.
Di RS
: Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien
mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta
tidurnya tidak puas.
2. Personal Hygiene
Di rumah
: Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan
memotong kuku apabila panjang.
Di RS
: Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja
dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.
3. Nutrisi
Dirumah
: Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan klien
mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS
: Klien megatakn maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat
makan ± 5 sendok makn, klien mengatakan merasa mual dan minum jarang ± 5-6 gelas
sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah
: Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien padat
dan lembek.
Di RS
: klien mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali,
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat,
dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
Klien mengatakan mual
Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
Klien mengatkan skala nyerinya 3
b. Data Objektif
Inspeksi :
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
Mukosa bibir klien tampak kering
Skala aktivitas 2
Auskultasi :
TD : 110/60 mmHg
Perkusi :
Abdomen terdengar hipertimpani
Palpasi :
Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C
Nadi : 100x / menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil Laboratorium
Pemeriksaan
GDS
Test faal hati
SGOP
SGPT
Hasil
115.8
31.5
28.7
0.6
Coba
Up to
120 Result
L UpWBC
to 37, P17.2
Up to
LYM
Up to
37 0.59
MID
1.1-0.6
GRA
10-50
0.30
Satuan
Mg/dl
m/l10ˆ3 / ml
m/l10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
16.4
10ˆ3 / ml
LY%
3.4
%
Creatinina
MI%
1.8
%
Blood urea
GR%
94.8
%
RBC
HGB
4.79
13.9
10ˆ6 / ml
g/ dl
HCT
43.9
%
MCV
92
fl
MCH
29
pg
Test faal ginjal
16.6
MCHC 31.6
g/ dl
RDWc 17.3
%
PLT
PCT
296
0.27
10ˆ3 / ml
%
MPV
9
fl
PDWc 35.3
%
Normal
G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp
Inj. GASTRIDIN 2×1 amp
Inj. Lantipain 30 mg (now)
Inj Gastridin 1 amp (now)
Infus RL 20 tetes/menit
II. ANALISA DATA
NO DATA
1. DS :
MASALAH
Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri
pada abdomen atas
(epigastrium)
Klien mengatakan nyeri
pada abdomen karena
ETIOLOGI
Iritasi pada mukosa
lambung
tidak ada makan
Klien mengatakan
nyerinya seperti ditusuktusuk
Klien mengatakan
nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri
saat abdomennya ditekan
DO:
2.
Klien tampak meringis
kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
DS :
Klien mengatakan tidak
nafsu makan
Klien mengatakan hanya
menghabiskan 5 sendok
makan
Klien mengatakan mual
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Anoreksia
DO :
Mukosa bibir klien
tampak kering
Abdomen terdengar
hipertimpani
Data Antropometrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
3.
DS :
Intoleransi aktivitas
Keluarga klien
mengatakan klien tidak
dapat beraktivitas sendiri
Tirah baring/
imobilisasi
DO :
Klien tampak lemah dan
terbaring ditempat tidur
Skala aktivitas 2
Prioritas Masalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.
III. PERENCANAAN
N HARI/ DIAGNOSA
PERENCANAAN
TANGG
KEPERAWATAN TUJUAN
O AL
1. Senin, Nyeri b.d Iritasi
23
pada mukosa
Agustus lambung
ditandai dengan
2010
Klien
mengatak
an nyeri
pada
abdomen
atas
(epigastri
um)
Klien
mengatak
an nyeri
pada
abdomen
karena
tidak ada
makan
Klien
mengatak
an
nyerinya
seperti
ditusuktusuk
Klien
mengatak
an
nyerinya
bisa
berjamjam
Klien
mengatak
an nyeri
saat
abdomen
nya
ditekan
Nyeri akut
teratasi selama 3
hari perawatan
dengan kriteria
evaluasi :
Klien
tidak lagi
merasa
adanya
nyeri
Klien tidk
lagi
tampak
meringis
kesakitan
Skla nyeri
0
INTERVENSI
1. Kaji status
nyeri
1. Observasi
TTV
1. berikan
kompres
hangat
1. berikan
posisi
nyaman
1. kolaborasi
dengan
pemberian
obat
analgetik
2. berguna
dalam
pengawasan
kefektifan
obat dan
kemajuan
penyembuha
n.
