S PJKR 0901501 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam upaya menigkatkan kualitas hidup manusi itu sendiri. Penndidikan mengantarkan manusia dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan berbagai aspek yang ada di dalam dirinya. Hampir semua potensi yang melekat pada diri manusia dapat dikembangkan melalui pendidikan. Karena itu, manusia dan pendidikan tidak akan terlepas satu sama lain.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari takkan pernah lepas dari proses pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup untuk selalu meningkatkan berbagai aspek yang dimiliki oleh manusia. Pengembangan itu hampir pada semua aspek, termasuk aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor, aspek sosial bahkan aspek spiritual yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Pada kehidupannya manusia selalu melakukan proses belajar di dalamnya, baik secara disadari ataupun tidak. Belajar merupakan proses untuk mencapai suatu kemampuan yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap manusia belajar untuk melakukan perubahan dalam hidupnya, bukan hanya dalam aspek-aspek tertentu saja tetapi berbagai aspek kehidupannya. Belajar adalah cara manusia mengembangkan kapabilitasnya. Belajar terkait dengan internalisasi makna sikap dan perilaku yang melekat pada diri manusia.

Seperti yang dijelaskan oleh Morgan et al.(1986) (dalam Baharuddindan Esa Nur Wahyuni, 2008:14), menyatakan bahwa „belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman‟. Dalam kehidupan manusia takkan pernah lepas dari proses belajar, dengan belajar manusia dapat meningkatkan taraf hidupnya. Sehingga dapat melaksanakan kehidupan secara efektif dan efisien. Dalam kaitan dengan unsur jasmani, hidup yang efektif dan efisien dapat ditunjang dengan pendidikan jasmani. Karena


(2)

pendidikan jasmani memanfaatkan jasmani untuk mempengaruhi aspek-aspek lainnya.

Pendidikan jasmani itu pada dasarnya merupakan salah satu bagian yang penting dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan aspek psikomotor saja, tetapi terkait dengan aspek-aspek lainnya, termasuk pengembangan kognitif, efektif, emosional dan sosial siswa turut dikembengkan dalam pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk menghasilkan perubahan kualitas individu dalam berbagai aspek diantaranya yaitu aspek psikomotor, afektif, kognitif, aspek efektif dan aspek sosial melalui daya kesadarannya sebagai personaliti manusia. Sebagai jati diri manusia jasmani bisa terkait dengan dimensi kognisi, afeksi, dan sosial, pendidikan jasmani sering pula disebut pendidikan menyeluruh.

Seperti dijeleaskan oleh Harold M.Barrow (dalamBambang Abduljabar, 2009:6), yang menyatakan bahwa :

Pendidikan jasmani dapat disefinisikan sebagai “pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai…individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.”

Pendidikan jasmani mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia selamanya. Karena dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan aspek psikomotor yang berguna untuk meningkatakan kualitas gerak yang tidak hanya berguna untuk prestasi semata melainkan berguna untuk kehidupan sehari-hari, baik untuk meningkatkan keterampilan kecabangan olahraga ataupun untuk meningkatkan kualitas gerak agar manusia dapat melakukan gerak secara efektif dan efisien. Agus Mahendra (2009:21) mengemukakan pendapat bahwa :


(3)

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bikan hanya dekorasi atau ornemen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Selain pendidikan jasmani berguna untuk meningkatkan aspek kognitif atau pengetahuan, aspek afektif, serta aspek sosial dimana manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Karena kodrat menusia selain sebagai mahluk individu, manusia sebagai mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, bermain serta berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana karena pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan secara utuh.

Pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek pada manusia, bukan hanya aspek psikomotor saja. Pendidikan jasmani harus mempengaruhi peserta didik untuk bergerak, berfikir, berkomunikasi sehingga bisa menimbulkan proses sosial seperti terbentuknya kerjasama, berbagi tugas antar peserta didik, serta berfikir untuk selalu berubah dalam memahami suatu proses pembelajaran sehingga memungkinkan peserta didik untuk selalu mengembangkan berbagai aspek dalam diri peserta didik. Pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, karena pendidikan jasamani bertujuan untuk mencipatakan manusia secara utuh, bukan menciptakan manusia yang hanya pintar melakukan tugas gerak dalam kehidupan. Oleh karena itu pendidikan jasmani diberikan pada lingkungan sekolah.