3. mengetahui
pengaruh
nyeri
terhadap TTV
4. Meningkatan
peredaran
darah dengan
vasodilatasi
dapat
mengurangi
rasa nyeri
5. posisi yang
cepat
membuat
nyeri tida
RASIONAL
Klien
tampak
meringis
kesakitan
terasa
6. mengurangi
rsa nyeri/
dapat
terkontrol
Skala
nyeri 3
(berat)
2. Senin, Ketidakseimban Ketidakseimban
23
gan nutrisi
gan nutrisi
Agustus kurang dari
kurang dari
kebutuhan
kebutuhan
2010
tubuh b.d
tubuh teratasi
Anoreksia
selama 3 hari
ditandai dengan perawatan
dengan kriteria
Klien
evaluasi :
mengatak
Klien
an tidak
nafsu
mengatak
makan
an
menghabi
Klien
skan
porsi
mengatak
makanan
an hanya
yang
menghabi
disediaka
skan 5
n RS
sendok
makan
Klien
Klien
mengatak
an tidak
mengatak
mual lagi
an mual
Mukosa
bibir
klien
tampak
kering
Abdomen
terdengar
hipertim
pani
Mukosa
bibir
tampak
lembab
Abdomen
terdengar
timpani
1. Kaji status
nutrisi
1. Timbang BB
tiap hari
1. menunjukka
n faktor yang
mempengaru
hi kebutuhan
nutrisi
1. Ajarkan
makan
sedikit tapi
sering
2. membantu
mementukan
keseimbanga
n cairan
1. kaji sejauh
mana
ketidakadeku
atan nutrisi
3. dapat
menurunkan
asam
lambung
4. menganalisa
penyebab
melaksanaka
n intervensi
3 Senin, Intoleransi
23
aktivitas
Agustus berhubungan
dengan Tirah
2010
baring/
imobilisasi
ditandai dengan
Intoleransi
aktivitas teratasi
selama 3 hari
perawatan
dengan kriteria
evaluasi :
Keluarga
klien
mengatak
an klien
tidak
dapat
beraktivit
as sendiri
Klien
tampak
lemah
dan
terbaring
ditempat
tidur
Skala
aktivitas
2
Klien
dapat
beraktivit
as secara
mandiri
Klien
tidak lagi
tampak
lemah
Skala
aktivitas
0
1. kaji tingkat
toleransi
aktivitas
2. berikan
lingkungan
yang tenang
3. anjurkan
untuk
membatasi
aktivitas dan
melakukan
perawatan
sesuai
kebutuhan
4. untuk
mengetahui
seberapa
besar
toleransi
klien dalam
beraktivitas
5. meningkatka
n periode
istirahat klien
shingga
meminimalisi
s kelelahan
6. aktivitas yang
berlebihan
mengakibatk
an kelelahan
dan proses
penyakit.
IV. IMPLEMENTASI
HARI/
NO.
NO TANGGAL PUKUL DX IMPLEMENTASI
1. Senin,
08.30
23 Agustus 09.15
2010
I
09.00
EVALUASI
TINDAKAN
1. mengkaji status
nutrisi
1. klien
mengatakan
nyeri pada
abdomen da
nyerinya
seperti
ditusuk-tusuk
selama berjajam
1. mengobservasi TTV
1. Memberikan
kompres hangat
2. Hail TTV
klien :
TD
: 110/ 60 mmHg
N
: 100 x/menit
R
: 20 x/menit
S
: 38°C
1. Klien
mengatakan
nyerinya
berkurang.
2. Senin,
08.30
23 Agustus 08.30
2010
08.30
II
1. mengkaji status
nutrisi
1. mengobservasi
penyebab tidak nafsu
makan
1. klien
mengatakan
hanya dapat
menghabiskan
5 sendok
makn
PARAF
2. menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
2. klien
mengatakn
tidak nafsu
makn karena
mual
3. klien
mengatkan
apabila tidak
mual dan nyeri
akan makan
3. Senin,
09.00
23 Agustus 09.01
III
1. mengkaji tingkat
toleransi aktivitas
2010
1. menganjurkan untuk
membatasi aktivitas
dan melakukan
perawatan sesuai
kebutuhan
1. Aktivitas klien
2 (dengan
bantuan orang
lain)
2. klien
memahami
agar terhindar
dari kelelahan
V. EVALUASI
HARI/
NO TANGGAL
1.
PUKUL
Senin,
09.00
23 Agustus
NO.
DX
I
2010
Evaluasi hasil
S : klien mengatakan nyeri pada
abdomen dan nyerinya seperti ditusuktusuk selama berjam-jam.
O : klien tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
08.15
II
kaji status nyeri
observasi ttv
berikan kompres hangat
S : klien mengatakan hanya dapat
menghabiskan 5 sendok makan
O : Mukosa bibir klien tampak kering
dan abdomen terdengar hipertimpani
A: masalah Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
PARAF
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
08.45
III
kaji status nutrisi
anjurkan makan sedikit tapi
sering
S : klien mengatakan klien tidak dapat
beraktivitas
O: klien tampak lemah dan terbaring
ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
kaji skala aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan,
edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI
PENYAKIT DISPEPSIA
KELOMPOK 1
ANGGOTA:
1. APRILIA NUGRAHENI
(13008)
2. ATIKA DWI HARYATI (13009)
3. AYU SRI REJEKI
(13010)
4. ANGGIT TRI P
(13006)
5. ALDILA INGGAR N
(13055)
AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena dengan rahmat dan karunia
nya ,kami masih di berikan kesempatan utk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman teman yg telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan penulisan makalah ini banyak kekurangan,oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yg membangun.dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman teman.Amin....
Surakarta,Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A. Latar Belakang
Kata Dyspepsia berasal dari bahasa -Yunani yang berarti pencernaan yang sulit / jelek, juga
dikenal sebagai sakit perut atau gangguan pencernaan, mengacu pada kondisi gangguan
pencernaan Ini adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri kronis atau berulang di
atas. perut kepenuhan dan merasa kenyang lebih awal dari yang diharapkan ketika makan.
Hal ini dapat disertai dengan kembung, bersendawa, mual, atau mulas. Dispepsia adalah
masalah umum, dan sering akibat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau gastritis,
tetapi dalam sebuah minoritas kecil mungkin merupakan gejala pertama dari penyakit ulkus
peptikum (tukak lambung dari lambung atau duodenum) dan kadang-kadang kanker
Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang,
namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Mengenai jenis kelamin,
ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak mengenal
batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F
Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien
yang diteliti. Sayang, tidak hanya di Indonesia , di luar negeri pun, menurut sumber di
Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada
perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa
perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang
memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada lambungnya
atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen
dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung.
Menurut Depkes (2003), dispepsia berada pada peringkat ke 10 dengan proporsi 1,5% untuk
kategori 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan diseluruh rumah sakit di Indonesia.
Tahun 2004 dispepsia menempati urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat
inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50
penyakit penyebab kematian. Survei yang dilakukan dr Ari F. Syam dari FKUI pada tahun
2001 dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50% mengalami dispepsia. Berdasarkan data dari
Rumah Sakit umum Mokopido Tolitoli tahun 2011 didapatkan bahwa angka kejadian rawat
inap kasus dispepsia diruang teratai interna berjumlah 204 pasien (22,7%), dan untuk tahun
2012 periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012 adalah 154 pasien, dengan
presentase 17,2%.
Masalah kesehatan yang tersebut diatas menarik minat peneliti untuk menulis karya tulis
ilmiah oleh karena masalah tersebut harus ditanggulangi untuk mengurangi dan mencegah
komplikasi – komplikasi yang lebih berat. Dan untuk mengatasi masalah – masalah yang
lazim tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang komprenhensif ditujukan untuk
meningkatkan mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan dengan mempergunakan
pendekatan proses keperawatan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang dispepsia
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah agar pemakalah
dapat memberikan informasi kepada para pembaca makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIANEN
GERTIAN
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada ( heartburn) dan regurgitasi asam lambung,
kini tidak lagi termasuk dyspepsia ( Mansjoer, Arif Edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian
dyspepsia terbagi dua, yaitu:
a.
Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.
Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas, radang empedu,
dan lain – lain.
b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
endoskopi ( teropong saluran pencernaan). (Mansjoer, 2000)
B. KLASIFIKASI
a.
Dispepsia Fungsional
Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan
usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus
bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari
lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.
Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara.
Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut
terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah
(biasanya konsistensi makanannya cair).
Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain
yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau
minuman yang sudah dikarbonasi.
Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi
makanan jenis tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan
jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik
makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan
keadaan dispepsia.
Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.
b. Penyakit Refluks Asam/Organik
Cukup sering ditemukan dispepsia akibat asam lambung yang meluap hingga ke esofagus
(saluran antara mulut dan lambung). Karena saluran esofagus tidak cukup kuat menahan
asam -yang semestinya- tidak tumpah, karena pelbagai sebab, pada orang tertentu asam
lambung bisa tumpah ke esofagus dan menyebabkan dispepsia. Dispepsia jenis itu bisa
menyebabkan nyeri pada daerah dada.
c.
Diagnosis
Mencari tahu sebab (diagnosis) dari dispepsia tidaklah mudah. Dalam dunia kedokteran,
diagnosis harus ditegakkan dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan
dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab
penyakit itu relatif tidak gampang.
C. ETIOLOGI
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. Menurut Guyton (1997)
berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :
a.
Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak
nyaman hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh
tidak ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang
paling sering.
b.
Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka di
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus, bersifat
kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.
c.
Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)
d.
Pangkreatitis
e.
Iritable bowel syndrome
f.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan maag.
g.
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.
h.
Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)
i.
Penyakit kandung empedu
j.
Penyakit liver
k.
Kanker lambung (jarang)
l.
Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)
m.
Penyakit lain (jarang)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
E. PATHWAYS
F.
MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia
menjadi tiga tipe:
1)
Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus ( Ulkus – like dyspepsia ), dengan gejala:
§ Nyeri epigastrium terlokalisasi
§ Nyeri hilang setelah makan atau peberian antacid
§ Nyeri saat lapar
§ Nyeri episodic
2)
Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dismotility-like dyspepsia), dengan
gejala:
§ Mudah kenyang
§ Perut cepat terasa penuh saat makan
§ Mual
§ Muntah
§ Upper abdominal bloating
§ Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3)
Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. (Sujono, 2006)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko
kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz,
M William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:
a.
Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil tes
serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum
menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b.
Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus
peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic pada
pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada
penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien
dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm
seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat
mungkin terdapat penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi
serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai
investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat
mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan
endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa
lambung.
c.
DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
e.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap,
laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja.
Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan,
nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat
pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual,
muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 1.
0
– 10)
Berguna
dalam
kefektifan
pengawasan
obat,
kemajuan
2. Berikan istirahat dengan posisi penyembuhan
semifowler
2. Dengan posisi semi-fowler dapat
3. Anjurkan klien untuk menghindari menghilangkan
makanan
yang
meningkatkan
kerja
lambung
4.
Anjurkan
dapat abdomen
untuk
dapat
menghilangkan
nyeri
tetap akut/hebat dan menurunkan
mengatur waktu makannya
5. Observasi TTV tiap 24 jam
bertambah
asam dengan posisi telentang
3.
klien
yang
tegangan
aktivitas peristaltik
4. mencegah terjadinya perih pada
6. Diskusikan dan ajarkan teknik ulu hati/epigastrium
relaksasi
5.
sebagai
indikator
7. Kolaborasi dengan pemberian obat melanjutkan
analgesik
untuk
intervensi
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau
dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah
kerjasama
dengan intervensi terapi lain
B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu,
dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan dan
1.
haluaran tiap jam secara adekuat
Untuk
mengidentifikasi
indikasi/perkembangan
2. Timbang BB klien
dari
hasil yang diharapkan
3. Berikan makanan sedikit tapi
2.
sering
Membantu
menentukan
keseimbangan cairan yang tepat
4. Catat status nutrisi paasien: turgor
3. meminimalkan anoreksia, dan
kulit,
timbang
berat
integritas
mukosa
mulut,
4. Berguna dalam mendefinisikan
kemampuan
menelan,
adanya derajat masalah dan intervensi
bising
usus,
riwayat yang
mual/rnuntah atau diare.
5.
badan, mengurangi iritasi gaster
Kaji
pola
diet
klien
disukai/tidak disukai.
tepat Berguna
pengawasan
kefektifan
dalam
obat,
yang kemajuan penyembuhan
5. Membantu intervensi kebutuhan
6. Monitor intake dan output secara yang
periodik.
spesifik,
meningkatkan
intake diet klien.
7. Catat adanya anoreksia, mual,
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan
muntah, dan tetapkan jika ada cairan
hubungannya
dengan
7. Dapat menentukan jenis diet dan
medikasi.Awasi frekuensi, volume, mengidentifikasi
konsistensi
(BAB).
Buang
Air
pemecahan
Besar masalah untuk meningkatkan
intake nutrisi.
C. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan
cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi,
1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status membran sirkulasi perifer dan hidrasi
mukosa, turgor kulit
seluler
2. Awasi jumlah dan tipe masukan
2.
cairan,
ukur
haluaran
Diskusikan
menghentikan
Identifikasi
strategi
sama
sekali
untuk mengganti
cairan
untuk
dan masukan
kalori
yang
muntah
rencana
berdampak pada keseimbangan
untuk elektrolit
meningkatkan/mempertahankan3.
keseimbangan
mengkomsumsi
mengakibatkan dehidrasi atau
penggunaan laksatif/diuretik
4.
tidak
urine cairan
dengan akurat
3.
Klien
cairan
Membantu
klien
menerima
optimal perasaan bahwa akibat muntah
misalnya : jadwal masukan cairan
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
dan
atau
penggunaan
laksatif/diuretik
mencegah
kehilangan cairan lanjut
4. Melibatkan klien dalam rencana
untuk
memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
5.
Tindakan
memperbaiki
daruat
untuk
ketidak
seimbangan cairan elektroli
D. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan,
dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan
1. Mengetahui sejauh mana tingkat
2. Berikan dorongan dan berikan kecemasan yang dirasakan oleh
waktu
untuk
mengungkapkan klien
sehingga
memudahkan
pikiran dan dengarkan semua dlam tindakan selanjutnya
keluhannya
2.
Klien
merasa
ada
yang
3. Jelaskan semua prosedur dan memperhatikan sehingga klien
pengobatan
4. Berikan dorongan spiritual
merasa aman dalam segala hal
tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti
tentang prosedur sehingga mau
bekejasama
dalam
perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan
untuk
penyembuhan
masih
ada
proses
penyakitnya,
yang
berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
I. PENGKAJIAN
1. A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. H
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Jl. Veteran
Pekerjaan
: Swasta
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 22 Agustus 2010
Tanggal Pengkajian
: 23 Agustus 2010
Diagnosa Medis
: Dispepsia
No. RM
: 17 19 71
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Sungai lulut
Hubungan dengan klien : kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada abdomen atas
dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Agustus
2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa dengan minum
penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada makan dan merasa nyeri
pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan nyerinya bertambah dan rasanya
sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al
Biruni Al Kindi pada tanggal 22 Agustus 2010.
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri pada
abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak sampai dibawa ke Rumah Sakit.
4.Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah mengalami hal seperti apa yang
dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah Sakit dan tidak separah klien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien Composmentis
dengan GCS 4, 5, 6.
Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah)
Hail TTV klien :
TD : 110/ 60 mmHg
N
: 100 x/menit
R
: 20 x/menit
S
: 38°C
Data Antropmetrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA
: 23 cm
BBI
: 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak terdapat
lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat dengan suhu
38°C, warna kulit kuning langasat.
3. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat
ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada
kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat
digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang menempel
paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata
seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan
dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret didalam
hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat
membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang
keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak
berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai
tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut
dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah tapak
bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien
bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing
atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat diperkusi
terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat
dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin
atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa
berjam-jam.
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada sistem
reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan
bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah, skala
kekuatan otot
Ket :
0
: Parlisis total
1
: Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2
: Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan
3
: Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
4
: Gerakan noramal penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan
5
: Gerakan normal penuh mentang gravitasi dengan tahanan.
Skala aktivitas 2
Ket :
0
: Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1
: Membutuhkan penggunaan alat bantu
2
: Membutuhka bantuan minimal
3
: Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4
: Membutuhkan pengawasan total
5
: membutuhka bantuan total
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan Istirahat
Dirumah
: klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari yaitu
sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur
siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.
Di RS
: Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien
mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta
tidurnya tidak puas.
2. Personal Hygiene
Di rumah
: Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan
memotong kuku apabila panjang.
Di RS
: Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja
dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.
3. Nutrisi
Dirumah
: Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan klien
mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS
: Klien megatakn maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat
makan ± 5 sendok makn, klien mengatakan merasa mual dan minum jarang ± 5-6 gelas
sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah
: Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien padat
dan lembek.