(4)

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah dilaksanakan di lingkungan sekolah sesuai dengan tempat dan waktu yang sudah disesuaikan untuk melakukan proses pembelajaran penjas. Pendidikan jasmani dilakukan melalui aktivitas fisik seperti olahraga dengan berbagai materi yang diberikan.

Materi yang diberikan bertujuan agar peserta didik selalu mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Materi yang diajarkan diantaranya adalah bola voli, bola basket, sepak bola, senam sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Salah satu materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah adalah senam.

Senam merupakan modal yang sangat peting untuk menunjang tugas gerak selanjutnya. Didalam senam terdapat beberapa unsur yang sangat menunjang kemampuan gerak selanjutnya. Diantaranya adalah kekuatan dan daya tahan otot yang berguna untuk kehidupan sehari-hari ataupun guna modal untuk cabang olahraga lainnya. Menurut Mahendra (2009:7) senam adalah:

Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk memdapak penekanan di dalam program pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktifitas fisisk cabang olahraga lain, trutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien

Senam yang diajarkan dalam lingkungan sekolah merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan berbagai aspek dalam diri peserta didik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran penjas malalui pembelajaran senam dipengaruhi oleh berbagai aspek diantaranya adalah penerapan model pengajaran.

Model pengajaran yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan disekolah. Pembelajaran panjas disekolah guru sering sekali menggunakan model pembelajaran langsung. Model pengajaran


(5)

langsung adalah model pengajaran yang menekankan pada guru sebagai pengatur dalam proses pembelajaran serta dalam proses pembelajaran semua berpusat pada guru sedangkan siswa hanya mengikuti tugas gerak yang ditugaskan kepadanya.

Menurut Roy Killen (1998:2) (dalamTite Juliantine et al. 2001:6) bahwa model pengajaran langsung adalah,

Direct instruction merujuk pada teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepeda murid secara langsun, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.

Dalam model pengajaran langsung proses pembelajaran berpusat pada guru. Peserta didik mengikuti semua rencana pengajaran serta tugas gerak yang diberikan oleh guru. Ini menjadikan peserta didik selalu menunggu tugas gerak yang diinstruksikan oleh guru. Peserta didik kurang menggunakan imajinasinya untuk melaksakan tugas gerak yang diberikan. Dikarenakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru.

Guru menggunakan model pengajaran langsung beranggapan bahwa keberhasilan dari suatu proses pengajaran penjas adalah siswa dapat melakukan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Merupakan keberhasilan dari suatu proses pengajaran penjas disekolah. Keberhasilan penjas disekolah bukan saja dilihat dari kemampuan peserta didik melakukan suatu tugas gerak yang diberikan, tetapi proses dari suatu proses pembelajaran yang ditampilkan dari peserta didik pada proses pengajaran. Model pengajaran yang dapat menjadi solusi permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah adalah model pengajaran tidak langsung.

Model pengajaran tidak langsung merupakan model pengajaran yang berbeda dengan model pengajaran langsung (Direct instruction). Dalam model pengajaran tidak langsung guru bersifat sebagai fasilitator, proses pengajaran


(6)

berpusat pada peserta didik. Model pengajaran tidak langsungberguna untuk meningkatkan tingkat nalar pesertadidik untuk memecahkan suatu masalah guna mencapai suatu keberhasilan.

Model Indirect Instruction / Non-Directive (Model Pengajaran Tidak Langsung), model pengajaran ini menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Untuk mencapai integrasi pribadi dan memaksimalkan daya pikir yang dimiliki pesertadidik. Pesertadidik dilatih berpikir lintas disiplin, menyelesaikan setiap masalah sesuai dengan kemampuan dan keinginannya tapi harus bisa dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, pesertadidik lebih memiliki ruang yang luas untuk berkreatifitas dan meningkatkan semangat belajarnya. (Tersedia online dihttp://digilib.sunanampel.ac.id)

Model pengajaran tidak langsung berpusat pada peserta didik, guru sebagai fasilitator. Penggunaan model pengajaran tidak langsung pada pembelajaran penjas diharapkan dapat meningkatkan partisipasi peserta didik.

Partisipasi adalah keikutsertaan peseta didik dalam mengikuti suatu proses pembelajaran yang dilakukan, baik keterlibatan secara mental, emosi. Seperti

yang dikemukakan oleh Keith Davis(dalam [online]

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi), “Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya”

Partisipasi peserta didik merupakan salah satu faktor penentu ketercapaian tujuan yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Guru penjas harus menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran penjas. Guru penjas harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan menggunakan media, sarana dan prasarana yang ada serta kemampuan guru untuk mengkreasikan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan guna tercapainya tujuan dari proses pembelajaran, khususnya aktivitas pembelajaran senam.


(7)

Pengajaran aktivitas senam disekolah sering kali guru menggunakan model pengajaran langsung. Peran serta peserta didik yang mengikuti pembelajaran kurang mempunyai semangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Terlihat dari peran serta peserta didik yang pasif. Ini mengakibatkan tingkat partisipasi peserta didik lemah. Karena partisipasi yang terlihat adalah partisipasi fisikdan tenaga. Peserta didik kurang mampu mengembangkan pemikiran peserta didik untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dan menunjukan kepasifan yang menjadi salah satu ciri dari kurangnya partisipasi peserta didik pada proses pembelajaran.

Pembelajaran disekolah menunjukan partisipasi peserta didik yang terlihat kurang bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajaran senam. Indikasi awal dari kurangnya minat dan partisipasi peserta didik adalah dengan adanya peserta didik yang terlambat dalam melaksanakan proses pembelajaran senam. Kurangnya minat peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran aktivitas senam dikarenakan proses pembelajaran aktivitas senam yang monoton.

Aktivitas belajar senam yang monoton disebabkan karena kurang mampunya guru dalam mengemas suatu pembelajaran yang menarik, menggugah serta menyenangkan dalam suatu proses pembelajaran. Aktifitas pembelajaran yang monoton berakibat pada kurangnya rasa senang dalam proses pembelajaran.

Kurangnya unsur senang didalam proses pembelajaran aktivitas senam terlihat dari sikap peserta didik yang jarang sekali terlihat gembira selama proses pembelajaran aktivitas senam berlangsung. Unsur senang dalam melaksanakan pembelajaran penjas merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kurangnya unsur senang mempengaruhi tingkat partisipasi peserta didik.

Peserta didik merupakan unsur yang paling berpengaruh pada proses pembelajaran. Kurangnya partisipasi peserta didik juga dipengaruhi dengan jarangnya guru menggunakan media pembelajaran pada suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi disekolah. Media yang digunakan dalam pembelajaran


(8)

aktivitas senam penjas disekolah yaitu matras. Partisipasi peserta didik juga dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran.

Media yang kurang menarik bagi peserta didik mempengaruhi partisipasi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas. Salah satu tugas guru merupakan menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, baik menggunakan modifikasi media pembelajaran yang menarik ataupun menggunakan model pembelajaran yang menarik partisipasi peserta didik dalam pembelajaran penjas.

Pembelajaran penjas yang dilaksanakan disekolah tak lepas dengan peran guru untuk membentuk proses pembelajaran yang menarik untuk peserta didik. Rangkaian tugas gerak yang diberikan oleh guru kurang bertahap dan kurang berfariasi. Yang mengakibatkan kurangnya minat dan partisipasi peserta didik untuk ikut serta secara maksimal pada proses pembelajaran. Tugas gerak yang kurang berfariasi dan kurang menyenangkan diakibatkan karena kurang mampunya guru untuk merangkai tugas gerak yang sesuai dan menggugah minat siswa. Kurang mampunya guru untuk menciptakan suatu tugas gerak yang bertahap berakibat pada kurang tercapainya tujuan dari proses pembelajaran.

Tujuan proses pembelajaran yang dilaksanakan disekolah bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek yang terdapat pada peserta didik, bukan hanya aspek motorik semata. Pembelajaran yang terjadi dilapangan, guru berorientasi pada kemampuan peserta didik melakukan tugas gerak yang diberikan oleh guru, bukan bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

Proses belajar yang terjadi dalam pembelajaran penjas merupakan proses peserta didik belajar yang awalnya belum bisa menjadi bisa, yang belum diketahui menjadi tahu. Proses belajar tak lepas dari peran guru utuk menciptakan suasana yang menarik peserta didik untuk berpartisipasi baik partisipasi pemikiran, tenaga, waktu. Kurangnya kesempatan yang diberikan olah guru untuk berdiskusi, memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan diri berpengaruh pada minat serta partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran.


(9)

Peserta didik kurang mempunyai minat untuk bertanya, menjawab pertanyaan, serta menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan pada pembelajaran.

Kurang mampunya guru menarik minat peserta didik berpengeuh pada kurang mampunya peserta didik mengembangkan daya imajinasi, serta kemampuan berfikir kritis peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Kurang mampunya guru mengkreasikan tugas gerak mengakibatkan kurangnya partisipasi peserta didik, begitu pula dengan keadaan lingkunga belajar peserta didik.

Lingkungan belajar yang kurang mendukung berlangsungnya proses pembelajarn penjas dalam aktivitas pembelajaran senam mempunyai pengaruh dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Karakteristik kelas (lapangan) yang terlalu luas menyebabkan kurang terjadinya komunikasi antara guru dengan peserta didik. Kurang mampunya guru mengkondisikan peserta didik menambah kurang terjadinya proses pembelajaran yang kondusif. Hal lain yang mempengaruhi partisipasi peserta didik adalah jam belajar yang terlalu siang menjadi salah satu penyebab siswa kurang mempunyai partisipasi dalam melakukan proses pembelajaran di lapangan. Peran guru untuk membuat proses pembelajaran yang menarik merupakan salah satu cara untuk menarik partisipasi peserta didik untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang terjadi dilapangan, terlihat kurangnya partisipasi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran penjas, khusunya pembelajaran aktivitas senam. Penggunaan model pengajaran langsung yang dilakukan dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap partisipasi peserta didik. Partisipasi yang terlihat dalam suatu proses pembelajaran yang terjadi merupakan salah satu indikator siswa mampu ikut serta dalam suatu proses pembelajaran. Partisipasi siswa sangat mempengaruhi tujuan dari proses pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga partisipasi sangat diperlukan dalam suatu proses pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran penjas disekolah.


(10)

Penggunaan model pengajaran tidak langsung diharapkan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan tingkat partisipasi peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran tidak langsung peneliti berharap terdapat tingkat partsisipasi peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran langsung yang sering digunakan.

Dari uraian diatas, model pengajaran penjas yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran sangatlah penting adanya. Dengan adanya penerapan model pengajaran yang sesuai dengan pembelajaran disekolah diharapkan adanya peningkatan partisipasi peserta didik serta tercapainya tujuan pembelajaran penjas disekolah. Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengajarkan peserta didik mengenal diri peserta didik dan dunianya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan partisipasi peserta didik disekolah antara model pengajaran langsung dengan model pengajaran tidak langsung.

Berdasarkan kenyataan yang terjadi dilapangan di atas penerapan model pengajaran disekolah sangat berpengaruh terhadap partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran disekolah. Model pengajaran yang digunakan di lapangan

berpengaruh pada tingkat disiplin, bekerjasama dengan

teman,kemampuanpesertadidikuntukberkomunikasibaikdenganpesertadidiklainny

aataupunkemampuankomunikasidengan guru. MenurutSuntodaet.al (2013:9)

untukmengevaluasibesarnyapartisipasipesertadidikdalam proses

pembelajaranpenjasbukandiukurdarinilai yang

diperoleholehpesertadidikpadasaatulangantetapidiukurdariindikator :Kehadiran, konsentrasiterhadappelajaran, kreativitasbaikdalambentukbertanya, memberikan saran ataumenjawabpertanyaan. Dengan penggunaan model pengajaran tidak langsung diharapkan mempunyaitingkatpartisipasipesertadidik yang lebihbaik. Penerapan model Direct Instruction (Model pengajaran langsung) dan model pengajaranIndirect Instruction (model pengajarantidak langsung) yang diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah mempunyai perbedaan terhadap partisipasi peserta didik, maka penulis terdorong untuk melakukan


(11)

penelitian tentang “perbandingan partisipasi pesertadidik antara model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam di SMPN 3 Terisi kabupaten Indramayu”.

B. IdentifikasiVarabel

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabelbebasdalampenelitian yang dilaksanakanolehpenelitiyaitu model pengajaranDirect Instruction (model pengajaranlangsung)danIndirect Instruction (model pengajarantidaklangsung).

2. Variabelterikatdalampenetian yang

dikasanakanolehpenelitiyaitupartisipasibelajarpesertadidik

C. Rumusan Masalah

Kemampuan guru dalam menerapkan model pengajaran yang sesuai merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran penjas. Berbagai model pembelajaran yang diterpakan oleh guru terkadang tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran penjas yaitu model pengajaran langsung. Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com model pembelajaranlangsungadalah,

Model pembelajaranlangsungadalahmodel pembelajaran yang menekankan

pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan

mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.


(12)

Model pembelajaranlangsungadalah salah satu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada pembeljaran penjas. Model pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah disebut model pengajaran langsung (MPL).

Berbeda dengan model pengajaran langsung,model pengajaran tidak

langsung adalah model pengajaran yang

menekankanpadaupayamemfasilitasibelajarpesertadidik, seperti yang

dipaparkan(dalamhttp://digilib.sunanampel.ac.id) model

pengajarantidaklangsungadalah :

Model Indirect Instruction / Non-Directive (Model Pembelajaran Tidak Langsung)model pembelajaran ini menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Untuk mencapai integrasi pribadi dan memaksimalkan daya pikir yang dimilikisiswa. Siswadilatih berpikir lintas disiplin, menyelesaikan setiap masalah sesuai dengan kemampuan dan keinginannya tapi harus bisa dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, siswa lebih memiliki ruang yang luas untuk berkreatifitas dan meningkatkan semangat belajarnya.

Menurut model pengajarantidaklangsung guru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa menjelajahi ide-ide baru tentang hidupnya, tugas sekolahnya dan kehidupan dengan teman-temannya. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah guru membantu siswa menggali ide/gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya dan hubungannya dengan orang-orang lain.

Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan dapat mempengaruhi partisipasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran penjas. Partisipasi menurut Suryosubroto (2002:279) (dalamOnlinehttp://telyna.wordpress.com) menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.


(13)

Partisipasi dalam proses pembelajaran sangat penting, karena dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin”.

Untuk melihat dan mengukur partisipasi peserta didik yang terjadi di dalam proses pembelajaran penjas yaitu dengan observasi secara langsung dilapangan. Dan denganpenggunaanangket yang diberikankepadapesertadidik.Dari observasi danangket didapat data yang menunjukan tingkat partisipasi peserta didik dalam pembelajaran penjas. Indikator dalam partisipasi peserta didik yang akan diteliti yaitu :partisipasifisik,mentaldanemosipesertadidik.

Berasal dari rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah model pengajaran langsung (Direct Instruction) memberikan pengaruh terhadap partisipasi siswa melaluiaktivitas pembelajaran senam? 2. Apakah model pengajaran tidak langsung (Indirect Instruction) memberikan

pengaruh terhadap partisipasi siswa melaluiaktivitas pembelajaran senam? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran

langsung (direct instruction) dengan model pembelajaran tidak langsung (indirect instruction) terhadap partisipasi belajar siswa di SMPN 3 TERISI ?

D. Batasan Masalah

Berdasrakan uraian latar belakang masalah, terdapat banyak masalah yang muncul berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan.Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang luas dan agar tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti, maka fokus penelitian adalah:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan partisipasi siswa antara model pengajaranlangsung dengan model pengajaran tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam disekolah.

2. Untuk penelitian hanya pada aktivitas pembelajaran senam. 3. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen.


(14)

4. Variable bebas yaitu model pengajaran langsung dengan model pengajaran tidak langsungserta variable terikat adalah partisipasi pesertadidik.

5. Objek penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII yang berjumlah 60 orang.

6. Lokasi penelitian di SMPN 3 Terisi Indramayu.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai jawaban sementara yang diharapkan dari rumusan masalah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa antara model pembelajaran langsung dengan model pembelajaraan tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam di SMPN 3 Terisi di kabupaten indramayu.

F. Manfaat Penelitian

Penulis telah memaparkanuraian mengenailatar belakang masalah, masalah penelitian, dan tujuan yang akandicapai dalam penelitian ini, maka penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peserta didik

Melalui penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kaerakteristik materi pembelajaran, pesertga didik diharapkan mempunyai partisipasi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya dalam pembelajaran senam yang berguna untuk meningkatkan kualitas gerak dan keterampilan gerak kedepannya.

2. Guru

Menambah referensi alternatif penggunaan model pembelajaran untuk proses pembelajaran sekarang dan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Sekolah


(15)

dalam penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran kedepannya.

4. Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat bermanfaat ketika mengajar nanti.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat

membantumenarikpartisipasipesertadidikuntukbelajarpenjas.

2. Penggunaan model

pengajarantidaklangsungdapatmenarikminatdanpartisipasipesertadidikdalamm engoptimalkanpenjasmelaluiaktifitassenam.

3. Pendidikanjasmanimelaluipembelajaransenammerupakansalahsatumateriyang harus dipelajari oleh pesertadidiksesuaidengankurikulumpendidikan.


(1)

Penggunaan model pengajaran tidak langsung diharapkan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan tingkat partisipasi peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran tidak langsung peneliti berharap terdapat tingkat partsisipasi peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran langsung yang sering digunakan.

Dari uraian diatas, model pengajaran penjas yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran sangatlah penting adanya. Dengan adanya penerapan model pengajaran yang sesuai dengan pembelajaran disekolah diharapkan adanya peningkatan partisipasi peserta didik serta tercapainya tujuan pembelajaran penjas disekolah. Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengajarkan peserta didik mengenal diri peserta didik dan dunianya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan partisipasi peserta didik disekolah antara model pengajaran langsung dengan model pengajaran tidak langsung.

Berdasarkan kenyataan yang terjadi dilapangan di atas penerapan model pengajaran disekolah sangat berpengaruh terhadap partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran disekolah. Model pengajaran yang digunakan di lapangan berpengaruh pada tingkat disiplin, bekerjasama dengan teman,kemampuanpesertadidikuntukberkomunikasibaikdenganpesertadidiklainny aataupunkemampuankomunikasidengan guru. MenurutSuntodaet.al (2013:9) untukmengevaluasibesarnyapartisipasipesertadidikdalam proses

pembelajaranpenjasbukandiukurdarinilai yang

diperoleholehpesertadidikpadasaatulangantetapidiukurdariindikator :Kehadiran, konsentrasiterhadappelajaran, kreativitasbaikdalambentukbertanya, memberikan saran ataumenjawabpertanyaan. Dengan penggunaan model pengajaran tidak langsung diharapkan mempunyaitingkatpartisipasipesertadidik yang lebihbaik. Penerapan model Direct Instruction (Model pengajaran langsung) dan model pengajaranIndirect Instruction (model pengajarantidak langsung) yang diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah mempunyai perbedaan terhadap partisipasi peserta didik, maka penulis terdorong untuk melakukan


(2)

penelitian tentang “perbandingan partisipasi pesertadidik antara model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam di SMPN 3 Terisi kabupaten Indramayu”.

B. IdentifikasiVarabel

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabelbebasdalampenelitian yang dilaksanakanolehpenelitiyaitu model pengajaranDirect Instruction (model pengajaranlangsung)danIndirect Instruction (model pengajarantidaklangsung).

2. Variabelterikatdalampenetian yang

dikasanakanolehpenelitiyaitupartisipasibelajarpesertadidik

C. Rumusan Masalah

Kemampuan guru dalam menerapkan model pengajaran yang sesuai merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran penjas. Berbagai model pembelajaran yang diterpakan oleh guru terkadang tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran penjas yaitu model pengajaran langsung. Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com model pembelajaranlangsungadalah,

Model pembelajaranlangsungadalahmodel pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.


(3)

Model pembelajaranlangsungadalah salah satu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada pembeljaran penjas. Model pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah disebut model pengajaran langsung (MPL).

Berbeda dengan model pengajaran langsung,model pengajaran tidak

langsung adalah model pengajaran yang

menekankanpadaupayamemfasilitasibelajarpesertadidik, seperti yang dipaparkan(dalamhttp://digilib.sunanampel.ac.id) model pengajarantidaklangsungadalah :

Model Indirect Instruction / Non-Directive (Model Pembelajaran Tidak Langsung)model pembelajaran ini menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Untuk mencapai integrasi pribadi dan memaksimalkan daya pikir yang dimilikisiswa. Siswadilatih berpikir lintas disiplin, menyelesaikan setiap masalah sesuai dengan kemampuan dan keinginannya tapi harus bisa dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, siswa lebih memiliki ruang yang luas untuk berkreatifitas dan meningkatkan semangat belajarnya.

Menurut model pengajarantidaklangsung guru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa menjelajahi ide-ide baru tentang hidupnya, tugas sekolahnya dan kehidupan dengan teman-temannya. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah guru membantu siswa menggali ide/gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya dan hubungannya dengan orang-orang lain.

Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan dapat mempengaruhi partisipasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran penjas. Partisipasi menurut Suryosubroto (2002:279) (dalamOnlinehttp://telyna.wordpress.com) menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.


(4)

Partisipasi dalam proses pembelajaran sangat penting, karena dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin”.

Untuk melihat dan mengukur partisipasi peserta didik yang terjadi di dalam proses pembelajaran penjas yaitu dengan observasi secara langsung dilapangan. Dan denganpenggunaanangket yang diberikankepadapesertadidik.Dari observasi danangket didapat data yang menunjukan tingkat partisipasi peserta didik dalam pembelajaran penjas. Indikator dalam partisipasi peserta didik yang akan diteliti yaitu :partisipasifisik,mentaldanemosipesertadidik.

Berasal dari rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah model pengajaran langsung (Direct Instruction) memberikan pengaruh terhadap partisipasi siswa melaluiaktivitas pembelajaran senam? 2. Apakah model pengajaran tidak langsung (Indirect Instruction) memberikan

pengaruh terhadap partisipasi siswa melaluiaktivitas pembelajaran senam? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran

langsung (direct instruction) dengan model pembelajaran tidak langsung (indirect instruction) terhadap partisipasi belajar siswa di SMPN 3 TERISI ?

D. Batasan Masalah

Berdasrakan uraian latar belakang masalah, terdapat banyak masalah yang muncul berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan.Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang luas dan agar tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti, maka fokus penelitian adalah:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan partisipasi siswa antara model pengajaranlangsung dengan model pengajaran tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam disekolah.

2. Untuk penelitian hanya pada aktivitas pembelajaran senam. 3. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen.


(5)

4. Variable bebas yaitu model pengajaran langsung dengan model pengajaran tidak langsungserta variable terikat adalah partisipasi pesertadidik.

5. Objek penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII yang berjumlah 60 orang.

6. Lokasi penelitian di SMPN 3 Terisi Indramayu.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai jawaban sementara yang diharapkan dari rumusan masalah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa antara model pembelajaran langsung dengan model pembelajaraan tidak langsung dalam aktivitas pembelajaran senam di SMPN 3 Terisi di kabupaten indramayu.

F. Manfaat Penelitian

Penulis telah memaparkanuraian mengenailatar belakang masalah, masalah penelitian, dan tujuan yang akandicapai dalam penelitian ini, maka penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peserta didik

Melalui penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kaerakteristik materi pembelajaran, pesertga didik diharapkan mempunyai partisipasi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya dalam pembelajaran senam yang berguna untuk meningkatkan kualitas gerak dan keterampilan gerak kedepannya.

2. Guru

Menambah referensi alternatif penggunaan model pembelajaran untuk proses pembelajaran sekarang dan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Sekolah


(6)

dalam penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran kedepannya.

4. Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat bermanfaat ketika mengajar nanti.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat membantumenarikpartisipasipesertadidikuntukbelajarpenjas.

2. Penggunaan model

pengajarantidaklangsungdapatmenarikminatdanpartisipasipesertadidikdalamm engoptimalkanpenjasmelaluiaktifitassenam.

3. Pendidikanjasmanimelaluipembelajaransenammerupakansalahsatumateriyang harus dipelajari oleh pesertadidiksesuaidengankurikulumpendidikan.