Di RS
: klien mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali,
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat,
dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
Klien mengatakan mual
Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
Klien mengatkan skala nyerinya 3
b. Data Objektif
Inspeksi :
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
Mukosa bibir klien tampak kering
Skala aktivitas 2
Auskultasi :
TD : 110/60 mmHg
Perkusi :
Abdomen terdengar hipertimpani
Palpasi :
Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C
Nadi : 100x / menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil Laboratorium
Pemeriksaan
GDS
Test faal hati
SGOP
SGPT
Hasil
115.8
31.5
28.7
0.6
Coba
Up to
120 Result
L UpWBC
to 37, P17.2
Up to
LYM
Up to
37 0.59
MID
1.1-0.6
GRA
10-50
0.30
Satuan
Mg/dl
m/l10ˆ3 / ml
m/l10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
16.4
10ˆ3 / ml
LY%
3.4
%
Creatinina
MI%
1.8
%
Blood urea
GR%
94.8
%
RBC
HGB
4.79
13.9
10ˆ6 / ml
g/ dl
HCT
43.9
%
MCV
92
fl
MCH
29
pg
Test faal ginjal
16.6
MCHC 31.6
g/ dl
RDWc 17.3
%
PLT
PCT
296
0.27
10ˆ3 / ml
%
MPV
9
fl
PDWc 35.3
%
Normal
G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp
Inj. GASTRIDIN 2×1 amp
Inj. Lantipain 30 mg (now)
Inj Gastridin 1 amp (now)
Infus RL 20 tetes/menit
II. ANALISA DATA
NO DATA
1. DS :
MASALAH
Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri
pada abdomen atas
(epigastrium)
Klien mengatakan nyeri
pada abdomen karena
ETIOLOGI
Iritasi pada mukosa
lambung
tidak ada makan
Klien mengatakan
nyerinya seperti ditusuktusuk
Klien mengatakan
nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri
saat abdomennya ditekan
DO:
2.
Klien tampak meringis
kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
DS :
Klien mengatakan tidak
nafsu makan
Klien mengatakan hanya
menghabiskan 5 sendok
makan
Klien mengatakan mual
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Anoreksia
DO :
Mukosa bibir klien
tampak kering
Abdomen terdengar
hipertimpani
Data Antropometrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
3.
DS :
Intoleransi aktivitas
Keluarga klien
mengatakan klien tidak
dapat beraktivitas sendiri
Tirah baring/
imobilisasi
DO :
Klien tampak lemah dan
terbaring ditempat tidur
Skala aktivitas 2
Prioritas Masalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.
III. PERENCANAAN
N HARI/ DIAGNOSA
PERENCANAAN
TANGG
KEPERAWATAN TUJUAN
O AL
1. Senin, Nyeri b.d Iritasi
23
pada mukosa
Agustus lambung
ditandai dengan
2010
Klien
mengatak
an nyeri
pada
abdomen
atas
(epigastri
um)
Klien
mengatak
an nyeri
pada
abdomen
karena
tidak ada
makan
Klien
mengatak
an
nyerinya
seperti
ditusuktusuk
Klien
mengatak
an
nyerinya
bisa
berjamjam
Klien
mengatak
an nyeri
saat
abdomen
nya
ditekan
Nyeri akut
teratasi selama 3
hari perawatan
dengan kriteria
evaluasi :
Klien
tidak lagi
merasa
adanya
nyeri
Klien tidk
lagi
tampak
meringis
kesakitan
Skla nyeri
0
INTERVENSI
1. Kaji status
nyeri
1. Observasi
TTV
1. berikan
kompres
hangat
1. berikan
posisi
nyaman
1. kolaborasi
dengan
pemberian
obat
analgetik
2. berguna
dalam
pengawasan
kefektifan
obat dan
kemajuan
penyembuha
n.
3. mengetahui
pengaruh
nyeri
terhadap TTV
4. Meningkatan
peredaran
darah dengan
vasodilatasi
dapat
mengurangi
rasa nyeri
5. posisi yang
cepat
membuat
nyeri tida
RASIONAL
Klien
tampak
meringis
kesakitan
terasa
6. mengurangi
rsa nyeri/
dapat
terkontrol
Skala
nyeri 3
(berat)
2. Senin, Ketidakseimban Ketidakseimban
23
gan nutrisi
gan nutrisi
Agustus kurang dari
kurang dari
kebutuhan
kebutuhan
2010
tubuh b.d
tubuh teratasi
Anoreksia
selama 3 hari
ditandai dengan perawatan
dengan kriteria
Klien
evaluasi :
mengatak
Klien
an tidak
nafsu
mengatak
makan
an
menghabi
Klien
skan
porsi
mengatak
makanan
an hanya
yang
menghabi
disediaka
skan 5
n RS
sendok
makan
Klien
Klien
mengatak
an tidak
mengatak
mual lagi
an mual
Mukosa
bibir
klien
tampak
kering
Abdomen
terdengar
hipertim
pani
Mukosa
bibir
tampak
lembab
Abdomen
terdengar
timpani
1. Kaji status
nutrisi
1. Timbang BB
tiap hari
1. menunjukka
n faktor yang
mempengaru
hi kebutuhan
nutrisi
1. Ajarkan
makan
sedikit tapi
sering
2. membantu
mementukan
keseimbanga
n cairan
1. kaji sejauh
mana
ketidakadeku
atan nutrisi
3. dapat
menurunkan
asam
lambung
4. menganalisa
penyebab
melaksanaka
n intervensi
3 Senin, Intoleransi
23
aktivitas
Agustus berhubungan
dengan Tirah
2010
baring/
imobilisasi
ditandai dengan
Intoleransi
aktivitas teratasi
selama 3 hari
perawatan
dengan kriteria
evaluasi :
Keluarga
klien
mengatak
an klien
tidak
dapat
beraktivit
as sendiri
Klien
tampak
lemah
dan
terbaring
ditempat
tidur
Skala
aktivitas
2
Klien
dapat
beraktivit
as secara
mandiri
Klien
tidak lagi
tampak
lemah
Skala
aktivitas
0
1. kaji tingkat
toleransi
aktivitas
2. berikan
lingkungan
yang tenang
3. anjurkan
untuk
membatasi
aktivitas dan
melakukan
perawatan
sesuai
kebutuhan
4. untuk
mengetahui
seberapa
besar
toleransi
klien dalam
beraktivitas
5. meningkatka
n periode
istirahat klien
shingga
meminimalisi
s kelelahan
6. aktivitas yang
berlebihan
mengakibatk
an kelelahan
dan proses
penyakit.
IV. IMPLEMENTASI
HARI/
NO.
NO TANGGAL PUKUL DX IMPLEMENTASI
1. Senin,
08.30
23 Agustus 09.15
2010
I
09.00
EVALUASI
TINDAKAN
1. mengkaji status
nutrisi
1. klien
mengatakan
nyeri pada
abdomen da
nyerinya
seperti
ditusuk-tusuk
selama berjajam
1. mengobservasi TTV
1. Memberikan
kompres hangat
2. Hail TTV
klien :
TD
: 110/ 60 mmHg
N
: 100 x/menit
R
: 20 x/menit
S
: 38°C
1. Klien
mengatakan
nyerinya
berkurang.
2. Senin,
08.30
23 Agustus 08.30
2010
08.30
II
1. mengkaji status
nutrisi
1. mengobservasi
penyebab tidak nafsu
makan
1. klien
mengatakan
hanya dapat
menghabiskan
5 sendok
makn
PARAF
2. menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
2. klien
mengatakn
tidak nafsu
makn karena
mual
3. klien
mengatkan
apabila tidak
mual dan nyeri
akan makan
3. Senin,
09.00
23 Agustus 09.01
III
1. mengkaji tingkat
toleransi aktivitas
2010
1. menganjurkan untuk
membatasi aktivitas
dan melakukan
perawatan sesuai
kebutuhan
1. Aktivitas klien
2 (dengan
bantuan orang
lain)
2. klien
memahami
agar terhindar
dari kelelahan
V. EVALUASI
HARI/
NO TANGGAL
1.
PUKUL
Senin,
09.00
23 Agustus
NO.
DX
I
2010
Evaluasi hasil
S : klien mengatakan nyeri pada
abdomen dan nyerinya seperti ditusuktusuk selama berjam-jam.
O : klien tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
08.15
II
kaji status nyeri
observasi ttv
berikan kompres hangat
S : klien mengatakan hanya dapat
menghabiskan 5 sendok makan
O : Mukosa bibir klien tampak kering
dan abdomen terdengar hipertimpani
A: masalah Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
PARAF
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
08.45
III
kaji status nutrisi
anjurkan makan sedikit tapi
sering
S : klien mengatakan klien tidak dapat
beraktivitas
O: klien tampak lemah dan terbaring
ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
kaji skala aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan,
edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI